Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Dian Purwantini
Novi Diah P
G0099062
G0002113
Pembimbing :
dr. Mustarsid, Sp.A
PENDAHULUAN
Demam dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
ditandai dengan nyeri kepala, nyeri pada otot-otot dan tulang, ditemukannya rash,
dan leukopeni. Sedangkan demam berdarah dengue atau yang dapat kita sebut
DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengan 4 tanda utama
yaitu panas tinggi yang sifatnya mendadak, adanya tanda perdarahan, kadang
disertai dengan hepatomegali, dan pada kasus yang gawat ditandai dengan
kegagalan sirkulasi. Beberapa penderita dapat menjadi syok hipovolemik yang
merupakan akibat dari keluarnya plasma. Hal ini disebut sindroma syok dengue
(SSD), dan dapat menjadi fatal. Demam dengue dan demam berdarah dengue
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk group B arthropod borne virus
(arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili flavivirida. Virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigoitan nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain
dapat juga menularkan virus ini tapi merupakan vektor yang kurang berperan
Diketahui bahwa DBD pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun
1953. Dan pada tahun 1956 ditemukan virus dengue pada isolasi darah penderita
DBD. Selama tiga dekade, DBD juga ditemukan di wilayah asia tenggara
termasuk Indonesia dan kepulauan pasifik. Sejak tahun 1960, jumlah penderita
DBD mengalami peningkatan, menyebar dari satu daerah ke daerah lain di daerah
endemik. Hal ini tergantung dari musim. Pada saat itu, dilaporkan 1.070.207 kasus
dan 42.808 kematian yang disebabkan oleh DBD, dan kebanyakan adalah anakanak. DBD termasuk dalam salah satu penyakit yang menyebabkan hospitalisasi
pada penderita dan kematian anak di negara-negara tropis di Asia. Sejak tahun
1993-1997 sebagian besar penderita DBD pada kelompok usia 5-14 tahun dan
pada tahun 1996 dan 1997 telah bergeser pada usia > 15 tahun. Pada saat ini
jumlah kasus masih tetap tinggi, rata-rata 10-25 per 100.000 penduduk, namun
angka kematian telah menurun bermakna menjadi <2%.
KASUS
Pada anamnesis kasus yang didapatkan dari autoanamnesis dengan
penderita dan dibantu alloanamnesis dengan ibu penderita tanggal 30 Oktober
2006, pukul 19.00, penderita An. T, laki-laki, usia 13 tahun, anak kedua dari tiga
bersaudara, alamat Sroyo, Jaten Karanganyar, dengan keluhan utama panas.
Penderita mulai panas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sore hari pukul
15.00. Panas muncul mendadak tinggi, terus-menerus. Saat panas tinggi pasien
meracau. Pasien mengeluh badan terasa pegal-pegal dan nyeri kepala. Tidak
didapatkan batuk, pilek dan nyeri telan. Pasien mengeluh nyeri di ulu hati, badan
terasa lesu dan nafsu makan menurun. Pasien dibawa ke dokter kemudian diberi
obat penurun panas. Panas hanya turun setelah minum obat. Sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit pasien muntah setiap kali makan atau mencium bau amis.
Muntah berisi makanan yang dimakan dan air, darah (-). Mimisan (-). Pasien
masih mau makan dan minum tapi nafsu makannya menurun. Buang air kecil
lancar, warna kuning jernih dengan volume seperti hari biasa. Buang air besar
tidak ada keluhan. Didapatkan riwayat penyakit pada lingkungan pasien, yakni
tetangga yang berjarak 4 rumah dari rumah penderita menderita demam berdarah.
Status imunisasi penderita sesuai jadwal, yaitu pada 0 bulan mendapatkan
imunisasi BCG, polio I dan hepatitis B I, usia 2 bulan mendapat imunisasi DPT I,
polio II, hepatitis B II, usia 3 bulan mendapat imunisasi DPT II dan polio III, usia
4 bulan imunisasi DPT III dan polio IV, imunisasi campak dan hepatitis B III.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan baik, mulai senyum usia 1 bulan, mulai
miring usia 2 bulan, mulai tengkurap usia 3 bulan, dan mulai duduk usia 6 bulan,
gigi keluar usia 8 bulan, berjalan usia 11 bulan.. ASI diberikan sejak lahir sampai
dengan usia 2 tahun
Riwayat kelahiran ditolong bidan, umur kehamilan cukup bulan, lahir
spontan, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 50 cm, menangis kuat
setelah lahir. Pemeriksaan kehamilan di bidan dengan frekuensi trimester I dan II
1 kali tiap satu bulan, trimester III 2 kali tiap bulan, penyakit kehamilan (-), obatobatan yang diminum (-). Pemeriksaan post natal di bidan tiap bulan. Ibu
menggunakan KB suntik.
Pemeriksaan tanggal 30 Oktober 2006 jam 19.00 WIB, keadaan umum
anak tampak baik, derajat kesadaran compos mentis, dengan tensi 110/80 mmHg,
heart rate 120x/menit reguler, nadi 120x/menit reguler, isi cukup, respiration rate
24x/menit tipe thoracoabdominal, suhu 39,9oC. Berat badan anak 28,5 kg, tinggi
badan 148 cm, Derajat gizi :
BB/U = 8,5/8 X 100%
= 105,59% (gizi baik)
TB/U = 68/78,5 X 100%
Perkusi
Auskultasi:
Pulmo
: inspeksi
Palpasi
Perkusi
: SIC V dextra
: SIC V dextra
Redup absolut
Auskultasi :
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi :
Palpasi
timpani (+)
Turgor
( +) normal
Ekstremitas :
akral dingin -
sianosis -
oedem
Monitoring :
-
DL per 8 jam
Istirahat
Minum banyak
Sehingga prognosis pasien ini secara ad vitam baik, secara ad sanam baik,
dan ad fungsionam baik, karena tidak didapatkan tanda perdarahan spontan.
Follow up tanggal 31 Oktober 2006 jam 07.00 WIB. Keluhan : Panas (+),
semalam mengigau 10 menit. Muntah (+) 1x, berisi air gelas, dada terasa
sesak. Keadaan umum : CM, baik, gizi kesan cukup. Vital Sign : Nadi 104
kali/menit kuat, isi cukup; Respirasi kali/menit; Suhu 37,8 oC. Kepala
:mesocephal, mata : cekung (-/-), air mata (+/+), konjunctiva anemis (-/-), hidung :
nafas cuping hidung (-), sekret (-), mimisan (-) mulut : mukosa basah (+), bibir
kering (-), bibir sianosis (-). Thorax retraksi (-), cor : BJ I-II intensitas normal,
regular, bising (-), pulmo : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-).
Abdomen : supel, peristaltik (+) normal, tympani, nyeri pada regio epigastrium
(+), hepar/lien tak teraba, turgor baik. Extremitas : akral dingin (-), sianosis (-),
CRT <2. Pemeriksaan penunjang 31 Oktober 2006: Hb : 13,9 gr/dL, Hct : 40,9
%, AE : 5,39 x 106/uL, AL : 1,91 x 103/uL, AT : 89,7 x 103/uL, LED : 19 mm/jam.
Assesment : Febris hari ke 4 e/c DHF Grade I.
Terapi :
Diet biasa 1800 kal/hari
Pemberian cairan Ringer Asetat 5 cc/kgBB/4 jam (32 tpm makro)
Paracetamol 300 mg p.o jika panas
Planning :
Diagnosis : urine feces rutin
Monitoring :
-
DL per 8 jam
Edukasi keluarga :
-
Istirahat
Minum banyak
Follow up tanggal 1 November 2006 jam 07.00 WIB. Keluhan : Panas (-),
mengigau (-) Muntah (-) Keadaan umum : CM, baik, gizi kesan cukup. Vital Sign
: Tekanan darah 90/50 mmHg, Nadi 90 kali/menit kuat, isi cukup; Respirasi 20
kali/menit; Suhu 36,9 oC. Kepala : mesocephal, mata : cekung (-/-), air mata (+/+),
konjunctiva anemis (-/-), hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), mulut :
mukosa basah (+), bibir kering (-), bibir sianosis (-). Thorax retraksi (-), cor : BJ III intensitas normal, regular, bising (-), pulmo : suara dasar vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-). Abdomen : supel, peristaltik (+) normal, tympani, nyeri pada regio
epigastrium (+), hepar/lien tak teraba, turgor baik. Extremitas : akral dingin (-),
sianosis (-), CRT <2. Pemeriksaan penunjang 1 November 2006: Hb : 14,6
gr/dL, Hct : 44,8 %, AE : 6,1x 106/uL, AL : 1,8 x 103/uL, AT : 53 x 103/uL.
Assesment : Febris hari ke 5 e/c DHF Grade I.
Terapi :
Diet biasa 1800 kal/hari
Pemberian cairan Ringer Asetat 5 cc/kgBB/4 jam (32 tpm makro)
Paracetamol 300 mg p.o jika panas
Monitoring :
-
Edukasi keluarga :
-
Istirahat
Minum banyak
ANALISA KASUS
Pada kasus ini diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan :
A. Anamnesis didapatkan :
1. Penderita mengalami panas mendadak sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit
2. Panas yang dialami oleh penderita sifatnya terus menerus, turun bila diberi
obat penurun panas.
3. Mual disertai muntah, darah (-).
4. Riwayat penyakit dan lingkungan sekitar didapatkan 1 orang tetangga
yang berjarak 4 rumah dari pasien mengalami demam berdarah.
B. Pemeriksaan Fisik didapatkan
1. Tanda vital penderita didapatkan tekanan darah 110/80, nadi 120 kali
permenit, pengisian cukup, kuat. Frekuensi pernafasan 24 kali permenit,
suhu tubuh pada saat itu adalah 39,9C.
2. Uji bendung positif (Rumple Leede/ tourniquet).
C. Pemeriksaan penunjang
Didapatkan trombosit penderita adalah 141.000/L dengan kecenderungan
menurun (trombositopeni) pada pemeriksaan berikutnya, yaitu tgl 31 Oktober
2006 AT= 93. 000/L. Serta didapatkan hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan
hematokrit.
Bila berdasarkan diagnosis dari WHO, maka pada penderita ini memenuhi:
A. Kriteria klinis :
1. Demam mendadak selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
2. Uji bendung positif (Rumple Leede).
B. Kriteria laboratorium
- Penurunan trombosit yaitu 141.000/L dengan kecenderungan menurun
pada pemeriksaan berikutnya
- Peningkatan hematokrit
Sedangkan penentuan derajat I didapatkan bahwa penderita demam
dengan gejala yang tidak khas. Dari teori dikemukakan bahwa derajat I ditentukan
bila penderita mengalami demam yang tidak khas dan tanda perdarahan yang
didapatkan satu-satunya adalah uji tourniquet (+).
Pada kasus ini, Penderita dimondokkan, karena pada pemeriksaan
didapatkan panas tinggi, pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya
trombositopeni dan hemokonsentrasi. Terjadinya trombositopeni pada penderita
ini adalah akibat dari komplek antigen yaitu virus dan antibodi yang
menyebabkan trombosit kehilangan fungsi agregrasi dan mengalami peerubahan.
Perubahan yang terjadi pada trombosit ini menyebabkan sistem retikuloendotelial
menghancurkan trombosit. Yang dikhawatirkan dari trombositopeni adalah
terjadinya perdarahan hebat yang dapat menyebabkan penderita masuk dalam
keadaan syok. Selain itu, pada penderita ini mengalami intake yang sulit, sehingga
dibutuhkan terapi cairan intravena.
KEPUSTAKAAN
Definisi
Demam dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
ditandai dengan nyeri kepala, nyeri pada otot-otot dan tulang, ditemukannya rash,
dan leukopeni. Sedangkan demam berdarah dengue atau yang dapat kita sebut
DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengan 4 tanda utama
yaitu panas tinggi yang sifatnya mendadak, adanya tanda perdarahan, kadang
disertai dengan hepatomegali, dan pada kasus yang gawat ditandai dengan
kegagalan sirkulasi. Beberapa penderita dapat menjadi syok hipovolemik yang
merupakan akibat dari keluarnya plasma. Hal ini disebut sindroma syok dengue
(SSD), dan dapat menjadi fatal.1
Pengertian lain dari DBD adalah suatu penyakit infeksi virus yang
menimbulkan demam akut (2-7 hari) disertai dengan manifestasi perdarahan dan
bertendensi menimbulkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.4
Selain itu, adapula yang mengatakan bahwa DBD ialah penyakit yang terdapat
pada anak dan pada dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi,
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji torniquet akan positif
dengan atau tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan.5
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang
dikenal sebagai genus flavivirus, famili flavivirida. Dikenal 4 serotipe virus
dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang. Keempat jenis serotipe
virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4) dapat ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
banyak berhubungan dengan kasus berat. 2
Bila seseorang terinfeksi dengan salah satu serotipee, maka akan
menghasilkan sistem imun jangka panjang untuk melawan infksi ulangan pada
serotipe yang sama, namun bila terinfeksi dengan serotipe yang berbeda, maka
sifanya hanya temporer dan memberikan sedikit proteksi pada serotipe tersebut. 1
Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigoitan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies
yang lain dapat juga menularkan virus ini tapi merupakan vektor yang kurang
berperan.2
Aedes aegypti adalah nyamuk yang paling efisien sebagai vektor dari
arbovirus, karena sifatnya yang antropofilik dan sering hidup dalam ruangan. Pada
saat nyamuk yang merupakan vektor dari virus telah terinfeksi, maka dapat terjadi
transmisi virus dari nyamuk ke manusia melalui tusukan ke kulit maupun melalui
makanan. Nyamuk betina yang telah terinfeksi juga dapat mentransmisi virus ke
generasi selanjutnya melalui transmisi transovarial, tetapi hal ini jarang terjadi.
Selain itu, nyamuk yang awalnya tidak terinfeksi oleh virus dapat menjadi
terinfeksi bila menghisap darah orang yang telah tertular virus.1
Epidemiologi
Diketahui bahwa DBD pertama kali ditemukan di filipina pada tahun
1953. Dan pada tahun 1956 ditemukan virus dengue pada isolasi darah penderita
10
DBD. Selama tiga dekade, DBD juga ditemukan di wilayah asia tenggara
termasuk Indonesia dan kepulauan pasifik. Sejak tahun 1960, jumlah penderita
DBD mengalami peningkatan, menyebar dari satu daerah ke daerah lain di daerah
endemik. Hal ini tergantung dari musim. Pada saat itu, dilaporkan 1.070.207 kasus
dan 42.808 kematian yang disebabkan oleh DBD, dan kebanyakan adalah anakanak. DBD termasuk dalam salah satu penyakit yang menyebabkan hospitalisasi
pada penderita dan kematian anak di negara-negara tropis di asia .1
Demam ini adalah endemik di Asia tropik, dimana suhu panas dan praktek
penyimpanan air di rumah menyebabkan populasi Aedes aegypti besar dan
permanen.6
Di banyak negara demam dengue dan DBD banyak terjadi pada anakanak. Selain itu, DBD juga dapat ditemukan pada perantau .1
Secara nasional, insiden DBD pernah dilaporkan selama tahun 1973 (10.189
kasus) dan tahun 1977 (8141 kasus), jumlah DBD yang mengalami renjatan
berkisar antara 25-65 %(hendarwanto). Kerentanan terhadap virus dengue tidak
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, atau ras.3
Sejak tahun 1993-1997 sebagian besar penderita DBD pada kelompok usia
5-14 tahun dan pada tahun 1996 dan 1997 telah bergeser pada usia > 15 tahun.2
Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi, rata-rata 10-25 per 100.000
penduduk, namun angka kematian telah menurun bermakna menjadi <2%.7
Patogenesis
Menurut sejarah perkembangan patogenesis DBD dalam kurun waktu 100
tahun ini, dapat dibagi dua kelompok besar teori patogenesis yaitu :
1. Teori virulensi virus
Teori ini mengatakan seseorang akan terkena virus dengue dan menjadi
sakit kalau jumlah dan virulensi virus cukup kuat 2
Keempat serotipe virus mempunyai potensi patogen yang sama dan syok sindrom
terjadi sebagai akibat serotipe virus yang paling virulen.5
2. Teori imunopatologi (The Secondary Heterologous Dengue Infection
Hypothesis)
Teori ini mengatakan DBD dapat terjadi apabila sesorang yang telah
terinfeksi dengan virus dengue pertama kali, mendapat infeksi ulangan dengan
tipe virus dengue tipe yang berlainan. Akibat infeksi kedua oleh tipe virus yang
berlainan pada seseorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue rendah
maka respon antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan
proliferasi dan transformasi limfosit sistem imun dengan menghasilkan titer
antibodi IgG anti dengue. Selain itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam
limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah
yang banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya komplek antigen
antibodi (komplek virus-antibodi) yang selanjutnya akan :
a. Mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3
dan C5 menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endothel dinding itu. Syok yang tidak
ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis
metabolik dan berakhir dengan kematian.
11
12
13
Agregasi Platelet
Aktivasi Sistem
Koagulasi
Penghancuran
Pelepasan
trombosit oleh
faktor 3
trombosit
RES
Trombositopenia
Koagulopati
Konsumtif
Aktivasi Faktor
Hageman
Kinin
Penurunan Factor
Pembekuan
Aktivasi komplemen
Plasmin
Anafilatoksin
(C3a dan C5a)
Permeabilitas
Vaskuler Meningkat
Perembesan
Plasma
Perdarahan Hebat
Shock
Sumber : Hendarwanto, 2000
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis DBD didasarkan pada Kriteria menurut
WHO (1997), yaitu :
1. Kriteria Klinis
a.Panas tinggi mendadak, terus menerus selama 2 7 hari tanpa sebab yang
jelas (tipe demam bifasik)
b. Manifestasi perdarahan :
- Uji Tourniquet (+)
- Petechie, echimosis, purpura
- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
- Hematemesis dan atau melena.
c.Hepatomegali
d. Kegagalan sirkulasi (syok) yang ditandai dengan :
- Nadi cepat dan lemah
- Penurunan tekanan darah
- Akral dingin
- Kulit lembab
- Pasien tampak gelisah
2. Kriteria Laboratoris
a.Trombositopenia (AT <100.000/ul)
14
15
TATA LAKSANA
Tersangka DBD
Tidak ada
kedaruratan
Ada kedaruratan
Jumlah trombosit
< 100.000/ul
Rawat Inap
Jumlah trombosit
> 100.000/ul
Rawat Jalan
Rawat jalan
Parasetamol
Kontrol tiap hari
sampai demam hilang
Minum banyak,
Parasetamol bila perlu
Kontrol tiap hari sp demam turun.
Bila demam menetap periksa Hb.Ht, AT.
Perhatikan untuk orang tua: pesan bila timbul
tanda syok : gelisah, lemah, kaki tangan dingin,
sakit perut, berat hitam, kencing berkurang. Lab
Hb/Ht naik dan trombosit turun
segera bawa ke rumah sakit
16
Pulang
Kriteria memulangkan pasien :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml
7. Tidak dijumpai distress pernafasan
17
Perbaikan
Tidak gelisah
Nadi kuat
Tek Darah stabil
Diuresis cukup
(1 ml/kgBB/jam)
Ht Turun
(2x pemeriksaan)
Tetesan dikurangi
5 ml/kgBB/jam
Ht meningkat
Gelisah
Distres pernafasan
Frek. nadi naik
Ht tetap tinggi/naik
Tek. Nadi < 20 mmHg
Diuresis kurang/tidak
ada
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
(bertahap)
Perbaikan
Evaluasi 15 menit
Perbaikan
Sesuaikan tetesan
3 ml/kgBB/jam
Distress pernafasan, Ht
naik, tek. Nadi 20mmHg
Koloid
20-30 ml/kgBB
Ht turun
Perbaikan
Keterangan : 1 CC = 15 Tetes
18
Syok teratasi
Kesadaran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak nafas / Sianosis
Ekstrimitas hangat
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
Kesadaran menurun
Nadi lembut / tidak teraba
Tekanan nadi < 20 mmHg
Distres pernafasan / sianosis
Kulit dingin dan lembab
Ekstrimitas dingin
Periksa kadar gula darah
Syok teratasi
Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam
Tambahan koloid/plasma
Dekstran 40/FFP
10-20 (max 30) ml/kgBB
Koreksi Asidosis
evaluasi 1 jam
Syok belum teratasi
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Ht turun
Infus Stop tidak melebihi 48 jam
19
Ht tetap
tinggi/naik
20
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
Hendarwanto, 2000. Dengue dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,
ed. 3., editor : HM Sjaifoellah Noer. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.
4.
5.
6.
7.
8.
21
9.
Rusepno Hasan, 2000. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit
FK UI. Jakarta.
22