Professional Documents
Culture Documents
Oyog
ISBN 978-602-1099-13-1
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis
dari penerbit.
ii
Buku seri ini merupakan satu dari dua puluh buku hasil
kegiatan Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014 di 20 etnik.
Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan
Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Nomor HK.02.04/1/45/2014, tanggal 3 Januari 2014,
dengan susunan tim sebagai berikut:
Pembina
Penanggung Jawab
iii
Koordinator wilayah
iv
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
v
vii
xi
xii
1
7
8
8
9
9
9
9
9
11
11
12
13
14
14
14
15
15
15
16
17
vii
19
19
20
27
33
34
39
39
41
43
49
50
55
57
61
68
viii
77
77
78
96
100
111
116
126
132
139
140
144
152
153
154
156
161
161
164
171
176
177
179
181
183
185
187
191
192
194
202
222
223
223
228
228
232
234
237
240
259
ix
262
265
277
277
285
INDEKS ..........................................................................
287
GLOSARIUM ..................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................
292
295
268
270
276
276
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Tabel 4.1.
xi
167
193
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1.
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Gambar 2.6.
Gambar 2.7.
Gambar 2.8.
Gambar 2.9.
Gambar 2.10.
Gambar 2.11.
Gambar 2.12.
Gambar 2.13.
Gambar 2.14.
13
22
25
28
29
32
34
36
38
41
43
44
46
48
52
Gambar 2.15.
Gambar 2.16.
Gambar 2.17.
Gambar 2.18.
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
Gambar 3.3.
Gambar 3.4.
Gambar 3.5.
Gambar 3.6.
Gambar 3.7.
Gambar 3.8.
Gambar 3.9.
Gambar 3.10.
Gambar 3.11.
Gambar 3.12.
Gambar 3.13.
Gambar 3.14.
xiii
56
58
64
66
118
129
139
161
170
172
174
178
179
182
183
184
185
186
Gambar 3.15.
Gambar 3.16.
Gambar 3.17.
Gambar 4.1.
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Gambar 4.4.
Gambar 4.5.
Gambar 4.6.
Gambar 4.7.
Gambar 4.8.
Gambar 4.9.
Gambar 4.10.
xiv
188
188
189
203
206
210
211
213
215
218
235
236
266
BAB 1
PENDAHULUAN
1.5. Tujuan
1.5.1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara menyeluruh aspek
potensi budaya masyarakat terkait masalah kesehatan yang
meliputi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Penyakit Tidak Menular
(PTM), Penyakit Menular (PM) dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) yang dilaksanakan di Desa Dukuh Widara,
Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon.
1.5.2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi secara mendalam unsur-unsur budaya
yang mempengaruhi kesehatan meliputi Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), Penyakit Tidak Menular (PTM), Penyakit
Menular (PM) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
di masyarakat Desa Dukuh Widara.
2) Mengidentifikasi peran dan fungsi sosial masyarakat yang
berpengaruh terhadappengambilan keputusan terkait
dengan pelayanan kesehatan.
1.6. Luaran/Output
1) Satu buah buku seri Etnografi Kesehatan kabupaten
Cirebon
2) Satu buah dokumentasi film Budaya Kesehatan di
Kabupaten Cirebon.
3) Satu buah Draf Modul: Oyog sebagai langkah awal
Leopold.
1.7. Manfaat
Hasil riset ini akan sangat bermanfaat untuk menentukan
strategi pembangunan kesehatan dengan memperhatikan
9
10
1.8.
Metode
11
masa nifas. Selain itu secara tradisional juga terdapat praktekpraktek yang dilakukan oleh dukun bayi untuk mengembalikan
kondisi fisik dan kesehatan ibu. Misalnya mengurut perut yang
bertujuan untuk menggembalikan rahim ke posisi semula,
memasukkan ramuan-ramuan tertentu seperti daun-daunan ke
dalam vagina dengan maksud membersihkan darah dan cairan
yang keluar karena proses persalinan.
1.8.2. Kerangka Konsep Penelitian
Teori Blum menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi status kesehatan seseorang antara lain perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.10
Lingkungan yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah,
lingkungan fisik, sosial, ekonomi dan budaya. Teori
Koentjaraningrat menjelaskan tentang pengaruh tujuh unsur
budaya terhadap kesehatan yang meliputi 1) alam, kedudukan
dan tempat tinggal; 2) organisasi sosial dan sistem kekerabatan;
3) sistem teknologi; 4) sistem pengetahuan; 5) system mata
pencaharian; 6) sistem religi dan 7) kesenian.11
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggabungkan
antara kedua teori tersebut. Kerangka konsep tersebut
digambarkan dalam gambar sebagai berikut:
10
11
12
1.
Keturunan
2.
Pelaya
nan
Status
Kesehatan
n
Lingkungan
Perilaku
3.
4.
5.
6.
7.
UNSUR- UNSUR
BUDAYA
Kondisi alam,
kependudukan &
tempat
Organisasi sos &
sistem
kekerabatan
Sistem
pengetahuan
Sistem Teknologi
Sistem Mata
Pencaharian
Sistem religi
Kesenian
Gambar 1.1.
Kerangka konseppenelitian modifikasi H.L. Blumdan Koentjaraningrat
13
12
14
15
16
18
BAB 2
GAMBARAN UMUM KABUPATEN CIREBON
19
20
21
Gambar 2.1.
Keraton Kasepuhan, Cirebon
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
Sekitar Komplek Makam Sunan Gunung Jati dan Sekilas Riwayatnya. Hasan
Basyari. Zul Fana: Cirebon, 1989.
19
23
20
Sumber: Sekitar Komplek Makam Sunan Gunung Jati dan Sekilas Riwayatnya.
Hasan Basyari. Zul Fana: Cirebon, 1989.
21
24
Gambar 2.2.
Ornamen di Istana Kesultanan Cirebon yang bercorak Tiongkok
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
25
Sumber: Nina H. Lubis (ed.), Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat, 2000.
26
27
Gambar 2.3.
Gebang, salah satu pelabuhan laut (nelayan) terbesar di Kabupaten Cirebon
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
28
Gambar 2.4.
Peta Wilayah Cirebon
Sumber: httP://wisatacrb.wordpress.com/
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
30
Pabedilan
Babakan
Gebang,
Karangsembung
Karangwareng,
Lemahabang,
Susukan Lebak
Sedong
Astanajapura
Pangenan
Mundu
Beber
Greged
Talun
Sumber
Dukupuntang
Palimanan
Plumbon
Depok
Weru
Plered
Tengah Tani
Kedawung
Gunungjati
Kapetakan
Waled
Pasaleman
Ciledug
Pabuaran
Losari,
Pabedilan
Babakan
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
Gebang,
Karangsembung
Karangwareng,
Lemahabang,
Susukan Lebak
Sedong
Astanajapura
Pangenan
Mundu
Beber
Greged
Talun
Sumber
Dukupuntang
Palimanan
Plumbon
Depok
Weru
Plered
Tengah Tani
Kedawung
Gunungjati
Kapetakan
Menurut data statistik tahun 2013, jumlah penduduk di
kabupaten ini sebesar 2.281.204 jiwa tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Cirebon dengan penduduk terbesar berada di
Kecamatan Sumber (86.415 jiwa). Kepadatan penduduk di
masing-masing kecamatan memang tidak merata karena
penduduk cenderung lebih banyak di daerah-daerah perkotaan,
yang menyediakan lapangan kerja relatif lebih banyak.
Mata pencaharian utama penduduk adalah pertanian,
sektor tersebut menyumbang 30% dari Pendapatan Domestik
31
Gambar 2.5
Mega Mendung, motif batik khas Cirebon
Sumber: Muha, Sejarah Batik Trusmi,
http://sanggarbatikkatura.com/sejarah-batik-trusmi
32
33
Gambar 2.6.
Peta Desa Dukuh Widara
Sumber: Profil Desa Dukuh Widara, Kecamatan Pabedilan, Pemerintah
Kabupaten Cirebon.
Sumber: Data Profil Desa/ Kelurahan Desa Dukuh Widara, Kec. Pabedilan,
PemKab Cirebon. Badan Pembangunan Masyarakat & Pemerintahan Desa
tahun 2013.
34
Sebelah Utara
: Desa Pasuruan (Kecamatan Pabedilan)
Sebelah Selatan : Desa Kalimukti (Kecamatan Pabedilan)
Sebelah Timur
: Kali Cisanggarung (berbatasan dengan
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)
Sebelah Barat
: Desa Kalibuntu (Kecamatan Pabedilan)
35
Gambar 2.7.
Pohon Bidara/Widara (Ziziphus Mauritiana).
Sumber: http://terapiherbaldaunbidara.wordpress.com/
36
37
pemerintahan
desa
- Kuwu
: Kepala Desa
- Ulis
: Sekretaris Desa
- Lebe
:Kepala Urusan (Kaur) Kesra
- Polisi Desa
:Kaur Pemerintahan
- Raksa Bumi
:Kaur Ekbang (Ekonomi Pembangunan)
- Cap Gawe
:Kaur Umum
- Lugu
: Kepala Dusun
Berikut struktur organisasi pemerintahan di Desa Dukuh Widara:
Gambar 2.8.
Struktur Pemerintahan Desa Dukuh Widara
Sumber: Profil Desa Dukuh Widara, Kecamatan Pabedilan, Pemerintah
Kabupaten Cirebon.
38
2.2.
Kependudukan
2.2.1. Bahasa
Jumlah penduduk pada akhir tahun 2013 adalah 6443 jiwa
(3273 laki-laki dan 3170 perempuan) yang terbagi ke dalam 1825
KK.28 Kepadatan penduduk adalah 316/km. Mayoritas penduduk
adalah ber-Etnik Jawa (98 %) dan sisanya adalah berEtnik Sunda,
dan satu dua orang pendatang. Etnik Jawa di Desa Dukuh Widara
adalah Jawa Cirebon terutama dalam hal bahasa, memiliki
perbedaan dengan mayoritas Etnik Jawa di Jawa Tengah,
Yogyakarta ataupun Jawa Timur. Bahasa Jawa Cirebon sekilas
mirip dengan dialek ngapak Banyumasan atau Tegal, tapi juga
tidak bisa dibilang sama karena memilki beberapa kosakata yang
berbeda. Hal ini disebabkan interaksi dengan berbagai Etnik
bangsa sejak berabad silam, terutama Cina, Arab, Belanda dan
juga Sunda. Beberapa kosakata adalah bentuk lama, yang masih
digunakan dalam pewayangan seperti isun (ingsun) ,
manjing, dan sira.
Adanya perbedaan bahasa ini, menyebabkan tercetusnya
wacana bahwa orang Jawa Cirebon bisa dikategorikan sebagai
Etnik tersendiri, yakni Etnik Cirebon atau Etnik Bangsa
Cirebon yang tersebar di sekitar Kota Cirebon dan Kabupaten
Cirebon dan juga wilayah-wilayah sekitarnya seperti Kabupaten
Indramayu, bagian Utara Kabupaten Majalengka , bagian Utara
Kabupaten Kuningan, bagian Utara Kabupaten Subang, serta
sebagian Pesisir Utara Kabupaten Karawang, lalu di sekitar
Kecamatan Losari di Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.29
Meski begitu, hal ini masih perlu pembuktian lebih lanjut, apakah
28
Sumber: Data Profil Desa/ Keluharahan Desa Dukuh Widara, Kec. Pabedilan,
Pemkab. Cirebon, Badan Pemb. Masy. & Pemerintahan Desa tahun 2013
29
39
Aku
Kowe
Ora
Mlebu
Seko
Arep
Ora Ono
Entuk
40
Gambar 2.9.
Jalan antar kabupaten yang membelah desa
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
41
42
Gambar 2.10.
Pertanian padi sawah, salah satu mata pencaharian utama penduduk Desa
Dukuh Widara
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
Gambar 2.11.
Bawang merah, salah satu hasil pertanian Desa Dukuh Widara
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
45
Gambar 2.12.
Pembuatan batu-bata dengan memanfaatkan endapan lumpur Sungai
Cisanggarung
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
2.2.3.3. Migrasi
Migrasi dilakukan oleh masyarakat Desa Dukuh Widara
sejak lama31. Di masa lalu, migrasi biasanya lebih bersifat migrasi
musiman. Masyarakat mencari pekerjaan ke kota ketika musim
tanam sudah usai dan tinggal menunggu padi untuk dipanen.
Daripada menganggur di desa, masyarakat akan pergi ke kota
terdekat mencari pekerjaan untuk mengisi waktu-waktu yang
kosong. Kota tujuan utama adalah Jakarta, yang relatif dekat dan
menjanjikan banyak lowongan pekerjaan. Dengan semakin
banyaknya pertambahan penduduk dan semakin terbatasnya
lowongan pekerjaan, migrasi ini perlahan berubah menjadi
migrasi yang tetap. Tidak hanya ke kota-kota di dalam negeri tapi
juga keluar negeri.
31
46
Migrasi ke luar negeri sudah dimulai sejak awal tahun 90an, tetapi jumlahnya masih sedikit. Baru setelah terjadinya krisis
moneter tahun 1998, jumlah buruh migran ke luar negeri
meningkat. Tujuan utamanya negara-negara Timur Tengah
seperti Arab Saudi atau Kuwait dengan lowongan pekerjaan
sebagai pembantu rumah tangga untuk kaum perempuan dan
sopir untuk kaum lelaki.
Migrasi ke luar negeri ini masih berlanjut hingga sekarang,
bahkan cenderung mengalami peningkatan. Pada akhir tahun
2013, jumlah penduduk Desa Dukuh Widara yang menjadi buruh
migran sebanyak 424 orang, dengan komposisi 33 orang
perempuan dan 88 orang laki-laki. Negara tujuan dan jenis
pekerjaan pun bervariasi. Singapura, Hongkong, Taiwan dan
Korea Selatan adalah negara-negara tujuan yang sedang populer
karena kondisi kerja dan gaji yang lebih menjanjikan. Taiwan dan
Hongkong umumnya menjadi tujuan para perempuan muda,
dengan lowongan pekerjaan sebagai baby sitter atau pekerja
pabrik.
Sementara Korea Selatan diminati oleh kebanyakan kaum
lelaki muda. Korea Selatan merupakan negara tujuan favorit
karena tawaran gaji yang tinggi (konon gajinya bisa mencapai
hingga Rp. 20-an juta/ bulan). Meski prosedurnya sedikit lebih
rumit karena mensyaratkan ijazah minimal SMA/ sederajat,
memiliki sertifikat lulus tes Bahasa Korea dan biaya
keberangkatan yang cukup besar (bisa mencapai sekitar Rp. 30
juta), tapi dianggap sebanding dengan gaji yang didapat.
Bekerja ke luar negeri seolah menjadi gengsi tersendiri
bagi masyarakat Desa Dukuh Widara, terutama ke negara-negara
dengan gaji yang tinggi. Peningkatan ekonomi bisa terlihat dari
rumah-rumah yang dibangun. Bentuk rumah bisa menjadi
indikasi ke negara mana anggota keluarga tersebut bekerja,
47
Gambar 2.13.
Lembaga Kursus Bahasa Asing untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin ke
luar negeri (Dokumentasi Peneliti, 2014)
51
Gambar 2. 14.
Diagram kekerabatan masyarakat Desa Dukuh Widara
Sumber : Visualisasi peneliti
2.2.5.2. Pernikahan
Pernikahan bagi masyarakat Desa Dukuh Widara bukanlah
hal yang rumit. Pernikahan umumnya dilangsungkan karena
keinginan masing-masing pasangan. Orang tua cenderung
memberi kebebasan bagi anak-anaknya untuk mencari
pasangannya masing-masing, meski saran-saran tentang
pasangan yang dianggap terbaik tetap diberikan. Proses
pernikahan juga tidak rumit. Pasangan yang akan menikah
biasanya sudah saling mengenal dan telah melalui proses yang
52
53
Gambar 2.15 .
Pemukiman Desa Dukuh Widara
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
33
bojong: menjorok ke sudut/ ujung atau tanah yang menjorok ke sungai/ laut)
56
57
Gambar 2.16.
Kompleks Makam Sunan Gunung Jati yang banyak dikunjungi
Sumber gambar: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/
jarang dilakukan saat ini dan banyak kaum muda yang sudah
tidak memahami lagi maknanya.
Ruwatan adalah ritual yang dilakukan untuk
menghindarkan seseorang dari hal-hal yang buruk. Ruwatan
biasanya dilakukan ketika seseorang hendak memasuki rumah
baru. Dalam ruwatan juga dibuat sajen. Untuk ruwatan rumah
baru, biasanya akan diundang pemain barongan. Ritual semacam
ini, juga sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Desa Dukuh
Widara.
Sementara itu, perayaan-perayaan yang bersifat
keagamaan mengacu pada hari-hari besar agama Islam. Perayaan
terbesar adalah Hari Raya Idul Fitri, ditandai dengan pulangnya
para sanak keluarga dari rantau untuk berkumpul bersama.
Sebagaimana umumnya, pada hari raya seperti ini, masingmasing rumah akan menyiapkan berbagai penganan berupa kuekue dan para tetangga serta handai-taulan akan saling
mengunjungi. Hari Raya Idul Adha juga dirayakan,tapi tidak
sebesar Hari Raya Idul Fitri dan hanya ditandai dengan
sembahyang bersama dan pemotongan hewan kurban. Hari-hari
besar seperti Maulid Nabi, Tahun Baru Islam (1 Muharram) dan
Rajaban, diperingati dengan pengajian, baik itu pengajian yang
bersifat lebih sederhana atau pengajian besar dengan
mengundang penceramah dari luar desa. Sementara untuk
perayaan yang bersifat nasional adalah perayaan 17-an, untuk
memperingati Hari Kemerdekaan RI, yang biasanya dirayakan
dengan mengadakan berbagai lomba, seperti pertandingan
olahraga, panjat pinang dan aneka lomba untuk anak-anak.
Puncak perayaan ini biasanya dengan mengadakan pertunjukan
seni.
60
2.2.8. Kesenian
Kesenian bagi masyarakat Desa Dukuh Widara erat
kaitannya dengan perayaan. Suatu pertunjukan seni diadakan jika
sedang merayakan sesuatu, entah itu secara massal maupun
individual. Perayaan yang bersifat massal biasanya terkait dengan
hari-hari besar, seperti peringatan Hari Kemerdekaan RI pada
bulan Agustus. Sedangkan perayaan yang bersifat individual
biasanya terkait dengan fase-fase penting dalam kehidupan
seseorang seperti sunatan pada anak-anak lelaki, aqiqahan, dan
terutama adalah pernikahan. Meski begitu, ada juga jenis
kesenian yang dimaksudkan sebagai tolak bala atau ruwatan.
Ada beberapa jenis kesenian yang dikenal masyarakat
Desa Dukuh Widara. Mulai dari kesenian tradisional hingga
modern. Berikut beberapa jenis kesenian yang sering diadakan di
Desa Dukuh Widara:
2.2.8.1. Barongan
Asal-usul mengenai barongan sendiri cukup sulit untuk
diperoleh informasinya dari para pegiat seni ini di Desa Dukuh
Widara. Mereka mengaku tidak memahami lagi ceritanya, atau
hanya memahami sepotong-sepotong. Somat, anak Pak Tam
pemilik barongan, misalnya, yang juga aktif sebagai pemain
seruling di kelompok barongan ayahnya, mengaku tak tahu persis
bagaimana awal mula barongan ada.35 Orang-orang tua yang
dianggap memahami ceritanya sudah meninggal dan tak
menurunkan cerita itu pada keturunannya. Somat hanya tahu
bahwa barongan dulunya berada di dalam laut dan ada tokoh
bernama Sumbing Klabang Kara yang melukis di dalam laut.
35
61
Sumber: Berokan. Yuli Adam Panji & Toto Amsar Suanda. http://www.
disparbud.jabarprov.go.id/
37
62
Gambar 2.17.
Barongan (atas) & Pentul (bawah)
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
64
65
Gambar 2.18.
Rombongan Burokan yang akan melakukan pertunjukan
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
66
67
42
68
69
44
45
46
70
71
72
73
74
75
76
BAB 3
GAMBARAN KESEHATAN MASYARAKAT
DUKUH WIDARA
3.1.
77
3.1.2. Remaja
3.1.2.1. Pengertian Remaja
Secara etimiologi, remaja berarti tumbuh menjadi
dewasa. Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19
tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut
kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun.
Sementara itu, menurut The Health Resources and Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja
adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja
awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja
akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam
terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 1024 tahun.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu:
1) Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia
antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun;
2) Secara fisik remaja ditandai oleh ciri perubahan pada
penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait
dengan kelenjar seksual;
3) Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu
mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif,
emosi, sosial, dan moral, diantara masa anak-anak menuju
masa dewasa.
Gunarsa (1978) yang dikutip oleh Eny Kusmiran (2011)
mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan
dari masa anak-anak ke masa dewasa, meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa.
78
79
80
81
82
83
84
85
86
88
90
54
55
91
94
95
96
99
100
101
58
102
103
104
60
Sumber: Idem
107
61
108
b. Desakan ekonomi
Desakan ekonomi bisa menjadikan pilihan pernikahan
usia muda. Jika dilihat dari faktor ini, adanya pernikahan usia
muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis
kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya, maka
anak perempuannya dikawinkan dengan orang yang dianggap
mampu.
c. Tingkat pendidikan
Pendidikan yang rendah makin mendorong cepatnya
pernikahan usia muda. Kaum wanita dengan pendidikan yang
rendah, memiliki kecenderungan untuk memilih menikah usia
muda. Tidak adanya kegiatan yang rutin, seperti waktu
sekolah merupakan salah satu pemicunya.
d. Sulit mendapatkan pekerjaan
Banyak dari remaja yang menganggap kalau mereka
menikah muda, tidak perlu lagi mencari pekerjaan atau
mengalami kesulitan lagi dalam hal keuangan karena
keungannnya sudah ditanggung suaminya.
e. Media massa
Gencarnya ekspos seks di media massa menyebabkan
remaja modern kian permisif terhadap seks. Kondisi ini
diperparah dengan semakin bebasnya arus edia baik cetak
maupun elektronik. Internet yang telah masuk ke daerahdaerah pedesaan, menjadikan mereka dengan mudah
mengakses pornografi sehingga mendorong mereka untuk
menikah. Di sisi lainnya kondisi ini juga semakin parah, ketika
bukan menikah yang menjadi pilihan mereka, melainkan
hubungan seks. Hal ini semakin membuat remaja terpuruk
tentunya.
f. Agama
Dari sudut pandang agama, menikah di usia muda
tidak ada pelarangan bahkan dianggap lebih baik daripada
109
110
3.1.5. Persalinan
3.1.5.1. Menunggu Persalinan
Sore itu, tanggal 27 Mei 2014 kami berhasil menemukan
rumah Mb Warni. Sebenarnya telah beberapa kali kunjungan
rumah dilakukan kepada Mb Warni, namun baru pada kunjungan
ketiga, kami bisa bertemu dengan Mb Warni.
Pada awalnya baik Mb Warni maupun suaminya nampak
bertanya-tanya tentang keberadaan kami. Pa Ahmad, suaminya
turut serta duduk di kursi tamu yang terbuat dari rotan.
Pembicaraan dimulai oleh Pa Ahmad, yang mempertanyakan
tentang keberadaan kami. Sorot mata keduanya nampak sedikit
menyelidik. Wajar saja karena memang keluarga tersebut belum
mengetahui keberadaan kami. Setelah menjelaskan maksud dan
tujuan kunjungan tersebut, Mb Marni mulai bercerita tentang
kehamilannya.
Pemeriksaan kehamilan di Puskesmas (pustu) mulai
umur kehamilan 5 bulan. Keluhan mual, pusing, muntah.
Ulu hatinya sakit, katanya kakinya di atas (maksudnya
letak sungsang, bokong berada di bagian bawah). Terus
kemarin ke dukun bayi katanya ini, pantatnya di atas.
112
113
114
115
63
116
64
117
Gambar 3.1.
Jamu bersalin komplit
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
118
119
120
a. Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk:
1) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat.
2) Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari
pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan
tahun kedua 400 kalori. Mengonsumsi tablet zat besi 1
tablet tiap hari selama 40 hari.
3) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 IU. Pemberian vitamin A
dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas
ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak.
b. Kebersihan diri
Ibu nifas dianjurkan untuk:
1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2) Menganjurkan ibu cara membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air.
3) Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi,
BAB/ BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti
pembalut.
4) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum menyentuh daerah kelamin.
5) Anjurkan ibu untuk sering menyentuh luka episiotomi dan
laserasi
c. Istirahat dan tidur
1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.
2) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
3) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
4) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan
waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam
7-8 jam.
121
122
Situasi lain juga kami amati pada Ny Uun, salah satu ibu
nifas di desa Dukuh Widara. Khususnya dalam pemahaman
tentang asi eksklusif, sejak anaknya yang pertama ibu Uun telah
memberikan makanan tambahan berupa bubur bayi instan
maupun yang membuat sendiri sejak anak Ibu Uun berusia 3
bulan. Nampaknya pengalaman anak pertamanya tersebut juga
akan dilakukan oleh ibu Uun kepada bayinya yang kedua ini.
Berbagai informasi yang kita dapatkan dari informan ibu
nifas, sesuai dengan profil Puskesmas Kalibuntu tahun 2013,
bahwa cakupan asi eksklusif memang rendah. Situasi tersebut
124
67
Sumber: Idem
125
127
Gambar 3.2.
Perawatan bayi oleh Dukun bayi
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
129
130
131
132
133
135
136
137
Gambar 3.3.
Kegiatan Posyandu di Desa Dukuh Widara
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
139
140
143
3.2.2. Kusta
Salah satu jenis penyakit menular yang ada di DesaDukuh
Widaraadalah penyakit kusta, selain penyakit TB dan Penumonia.
Menurut Bp As, salah seorang petugas/perawat di Pusesmas
Kalibuntu, yang merupakan penanggungjawab penyakit kusta,
mengatakan bahwa penderita penyakit kusta didesa dukuh
widara sebenarnya banyak, hanya susah dijaring karena mereka
belum merasakan keluahan.
Pernah saya mendatangi mereka, orang-orang yang
mengalami bercak putih/merah dan mengkilap, saya
kumpulkan dan saya berikan kepada mereka
penyuluhan. Mereka mendapat informasi bahwa gejala
seperti bercak putih/merah mengkilap yang dialaminya
merupakan penyakit kusta dan bisa diobati di
Puskesmas, eh malah mereka ga terima mbak (sambil
tertawa), sampai-sampai mereka tidak membukakan
pintu mbak, biar terkesan tidak ada orang, padahal saya
tahu mbak, mereka ada didalam rumah, akhirnya ya
sudah, saya berhenti saja, wong mereka ga butuh saya,
saya ngobati yang butuh saya saja, dari pada saya diusirusir seperi orang yang cari sumbangan.
144
150
6)
3.3.1. Hipertensi
Ibu, Tur 37 tahun mengalami hipertensi atau yang disebut
oleh ibu Tur tensinya tinggi. Menurut Ibu Tur tidak ada istilah
bludrek, kata Ibu Tur seperti ini Saya tidak mengenal istilah
bludrek mba, itu sebutan jaman dulu. Ibu Tur mengakui sering
mengalami kejadian ini jika terasa cape, pas banyak pikiran,
stress sama urusan keluarga. Gejala yang sering dirasakan saat
kumat adalah pusing/puyeng. Upaya pengobatan yang biasa Ibu
Tur lakukan adalah minum obat warung dulu, kalau obat sebut
tidak cocok baru ke fasilitas kesehatan, bisa ke Puskesmas atau
ke bidan.
Kalau sakit yang ini, ga pernah ke alternatif, pernah ke
alternatif atau ke tabib waktu sakit amandel, memang
sih adem rasane mbak, tapi ya ga sembuh.
153
155
selalu minum teh manis di malam hari, dan juga terlalu seringnya
habis makan langsung tidur, atau tidak beraktivitas.
Karena pola makan, habis makan tidur, jarang olah
raga. Pola makan yang ga teratur, terus turunan juga.70
70
156
157
158
159
perempuan. Situasi seperti ini, aganya yang menimbulkan bebanbeban yang terpendam.
Istilah yang sering digunakan oleh masyarakat d desa
Dukuh Widara, menyikapi orang orang seperti Mba As, dengan
istilah gila/edan. Demikian juga
kebanyakan tetangganya
menyebut kondisi Mba As dengan gila/edan. Rupanya Ibu Eni,
kurang menyukai sebutan tersebut, bahkan kalau anaknya sendiri
yang menyebutnya, biasanya Ibu Eni akan marah besar. Karena,
menurutnya bahwa istilah gila/edan itu hanya diperuntukkan
untuk orang yang memiliki gangguan jiwa. Khusus untuk adiknya
Ibu Eni, menyebutnya dengan depresi berat.
Masyarakat di sana menganggap bahwa penyakit jiwa ini
bukan penyakit keturunan dan dapat disembuhkan. Penderita
akan dibiarkan berkeliaran di jalanan, asalkan dianggap tidak
menimbulkan bahaya bagi orang yang lain. Salah satu penderita
penyakit jiwa di daerah tersebut dianggap dapat melakukan
tindakan yang membahayakan orang lain di sekitarnya, sehingga
penderita tersebut dilakukan tindakan pasung. Menurut keluarga
penderita pasung tersebut, penyebab penderita sampai terkena
penyakit jiwa adalah dikarenakan masalah pribadi. Dan karakter
penderita yang sedikit tetutup. Penderita sudah pernah di rawat
di rumah sakit jiwa, dan sudah dinyatakan sembuh, sudah pernah
juga dilakukan pengobatan alternative ke paranormal, namun
setelah pulang dari perawatan rumah sakit ternyata penderita
kambuh kembali dan melakukan tindakan yang dianggap
membahayakan orang lain. Berbagai penyebab penyakit jiwa di
desa Dukuh Widara ini dikarenakan beberapa hal, seperti
permasalahan ekonomi keluarga, karena kekecewaan pada
keluarga yang dipercayai, dan karena hubungan pribadi dengan
lawan jenis. Puskesmas Kalibuntu sendiri memfasilitasi rujukan
untuk penderita penyakit jiwa agar berobat ke Rumah Sakit
160
Gambar 3.4.
Penderita Gangguan Jiwa yang dipasung oleh keluarganya
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
161
72
162
74
75
163
164
78
165
80
81
82
166
Pelayanan
Pelaksana
Pertama
Pendaftaran
Kader
Kedua
Penimbangan
Kader
Ketiga
Pengisian KMS
Kader
Keempat
Penyuluhan
Kader
Kelima
Pelayanan Kesehatan
Sumber:
ferryngongo.blogspot.com/2012/10/makalah-perbedaan-gizikurang- dan-gizi.html?m=1
168
84
85
Sumber:Hanum Marimbi,2010
86
169
Gambar 3.5.
Tempat Kegiatan Posyandu di Blok Kliwon, Desa Dukuh Widara
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
lebih dari delapan kali per tahun, jumlahkader 5 orang atau lebih,
cakupan program utamanya lebih besar dari 50%. Sudah ada dan
program tambahan dana sehat, d) Posyandu mandiri (biru).
Kegiatannya secara teratur, cakupan lima program utama sudah
bagus. Ada program tambahan dan dana sehat menjangkau lebih
dari 50%.87
Dari kelima Posyandu di Desa Dukuh Widara, semuanya
sudah tergolong kriteria Posyandu Madya, dimana jumlah kader
setiap Posyandu sudah berjumlah lima dan cakupan program
lebih besar dari 50%. Namun belum memiliki program tambahan
dan dana sehat belum menjangkau 50%.
3.4.3. Memberikan ASI Ekslusif
Berdasarkan Data profil Promkes Dinas Kesehatan
Kabupaten Cirebon tahun 2013 didapatkan data ASI Ekslusif
tahun 2013 di Desa Dukuh Widara adalah 33 (1,98%).88
Masyarakat terutama ibu-ibu balita sudah banyak yang
mengetahui bahwa pemberian ASI saja sampai enam bulan, dari
bidan, pada saat kelas ibu hamil, membaca dari buku pink/KIA,
yang mereka miliki. Dalam kegiatan kelas ibu hamil, bidan dari
Puskesmas memberikan informasi berkaitan tentang ASI Ekslusif,
serta tentang kegiatan Pojok ASI yang disampaikan oleh Konselor
ASI yaitu Tenaga Kesehatan Puskesmas Kalibuntu yang sudah
mengikuti pelatihan Konselor ASI, yaitu Bidan Koordinator dan
Bagian Gizi. Namun belum semua informan mengetahui tentang
kolostrum dan kemanfaatannya, walaupun kolostrum ini sudah
disampaikan pada kegiatan kelas ibu hamil, dimulai pemberian
87
88
171
Gambar 3.6.
Kegiatan Kelas Ibu Hamil
di Desa Dukuh Widara
Kecamatan Pabedilan
Kabupaten Cirebon
Sumber: Dokumentasi
Peneliti, 2014
172
90
91
92
173
Gambar 3.7.
Jamu tradisional yang
dikonsumsi saat ibu nifas
Sumber: Dokumentasi
Peneliti, 2014
94
174
95
175
97
176
idem
177
Gambar 3.8.
Anak yang sedang Buang air Besar di pekarangan pohon bambu
Desa Dukuh Widara
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
1)
99
178
2)
3)
4)
5)
Gambar 3.9.
Pembakaran sampah oleh warga di pekarangan
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
179
100
180
181
Gambar 3.10.
Peralatan masak yang digunakan salah satu
warga masyarakat
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
102
182
Gambar 3.11.
Tempat masak menggunakan kayu dirumah salah satu warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
183
Gambar 3.12.
Suami yang merokok di dalam rumah dekat
istrinya yang sedang hamil
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
184
Gambar 3.13.
Tempat mandi dan sumber air untuk mandi warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
185
Gambar 3.14
Tempat penampungan air sementara untuk minum dan masak
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
104
186
105
187
Gambar 3.15.
Tempat penampungan air sementara untuk keperluan sehari-hari
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
Gambar 3.16.
Tempat mandi warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
188
Gambar 3.17
Penggunaan kelambu di dalam kamar tidurwarga
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
189
106
190
BAB 4
OYOG,
GOYANGAN LEMBUT JEMARI DUKUN BAYI
191
Dukun bayi, sering juga disebut paraji, merupakan istilah lokal yang
biasanya digunakan oleh masyarakat Sunda. Namun di Desa Dukuh Widara,
yang masyarakatnya adalah Etnik Jawa, dukun bayi disebut dukun bayi
karenanya, dalam tulisan ini istilah yang digunakan tetaplah dukun bayi.
192
menjadi mitra bidan dalam perawatan ibu dan bayi pada aspek
non medisnya108.
Tabel 4.1. Dukun bayi yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Kalibuntu, 2014
Dukun Bayi
No
Nama Desa
Jml
Terlatih
Tidak
Terlatih
Keterangan
1.
Pasuruan
Tidak terdata
oleh Puskesmas
2.
Dukuh Widara
3.
Kalimukti
4.
Kalibuntu
5.
Sidaresmi
6.
Babakan Losari
7.
Total
Sumber: Profil Puskesmas Kalibuntu tahun 2013
13
193
109
194
195
Mak Inah saat ini adalah dukun bayi yang cukup laris.
Dalam satu pagi, ia bisa memandikan hingga 4 bayi. Pasiennya
tidak hanya terbatas pada orang-orang di sekitar tempat
tinggalnya, tetapi sampai desa-desa terdekat. Pasien biasanya
akan datang menjemput jika membutuhkan jasanya.
Di masa lalu, ia sering menolong proses melahirkan. Tapi
dengan adanya peraturan dari pemerintah yang melarang
seorang dukun bayi menolong kelahiran, Mak Inah pun lebih
banyak melakukan pekerjaan mendampingi bidan dalam proses
kelahiran dan juga perawatan ibu dan bayi setelah melahirkan, di
samping juga melakukan pijat atau urut pada masyarakat luas
yang menginginkan jasa pijatnya.
Mak Inah sudah beberapa kali mengikuti pelatihan untuk
dukun bayi yang diselenggarakan oleh Puskesmas atau Dinas
Kesehatan setempat. Ia juga sudah paham konsekuensi jika
melakukan pertolongan pada ibu melahirkan. Ia mengaku selalu
memanggil bidan ketika ada seorang yang hendak melahirkan
dan meminta pertolongannya. Saat ini, anak dan cucu Mak Inah
bahkan bersekolah di sekolah kesehatan. Salah seorang anak
lelakinya menjadi tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit
tentara, sedangkan cucunya sekolah di sekolah menengah
kesehatan. Konon, anak dan cucunya ini sering menasehati Mak
Inah agar tidak melakukan persalinan sendiri.
Mak Inah juga merasa, bahwa arwah sang nenek masih
sering mengikutinya. Jika ia melakukan hal-hal yang tak benar
sang nenek konon akan menegurnya. Sebelum menjadi dukun,
Mak Inah mengaku harus melakukan ritual-ritual terlebih dahulu,
seperti puasa mutih.Hingga sekarang pun, Mak Inah masih sering
berpuasa.
Sudah sekitar 25 tahun Mak Inah menjadi dukun bayi.
Dari empat orang anak, ia memperoleh 7 orang cucu. Mak Inah
berpikir bahwa salah seorang anaknya, yakni anak perempuan
196
197
198
199
200
Gambar 4.1.
Perlengkapan nebus weteng: kelapa gading muda, kain 7 lembar,
air kembang 7 rupa
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
1) Bunga tujuh rupa. Jenis bunga bisa apa saja asalkan tujuh
jenis. Bunga-bunga yang sering digunakan adalah bungabunga yang mudah di dapat seperti bunga bugenvil, bunga
sepatu, bunga mawar, bunga asoka, bunga melati, bunga
kenanga, dan bunga kantil. Dan tak ketinggalan adalah
kembang jambe (bunga pinang) yang konon menyimbolkan
harapan agar kelak si jabang bayi mudah dalam mencari
rezeki.
2) Saweran (uang logam)
3) Kelapa gading muda (biasanya akan diukiri tulisan Arab berisi
doa keselamatan) simbol jabang bayi yang dilahirkan
4) Krubungan (tempat pemandian)
5) Kain panjang 7 lembar.
Prosesinya meliputi:
1. Bunga tujuh rupa dan saweran dimasukkan ke dalam air
yang dipersiapkan untuk mandi ibu hamil
2. Ibu hamil dibimbing oleh dukun bayi keluar dan masuk
rumah dari pintu yang berbeda, hal ini sebagi simbol
proses kelahiran yang lancar
3. Masuk ke tempat pemandian. Ibu hamil siap dimandikan
dalam posisi duduk dan memeluk kelapa gading di
dadanya.
4. Dukun bayi berdiri di depan ibu hamil, mengambil air
bunga tujuh rupa, membaca doa kemudian
menyemburkannya ke perut ibu hamil dan dilanjutkan
dengan mengguyurkan air sebanyak 3 kali oleh dukun bayi
dan dilanjutkan empat orang kerabat masing-masing satu
kali guyuran. Setiap guyuran yang dilakukan oleh dukun
bayi atau kerabat, ibu hamil akan berdiri hingga kelapa
gading hingga jatuh ke bawah. Hal tersebut diulang
sampai dukun bayi dan semua kerabat selesai mengguyur.
204
Doa-doa ini bisa saja berbebeda antara satu dukun dengan dukun yang lain.
Meski begitu isinya hampir selalu sama, yakni mendoakan kebaikan untuk ibu
dan jabang bayi.
205
Gambar 4.2.
Bubur lolosan
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
206
207
membantu
proses
persalinan
dengan
cara
saling
mengkominikasikan satu sama lain.
Peran-peran dukun bayi lebih pada menemani dan
menenangkan sang ibu yang hendak melahirkan, seperti
memberi pijatan-pijatan ringan untuk memberi rasa nyaman.
Selama proses ini, seringkali dukun bayi harus meluangkan
seluruh waktunya mendampingi si ibu. Dukun bayi biasanya akan
mengambil peran seperti memberi usapan-usapan lembut untuk
meredakan rasa sakit, atau mengawasi proses ketika ibu hendak
melahirkan (pembukaan). Selama masa kesakitan, dukun bayi
akan mendampingi bersama anggota keluarga yang lain,
sementara itu bidan akan mengambil peran ketika proses
kelahiran (membantu persalinan) atau juga memberikan rujukan
ketika proses kelahiran sulit. Bidan biasanya hanya datang untuk
mengecek proses pembukaan dan ketika proses persalinan sudah
mendekati waktunya. Ketika proses persalinan selesai, bidan
biasanya akan langsung pulang, sementara dukun bayi akan tetap
tinggal mengurus sang ibu dan bayinya.
Pada kasus ketika seorang ibu yang hendak melahirkan
harus dirujuk ke rumah sakit, dukun bayi biasanya akan diajak
oleh anggota keluarga untuk menemani sang ibu. Tak jarang,
dukun bayi juga dipercaya untuk melakukan komunikasi dengan
pihak rumah sakit. Sehingga ketika si ibu pulang ke rumah dan
masih harus meneruskan proses pengobatan, dukun bayi akan
tetap dilibatkan. Pada kasus Ibu Ita misalnya, yang harus dirujuk
ke salah satu rumah sakit swasta dan akhirnya harus melahirkan
dengan cara operasi caesar, selama masa operasi, didampingi
oleh dukun bayi, Mak Isah. Selanjutnya sepulang dari rumah
sakit, Mak Isah juga mengambil peran perawatan pada Ita,
seperti mengawasi proses minum obat dan perawatan luka
(membersihkan luka, mengganti perban) hingga sembuh.
208
209
Gambar 4.3.
Memandikan bayi oleh Dukun Bayi
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
Nggeyong
Nggeyong adalah ritual yang dilakukan setelah tali pusar
bayi kering dan lepas. Nggeyong atau ngayun yakni ritual
membuatkan ayunan dan mengayun bayi untuk pertamakalinya.
Ritual ini biasanya akan dibarengi dengan ritual mangku,
mengubur ari-ari dan ditutup dengan markabanan.
Pada ritual nggeyong, dukun bayi dengan dibantu anggota
keluarga
yang
melahirkan
(biasanya
suami)
untuk
mempersiapkan perlengkapannya berupa:
1. Tali tambang untuk mengikat ayunan
2. Besi untuk mengikat ayunan
3. Bunga dan dedaunan yang di buat rentengan (rangkaian)
dan digantung di tengah ayunan, biasanya terdiri dari:112
112
210
Gambar 4.4.
Bayi dalam geyongan yang dihias aneka bunga dan perwanten (sajen) berupa
jajan pasar tujuh rupa, nasi tumpeng dan lilin
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
211
Gambar 4.5.
Ritual Mangku
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
213
214
Gambar 4.6.
Ari-ari yang disimpan di dalam kendi tanah liat dengan bunga-bungaan,
lawe,ginjel dan angen-angen
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
215
216
Gambar 4.7.
Ritual nyukur, sajen dan candil
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
219
113
220
114
115
116
117
221
222
Sumber: Westhof & Ernst, 1992 dalam Edzard Ernst, dalam Evidence-based
massage therapy: a contradiction in terms? (http://www.sld.cu/galerias/
pdf/sitios/rehabilitacion-doc/massage_therapythe evidence_for_ practice.pdf)
223
224
Dukun Bayi)
Dengan gerakan mek-mek ini, kadang dukun bayi juga bisa
mendeteksi jika ada kelainan pada kehamilan seseorang. Seperti
yang diungkapkan oleh Mak Isah. Ia pernah diminta mek-mek
kehamilan seseorang dan merasakan ada yang tidak beres.
225
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mak Inah bahwa ia sama
sekali tak mau jika diminta melakukan aborsi:
Kalau ada orang yang mau nggugurin, emoh, banyak
terimakasih. Dari turunan juga nggak boleh.
226
hari setelah melahirkan, ada juga yang empat puluh hari setelah
melahirkan. Tapi sengkak tidak dilakukan pada ibu yang
melahirkan melalui proses operasi karena dukun bayi paham, hal
itu bisa membahayakan bekas luka pada sang ibu. Meski begitu,
seorang ibu yang pernah melahirkan melalui proses operasi tapi
sudah sembuh dan pada proses melahirkan saat ini normal, bisa
dilakukan pijat sengkak.
Pada pijat sengkak ini, juga melibatkan gerakan dijubur
yakni menekan-nekan bagian anus dengan tujuan yang sama
seperti sengkak.
Ari dijubur kuwi ntas ngeden-ngeden iku kiyene mlorot.
pantatnya, anusnya. Misale krasane gandul-gandul,
blenak, apa. Arane dijubur, didorong-dorong gini, kan
terusan enak. Ngko disengkak ngono, oleh badan kabeh.
Terus mlakune enak. (Mak Iyah, Dukun Bayi)
(Kalau dijubur itu setelah mengejan-ejan, itunya
melorot. Pantatnya, anusnya. Rasanya seperti ada yang
menggantung, tidak nyaman. jadi dijubur, didorongdorong, nanti jadi enak. Nanti disengkak juga, pijat
seluruh badan. Nanti jalannya jadi enak).
tindakan, sering dilekati kata hubung di sehingga menjadi dioyog, dan masyarakat Desa Dukuh Widara sering melafalkannya
menjadi doyog.
Yang namanya bahasa doyog, karena posisi bayi tidak
pada tempatnya. Dibenarkan namanya dioyog. Nanti jadi
enak.(Pak Soleh, Perangkat Desa)
Katanya sih dipegang, katanya biar pengin tahu
posisinya bener apa nggak kepalanya ada dimana.(Rina,
Ibu Hamil)
Oyog sengerti saya [...] itu diurut, perutnya diurut kalau
sakit, mbateg kalau istilah jawanya itu, nyengkal,
katanya suruhnya dioyog. (Ima, Ibu Hamil)
"Oyog sih ya mbeneraken bayi sing orang bener.(Mak
Isah, Dukun Bayi)
Oyog itu buat mbenerin baby,atau perut-perut yang
sakit, buat ibu hamil, gitu. (Sam, Ibu Hamil)
Dioyog, misale lamun bayi manjing jero [...] oleh bayi
ana sing sesek, kan ana ngeluhe ngko dimek mek kan
enak, lega. (dioyog, kalau ada bayi yang masuk ke
bawah, sehingga membuat perut ibu sesak. Nanti
dipegang-pegang (oyog), jadi lega) (Bi Yah, Dukun Bayi)
Ya dibenerin biar nggak rawan [] di benerin. Kan
kadangkadang kalau dibawa ini bisa turun.
Membenarkan posisi bayi. Misalnya kalau bayi
tengkurap ya dibenerin. Kalau posisinya udah mau lahir
kepalanya di atas ya diturunin. (Bi Irah, Dukun Bayi)
"oyog itu kayak apa ya, membenarkan posisi bayi
istilahnya sungsang kayak gitu, karena mungkin usia
kandungannya mungkin sudah dewasa, udah tua,
biasanya kan harus posisi kepala di bawah, masih ada
229
119
231
232
121
233
234
Gambar 4.8.
Salah satu gerakan oyog
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
235
Gambar 4.9.
Gerakan oyog yang lain
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014
236
237
238
239
240
242
244
245
246
247
255
257
258
260
261
263
Sementara itu, Bidan Ila juga tidak menyarankan ibu hamil untuk
melakukan oyog demi keamanan ibu hamil. Ia khawatir bahwa
oyog justru akan berdampak negatif pada kehamilan.
Kalau dioyog itu, persepsi kita takut digimana-gimanain,
takut keras, karena kita sebenarnya juga nggak tahu
seperti apa. Nah, kita sebenarnya tidak membolehkan.
Ditakutkannya posisi plasentanya atau apa, kita kan
nggak tahu, barangkali tali pusatnya pendek dioyog-oyog
jadinya gimana. Intinya sih begitu saja.
264
Gambar 4.10.
Persamaan manuver Leopold dengan gerakan oyog
Sumber: Midwifery Apprenticeship, crassmidwife.blogspot.com,
dan dokumentasi peneliti, 2014
266
267
268
270
271
Bagi Mba Fira posisi bayi yang betul bukan ditentukan oleh
pijatan, tetapi memang sudah dari sananya posisi bayi akan
benar. Ada kalanya memang, posisi bayi yang salah, tetapi ini bisa
diluruskan dengan posisi nungging, misalnya, bukan dikarenakan
pijatan dukun bayi.
Lancarnya persalinan menurut Mba Fira juga bukan
disebabkan oleh oyog, namun ditentukan oleh makanan yang
dimakan oleh ibu selama kehamilan. Selain itu lancarnya
persalinan juga didukung oleh psikologis ibu hamil selama
kehamilan dan persalinannya. Mba Fira sering mencari informasi
di internet, terkait berbagai masalah dalam kehamilan dan
persalinan. Semua informasi tersebut semakin menguatkan
keyakinan Mba Fira terhadap tenaga kesehatan dan sebaliknya
membuatnya semakin kurang mempercayai tenaga tradisional
yang ada. Mba Fira merasa sudah cukup hanya memeriksakan ke
tenaga kesehatan. Tradisi dalam asuhan kehamilan pernah
dilakukan oleh Mba Fira, namun itu juga hanya berlaku pada
tradisi yang menurutnya rasional. Salah satu contohnya adalah
pada acara 4 bulanan. Acara ini menurut Mba Fira bermanfaat
bagi bayi yang dikandungnya, karena acara tersebut berisi bacaan
doa dan ayat suci al Quran yang sangat bermanfaat untuk bayi
yang baru ditiupkan ruhnya. Bacaan ini yang akan membuat bayi
menjadi tenang dan tumbuh sehat. Demikian juga untuk ibu yang
mengandung, bacaan tersebut akan membuat orang tua
khususnya ibunya menjad tenang dan terhindarkan dari berbagai
masalah. Hingga saat ini kehamilan Mba Fira berlangsung lancar.
Ia memiliki rencana persalinan di tenaga kesehatan khusunya
bidan.
275
126
276
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1.
Kesimpulan
277
antara 4-7 bulan dan disebut hamil tua jika usia kehamilan 79/10 bulan.
Pemeriksaan kehamilan merupakan komponen yang
sangat penting dalam asuhan kehamilan. Pada Ibu hamil di Desa
dukuh Widara, pemeriksaan kehamilan telah dilakukan oleh ibu
hamil sejak awal kehamilan/sejak ia merasa hamil. Ibu yang
merasa hamil akan melakukan pemeriksaan, untuk mengetahui
hamil atau tidaknya dan mengurangi beberapa keluhan yang
mungkin muncul dalam kehamilan muda. Selain itu Ibu bidan
Desa dan Bidan koordinator juga bekerjasama dengan kader
Posyandu untuk segera menginformasikan kepada bidan desa,
jika mendengar ada ibu yang hamil. Pola pengobatan pada ibu
hamil di Desa Dukuh widara, tidak berbeda dengan pola
pengobatan pada masyarakat pada umumnya. Sedikit
perbedaan, adalah ketika ibu hamil tersebut sakit, maka akan
langsung melakukan pengobatan ke fasilitas kesehatan, berbeda
halnya pada masyarakat umumnya, ketika sakit, jika sakit dirasa
tidak parah, pengobatan dilakukan secara pribadi dengan
membeli obat-obat generik yang dijual di warung-warung.
Pada periode selanjutnya dimasa persalinan dan nifas, para
ibu di Desa Dukuh Widara akan berhadapan dengan berbagai
tradisi-tradisi yang cukup banyak khususnya setelah bayi lahir.
Berbagai tradisi tersebut dari mulai namu-namu, ngubur ari-ari,
mangku, nggeong, nyukur rambut dan tradisi turun tanah.
Pada kondisi ideal ASI harus diberikan kepada bayi secara
eksklusif. Namun pada kenyataannya ada saja hal-hal yang
menghambat pemberian ASI kepada bayi. Misalnya alasan ASI
tidak keluar, kondisi ibu yang belum stabil, maupun komposisi
ASI yang dianggap belum mencukupi kebutuhan bayi. Alasan
yang terakhir ini sering diungkapkan oleh kebanyakan ibu
menyusui. Berbagai informasi yang kita dapatkan dari
informan ibu nifas, sesuai dengan profil Puskesmas Kalibuntu
279
280
281
282
283
285
286
INDEKS
B
I
barongan 60, 61, 62, 63, 64,
65
budaya kesehatan 2, 4, 8
D
diet 6
F
fasilitas kesehatan 3, 11, 14,
110, 142, 153, 163, 251, 279
287
K
kader 105, 164, 167, 170, 171,
249, 279
kandungan 97, 98, 106, 116,
117, 226, 237, 251, 257, 265,
273, 274, 284, 285, 292
kebrojolan 116, 224
kebudayaan 1, 11
kehamilan 6, 7, 8, 11, 13, 59,
77, 81, 90, 96, 99, 100, 101,
102, 103, 104, 105, 106, 107,
108, 111, 113, 117, 127, 135,
167, 193, 202, 206, 207, 224,
225, 226, 230, 233, 234, 235,
237, 238, 240, 241, 242, 245,
246, 247, 248, 249, 250, 252,
253, 254, 255, 257, 259, 262,
263, 264, 265, 266, 268, 269,
270, 271, 273, 274, 275, 276,
277, 278, 279, 283, 284, 285
kekeluargaan 69
kelahiran 2, 3, 59, 101, 112,
115, 116, 122, 127, 130, 134,
193, 196, 197, 201, 204, 206,
207, 208, 216, 219, 220, 222,
234, 241, 242, 243, 246, 252,
262
keluhan 13, 71, 87, 103, 104,
105, 112, 140, 142, 150, 159,
223, 227, 233, 234, 240, 241,
245, 246, 247, 250, 251, 252,
253, 255, 256, 257, 259, 260,
288
L
Leopold 9, 265, 266, 284, 285
lokal spesifik 1, 10
M
makanan 1, 4, 6, 11, 49, 58,
59, 73, 86, 87, 120, 121, 122,
123, 124, 125, 126, 137, 147,
151, 154, 156, 163, 167, 168,
N
nujuh bulanan 104, 202, 206,
248, 249, 250
O
obat tradisional 7
orang pintar 71, 72, 73
organisasi 12, 38, 54, 55, 57,
78, 94, 101
oyog 8, 13, 200, 201, 205, 206,
224, 226, 228, 229, 230, 231,
232, 233, 234, 235, 236, 237,
238, 239, 240, 241, 242, 243,
244, 245, 246, 247, 248, 250,
252, 253, 255, 256, 258, 259,
260, 261, 262, 263, 264, 265,
266, 268, 269, 270, 271, 272,
274, 275, 276, 282, 283, 284,
285
P
pantangan 1, 6, 11, 86, 119,
120, 140, 147, 151, 152, 153,
156, 249, 255, 257, 280
paraji 13, 15, 93, 102, 103,
115, 164, 192, 253, 260
parem 118, 119
pasangan 48, 52, 53, 96, 98,
166, 226
pekerjaan 45, 46, 47, 49, 50,
51, 59, 86, 89, 92, 109, 125,
126, 141, 145, 158, 194, 196,
197, 200, 217, 256
pelatihan 128, 171, 192, 193,
196, 197, 199, 200, 201
pelayanan kesehatan 3, 5, 9,
12, 70, 126, 165, 167
pemeriksaan 99, 104, 105,
106, 140, 141, 142, 146, 151,
154, 155, 167, 189, 237, 248,
251, 253, 255, 257, 266, 267,
273, 274, 276, 279
pemijatan 6, 205, 224, 227,
232
pendapatan 125, 126, 168
penduduk 3, 27, 31, 39, 43,
45, 46, 47, 55, 96, 101, 165,
168, 254, 257, 271, 281
pengamatan 16, 18, 130, 131,
265, 268, 284, 285
pengasuhan 90, 91, 92, 93,
238
289
290
R
ramuan 12, 72, 119
rehabilitatif 5
S
sajen 59, 60, 64, 211, 218
Sejarah 20, 23, 26, 32, 35, 67,
292
sistem kekerabatan 12, 50
slametan 58, 59, 206
sosial 1, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12,
78, 84, 85, 86, 87, 89, 91, 92,
108, 125, 168, 237, 285
Sunat perempuan 278
sunatan 59, 61, 63, 65
T
tanda bahaya 104, 105
tenaga kesehatan 2, 4, 42, 69,
70, 71, 72, 77, 93, 94, 95,
W
wiladah 219
291
GLOSARIUM
Babat alas
Barongan
Berkatan
Bilineal
Blok
Burokan
Caruban
Derep
Genjring
Grage
Jamu-jamu
Jawa ngapak
292
Jemiahan
Kesambet
Kuwu
Lugu
Mega Mendung
Mendak Tahun
Ruwatan
Sajen
Sedekah bumi
Slametan
Tandur penganten
Tarling
Teluh
Udun-udun
Unggah-unggah
293
Sawan
Sawan wangke
Sawan burok
Widara
Yasinan
294
DAFTAR PUSTAKA
295
296
remaja
dan
299
300