Professional Documents
Culture Documents
BAB I
SEJARAH DAN WAWASAN SEISMOLOGI
1.1 Seismologi
Kata seismologi berasal dari bahasa Latin seismos, yang berarti gempa bumi
dan logos, yang berarti ilmu atau sains. Kadang-kadang seseorang terpaku bahwa
seismologi hanya berhubungan dengan terjemahan kata itu yaitu ilmu gempa bumi.
Pada hal kenyataannya seismologi juga mempelajari hal-hal lain yang berkaitan
dengan gempa bumi. Seperti ilmu pengetahuan pada umumnya, seismologi telah
tumbuh melampaui batasan-batasannya.
Meskipun studi gempa bumi masih merupakan bagian yang terpenting dalam
seismologi, beberapa cabang ilmu pengetahuan juga telah berkembang di dalamnya.
Gelombang elastik yang dipancarkan dari sumber gempabumi memungkinkan
struktur penyusun bumi bagian dalam dipelajari dan diungkapkan. Oleh karena itu
ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisis bagian dalam bumi, kemudian merupakan
cabang yang penting dari seismologi. Selain dari pada itu, rekaman data gempa pada
stasiun seismograf di seluruh dunia yang semakin baik telah memungkinkan struktur
bagian dalam bumi dapat dipelajari dengan baik.
Berdasar itu semua, seismologi kemudian dapat didefinisikan dalam dua cara,
yaitu:
1. Seismologi adalah:
a. ilmu gempa bumi, ditambah
b. ilmu fisika bagian dalam bumi (yang berhubungan dengan penjalaran
gelombang seismik dan kesimpulannya mengenai struktur bagian dalam
bumi)
2. Seismologi adalah ilmu tentang gelombang elastik (seismik) yang meliputi:
a. asal atau sumbernya (gempa bumi, ledakan, dll),
b. penjalarannya di dalam bumi, dan
c. perekamannya, termasuk interpretasinya.
Di samping itu ada pula seismologi terpakai, yang di dalamnya dapat juga
dibedakan beberapa cabang ilmu, yang antara lain adalah prospekting seismik, yaitu
penyelidikan dengan metode seismik untuk mencari keberadaan minyak, garam,
mineral, bahan galian (yang bernilai ekonomis), termasuk pengukuran kedalaman
batuan dasar (bed-roc) untuk tujuan pembangunan. Masalah dalam membedakan
antara gempabumi dan ledakan (explosion) dapat dikategorikan sebagai cabang lain
dari seismologi terpakai.
Seismologi adalah bagian dari ilmu yang sangat luas, yakni geofisika.
Geofisika diartikan sebagai aplikasi ilmu fisika dalam mempelajari/menyelidiki bumi,
baik bumi padat dan cair/laut, atmosphere, dan ionospher. Geofisika bumi padat
(Solid Earth Geophysics) atau geofisika dalam pengertian terbatas, yang dapat
diartikan sebagai aplikasi ilmu fisika terhadap bagian dalam bumi.
Sebagaimana ilmu fisika, yang dapat dibagi menjadi beberapa disiplin ilmu
yang lebih kecil (berhubungan dengan variasi kejadian fisikanya), maka Geofisika
Bumi Padat juga dapat dibagi menjadi cabang-cabang ilmu yang lebih kecil, yaitu:
1. Seismologi (mempelajari gempa bumi dan fenomena fisika yang berhubungan
dengannya).
2. Volkanologi (juga bagian dari geologi: mempelajari gunungapi, mata air panas,
dsb.)
3. Geomanetisma (mempelajari medan magnet bumi termasuk paleomagnetisma)
4. Geoelektrisitas (mempelajari sifat-sifat kelistrikan bumi)
5. Tektonofisika: (bersama dengan geologi, menggunakan ilmu fisika untuk
mempelajari proses tektonik)
6. Gravitasi (juga bagian dari geodesi; mempelajari dan mengukur kuat medan
gravitasi termasuk menginterpretasikannya).
7. Geotermal (mempelajari suhu bagian dalam bumi, termasuk eksplorasi panas
bumi)
8. Geokosmologi (mempelajari asal-usul bumi).
9. Geokronologi: (mempelajari kejadian bumi, termasuk menentukan umurnya).
Geodesi, yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan bentuk dan
ukuran bumi, adalah ilmu yang dekat hubungannya dengan geofisika. Pada saat ini ,
adalah hal biasa untuk memggabungkan geofisika dengan goedesi dan ilmu-ilmu lain
yang berkaitan dengan bumi, seperti geologi dan geografi, ke dalam unit ilmu yang
lebih besar yaitu geosains. Skema pembagian Geosains dapat dilihat pada gambar 1.1.
GEODESI
SEISMOLOGI
METEOROLOGI
GEOMAGNETISM
OSEANOGRAFI
GEOELEKTRISITAS
VOLKANOLOGI
GEOFISIKA
GEOSAINS
GEOGRAFI
HIDROLOGI
TEKTONOFISIKA
GEOLOGI
GEOFISIKA
BUMI PADAT
GRAVITASI
GEOTHERMAL
GEOKOSMOGONI
GEOKRONOLOGI
Nama
1638
GALILEO
1660
HOOKE
1799
CAVENDISH
1821
NAVIER
1822
CAUCHY
1830
STOKES
1860
MALLET
1874
DE ROSSI
1878
HOERNES
1880
GRAY, MILNE,
EWING
1887
RAYLEIGH
1888
SCHMIDT
1897
WIECHERT
1899
KNOTT
1900
WIECHERT
1900
1906
MONTESSUS DE
BALLORE, MILNE
OLDHAM
1906
GALITZIN
1906
REID
1909
MOHOROVICIC
Tahun
Nama
1911
LOVE
1913
GUTENBERG
1922
1928
1935
1935
1936
1954
TUNER
WADATI
BENIOFF
RICHTER
LEHMANN
BENIOFF &
WADATI
tanah yang keras. Hasil observasi ini telah dikonfirmasikan dengan perekaman
langsung dengan seismograf.
Satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu arah jatuhnya pilar akibat gempa.
Sebelumnya dipercaya bahwa arah jatuhnya pilar berkaitan dengan arah letak pusat
gempa. Namun kenyataannya dalam banyak kasus arah jatuhnya pilar tegak lurus
terhadap arah pusat gempa. Jelas bahwa penyebab jatuhnya pilar dapat berupa
gelombang longitudinal (yang searah) ataupun gelombang transversal (yang tegak
lurus)
Gempabumi bawah laut dapat dirasakan diatas kapal karena gelombang
gempa dapat menjalar di dalam air dari sebuah kejutan (shock) dibawah dasar laut.
Ini hanya memungkinkan untuk gelombang longitudinal. Beberapa laporan
menyatakan bahwa gelombang ini dapat menyebabkan sensasi seolah-olah kapal
menabrak batu yang keras.. Efek gempa bawah laut yang lain yaitu apa yang
dinamakan tsunami (atau gelombang pasang, tapi sebetulnya salah menamakan). Ini
adalah gelombang pada permukaan laut, beberapa ratus kilometer
panjanggelombangnya, tetapi tidak begitu tinggi, yang menjalar dengan kecepatan
kira-kira 220 m/sec pada perairan dengan kedalaman 5 km, dan lebih lambat pada
perairan yang lebih dangkal. Pada laut terbuka tsunami tidak memperlihatkan bahaya,
tetapi jika menghantam pantai, khususnya pada celah yang sempit, tsunami akan
meningkat tingginya dan bisa menyebabkan banyak kerusakan.
Untuk menyatakan efek gempabumi secara kuantitatif (sehingga dinamakan
observasi makroseismik), De Rossi dari Italia memperkenalkan skala intensitas pada
tahun 1870-an. Pada tahun 1881, Forel dari Swis memperkenalkan skala yang serupa;
dan setelah itu mereka menggabungkannya menjadi skala Rossi-Forel. Dengan
menggambarkan harga intensitas gempa ini diatas peta, akan diperoleh peta
isoseismal (isoseismal adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang berintensitas
sama). Berdasar peta isoseismal ini magnitude dan kedalaman gempa dapat
diperkirakan, yaitu bila intensitas turun dengan cepat terhadap jarak maka gempanya
adalah dangkal.
1.4 Pengetahuan awal tentang bagian dalam bumi
Pada mulanya, dalam waktu yang cukup lama, pengetahuan tentang bagian
dalam bumi merupakan obyek spekulasi dan imajinasi bebas. Pendapat pertama yang
cukup ilmiah boleh jadi yang berdasarkan pengamatan pada lava cair yang keluar dari
gunungapi yang sampai pada kesimpulan bahwa bumi bagian dalam adalah panas,
membara, dan meleleh. Pendapat ini mendapat dukungan karena sebelumnya telah
diketahui bahwa temperatur di dalam bumi naik dengan bertambahnya kedalaman.
Namun Poisson tidak percaya bahwa pusat bumi berupa gas dengan temperatur yang
mencapai ratusan ribu derajat, dan mengingatkan bahwa suhu tersebut tidak bisa
diperkirakan hanya berdasar extrapolasi suhu bumi yang diukur di dekat permukaan.
Dengan menggunakan hasil observasi efek pasang-surut terhadap bumi padat, Lord
Kelvin, pada tahun 1863 mengklaim bahwa bumi secara keseluruhan adalah lebih
keras (rigid) dari pada kaca. Pendapat ini mendapatkan dukungan setelahnya, namun
sebagai perbandingan bukanlah kaca tetapi baja.
Sejak awal abad ke 18, perkiraan harga densitas rata-rata bumi telah mencapai
harga yang mendekati kenyataan, antara lain oleh ilmuwan Inggris, Lord Cavendis
pada tahun 1799. Karena harga densitas ini melebihi densitas batuan dipermukaan,
maka kesimpulannya adalah bahwa densitas bumi harus bertambah dengan
dalam mencapai 720 km dijumpai di kepulauan Indonesia. Pada tahun 1954, Wadati
dan Benioff dalam penelitiannya, yang antara lain menggunakan data gempa di
bawah pulau Jawa mendapatkan dipping seismic zone (Wadati-Benioff zone) yang
berhubungan dengan lempeng kerak bumi yang sedang menghunjam di bawah
lempeng kerak yang lain pada daerah subduksi.
Untuk selanjutnya, adalah suatu hal yang berat untuk menjadikan seismologi
sebagai ilmu yang populer. Tapi sejak perang dunia kedua, seismologi menjadi sangat
berarti lagi karena dengan seismologi dimungkinkan untuk mendeteksi ledakan,
khususnya ledakan nuklir. Oleh karena itu, khususnya di Amerika sejak tahun 1950an penelitian seismologi telah mendapatkan dukungan dana yang cukup besar dari
pemerintah. Melalui proyek VELA nya, Amerika telah mengeluarkan dana yang
sangat besar tidak hanya untuk dalam negeri, tapi juga dikompetisikan di luar negeri
dengan terbuka dan bebas. Namun pada tahun 1970-an, proyek penelitian ini mulai
diberhentikan dan dilanjutkan di dalam negeri dengan penelitian yang bersifat
aplikasi. Di samping itu, UNESCO ternyata juga mempunyai ketertarikan yang
sangat besar pada masalah gempabumi, karena bencana yang diakibatkannya. Untuk
itu UNESCO telah banyak mengeluarkan dana di samping untuk mempelajari resiko
gempa untuk manusia maupun bangunan di seluruh penjuru dunia, juga berusaha
untuk mencari cara untuk mengurangi resiko tersebut (mitigasi). Dalam International
Geophysical Year (IGY) pada tahun 1957-1958 telah diprakarsai kerjasama
internasional terutama untuk memperbaiki jejaring observasi gempabumi, khususnya
di belahan bumi Selatan, termasuk Antartika, dan menggiatkan kerjasama global
dalam bidang seismologi. Selama tahun 1960-an, International Upper Mantle Project
(UMP) telah memberikan sumbangan yang cukup berarti pula untuk mengatasi
masalah besar dalam seismologi, antara lain menstimulasi kerja sama yang lebih erat
antara cabang-cabang ilmu geofisika yang berbeda ataupun ilmu lain yang terkait.
Setelah UMP berakhir pada tahun 1970, International Geodynamics Project telah
menggantikan menyediakan dana untuk kerja sama yang lebih luas, multi disiplin
untuk memecahkan masalah-masalah utama dalam geofisika, geokimia, dan geologi.
Akhirnya, kita dapat menyimpulkan perkembangan seismologi sebagaimana
ilmu pengetahuan pada umumnya. Pada awalnya dengan pemikiran yang relatif
sederhana bisa diperoleh hasil dengan ketepatan yang mengherankan. Tapi pada fase
berikutnya, bila orang ingin memperbaiki hasil tersebut, banyak sekali problem akan
dijumpai, yang memerlukan input yang relatif besar untuk output yang biasa saja.
Ilustrasi hubungan antara output dan input dalam fase-fase perkembangan seismologi
dapat dilihat pada gambar 1.1. Pada tahap awal yang dinyatakan sebagai fase A,
dengan input yang relatif kecil dapat diperoleh output yang relatif besar. Tapi pada
tahap berikutnya yaitu fase B, situasinya berbalik, yaitu dengan input yang besar
diperoleh output yang kecil.
O
U
T
P
U
T
B
A
INPUT