Professional Documents
Culture Documents
Kevina suwandi
102012001/A3
proud_of_you16@yahoo.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510
Pendahuluan
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama
di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Meningitis adalah
infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater, arakhnoid, dan dalam
derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang
superfisial. Dibandingkan dengan jenis-jenis tuberkulosa lain, meningitis tuberkulosa
paling banyak menyebabkan kematian. Jumlah penderita meningitis tuberkulosa
kurang lebih sebanding dengan prevalensi infeksi oleh mikobakterium tuberkulosa
pada umumnya. Dibandingkan dengan meningitis bakterial akut maka perjalanan
penyakit lebih lama dan perubahan atau kelainan dalam CSS tidak begitu hebat.1,2
Meningitis tuberkulosis adalah radang selaput otak akibat komplikasi
tuberculosis primer. Secara histologik meningitis tuberculosis merupakan meningoensefalitis (tuberkulosa) dimana terjadi invasi ke selaput dan jaringan susunan saraf
pusat.1
Anatomi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh meningea yang melindungi struktur
saraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan, yaitu cairan
serebrospinal yang memperkecil benturan atau goncangan.2
a.
yang melapisi tengkorak berfungsi sebagai periosteum dan secara kuat melekat pada
tulang. Dan lapisan dalam yang bersatu dengan lapisan luar merupakan selaput otak
yang sebenarnya dan menghadap rongga subdural yang sangat sempit untuk
membentuk bagian-bagian falx serebri, tentorium serebeli dan diafragma sellae.2
b.
Merupakan selaput yang halus tetapi kuat yang memisahkan pia mater dari dura mater
terdiri dari membrane selular luar dan lapisan jaringan ikat dalam. Membentuk sebuah
kantung atau balon berisi cairan otak yang meliputi susunan saraf pusat. Ruangan
diantara dura mater dan arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan
jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan
vena yang menghubungkan system otak dengan mening serta dipenuhi oleh cairan
serebrospinal.2
c.
Merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang mensuplai darah
ke otak dalam jumlah yang banyak dan menyelipkan dirinya ke dalam celah yang ada
pada otak dan sum-sum tulang belakang.2
Anamnesis
Anamnesis pada meningitis meliputi keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga,dan psikososial.2
Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alasan pasien meminta pertolongan kesehatan adalah
suhu badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
Pada skenario diketahui seorang laki-laki usia 68 tahun diantar oleh
keluarganya dengan keluhan sakit kepala yang semakin memberat dan demam sejak 2
minggu yang lalu.2
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis
kuman penyebab. Di sini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul
seperti kapan mulai terjadinya serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada
pengkajian klien dengan meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan
dengan akibat infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Keluhan tersebut di
antaranya sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala
dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen.
Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang
Setelah itu kita mengukur antopometri (berat dan tinggi badan pasien, serta
lingkar lengan atas) ,pemeriksaan TTV, dan pemeriksaan tanda rangsang meningeal
o Berat dan tinggi badan
o Lingkar lengan atas
o Tanda-tanda vital (TTV) :
Suhu
Tekanan darah
Tekanan nadi
Frekuensi pernafasan
Pada scenario diketahui Tekanan darah: 110/70, tekanan nadi 90x per menit,
frekuensi pernafasan 20x per menit dan suhu 37,4oC
Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a. Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang, tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala
pasien. Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai
dada. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk
kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat
ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang berat kepala tidak dapat ditekuk, melah
sering kepala terkedik ke belakang. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai
dari tahanan yang dialami waktu menekukkan kepala.
Hasil pada skenario: Kaku kuduk (+)
b. Pemeriksaan Tanda Kernig
Penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul
sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut. Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135
derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas. Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri
sebelum mencapai sudut ini, maka dikatakan bahwa tanda kernig positip.
c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)
Tangan ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kita tekukkan
kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya
ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan. Bila tanda brudzinski
positip, maka tindakan ini mengakibatkan fleksi kedua tungkai. Sebaiknya perlu
diperhatikan apakah
d. Pemeriksaan Tanda brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)
Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai difleksikan pada persendian
panggul, sedang tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Bila
tungkai yang satu ini ikut pula terfleksi, maka disebut tanda Brudzinski II positip.
Sebagai halnya dalam memeriksa adanya tanda brudzinski I, perlu diperhatikan
terlebih dahulu apakah terdapat kelumpuhan pada tungkai.
Pemeriksaan Saraf Kranial
Pada tubuh kita didapat 12 nervus yang masing-masing mempunyai fungsi
yang sangat penting. Setiap nervus memegang peranannya masing-masing. Tetapi
pada pemeriksaan fisik untuk meningitis kita hanya memerlukan pemeriskaan saraf
kranial N.III,, IV, VI, VII, dan XII.
Sebelumnya pemeriksa menginspeksi mata pasien, apakah terdapat ptosis,
anemis atau kuning. Selanjutnya pemeriksaan untuk N.III, IV dan VI pemeriksa
memperhatikan kelopak mata pasien
gerakan jari yang diberikan oleh pemeriksa dengan matanya membentuk huruf H,
pemeriksa melihat apakah gerakan mata pasien mulus tidak ada jerky juga nigtasmus?
Pemeriksa juga menanyakan pada pasien, apakah ada diplopia (penglihatan ganda).
Pemeriksaan N.VII, pasien diminta untuk mengangkat alis dan mengerutkan
dahi. Pasien juga diminta untuk menutup mata dan pemeriksa melihat apakah mata
pasien dapat menutup sempurna atau ada bagian yang terbuka. Pemeriksaan lainnya
pasien diminta untuk menyeringai, mecucurkan bibir dan mengembungkan pipi.
Pemeriksaan N.XII, pasien diminta untuk menjulurkan lidah, lihat lidah pasien
apa ada fasikulasi, tremor, deviasi. Pasien juga diminta untuk menggembungkan pipi
dan mendorong sisi pipi dalam pipi bagian kiri dan kanan dengan lidah.
Pemeriksaan penunjang
1.
kunci
diagnosis
untuk
meningitis
tuberkulosis.
Cairan
2.
jumlah dan hitung jenis leukosit serta peningkatan laju endap darah (LED).3
3.
Tes tuberkulin
Pemberian tuberkulin intradermal sebanyak 0,1 cc atau tes Mantoux berguna
untuk diagnosis, terutama pada anak.3
4.
Tuberkel koroid
Tuberkel koroid menandakan suatu proses tuberkulosis lanjut. Nampak
sebagai fokus eksudat putih keabuan dibawah pembuluh darah retina.3
5.
Pemeriksaan radiologik
-
Foto Thorak
Hampir sebagian besar penderita meningitis tuberkulosis akan menunjukkan
gambaran radiologik sesuai untuk suatu tuberkulosis.
Foto tengkorak
Pada stadium akut meningitis tuberkulosis tidak akan menjumpai kelainan
pada foto tengkorak. Pelebaran sutura menandakan suatu peninggian tekanan
intrakranial.
Pemeriksaan CT Scan
Dapat digunakan untuk diagnosis meningitis tuberkulosis, kelainan yang
nampak adalah :
Infark
Angiografi
Pada fase akut meningitis tuberkulosis dapat dijumpai kelainan pembuluh
darah berupa penyempitan segmental arteri pada daerah basis otak.
Penyempitan ini terjadi akibat arteritis atau kompresi mekanik oleh eksudat
kental.
Elektroensefalografi
Dijumpai gambaran EEG abnormal berupa perlambatan difus, bentuk
sinusoidal, teratur dengan aktivitas gelombang delta voltase tinggi. Selain itu
dapat memperlihatkan terdapatnya lesi fokal sesuai dengan lesi infark atau
fokus epileptik.
Diagnosis Kerja
Pada scenario seorang laki-laki usia usia 68 tahun datang ke rumah sakit
diantar oleh keluarganya dengan keluhan sakit kepala berat dan demam sejak 2
minggu yang lalu. Keluarga pasien juga mengeluh pasien menjadi sering mengantuk
dan tidak nafsu makan. Pasien mempunyai riwayat batuk lama selama 3 bulan dan
tidak rutin minum obat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan darah 110/70 mmHg,tekanan nadi
90x per menit,frekuensi pernapasan 20x per menit dan suhu 37,4oC,Kaku kuduk (+)
pada bayi.
Palsi nervus kranialis dan tanda neurologis fokal lainnya.
Etiologi
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh mikobakterium tuberkulos jenis
hominis, jarang oleh jenis bovinum atau aves. Mycobacterium tuberculosis tipe
human merupakan basilus tahan asam yang merupakan penyebab pathogen yang
banyak menginfeksi sistem nervus. Penyakit ini terdapat pada penduduk dengan
keadaan sosio-ekonomi rendah, penghasilan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari,
perumahan tidak memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup dan tinggal atau tidur
berdesakan, kekurangan gizi, kebersihan yang buruk. Factor suku atau ras, kurang
atau tidak mendapat fasilitas imunisasi. 2
Patofisiologi
Meningitis TB terjadi akibat penyebaran infeksi secara hematogen ke
meningen. Dalam perjalanannya meningitis TB melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk
lesi di otak atau meningen akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi
primer. Penyebaran secara hematogen dapat juga terjadi pada TB kronik, tetapi
keadaan ini jarang ditemukan. Selanjutnya meningitis terjadi akibat terlepasnya basil
dan antigen TB dari fokus kaseosa (lesi permulaan di otak) akibat trauma atau proses
imunologik, langsung masuk ke ruang subarakhnoid. Meningitis TB biasanya terjadi
36 bulan setelah infeksi primer.5
Kebanyakan bakteri masuk ke cairan serebro spinal dalam bentuk kolonisasi
dari nasofaring atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid, parenkim otak,
atau selaput meningen.Kerusakan lapisan dura dapat disebabkan oleh fraktur , paska
bedah saraf, injeksi steroid secara epidural, tindakan anestesi, adanya benda asing
seperti implan koklear, VP shunt, dll. Sering juga kolonisasi organisme pada kulit
dapat menyebabkan meningitis. Walaupun meningitis dikatakan sebagai peradangan
selaput meningen, kerusakan meningen dapat berasal dari infeksi yang dapat
berakibat edema otak, penyumbatan vena dan memblok aliran cairan serebrospinal
yang dapat berakhir dengan hidrosefalus, peningkatan intrakranial, dan herniasi5
Skema patofisiologi meningitis tuberkulosa
BTA masuk tubuh
Multiplikasi
Penyebaran hematogen
Meningens
Membentuk tuberkel
MENINGITIS
Epidemiologi
Meningitis TB merupakan salah satu komplikasi TB primer. Morbiditas dan
mortalitas penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Komplikasi meningitis TB
terjadi setiap 300 TB primer yang tidak diobati. CDC melaporkan pada tahun 1990
morbiditas meningitis TB 6,2% dari TB ekstrapulmonal. Insiden meningitis TB
sebanding dengan TB primer, umumnya bergantung pada status sosio-ekonomi,
higiene masyarakat, umur, status gizi dan faktor genetik yang menentukan respon
imun seseorang. Faktor predisposisi berkembangnya infeksi TB adalah malnutrisi,
penggunaan kortikosteroid, keganasan, cedera kepala, infeksi HIV dan diabetes
melitus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih sering dibanding
dengan dewasa terutama pada 5 tahun pertama kehidupan. Jarang ditemukan pada
usia dibawah 6 bulan dan hampir tidak pernah ditemukan pada usia dibawah 3 bulan.5
Manifestasi Klinis
Gejala klinis meningitis TB berbeda untuk masing-masing penderita. Faktorfaktor yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis erat kaitannya dengan
perubahan patologi yang ditemukan. Tanda dan gejala klinis meningitis TB muncul
perlahan-lahan dalam waktu beberapa minggu.5
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam
sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran
menurun.tanda Kernigs dan Brudzinsky positif.
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta
virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang
tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita
merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta
penglihatan menjadi kurang jelas.5
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel
muncul bercak pada kulit tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan,
badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat
gerakan tidak beraturan.5
Gejala meningitis meliputi :5
Panas
Nafsu makan tidak ada
Anak lesu
Gejala kenaikan tekanan intracranial
Kesadaran menurun
Kejang-kejang
Ubun-ubun besar menonjol
Gejala rangsangan meningeal
kaku kuduk
Kernig
Brudzinky I dan II positif
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologis yang dapat diberikan pada meningitis TB berupa:4
Rifampicin ( R )
Efek samping : Hepatotoksik
INH ( H )
Efek samping : Hepatotoksik, defisiensi vitamin B6
Pyrazinamid ( Z )
Efek samping : Hepatotoksik
Streptomycin ( S )
Efek samping : Gangguan pendengaran dan vestibuler
Ethambutol ( E )
Efek samping : Neuritis optika
Regimen : RHZE / RHZS
Nama Obat
DOSIS
INH
Anak : 20 mg/kgBB/hari
Streptomisin
Etambutol
Rifampisin
Anak
10-20
mh/kgBB/hari
Di samping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan
deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan
antara araknoid dan otak.
Steroid diberikan untuk:
Indikasi Steroid :
Kesadaran menurun
Defisit neurologist fokal
Dosis steroid :
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2
minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
Bagan Penatalaksanaan Meningitis4
Jika dijumpai tanda klinis meliputi :
1) Panas
2) Kejang
3) Tanda rangsang meningeal
4) Penurunan kesadaran
Prognosis
Prognosis meningitis tuberkulosa lebih baik sekiranya didiagnosa dan diterapi
seawal mungkin. Sekitar 15% penderita meningitis nonmeningococcal akan dijumpai
gejala sisanya. Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh
dengan cacat motorik atau mental atau meninggal tergantung : 2
o umur penderita.
o Jenis kuman penyebab
o Berat ringan infeksi
o Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
o Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
Kesimpulan
Meningitis Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada
meningitis tuberculosis terdapat 3 stadium yaitu stadium 1 dengan gejala apatis,
iritabilitas, nyeri kepala, malaise, demam, anoreksia. Stadium 2 dengan gejala
mengantuk,kejang,hemiparesis,paresis
saraf
kranial,gerakan
untuk
Menghambat
reaksi
inflamasi
mencegah
komplikasi
Daftar Pustaka
1. Lumbantobing SM. Neurologi klinik : pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta:
FKUI,2013, h. 5-6, 17-20.
2. Gleadle, Jonathan. Pengambilan anamnesis. dalam : at a glance anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h.1-17.
3. Harsono. Kapita selekta neurologi.Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press;2007. H 165-7
4. Aditama Y. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006.
5. Koppel BS. Bacterial, Fungal,& Parasitic infections of the Nervous System in
Current Diagnosis and Treatment Neurology. USA; The McGraw-Hill
Companies. 2007. p403-8, p421-3.