You are on page 1of 4

The 7 Laws of Happpiness

Category : Books
Genre : Nonfiction
Author : Arvan Pradiansyah
Penyunting Naskah : Budhyastuti R.H
Penerbit : Kaifa, September 2008
Tebal : 428 hal

Mengontrol Pikiran Meraih Kunci Kebahagiaan


Banyak yang mendefinisikan kebahagiaan identik dengan kesenangan dan
kesuksesan. Namun faktanya tidak sedikit yang bergelimang harta dan meraih
popularitas malah depresi alih-alih merasa bahagia. Ketika memilih kesenangan
dan menganggapnya sebagai kebahagiaan kita sudah bejalan kearah yang berbeda
dengan jalan kebahagiaan. Karena ternyata kebahagiaan dan kesenangan adalah
dua hal yang berlawanan. (hal.25)
Ternyata ada cara yang sangat sederhana untuk meraih kebahagiaan. Yang
dibutuhkan hanya kemauan mengelola pikiran. Memilah yang akan digunakan
dan membuang yang tidak bermanfaat. Untuk menjadi bahagia kita harus tegas
menentukan pikiran macam apa yang layak bermukim dalam otak. Orang bijak
mengatakan You are what you think.

Kalimat tersebutlah yang menjadi cikal bakal buku terbaru karya Arvan
Pradiansyah, The 7 Laws of Happpiness : Tujuh Rahasia Hidup yang Bahagia.
Idenya cukup sederhana, agar bisa sukses dalam hidup yang harus dilakukan
adalah memilih tindakan untuk mencapai kebahagiaan , memilih tindakan saja
tidakklah cukup , agar bisa bahagia kita harus memilih pikiran.
Mengikuti arus kehidupan yang penuh dengan rutinitas sering membuat kita lupa
apa tujuan hidup yang sebenarnya. Padatnya hari dan besarnya tuntutan
pekerjaan membuat kita berpindah dari satu tugas ke tugas yang lain, dan
dampaknya masalah sepele membuat suasana hati menjadi sangat buruk .
Buku ini semacam pelatihan untuk menumbuhkan kebahagiaan dengan cara
memilih pikiran positif dan fokus pada pikiran tersebut. Pikiran dipengaruhi oleh
asupan makanan yang dikonsumi otak sehari-hari. Apa yang dilihat, didengar,
ditonton, bacaan yang dibaca, semua hal yang mempengaruhi pikiran.
Salah satu contoh yang dikemukakan oleh Arvan adalah tentang seseorang yang
tiba-tiba menyalip kendaraan anda. Anda bisa saja mengejar orang itu dan
memaki-makinya. Anda memilih tidak melakukannya, tetapi masih memendam
marah. Memilih respons, ternyata, tidak serta merta membuat Anda bahagia.
Namun Anda bisa memilih untuk berpikir bahwa sang penyalip mungkin sedang
dalam kesulitan dan mendoakan agar sampai tujuan dengan selamat.
Kejadian diatas merupakan fakta dilapangan yang sering terjadi dan luput dari
perhatian. Kita membiarkan kekesalan dan emosi menguasai diri, membiarkan
pikiran negative menguasai pikiran positif dan membiarkan hal-hal buruk masuk
tanpa permisi. Mungkin banyak diantara pembaca yang tidak sadar berapa banyak
waktu terbuang didepan tv, menonton sinetron yang mengajarkan kekerasan dan
pornografi, menonton iklan yang menancapkan pemahaman untuk menjadi cantik
haruslah berambut lurus dan berkulit putih, menyaksikan gossip selebriti yang
kemudian membentuk opini bahwa kawin cerai adalah hal yang wajar. Kita
menghabiskan banyak waktu dengan menonton, mendengar, membaca, dan
membicarakan sampah, sampah-sampah pikiran.
Dalam buku ini Arvan membagi the Seven Laws of Happiness menjadi 3 bagian,
masing-masing bagian dijabarkan kembali menjadi 7 rahasia yang sarat dengan
contoh kejadian sehari-hari, yang jika ditelaah lebih lanjut mudah-mudahan
mampu menarik kita masuk kedalam rel kebahagiaan.

Adapun ketujuh rahasia yang dimaksud Arvan Pradiansyah adalah :


1. Sabar (patience).
2. Syukur (gratefulness).
3. Sederhana (simplicity).
4. Kasih (love).
5. Memberi (giving).
6. Memaafkan (forgiving).
7. Pasrah (surrender).
Ketujuh hukum ini di golongkan dalam 3 kategori sebagai berikut :

Kategori berhubungan dengan diri sendiri


1. Patience (kesabaran)
Sabar adalah menyadari bahwa segala sesuatu itu berproses, karena hidup ini proses
yang terindah. Sabar itu bukanlah mengurut dada saja, tapi menyatukan badan
dan pikiran di satu tempat hingga bisa menikmati proses.
2. Gratefulness (syukur)
Syukur adalah menyadari bahwa kita sudah memiliki modal yang cukup untuk
bahagia. Syukur mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang telah kita miliki,
meresapinya, dan menikmati setiap detailnya, hingga menyadari potensi kita
sepenuhnya.
3. Simplicity (sederhana)
Sederhana merupakan kemampuan menangkap hakikat di balik setiap kerumitan.
Sederhana berfokus pada tujuan dan masalah yang kita hadapi, jadi anggap semua
itu sederhana dan jangan berpikir rumit?

Kategori hubungan kita dengan orang lain


4. Love (kasih)
Kasih adalah landasan kita untuk berhubungan dengan orang lain. Kasih tidak
pernah menghitung keuntungan yang sebenarnya mengisyaratkan hubungan
transaksional, tapi melainkan sebuah landasan fundamental bahwa mengasihi
orang lain merupakan sebuah keuntungan.

5. Giving (memberi)
Kasih hanya akan menjadi teori bila tak diwujudkan dengan memberi. Memberi
disini buka melakukan sesuatu dengan harapan yang setimpal, tapi bertindak atas
dasar sudah seharusnya dilakukan karena rasa kepedulian yang terbersit di hati.
ini disebut Ikhlas
6. Forgiving (memaafkan)
Memaafkan adalah bentuk pemberian yang tersulit, karena adanya mitos yang
kita percaya bahwa memaafkan menunjukan kelemahan dan hanya
menguntungkan orang lain. Padahal memaafkan itu mengajarkan/melatih cara
bersikap terhadap diri kita sendiri.

Kategori hubungan kita dengan Sang Pencipta


7. Surrender (berserah)
Tawakkal.. yaa itulah kunci penutupnya! berserah diri kepada Tuhan setelah kita
berusaha semaksimal mungkin. Berserah itu memberikan sesuatu yang tidak
mampu kita kerjakan kepada Tuhan, Ingat! Tuhan tidak akan akan melakukan
sesuatu yang kita sendiri mampu melakukannya.
Bahagia selalu !
Salam berbagi,

Hendra Yanuar

hidup adalah berbagi


karena dengan berbagi, hidup menjadi berarti

You might also like