Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Pembiayaan Pendidikan, berupa makalah yang berjudul Pendidikan sebagai
Investasi Jangka Panjang, dengan dosen pengampu Dr. Bonardo Hutauruk Ak,
MM.
Sumber dari makalah ini berupa informasi yang didapat dari buku-buku
sumber yang relevan dengan pembahasan pada makalah . disusunnya makalah ini,
selain untuk memenuhi tugas mata kuliah, juga sebagai bahan kajian dan wawasan
bagi siapapun yang memerlukannya, khususnya bagi penyusun sendiri.
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
bermanfaat bagi kita semua. Amiin
Penyusun
MAKALAH
Disusun oleh:
Andi Bakhtiar Fransiska
761612895
Indah Herawati
761612901
M. Nanang Nugroho
76161209
menghindar
dari
kewajiban
konstitusional
di
bidang
pendidikan,
sebagaimana diatur dalam Pasal 31 UUD 1945. Kekuatiran dan tudingan tersebut
muncul karena negara mempersilahkan penyelenggara pendidikan untuk mendanai
kegiatannya secara mandiri melalui pendirian badan hukum pendidikan.
Akan tetapi, perlu diperhatikan juga bahwa badan hukum pendidikan
dimaksud harus didasarkan pada prinsip nirlaba, yaitu tidak didasarkan atas
motivasi untuk mencari keuntungan bagi pemilik modal. Hal ini dikarenakan, laba
yang diperoleh harus diinvestasikan kembali ke dalam badan hukum pendidikan
untuk meningkatkan layanan mutu pendidikan, seperti yang dinyatakan dalam
Pasal 4 UU BHP.
Ditengah
perdebatan
yang
mempertanyakan
peran
negara
dalam
B. Masalah
1. Bagaimana kosep dan fungsi pajak di Indonesia.
2. Bagaimana perpajakan dalam nirlaba dan institusi pendidikan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Jadi, Pajak merupakan hak prerogatif pemerintah, iuran wajib yang dipungut
oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin
negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara
langsung berdasarkan undang-undang.
Ada bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak menurut para
ahli diantaranya adalah :
1. Prof. Dr. P. J. A. Adriani : pajak adalah iuran masrayakat kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayararnya
menurut
peraturan-peraturan
umum
(undang-undang)
dengan
tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugastugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
2. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH. : pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
m
berikut1 :
1. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh
pemerintah
2.
daerah
berdasarkan
atas
undang-undang
serta
aturan
pelaksanaannya.
Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari
sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut
pajak/administrator pajak).
3. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh
pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib
pajak.
5. Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas negara/anggaran negara yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan,
pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur /
regulatif).
c. Fungsi fungsi pajak
http://maksumpriangga.com/pengertian-dasar-dan-ciri-ciri-pajak-definisi-pajak.html
Manfaat pokok atau kegunaaan pokok dari pajak itu sendiri mempunyai peranan
yang sangat penting untuk kehidupan bernegara, karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara dan pajak akan di gunakan untuk membiayai APBN, maka
beberapa fungsi pajak antara lain2 :
1. Fungsi Stabilitas, Pajak memberi kesempatan pada pemerintah untuk
dapat menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga dapat mengendalikan laju inflasi. Fungsi stabilitas ini dapat
berjalan dengan cara mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan
pajak, dan penggunaan pajak seefisien mungkin.
2. Fungsi Anggaran (budgertair), kegunaan pajak sebagai alat untuk
memasukan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undangundang perpajakan yang berlaku, jadi pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara terkait proses pemerintahan.
3. Fungsu mengatur (regulerend), yaitu suatu fungsi dimana pajak
diperguanakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu,
dan merupakan fungsi tambahan, jadi sebagai pelengkap dari fungsi utama
pajak.
4. Fungsi retribusi pendapatan, yaitu pajak yang sudah dipungut oleh
negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum,
termasuk untuk membiayai pembangunan.
pajak terbagi menjadi dua bagian yang menerangkan dimana pajak itu di
jalankan prosedurnya oleh pemerintah antara lain :
1. Pajak Langsung
http://maksumpriangga.com/fungsi-fungsi-dasar-pajak.html
Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak setelah muncul
atau terbit Surat Pemberitahuan / SPT Pajak atau Kohir yang dikenakan
berulang-ulang kali dalam jangka waktu tertentu. Contoh dari pajak langsung
adalah pajak penghasilan (PPh), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak
penerangan jalan, pajak kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. 3
2. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak pada saat
tertentu / terjadi suatu peristiwa kena pajak seperti misalnya pajak pertambahan
nilai (PPN), pajak bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB), dan lain-lain.
Tarif dan Objek Pajak
.1. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :
a. dividen, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "g" Undangundang PPh;
b. bunga, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "f";
c. royalti;
d. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 21 Ayat (1) huruf "e" Undang-undang PPh.
Hadiah dan penghargaan yang dipotong Pajak Penghasilan 21 adalah
hadiah dan penghargaan dalam bentuk apa pun yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan
suatu kegiatan yang diselenggarakan, misalkan kegiatan olah raga,
keagamaan, kesenian, dan kegiatan lainnya.
Adapun hadiah dan penghargaan yang dipotong Pajak Penghasilan 23
adalah hadiah dan penghargaan dalam bentuk apapun yang diterima
atau diperolehWajib Pajak badan dalam negeri berkenaan dengan suatu
kegiatan yang diselenggarakan.
2.
Sebesar 15% dari jumlah bruto dan bersifat final atas bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi.
http://organisasi.org/pengertian-pajak-langsung-dan-pajak-tidak-langsung-arti-definisi-istilahekonomi-dasar-perpajakan
pengecualian
kepada
organisasi
nirlaba
maupun
para
publik
yang
diperlukan
masyarakat,
sehingga
sektor swasta
dapat
http://www.pajak.net/info/PPh23.htm
Model partial exemption inilah yang paling banyak dianut oleh negara-negara di
dunia. Sebagai perbandingan, di India, berdasarkan Income Tax Act 1961,
memberikan pembebasan pajak secara otomatis atas penghasilan yang diterima
dari universitas atau institusi pendidikan yang tidak bertujuan untuk mencari laba
sepanjang organisasi tersebut mengakumulasi laba sesuai dengan tujuan semula
didirikannya organisasi tersebut.
5.
David Gliksberg, General Report of the Taxation of Non-Profit Organizations, International Fiscal
Association (IFA), 1999, hal. 35.
6
Milton Cerny & Marva J Rowan, Indian Tax Law Create Potential for Nonprofits, Tax Notes
International, 2004, hal. 725.
7
1.
Atas jasa pendidikan yang diberikan tidak dikenakan PPN (Pasal 5 PP No.
144 tahun 2000). Akan tetapi, untuk pembangunan gedung untuk proses
belajar mengajar, baik yang dibangun sendiri (Pasal 16C UU PPN), atau
melalui kontraktor tetap dikenakan PPN
tahun 2003).
Dari sisi donatur
Sumbangan fasilitas penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia (Pasal 6 ayat (1) huruf j UU PPh), serta pendidikan (Pasal 6 ayat
(1) huruf l UU PPh) dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan kena
pajak bagi si pemberi sumbangan.
Dari beberapa contoh peraturan pajak di atas, tampak bahwa pemerintah
telah memberikan fasilitas keringanan pajak atas badan hukum pendidikan. Dalam
kaitannya dengan pemajakan atas laba dari badan hukum pendidikan, pengenaan
pajak atas laba tersebut hanya akan dikenakan pajak jika tidak dipergunakan untuk
membangun sarana dan prasarana pendidikan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun.
Akan tetapi, terkait dengan PPN, berdasarkan ketentuan di atas, apabila
badan hukum pendidikan melakukan pembangunan gedung pendidikan, akan
terkena PPN yang tidak dapat direstitusi. Tentu PPN yang tidak dapat direstitusi ini
akan menjadi biaya, yang pembebanannya dapat saja digeser kepada para peserta
didik. Lebih lanjut Bagi penyelenggara kegiatan yang berbentuk badan usaha atau
yayasan/organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan perlu merenungkan sedikit fasilitas yang terdapat
dalam pasal 4 ayat (3) huruf m UU Nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan
keempat atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh). Yang
berbunyi : sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; . Atas ketentuan
pelaksanaan ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 80/PMK.03/2009.
Fasilitas ini pada awalnya di atur dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP87/PJ./1995 tentang Pengakuan penghasilan dan biaya atas dana pembangunan
gedung dan prasarana pendidikan bagi yayasan atau organisasi yang sejenis yang
bergerak di bidang pendidikan.
Pengertian Sisa Lebih
Adalah selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan objek Pajak Penghasilan
selain penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan tersendiri, dikurangi dengan
pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari badan atau lembaga nirlaba.
Sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba atau Yayasan yang
ditanamkan kembali dalam bentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan yang
diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun dan telah mendapat
pengesahan dari instansi yang membidanginya, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut dikecualikan sebagai objek
Pajak Penghasilan.
mengenai
rencana
fisik
sederhana
dan
rencana
biaya
disampaikan
bersamaan
dengan
penyampaian
Surat
pembangunan
gedung
sebagai
sarana
infrastruktur
yang
didukung
dengan
tertibnya
penegakan
disiplin
peranannya
tersebut,
pemerintah
memberikan
insentif
bagi
dasar pelaksanaannya
pengembangan
termasuk
pembelian
tanah
sebagai
lokasi
insentif
tersebut,
pemerintah
memiliki
peranan
lain
dalam
kena pajak Wajib Pajak tersebut sesuai dengan persyaratan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 93 Tahun 2010 tentang Sumbangan Penanggulangan Bencana
Nasional, Sumbangan Penelitian dan Pengembangan, Sumbangan Fasilitas
Pendidikan,
Sumbangan
Pembinaan
Olahraga,
dan
Biaya
Pembangunan
Beasiswa
yang
Dikecualikan
dari
Objek
Pajak
ii.
Memungut dan menyetor PPN sebesar 10% untuk nilai pembelian lebih dari Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah) atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau
Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah. Namun
untuk nilai pembelian ditambah PPNnya jumlahnya tidak melebihi Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah) dan bukan merupakan pembayaran yang
dipecah-pecah, PPN yang terutang dipungut dan disetor oleh Pengusaha Kena
Pajak Rekanan Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum2.
Pemungut PPN dalam hal ini bendaharawan pemerintah tidak perlu memungut
PPN atas pembelian barang dan atau jasa yang dilakukan oleh bukan
Pengusaha Kena Pajak (PKP)8. bukan merupakan pembayaran yang dipecahpecah, PPN yang terutang dipungut dan disetor oleh Pengusaha Kena Pajak
Rekanan Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum2.
Pemungut PPN dalam hal ini bendaharawan pemerintah tidak perlu memungut
PPN atas pembelian barang dan atau jasa yang dilakukan oleh bukan
Pengusaha Kena Pajak (PKP)9.
ii.
ii.
iii.
3.
4.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.
DAFTAR PUSTAKA
http://maksumpriangga.com/pengertian-dasar-dan-ciri-ciri-pajak-definisi-pajak.html
http://maksumpriangga.com/fungsi-fungsi-dasar-pajak.html
http://organisasi.org/pengertian-pajak-langsung-dan-pajak-tidak-langsung-artidefinisi-istilah-ekonomi-dasar-perpajakan
http://www.pajak.net/info/PPh23.htm
Gliksberg David, General Report of the Taxation of Non-Profit Organizations,
International Fiscal Association (IFA), 1999, hal. 35.
Rowan Marva & Cerny Milton, Indian Tax Law Create Potential for Nonprofits, Tax
Notes International, 2004, hal. 725.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 154/PMK.03/2010 tanggal 31 agustus
2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 sehubungan
dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain pasal 3 butir (1).
Undang-undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1983 terakhir dengan
Undang-undang nomor 42 tahun 2009 tentang Perubahan ketiga atas
Undang Undang nomor 8 tahun 1983 tentang PPN barang dan jasa
dan PPnBM serta KMK/563/2003 tentang penunjukkan bendaharawan
pemerintah untuk memnungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan
PPnBM beserta tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporannya.
3 Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-382/PJ/2002 tentang
pedoman pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN
dan PPNBm bagi pemungut PPN dan Pengusaha Kena Pajak Rekanan