You are on page 1of 12

Allah SWT Sebagai Sang Khalik

A. Allah sebagai pencipta, pengatur dan pemelihara


Allah sebagai pencipta, pengatur dan pemelihara diterangkan dalam firman-Nya. Hal itu antara lain
terdapat di dalam Surat Al-Baqarah : 29 yang menerangkan tentang penciptaan bumi seisinya yang
diperuntukan bagi manusia,serta penyempurna langit menjadi tujuh langit.Adapun ayatnya berbunyi :

Artinya:
Dialah (Allah) yang menjadikan untuk kamu segala yang ada di bumi, kemudian Ia menuju dengan
kehendakNya ke arah (bahan-bahan) langit, lalu dijadikannya tujuh langit dengan sempurna; dan Ia
Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.
Dalam surat Al-Anam : 101-102 diterangkan bahwa Allah adalah pencipta dan pemelihara yang tidak
sama dengan sifat-sifat mahluk-Nya.

Artinya : Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai
isteri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Yang memiliki sifatsifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala
sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.
Dalam surat Al-Hasyr (59) : 24 menerangkan bahwa Allah adalah pencipta. Adapun bunyi ayatnya
seperti berikut :

Artinya : Dialah Allah, Yang Menciptakan sekalian makhluk Yang Mengadakan (dari

tiada kepada ada) Yang Membentuk rupa (makhluk-makhlukNya menurut yang


dikehendakiNya) bagiNyalah nama-nama yang sebaik-baiknya dan semuliamulianya bertasbih kepadaNya segala yang ada di langit dan di bumi dan Dialah
Yang tidak ada tuluk bandingNya, lagi Maha Bijaksana.

Bertasbih kepada-Nya apa yang ada dilangit dan di bumi.Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi
maha bijaksana.
Uraian tersbut dapat disimpulkan bahwa Allah sebagai pencipta,pengatur dan pemelihara adalah
Yang Maha Sempurna tidak sama dengan mahluk-Nya. Allah adalah Dzat yang tidak berawal dan
berakhir,tidak berputra dan diputrakan.Dia adalah tempat bergantung para mahluknya. Itulah Allah
sebagai Khalik dan itulah Rabbulalamin.

B. Hak Khaliq untuk Disembah

Sebagai Rabbulalamin seperti digambarkan di muka,maka Dia mempunyai hak untuk disembah oleh
mahluk-Nya.Karena itu sangat beralasan jika Allah memerintahkan kepada mahluk-Nya untuk
menyembah (beribadah) kepda-Nya,bahkan bagi mahluk-Nya yang beribadah hanya kepada-Nya
merupakan jalan yang paling lurus.
Hal tersebut dapat diambil dari firman-Nya seperti dalam surat Al-Baqarah ayat : 21, Surat AnNisa : 36,Surat Al-Maidah ayat : 72,117,Surat Al-Arof : 59,65,73,85, Surat Hud : 50,61,84, Surat
An-Nahl : 36, dan lain-lain yang semuanya berjumlah tidak kurang dari 21 ayat surat-surat tersebut
diantaranya adalah berikut :
Surat Al-Baqarah : 21

Artinya : Hai manusia,sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang


sebelummu,agar kamu bertakwa.
Surat An-Nisa : 36 :

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutkan-Nya dengan sesuatu pun..
Di dalam surat Yasin : 60-62,Allah mengingatkan bahwa syaitan adalah musuh yang nyata bagi
manusia,dan karenanya,janganlah menyembah kepadanya. Menyembahlah hanya kepada Allah karena
inilah jalan yang lurus.
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang sangat penting dan perlu direnungkan lebih lanjut, yaitu
pengertian mengenai ibadah dalam setiap perintahnya di dalam Al-Quran dan mengapa ibadah kepada
Allah merupakan jalan yang lurus.

Dipandang dari berbagai aspek keilmuan ibadah mempunyai banyak arti. Pengertian ibadah secara
etimologis berbeda dengan pengertian menurut para ahli ilmu tauhid,ahli ilmu akhlak,ahli bahasa,ahli
tasawuf,dan seterusnya.
Secara etimologis (harafiah),ibadah berasal dari kata: abada-yabudu-ibadatan-waubbudiyyatan
yang dapat berarti beribadah,menyembah atau mengabdi..(Al-Munawir). Para ahli bahasa mengartikan
ibadah sebagaimenurut,mengikut,tunduk,thaat dan doa. Karena itu,menurut arti harfiah dan arti
bahasa,ibadah yang artinya menyembah,menurut,mengikut,tunduk ataupun mentaati Allah sebagai
Khalik (Rabb) itu tentu akan berjalan di jalan yang lurus,jalan yang benar.

C. Allah Maha Kuasa dan Pemberi Rezeki

Di akhir surat Al-Jumah (62),Allah SWT menegaskan bahwa Dialah Dzat yang sebaik-baik pemberi
rizki.ayat tersebut berbunyi :

. dan Allah Sebaik-baik Pemberi Rizki


Pernyataan ini akan diterima sebagai suatu kebenaran jika dilandasi dengan keimanan dan
renungan yang mendalam pada kehidupan pedangang dipasar,yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Tersebutlah tiga orang pedagang kain sarung yang masing-menempati pintu utara,tengah
selatan,selatan. Tiga orang yang menjajakan kain berkualitas sama dengan kualitas pelayanan yang
sama pula,suatu saat pembeli masuk melalui pintu ujung utara. Calon pembeli sarung itu langsung
menawar milik penjual A dengan tawaran X-3. Dengan harga tersebut ,A sebenarnya sudah dapat
untung,tetapi belum maksimal sebagaimana yang diharapkan.
Karena persediaan uangnya terbatas,pembeli tadi pindah ke penjual B yang ada di pintu
tengah.,dengan harga X-2. Namun,B belum juga melepaskan daganganya. Sehingga pembeli akhirnya
pindah ke pedagang C menawar harga kain X-1.Pedagang C menerima tawaran harga tersebut karena
sudah memenuhi keuntungan yang diharapkan. Dengan demikian C dapat rezki dari Allah. Seandainya
perjalanan tawar-menawar harga kain itu prosesnya melalui pintu paling selatan,dimungkinkan A yang
memperoleh keuntungan tersebut.
Pertanyaannya adalah mengapa proses jual-beli itu dimulai dari utara? Tentu saja jawaban yang
paling tepat adalah Allah SWT,sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa dan Pemberi Rizki.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sanya rizki setiap manusia tidak akan pernah tertukar
satu sama lain walapun berdekatan sekalipun tempat usaha mereka karena semua rizki
,bala,jodoh,meninggal setiap manusia,sudah diatur dalam ketentuan Allah SWT.
Tidak semata-mata itu semua telah diatur oleh Allah SWT kita bisa enjoy,bermalas-malasan
menunggu datang sendiri dan sesungguhnya Allah menyuruh kita untuk berikhiar.
Sudah jelas bahwa sanya Allah menyuruh kita untuk berusaha/berikhtiar semaksimal mungkin.
Perlu diamati bahwa sanya kita setiap manusia lupa akan bersyukur kepada nikmat kita yang yelah
Allah berikan kepada kita,diantaranya nikmat sehat,nikmat rizki dll.
Allah-lah satu-satunya pemberi rizki. Ia adalah al-Razzaq, yang Maha memberi rizki. Allah
menciptakan semua jenis rizki itu dan Allah pula yang memberikannya kepada makhluk-makhluk-Nya.

Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.
(Adz-Dzariyat: 58)

Sebagaimana Allah adalah satu-satunya pencipta, Allah pulalah satu-satunya pemilik dan pemberi
rizki. Allah membagi-bagikan rizki itu kepada siapa saja yang dikehendakinya.

Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia (Az-Zukhruf:
32)
Allah meluaskan dan menyempitkan rizki itu kepada siapa saja yang diinginkan-Nya, tentu untuk
hikmah tertentu dan sejalan dengan sifat adil-Nya. Perhatikan beberapa firman Allah berikut ini:

Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya;
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Al-Isra: 30)
Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya dan Dia
(pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (AlAnkabut: 62.
Katakanlah: Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. (Saba: 36)
Perlu diingat, bahwa Allah tidak memberikan rizki duniawi itu kepada orang yang berambisi saja,
namun juga bagi orang yang tidak menginginkannya. Senyatanya, betapa banyak orang yang berambisi
mengejar rizki itu, hingga seluruh hidupnya hanya ia pertaruhkan untuk mencarinya, namun Allah
tidak memberikannya. Hidupnya justru sengasara dalam kemiskinan. Celakanya, ia semakin sengsara
dengan ambisinya yang terus mendesak-desak.
Sebaliknya, banyak orang yang mampu berlaku zuhud, pola hidupnya sederhana dan tidak begitu
berambisi mendapatkan kehidupan dunia, namun ia adalah seorang yang kaya raya. Allah berikan
harta kepadanya, untuk kemudian Allah semakin memuliakannya dengan harta tersebut. Semua itu
karena rizki adalah hak Allah.

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu
apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka
jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (Al-Isra: 18)
1. Rizki langit
Rizki itu ada di langit. Dari atas lah Allah menurunkan rizki-Nya. Allah berfirman:

Dan di langit terdapat rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. (Adz-Dzariyat:
22)
Syaikh as-Sadi rahimahullah- mengatakan bahwa yang dimaksud di langit dalam ayat ini adalah
sumber-sumber rizki. Diantaranya air hujan dan ketentuan-ketentuan Allah. Rizki langit ini mencakup
rizki agama dan dunia.
Untuk itu manusia seharusnya tidak terlalu khawatir, takut, sedih dan tamak. Karena rizki
sesungguhnya janji Allah dari langit. Siapa pun makhluk Allah itu, shaleh atau durhaka, taat atau
sesat, akan Allah berikan jatah rizkinya sesuai dengan ketentuan-Nya.

Manusia harus yakin, bahwa Allah telah menentukan dengan sangat adil dan bijaksana semua yang
manusia butuhkan di dunia ini, hingga batas waktu yang juga telah Allah tentukan. Manusia tidak akan
mati sebelum menghabiskan seluruh jatah rizkinya, persis seperti yang pernah dituliskan pada saat ia
berumur empat bulan dalam kandungan ibunya.
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Masud, ia berkata, Rasulullah orang yang benar dan
dibenarkan- menceritakan kepada kami, Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di
dalam perut ibunya selama empatpuluh hari dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi alaqah selama
empatpuluh hari juga, kemudian menjadi mudhghah selama empat puluh hari juga. Kemudian seorang
malaikat diutus kepadanya lalu ia meniupkan ruh kepadanya dan diperintah untuk menuliskan empat
perkara: menuliskan rizki, ajal dan amalnya, serta ia menjadi orang yang bahagia atau sengsara.
(Hadis riwayat Bukhari Muslim)
Tidak akan ada yang terlewat. Semua makhluk akan mendapatkannya sesuai dengan apa yang
telah ditulis dalam lembar takdir yang terjaga. Manusia hanya dapat berusaha, tidak dapat sedikit
pun menentukan. Hanya bisa memohon, tidak bisa menjamin apa pun. Untuk itu upayakanlah rizki
tersebut dengan niat ikhlas dan tidak keluar dari areal perbuatan mencari keridhoan Allah tabaraka
wa taala. Niscaya rizki dunia itu kelak berbuah rizki yang mulia.
2. Beribadah kepada Ar-Razzaq
Allah sebagai pemberi rizki adalah kenyataan yang tidak dapat terbantahkan. Manusia akan
mengakui bahwa Allah adalah pemberi rizki, sebagaimana Allah adalah pencipta, pengurus, raja dan
penguasa semesta ini. Manusia beserta makhluk Allah yang lain hanya tunduk pada aturan dan
ketetapan-Nya yang azali.
Kenyataan ini kemudian Allah jadikan sebagai salah satu hujjah atas manusia tentang keberhakan
Allah dalam hal ubudiah atau penyembahan. Jika Allah satu-satunya yang memberi rizki, maka
selayaknya kemudian manusia hanya menghambakan dirinya kepada Allah, beribadah dengan
mentauhidkan-Nya. Argumentasi dengan logika ini Allah nyatakan berulang-ulang dalam Al-Quran.
Diantaranya firman Allah SWT,

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal
kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 22)
Selain Allah, tidak ada yang mampu mendatangkan rizki kepada siapapun makhluk. Untuk itu
penyembahan kepada selain Allah (syirik) termasuk kezaliman yang paling besar. Karena sesembahan
yang manusia sembah selain Allah itu sama sekali tidak memiliki kekuasaan dan tidak mampu memberi
manfaat sedikit pun. Termasuk diantaranya memberi rizki. Allah menjelaskan tentang perbuatan
orang-orang musyrik dalam hal ini,

Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada
mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit jua pun). (An-Nahl: 72)
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala,$ dan kamu membuat
dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu;
Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. hanya
kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan. (Al-Ankabut: 17)

Allah sering menyinggung kemampuan nalar dan berfikir manusia untuk membuktikan bahwa
kesyirikan jelas tidak sesuai dengan akal sehat. Kehujahan rizki dalam kekuasaan Allah semata atas
kewajiban tauhid tentu tidak mungkin bisa diingkari oleh siapapun yang mau berfikir, menggunakan
dan mengikuti akalnya, serta menjauhi ajakan hawa nafsunya. Itulah orang-orang yang kembali
kepada jalan Allah, orang-orang yang mampu mengambil pelajaran.

Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu


rezki dari langit. dan Tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).
(Al-Mumin: 13)
Ini adalah konsep yang pertama kali harus manusia fahami dalam konteks mengusahakan rizki.
Rizki sebagai pemberian Allah itu pertama kali harus manusia syukuri dengan melaksanakan amal-amal
ketauhidan, membentengi diri dari keyakinan-keyakinan serta perbuatan-perbuatan yang dapat
mencacati tauhid.
Dengan demikian, tauhid adalah pangkal pertama kesyukuran manusia atas rizki Allah di dunia ini.
Tidak dikatakan bersyukur kepada Allah, jika tauhid belum betul-betul murni dan kuat tertanam
dalam hati seseorang. Semakin kuat pemahaman dan pengamalan tauhid seseorang, semakin benarlah
pandangan, orientasi dan caranya dalam mencari rizki Allah di dunia ini.
D. Sifat-Sifat wajib bagi Allah
D.1. Sifat Yang Wajib Bagi Allah SWT
1. Wujud : Artinya Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Taala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab.
Maka wujud ( Ada ) disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia ain
maujud dan bukan lain daripada ain maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang
menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu
ain Al-maujud , karena wujud itu zat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat.
Kepercayaan bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan
di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud :




Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata
mereka itu Allah yang menjadikan ( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Artinya Sedia
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan tiap-tiap
suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu
itu. Jika sekiranya Allah Taala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah
mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam
Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama
menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan
baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh
sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama
terbahagi kepada empat bagian :

Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Taala )

Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Taala )

Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada
anak )

Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )


Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Taala.
3. Baqa : Artinya Kekal
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan ada
kesudahan bagi wujud Allah Taala. Adapun yang lain daripada Allah Taala , ada yang kekal dan tidak
binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang
aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim
atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia
bertakluq dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Taala pada mengekalkannya. Segala jisim
semuanya binasa melainkan ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tungking
manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan
jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini
nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada 3 bagian :

Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu zat dan sifat Alllah SWT.

Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain
lagi.

Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas
tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Taala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Taala dengan segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telahada atau yang belum ada. Pada
hakikat nya adalah menafikan Allah Taala menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya
atau perbuatannya. Sesungguhnya zat Allah Taala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada
sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan , tumbuh-tumbuhan ,
tiada berpihak ,tiada bertempat dan tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Taala itu tiada
bersamaan dengan sifat yang baharu karena sifat Allah Taala itu qadim lagi azali dan melengkapi
taaluqnya. Sifat Sama ( Maha Mendengar ) bagi Allah Taala bertaaluq ia pada segala maujudat
tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja.
Sesungguhnya di dalam Al-Quraan
dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita
iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak dengan Allah Taala Yang Maha Suci daripada berjisim
dan Maha Suci Allah Taala bersifat dengan segala sifat yang baharu.
5. Qiyamuhu Taala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Taala dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak berkehendak kepada yang
menjadikannya Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah SWT. berkehendak kepada tempat
berdiri dan kepada yang menjadikannya. Allah SWT itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu
sama adapada perbuatannya atau hukumannya. Allah SWT menjadikan tiap-tiap sesuatu dan
mengadakan undang-undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada sekalian
makhluk . Allah SWT menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah karena kelebihan dan belas
kasihannya bukan berhajat kepada faedah. Allah SWT. Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa
manafaat di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali menjadi mudharat kepada Allah Taala
atas sebab kemaksiatan dan kemungkaran hamba-hambanya. Apa yang diperintahkan atau ditegah
pada hamba-hambanya adalah perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hambahambaNya jua. Firman Allah SWT. yang bermaksud :



Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya itu pada dirinya jua dan barangsiapa
berbuat jahat maka balasannya (siksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua . ( Surah Fussilat :
Ayat 46 ).
Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan nisbah berkehendak kepada
tempat dan kepada yang menjadikannya, terbahagi kepada empat bagian :

Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadikannya Yaitu zat Allah SWT.

Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya Yaitu segala aradh
( segala sifat yang baharu ).

Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak kepada yang menjadikannya Yaitu
segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .

Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat Yaitu sifat Allah Taala.
6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Taala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat, pada sifat dan pada perbuatan sama
ada bilangan yang muttasil (yang berhubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah SWT pada zat itu Yaitu menafikan Kam Muttasil pada Zat ( menafikan bilangan yang
berhubung dengan zat ) seperti tiada zat Allah Taala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat
dan lain-lain. Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang bercerai pada zat
Allah Taala )seperti tiada zat yang lain menyamai zat Allah Taala.
Makna Esa Allah SWT pada sifat Yaitu menafikan Kam muttasil pada Sifat ( menafikan bilangan yang
berhubung pada sifatnya ) Yaitu tidak sekali-kali bagi Allah Taala pada satu-satu jenis sifatnya dua
qudrat dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan bilangan yang bercerai pada
sifat ) Yaitu tidak ada sifat yang lain menyamai sebagaimana sifat Allah SWT. yang Maha Sempurna.
Makna Esa Allah SWT pada perbuatan Yaitu menafikan Kam Muttasil pada perbuatan ( menafikan
bilangan yang berceraicerai pada perbuatan ) Yaitu tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti
perbuatan Allah bahkan segala apa yang berlaku di dalam alam semuanya perbuatan Allah SWT sama
ada perbuatan itu baik rupanya dan hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada
hakikat-nya seperti kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau perbuatan yang lainnya
,semuanya perbuatan Allah SWT dan tidak sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya
hanya pada usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas. Maka wajiblah bagi Allah Taala bersifat
Wahdaniyyah dan ternafi bagi Kam yang lima itu Yaitu :
1.
Kam Muttasil pada zat.
2.
Kam Munfasil pada zat.
3.
Kam Muttasil pada sifat.
4.
Kam Munfasil pada sifat.
5.
Kam Munfasil pada perbuatan.
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain menyamai dengan zat , sifat dan
perbuatan Allah SWT . Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada
menyekutukan Allah Taala dan perkara-perkara yang menjejaskan serta merusakkan iman.
7. Al Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.
Memberi bekas pada mengadakan meniadakan tiap-tiap sesuatu. Pada hakikatnya ialah satu sifat
yang qadim lagi azali yang thabit ( tetap ) berdiri pada zat Allah SWT. yang mengadakan tiap-tiap
yang ada dan meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah. Adalah bagi manusia itu
usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas pada mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan
ikhtiar pada jalan menjayakan sesuatu . Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini
berbagai-bagaiFikiran dan fahaman seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
a. Iktiqad Qadariah :

Perkataan qadariah Yaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad akan segala
perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada baik atau jahat semuanya terbit atau berpunca
daripada usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa
Allah SWT.
b. Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang yang beriktiqad
manusia dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah semata-mata ( tiada usaha dan
ikhtiar atau boleh memilih samasekali ).
c. Iktiqad Ahli Sunnah Wal Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan Nabi dan perjalanan orangorang Islam Yaitu beriktiqad bahwa hamba itu tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas
segala perbuatan yang disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang
dikatakan usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja hamba itu daripada Allah
Ta;ala jua. Maka pada segala makhluk ada usaha dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan
ikhtiar serta usaha hamba adalah tempat pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan suruhan
dan tegahan ( ada pahala dan dosa ).
8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Taala.
Maksudnya menentukan segala mumkin ttg adanya atau tiadanya. Sebenarnya adalah sifat yang qadim
lagi azali thabit berdiri pada Zat Allah Taala yang menentukan segala perkara yang harus atau
setengah yang harus atas mumkin . Maka Allah Taala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu
apa yang diperbuatnya. Umat Islam beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang akan
berlaku adalah dengan mendapat ketentuan daripada Allah Taala tentang rezeki , umur , baik ,
jahat , kaya , miskin dan sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada mempunyai nasib
( bagian ) di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah SWT. yang bermaksud : Janganlah kamu
lupakan nasib ( bagian ) kamudi dalam dunia . (Surah Al Qasash : Ayat 77). Kesimpulannya ialah
umat Islam mestilah bersungguh-sungguh untuk kemajuan di dunia dan akhirat di mana menjunjung
titah perintah Allah Taaladan menjauhi akan segala larangan dan tegahannyadan bermohon dan
berserah kepada Allah SWT.
9. Ilmu : Artinya : Mengetahui Allah Taala .
Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada yangMaujud (ada) atau yang
Maadum ( tiada ). Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali berdiri pada
zat Allah Taala. Allah Taala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada perkara. Itu
tersembunyi atau rahasia dan juga yang terang dan nyata. Maka ilmu Allah Taala Maha Luas meliputi
tiap-tiap sesuatu diAlam yang fana ini.
10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Taala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Taala . Segala sifat
yang ada berdiri pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat ) Yaitu : sifat qudrat, iradat , Ilmu , Sama
Bashar dan Kalam.
11. Sama : Artinya : Mendengar Allah Taala.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada Zat Allah Taala. Yaitu
dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia
mendengar kalamnya atau yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada
terhijab (terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan sebagainya.
Allah Taala Maha Mendengar akan segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman
Allah Taala yangbermaksud :

..

..Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui .( Surah An-Nisaa Ayat
148 )
12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Taala .
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Taala. Allah
Taala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak, jauh atau
dekat , terang atau gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Taala yang
bermaksud :


Dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan . ( Surah Ali Imran Ayat 163 )
13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Taala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali , berdiri pada zat Allah Taala.
Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu daripada yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib
sebagaimana firman Allah Taala yang bermaksud :

Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku . ( Surah Taha Ayat 14 )


Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Taala yang bermaksud


: Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga,
padahal sekali-kali tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka
tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan
ditimpa siksaan yang pedih. (Surah Al-Maidah Ayat 73).

Dan daripada yang harus sebagaimana firman Allah Taala yang bermaksud :

Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu. (Surah Ash. Shaffaat
Ayat 96).
Kalam Allah Taala itu satu sifat jua tiada berbilang. Tetapi ia berbagai-bagai jika dipandang dari
perkara yang dikatakan Yaitu :
1.
Menunjuk kepada amar ( perintah ) seperti tuntutan mendirikan solat dan lain-lain kefardhuan.
2.
Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain larangan.
3.
Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaundan lain-lain.
4.
Menunjuk kepada waad ( janji baik ) seperti orang yang taat dan beramal soleh akan dapat
balasan syurga dan lain-lain.
5.
Menunjuk kepada waud ( janji balasan siksa ) seperti orang yang mendurhaka kepada ibu &
bapak akan dibalas dengan azab siksa yang amat berat.
14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Taala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Taala, tiada ia maujud dan tiada ia maadum ,
Yaitu lain daripada sifat Qudrat.
15.Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Taala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap
sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Taala , tiada ia maujud dan tiada ia maadum ,
Yaitu lain daripada sifat Iradat.

16.Kaunuhu Aliman : Artinya : Keadaan Allah Taala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Taala, tiada ia maujud dan tiada ia maadum ,
Yaitu lain daripada sifat Ilmu.
17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Taala Yang Hidup.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Taala, tiada ia maujud dan tiada ia maadum ,
Yaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Samian : Artinya : Keadaan Allah Taala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Taala, tiada ia maujud dan tiada ia maadum,
Yaitu lain daripada sifat Sama.
19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Taala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat
( Benda yang ada ).
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Taala, tiada ia maujud dan tiada ia maadum ,
Yaitu lain daripada sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Taala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Taala, tiada ia maujud dan tiada ia maadum ,
Yaitu lain daripada sifat Kalam.
D.2 Sifat Mustahil Bagi Allah SWT
Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang menjadi lawan
daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini sifat-sifat
yang mustahil satu-persatu .
1. Adam artinya tiada
2. Huduth artinya baharu
3. Fana artinya binasa
4. Mumathalatuhu Lilhawadith artinya menyerupai makhluk
5. Qiyamuhu Bighayrih artinya berdiri dengan yang lain
6. Taaddud artinya berbilang-bilang
7. Ajz artinya lemah
8. Karahah artinya terpaksa
9. Jahl artinya jahil/bodoh
10. Mawt artinya mati
11. Samam artinya tuli
12. Umy artinya buta
13. Bukm artinya bisu
14. Kaunuhu Ajizan artinya keadaannya yang lemah
15. Kaunuhu Karihan artinya keadaannya yang terpaksa
16. Kaunuhu Jahilan artinya keadaannya yang jahil/bodoh
17. Kaunuhu Mayyitan artinya keadaannya yang mati
18. Kaunuhu Asam artinya keadaannya yang tuli
19. Kaunuhu Ama artinya keadaannya yang buta
20. Kaunuhu Abkam artinya keadaannya yang bisu.

DAFTAR PUSAKA
Zaki Mubarok dkk., 2001, Akidah Islam, UII Press Jogjakarta, Jogjakarta
http://10109472.blog.unikom.ac.id/rizki-bekerja-dan.1vu
http://rumaysho.com/belajar-islam/tafsir-al-quran/3048-faedah-surat-al-mulk-hanya-allahpemberi-rizki.html
http://orgawam.wordpress.com/2008/09/11/sifat-20-allah-swt/
http://www.quranexplorer.com/quran/

You might also like