Professional Documents
Culture Documents
PRAKTIK KEDOKTERAN
(Masukan untuk pembuatan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Standar
Pelayanan Kedokteran)
A. PENDAHULUAN
1. Peningkatan pelayanan merupakan upaya
berkelanjutan
Upaya
peningkatan
kualitas
pelayanan
kesehatan
senantiasa
pertanyaan
klinis,
mencari
evidence
mutakhir,
yang
berlaku
secara
nasional
dan
panduan
pelaksanaan,
PPK
yang
berlaku
lokal
dapat
untuk
menegakkan
diagnosis,
memberikan
pelayanan
Kedokteran
menetapkan
apa
yang
pelayanan,
standar
pelayanan
Kedokteran,
standar
Kedokteran,
standar
profesi,
prosedur
operasional
1.
Pedoman
Nasional
Pelayanan
Kedokteran
1.1. Uraian umum
Pedoman nasional pelayanan Kedokteran (PNPK) adalah penyataan yang
dibuat secara sistematis yang didasarkan pada bukti ilmiah (scientific evidence),
untuk membantu dokter dan pembuat keputusan
penyakit atau kondisi klinis yang spesifik. Sinonim: clinical guidelines, clinical
practice guidelines, practice parameters.
informasi
pada
PNPK
ini
bersama
dengan
sesuai
dengan
kondisi
fasilitas
setempat.
Dalam
Panduan
Pelayanan
Kedokteran
(PPK).
berminat,
profesi,
fakultas
termasuk
Kementerian
kedokteran,
rumah
Kesehatan,
sakit,
organisasi
lembaga
swadaya
pakar-pakar
organisasi
profesi
tanpa
koordinasi
dengan
terdapat
kecenderungan
koordinasi
oleh
dengan
demikian
PNPK
dibuat
oleh
kelompok
pakar
Sahih / valid
Reproducible
Cost-effective
Fleksibel
Jelas
lain
laksananya
memerlukan
tidak
yang
diangap
PNPK.
sudah
Untuk
"mapan"
tata
penyakit-penyakit
Pelayanan
Kedokteran
(KPM)
menulis
surat
D. Tampilan PNPK
Tampilan PNPK dibakukan, dengan sampul yang menunjukkan
pengesahan dari Kementerian Kesehatan serta organisasi
profesi yang terlibat dalam pembuatan PNPK.
Para pakar yang langsung terlibat dalam pembuatan PNPK
dicantumkan sebagai kontributor.
sehingga
setelah
pasien
didagnosis,
diberikan
stroke
non-hemoragik
memerlukan
pendekatan
2.2. Tujuan
Tujuan PPK mencakup:
Meningatkan
kualitas
pelayanan
pada
keadaan
klinis
dan
lingkungan tertentu
Mengurangi jumlah intervensi yang tidak perlu atau berbahaya
Memberikan
opsi
pengobatan
terbaik
dengan
keuntungan
maksimal
Memberikan opsi pengobatan dengan risiko terkecil
Memberikan tata laksana dengan biaya yang memadai
2.3.
PPK
untuk
penyakit
atau
kondisi
Pembuatan
PPK
dikoordinasi
oleh
Komite
non-hemoragik
sesuai
untuk
dibuat
alur
klinis
dalam
protokol
hemodialisis
pada
dokumen
terpisah.
Dalam PPK disebutkan bahwa pada anak dengan kejang demam
kompleks perlu dilakukan pungsi lumbal. Uraian pelaksanaan
pungsi lumbal tidak dimuat dalam PPK melainkan dalam
prosedur pungsi lumbal dalam dokumen terpisah.
Dalam
tata
laksana
kejang
demam
diperlukan
pemberian
oleh
perawat
bila
dokter
tidak
ada;
ini
diatur
dalam
"standing order".
Uraian tentang pelbagai jenis perangkat teknis standar pelayanan
yang diperlukan dalam implementasi PPK diuraikan berikut.
pathway,
multidisciplinary
care
map,
pathways
integrated
of
care,
care
pathways,
pathways
of
care,
dapat
dimonitor
setiap
hari,
baik
intervensi
maupun
terdapat ko-morbiditas.
Apa
pun
yang
terjadi
harus
dilakukan
evaluasi
dan
dokter
komplikasi
atau
terdapat
ko-morbiditas
ko-morbiditas
bermakna
(neurologis,
metabolik,
biasa) bila selama perawatan salah satu dari hal-hal berikut terjadi:
Tidak terdapat perbaikan klinis dalam waktu 48 jam
Terdapat muntah empedu dengan nyeri perut
Diagnosis awal diragukan
Tinja berdarah
3.5.
Format CP
untuk
pemberi
jasa
dan
pasien
CP adalah dokumen tertulis. Terdapat pelbagai jenis format CP yang
tergantung pada jenis penyakit atau masalah serta kesepakatan
para profesional. Namun pada umumnya format CP berupa tabel
yang kolomnya merupakan waktu (hari, jam), sedangkan barisnya
merupakan obervasi / pemeriksaan / tindakan / intervensi yang
diperlukan. Format CP dapat amat rumit dan rinci (misalnya
pemberian obat setiap 6 jam dengan dosis tertentu; bila ini
melibatkan banyak obat maka menjadi amat rumit). Ruang yang
tersedia untuk mencatat hal-hal yang diperlukan juga dapat amat
terbatas, lebih-lebih format yang sama diisi oleh semua profesi yang
terlbat dalam perawatan, karena sifat multidisiplin CP.
CP yang baik juga seyogianya dilengkapi dengan format untuk
pasien dan keluarga, sehingga pihak pasien dan keluarga dapat
melakukan kontrol terhadap apa yang seharusnya diperoleh dan apa
yang tidak. Versi untuk pasien ini mencakup:
Penyakit atau keadaan yang dihadapi
Dokter dan petugas lain yang terlibat dalam pelayanan
Perawatan yang seharusnya diperoleh dan kapan harus diperoleh
Rencana lama perawatan
Rencana pemulangan pasien (kriteria, apa yang harus dilakukan
di rumah)
Contoh CP dapat dilihat pada Lampiran xx.
4. Algoritme
5. Protokol
Protokol merupakan panduan tata laksana untuk kondisi atau situasi
tertentu. Misalnya dalam PPK disebutkan bila pasien mengalami
atau terancam mengalami gagal napas dengan kriteria tertentu
perlu dilakukan pemasangan ventilasi mekanik. Untuk ini diperlukan
panduan berupa protokol, bagaimana melakukan pemasangan
ventilasi mekanik, dari pemasangan endotracheal tube, mengatur
konsetrasi oksigen, kecepatan pernapasan, bagaimana pemantauan,
apa yang harus diperhatikan, pemeriksaan berkala apa yang harus
dilakukan, dan seterusnya. Dalam protokol harus termasuk siapa
yang dapat melaksanakan, komplikasi yang mungkin timbul dan
cara pencegahan atau mengatasinya, kapan suatu intervensi harus
dihentikan, dan seterusnya.
Contoh protokol dapat dilihat pada Lampiran xx.
6. Prosedur
Prosedur
merupakan
uraian
langkah-demi-langkah
untuk
7. Standing orders
Standing orders adalah suatu set instruksi dokter kepada perawat
atau profesional kesehatan lain untuk melaksanakan tugas pada
saat dokter tidak ada di tempat. Standing orders dapat diberikan
oleh dokter pada pasien tertentu, atau secara umum dengan
persetujuan komite Kedokteran. Contoh: perawatan pascabedah
tertentu, pemberian antipiretik untuk demam, pemberian antikejang
per rektal untuk pasien kejang, defibrilasi untuk aritmia tertentu.
Contoh standing order dapat dilihat pada Lampiran XX
C. BAGAIMANA DOKTER
MENERAPKAN
STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
1. PPK harus diterapkan pada pasien secara
individual
Panduan Pelayanan Kedokteran (termasuk "turunan-turunannya":
clinical pathway, algoritme, protokol, prosedur, standing orders)
merupakan panduan yang harus diterapkan sesuai dengan keadaan
pasien. Oleh karenanya dikatakan bahwa semua PPK bersifat
rekomendasi atau advis. Apa yang tertulis dalam PPK tidak
harus diterapkan pada semua pasien tanpa kecuali.
Berikut
alasan
mengapa
PPK
harus
diterapkan
dengan
rata demam tifoid: demam 5 hari atau lebih, lidah kotor, tidak
mau makan minum, mengigau, dan seterusnya.
PPK
dibuat
untuk
penyakit
atau
kondisi
kesehatan
mungkin
kloramfenikol,
ia
juga
hipertensi
menderita
dan
diabetes,
sebagainya.
Contoh
alergi
lain,
pasien
terhadap
prosedur
diagnostik
dan
baru
disuntik
beberapa
unit
sudah
kolaps
atau
diberikan. Di lain sisi, bila ada obat lain yang lebih efektif,
tersedia, dapat dijangkau, lebih aman, lebih sedikit efek
sampingnya, maka obat tersebut harus diberikan sebagai
pengganti obat yang ada dalam PPK.
Praktik
kedokteran
modern
mengharuskan
kita
pasien.
practice,
yakni
dalam
tata
laksana
evidence-based
pasien
diperlukan
dalam
rekam
Kedokteran,
dan
ia
harus
siap
untuk
individual
terhadap
prosedur
diagnosis
dan
terapi
bervariasi
PPK dianggap valid pada saat dicetak
Praktik
kedokteran
modern
harus
lebih
mengakomodasi
3. Revisi PPK
PPK
merupakan
panduan
terkini
untuk
tata
laksana
pasien,
KAMUS ISTILAH
Administrasi kebijakan: Suatu pernyataan yang ditulis oleh manajemen
lembaga yang dirancang untuk memengaruhi dan menentukan keputusan dan
tindakan.
Algoritme:
manajemen
pasien
yang
direkomendasikan,
dirancang
untuk
(scientific evidence),
klinis tentang tata laksana penyakit atau kondisi klinis yang spesifik.
Lampiran 1
tanpa
pengesahan
Pemerintah
("model
Amerika")
dan
yang
Mengingat
http://aappolicy.aappublications.org/cgi/reprint/pediatrics;105/5/1158.pdf
Lampiran 2
Contoh Panduan Pelayanan Kedokteran
Panduan Pelayanan Kedokteran (PPK) dibuat untuk setiap rumah sakit / fasilitas
pelayanan kesehatan, dengan mengacu pada Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK) atau pustaka mutakhir dan dengan menyesuaikan dengan
kondisi setempat. PPK dibuat oleh Staf Kedokteran setiap departemen / divisi di
bawah koordinasi Komite Kedokteran, dan baru dapat dilaksanakan setelah
diresmikan oleh Direksi.
Format PPK dapat sangat bervariasi. PPK dapat dibuat atas dasar penyakit (stroke,
demam tifoid), atau masalah (perdarahan, penurunan kesadaran), atau compuran
keduanya. Urutan topik dapat berdasarkan departemen / divisi atau menurut
abjad. Di rumah sakit besar PPK perlu dibuat per departemen. Berikut dua contoh
dari Departemen Kedokteran dan 2 dari departemen bedah.
Patogenesis
Kuman masuk melalui makanan/minuman, setelah melewati lambung
kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus
sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut
aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer)
mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang untuk bermultiplikasi).
Setelah mengalami bakteriemi kedua, kuman mencapai sirkulasi darah
untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra-intestinal). Masa inkubasi
adalah 10-14 hari.
Manifestasi klinis
Anamnesis
Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada
akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi. Anak
Pemeriksaan fisis
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi.
Kesadaran menurun, delirium, sebagian besar anak mempunyai lidah
tifoid, yaitu di bagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis,
meteorismus, hepatomegali lebih sering dijumpai daripada splenomegali.
Kadang dapat terdengar ronki pada pemeriksaan paru.
Pemeriksaan laboratorium
Darah tepi
Anemia, pada umumnya terjadi karena karena supresi sumsum tulang,
defisiensi besi, atau perdarahan usus.
Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul
Limfositosis relatif
Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat
Pemeriksaan serologi
Serologi Widal: kenaikan titer S. typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4
kali titer fase akut ke fase konvalesens.
Kadar IgM dan IgG (Typhi-dot)
Biakan Salmonela
Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit
Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4.
Pemeriksaan radiologis
Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
Foto abdomen, digunakan apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna.
Pada perforasi usus tampak distribusi udara tak merata, tampak air
-fluid level, bayangan radiolusen di daerah hepar, dan udara bebas
pada abdomen.
Penyulit
Perforasi usus atau perdarahan saluran cerna: suhu menurun, nyeri
abdomen, muntah, nyeri tekan pada palpasi, bising usus menurun
sampai menghilang, defence musculaire positif, pekak hati hilang
Ekstraintestinal: ensefalopati tifoid, hepatitis tifosa, meningitis,
pneumonia, syok septik, pielonefritis, endokarditis, osteomielitis, dll.
Diagnosis banding
Stadium dini: influenza, gastroenteritis, bronkitis, bronkopneu- monia,
Tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, malaria.
Tata laksana
Medikamentosa
Antipiretik bila suhu tubuh >38,5C. Kortikosteroid dianjurkan pada
demam tifoid berat.
Antibiotik (berturut-turut sesuai lini pengobatan)
Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kg/hari, oral atau IV,
dibagi dalam 4 dosis selama 10 - 14 hari, tidak dianjurkan
pada leukosit <2000/l , dosis maksimal 2g/hari atau
Amoksisilin 150-200 mg/kg/hari, oral atau IV selama 14 hari
Seftriakson 20-80 mg/kg/hari selama 5-10 hari
Tindakan bedah
Tindakan bedah perlu dilakukan segera bila terdapat perforasi usus.
Konsultasi Bedah Anak bila dicurigai komplikasi perforasi usus.
Imunisasi
Daftar pustaka
Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbook of pediatric infectious
diseases. 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2004.
Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and practice of pediatric infectious
diseases. 2nd ed. Philadelphia: Churchill & Livingstone; 2003.
Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL. Krugman's infectious disease of children. 11th
ed. Philadelphia: Mosby; 2004.
Pomerans AJ, Busey SL, Sabnis S. Pediatric decision making strategies. WB
Saunders: Philadelphia; 2002.
PPK: Hipoglikemia
Batasan dan Uraian
Kadar glukosa darah < 60 mg/dL, atau kadar glukosa darah < 80 mg/dL
dengan gejala klinis.
Hipoglikemia pada DM terjadi karena:
Kelebihan obat / dosis obat: terutama insulin, atau obat hipoglikemik oral.
Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun: gagal ginjal kronik,
pasca persalinan.
Asupan makan tidak adekuat: jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat.
Kegiatan jasmani berlebihan.
Diagnosis
Gejala dan tanda klinis :
Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun
Stadium gangguan otak ringan: lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan
menghitung sementara.
Stadium simpatik: keringat dingin pada muka, bibir atau tangan gemetar
Stadium gangguan otak berat: tidak sadar, dengan atau tanpa kejang
Anamnesis:
Penggunaan preparat insulin atau obat hipoglikemik oral: dosis terakhir,
waktu pemakaian terakhir, perubahan dosis.
Waktu makan terakhir, jumlah asupan gizi.
Riwayat jenis pengobatan dan dosis sebelumnya.
Lama menderita DM, komplikasi DM.
Penyakit penyerta: ginjal, hati, dll.
Penggunaan obat sistemik lainnya: penghambat adrenergik , dll.
Pemeriksaan fisik:
Pucat, diaphoresis,
Tekanan darah
Frekuensi denyut jantung
Penurunan kesadaran
Defisit neurologik fokal transien
Trias Whipple untuk hipoglikemia secara umum:
Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia
Kadar glukosa plasma rendah
Gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat
Diagnosis banding
Hipoglikemia karena
Obat:
(sering): insulin, sulfonilurea, alkohol,
(kadang): kinin, pentamidine
(jarang): salisilat, sulfonamid
Hiperinsulinisme endogen:
Insulinoma
Kelainan sel jenis lain
Sekretagogue: sulfonilurea
Autoimun
Sekresi insulin ektopik
Penyakit kritis:
Gagal hati
Gagal ginjal
Gagal jantung
Sepsis
Starvasi dan inanisi
Defisiensi endokrin:
Kortisol, growth hormone
Glukagon, epinefrin
Tumor non-sel :
Sarkoma
Tumor adrenokortikal, hepatoma
Leukemia, limfoma, melanoma
Pasca-prandial:
Reaktif (setelah operasi gaster)
Diinduksi alkohol
Pemeriksaan penunjang
Tes fungsi ginjal.
Tes fungsi hati.
C-peptide
Stadium permulaan (sadar )
Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen gula
murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/gula diabetes)
dan makanan yang mengandung karbohidrat
Stop obat hipoglikemik sementara,
Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL ( bila sebelumnya tidak sadar)
Cari penyebab
Stadium lanjut
hipoglikemia):
(koma
hipoglikemia
atau
tidak
sadar
curiga
RI
(mg/dL)
< 200
(Unit, subkutan)
0
200 - 250
250 - 300
10
300 - 350
15
> 350
20
Komplikasi
Daftar Pustaka
PERKENI. Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2002.
Waspadji S. Kegawatan pada Diabetes Melitus. Dalam Prosiding Simposium
Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, 1516 April 2000:83-8.
Cryer PE. Hypoglycemia. In Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL,
Longo DL, Jameson JL. Harrison's Principles of Internal Medicine.15 th ed.
New York: McGraw-Hill, 2001:2138-43.
Konsultasi
Disiplin ilmu lain sesuai dengan penyakit yang menyertai atau
komplikasi yang timbul.
Perawatan RS
Rawat inap diberlakukan untuk luka derajat II atau III:
- Luka bakar derajat II seluas >10 % pada anak-anak, >15 % pada
dewasa.
- Derajat III > 2 %.
- Luka bakar disertai trauma berat lain, trauma inhalasi.
Luka bakar listrik.
Luka bakar mengenai wajah, tangan, kaki, kemaluan, perineum.
Terapi
Didahulukan penanggulangan terhadap gangguan jalan napas dan
sirkulasi.
Perkiraan jumlah cairan dengan menggunakan rumus Baxter: Hari I
diperkirakan memerlukan:
(berat badan dalam kg x % luas luka bakar x 4) cc ringer laktat.
Untuk trauma karena bahan kimia, perlu dibilas secara tuntas dengan
air.
Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang kulit yang mati
(skar). Jika mungkin dilanjutkan dengan skin graft (SISG).
Pembedahan ini dapat dilakukan setelah diyakini sirkulasi stabil.
Penyulit
Gangguan saluran napas.
organ multipel.
Kelebihan atau kekurangan cairan maupun elektrolit.
Infeksi pada kulit, saluran napas, saluran kemih.
Ulkus stres.
Parut hipertrofi dan kontraktur, untuk jangka panjang.
Deformitas penampilan yang hebat.
SIRS (systemic inflammatory response syndrome).
Informed consent
Perlu tertulis (derajat luka nakar, persentase luka bakar dari total luas
Standar tenaga
Dokter Umum untuk luka bakar ringan.
Dokter Spesialis Bedah yang berkecimpung pada luka bakar berat.
ParaKedokteran yang berkecimpung pada perawatan luka bakar.
Dokter spesilais bedah plastik.
Lama perawatan
Sangat dipengaruhi oleh kedalaman dan luas luka. Dirawat sampai
luka lebih kecil
Masa pemulihan
Sangat bervariasi, mungkin 2 tahun atau lebih bergantung pada
parut yang terjadi.
Luaran
Sembuh dengan kecacatan warna kulit saja sampai kecacatan berat,
tidak dapat menggerakkan sendi.
Kematian.
Autopsi/risalah rapat
Mungkin diperlukan bila terjadi kematian. Luas dan beratnya luka
bakar dapat menjadi penyebab langsung kematian. Penyebab lain
beragntung pada kegagalan fungsi organ yang ditemukan.
Epidemiologi
10-20% dari kehamilan
Manifestasi klinis
Berdasarkan gejala klinik seperti pada tabel diatas.
Gambaran sarang tawon pada ultra sonografi menunjukkan mola
hidatidosa komplit, sedang pada mola parsial akan dijumpai gambaran
multikistik pada plasenta.Pada mola komplit umumnya dijumpai kista
lutein yang menetap. Keluarnya gelembung mola dari ostium.
Diagnosis Diferensial
Gejala klinik
Mola komplit
Mola parsial
N=307 (%)
N=83 (%)
Perdarahan pervaginam
97
73
51
50
Toxemia
27
Hiperemesis
26
Hipertiroid
Kriteria diagnosis
Berdasarkan gejala klinik seperti pada tabel diatas.
Gambaran sarang tawon pada ultra sonografi menunjukkan mola
hidatidosa komplit, sedang pada mola parsial akan dijumpai gambaran
multikistik pada plasenta.Pada mola komplit umumnya dijumpai kista
lutein yang menetap. Keluarnya gelembung mola dari ostium.
Diagnosis Diferensial
Hamil biasa, Mioma dengan kehamilan
Pemeriksaan penunjang
Beta hCG serum
Thorak photo
T3, T4 dan TSH bila terdapat gejala hipertiroid
Terapi
Kuret hisap
Kuret manual dengan sendok kuret. (Selama tindakan kuret diberikan
oxytocin drip).
Penyulit
Pemulihan tergantung beberapa factor antara lain factor keadaan umum
pasien, factor pilihan pengobatan, factor stadium penyakit, factor adanya
penyulit infeksi, factor penyembuhan luka.
Informed consent
Penjelasan tentang stadium penyakit, rencana terapi, hasil pengobatan
dan kemungkinan komplikasi pengobatan.
Lama perawatan
Lama perawatan tergantung beberapa factor antara lain factor keadaan
umum pasien, factor pilihan pengobatan, factor stadium penyakit, factor
adanya penyulit infeksi, factor penyembuhan luka.
Pemulihan tergantung beberapa factor antara lain factor keadaan umum
pasien, factor pilihan pengobatan, factor stadium penyakit, factor adanya
penyulit infeksi, factor penyembuhan luka.
Out put
Patologi anatomi
Pemeriksaan histologi hasil kuretase
Indikator
Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan beta hCG serum setiap dua minggu sampai 3 kali hasil
pemeriksaan yang normal dan setiap bulan sampai 6 bulan
berikutnya
Daftar pustaka
Berkowitz RS, Goldstein DP in: Berek JS, Hacker NF. Practical
Gynecologic Oncology. Williams&Wilkins 3rd ed. Baltimore 2002;
457-80.
Benedet JL, Nga HYS, Hacker NF. Staging classifications and clinical
practice guidelines of gynecologic cancer. FIGO committee on
Gynecologic Oncology and IGCS Guidelines Committee. 2 nd Ed.
Elsevier, 2003: 122-4
Contoh Protokol
Persiapan
lesi kulit dalam keadaan tidak aktif
sebaiknya dilakukan setelah 2 minggu lesi tenang
tidak mengkonsumsi imunosupresan atau kortikosteroid sistemik
(prednison > 10mg) minimal selama 3 hari sebelum uji atau sesuai
waktu paruh obat
dapat digunakan alergen standar (Eropa) atau non-standar dengan
pengenceran dan vehikulum yang sesuai
Pelaksanaan
bahan uji tempel diisikan pada unit uji tempel
Uji tempel dilaksanakan dengan posisi pasien dalam keadaan duduk
atau tidur
Pasien diminta untuk membuka pakainan sehingga daerah punggung
atau lengan atas bagian lateral dapat terlihat
Dilakukan pembersihan lokasi uji dengan kapas alkohol 70%
Unit uji tempel yang telah diisi, ditempelkan pada lokasi uji dan
ditambahkan plester hipoalergenik di luarnya ( untuk fiksasi )
Unit uji tempel dibiarkan menempel selama 48 jam. Untuk menghindari
terlepasnya unit uji tempel, selama waktu tersebut lokasi uji tidak
boleh basah dan pasien dianjurkan untuk membatasi aktivitasnya
Setelah 28 jam unit dibuka, diberi tanda dengan larutan gentian violet
Setelah ditunggu 15-30 menit untuk menghilangkan efek tekanan, hasil
uji tempel dibaca sesuai metode ICDRG yaitu :
?
ertema
+
++
negatif
IR
reaksi iritan
NT
Pasien diizinkan pulang namun lokasi uji tetap dianjurkan untuk tidak
basah / kena air
Pada hari ke-3 (72 jam) dan hari ke-4 (96 jam) dilakukan pembacaan
ulang dengan cara yang sama
Dari hasil pembacaan disimpulkan reaksi yang timbul bersifat alergik
atau iritan
Hasil uji tempel yang positif bermakna (minimal +) dinilai relevansinya
melalui anamnesis dan gambaran klinis. Hasil dengan relevansi
positif ditetapkan sebagai penyebab kelainan kulit saat ini
Pasien diberi catatan tentang hasil uji tempel yang positif bermakna (+,
++,+++) dan daftar benda yang mengandung zat tersebut
Hasil uji tempel yang positif bermakna namun relevansi negatif tetap
dianjurkan untuk dihindari.
Daftar pustaka
Lachapelle JM, Maibach HI. The methodology of patch testing. In: Lachapelle
JM, Maibach HI ed. Patch testing / Prick testing a practical guide. Berlin:
Springer-Verlag 2003: 27-66
Wahlberg LE, Elsner P, Kanerva L, Maibach HI. Management of positive patch
test reactions. Berlin: Springer-Verlag 2003.
Contoh Prosedur