You are on page 1of 15

DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Definisi
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan diri. Defisit Perawatan Diri adalah suatu
kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam
melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Defisit perawatan diri adalah keadaan individu mengalami kerusakan
fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan
kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan
diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting,
instrumental) (Carpenito, 2007).
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas

perawatan

diri

secara

mandiri

seperti

mandi

(hygiene),

berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).


Defisit Perawatan Diri (Personal Hygiene) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan (kegiatan hidup sendiri). Defisit Perawatan Diri merupakan
akibat dari ketidak mampuan seseorang dalam perawatan dirinya karena lupa
akan caranya maupun ketidak tahuan dalam perawatan diri. Kurang
perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar
(BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri.
2. Klasifikasi
Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri menurut Nanda
(2006) meliputi :

a. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene


Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau
kebersihan

diri

secara

mandiri,

dengan

batasan

karakteristik

ketidakmampuan klien dalam memperoleh atau mendapatkan sumber air,


mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi,
mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan
klien dalam meletakkan atau mengambil pakaian, menukar pakaian,
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan,

menggunakan

kancing

tarik,

melepaskan

pakaian,

menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang


memuaskan, dan mengenakan sepatu.
c. Kurang perawatan diri makan
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan
batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi
makanan

dalam

mulut,

mengambil

makanan

dari

wadah

lalu

memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan


menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Kurang perawatan diri toileting
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan
batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau
menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

3. Etiologi

Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut (Tarwoto dan


Wartonah, 2000; Depkes, 2000 dan Wartonah, 2006):
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu

melindungi

dan

memanjakan

klien

sehingga

perkembangan inisiatif terganggu.


b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial :
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
Faktor presipitasi
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya. Yang merupakan
faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau

lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang


mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
4. Tanda dan Gejala
a Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan
Memperoleh/mendapatkan sumber air
Mengatur suhu atau aliran air mandi
Mendapatkan peralatan mandi
Mengeringkan tubuh serta keluar masuk kamar mandi
b Berpakaian / berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potonggan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau

menukar pakaian
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam,

dan

memilih

pakaian,

menggunakan

alat

tambahan,

mengenakan kancing tarik, menggunakan kaos kaki, melepas pakaian,


c

mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan.


Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan , menangani perkakas, mengunyah makanan,
menguunakan alat tambahan, medapatkan makanan, membuka
contrainer, memanipulasi makanna dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu memasukkan ke mulut, melengkapi makanan,
mencernamakanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil

cangkir atau gelas,serta mencerna makanan secara cukup aman.


BAB/BAK

Klien memiliki keterbatasan / ketidakmampuan dalam mendapatkan


jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB
dan BAK secara tepat, menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit

perawatan diri adalah:


a

Fisik
Badan bau, pakaian kotor
Rambut dan kulit kotor
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut bau
penampilan tidak rapi
Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif
Menarik diri, isolasi diri
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
Sosial
Interaksi kurang
Kegiatan kurang
Tidak mampu berperilaku sesuai norma
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri

Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :


a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah
2) Malas untuk beraktivitas
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawatt
5. Dampak

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut


Wartonah (2006) yaitu :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

6. Rentang Respon
Adaptif

Maladaptif

Pola perawatan
Kadang perawatan
Tidak melakukan
diri seimbang
diri kadang tidak
perawatan saat stress
Keterangan :
Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri.
Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
Tidak melakukan perawatan diri, klien menyatakan dia tidak peduli dan
tidak bias melakukan perawatan saat stressor.
7. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri : - kebersihan diri/mandi
-

berdandan/berhias
makan

BAB/BAK

8. Rencana Intervensi
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
1) Bantu klien merawat diri
2) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
2) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,
kamar mandi yang dekat dan tertutup.
9. Asuhan Keperawatan
Berikut ini rencana asuhan keperawatan dari defisit perawatan diri
(Keliat, 2006) :
Diagnosa
Keperawata

Tujuan

n
Defisit

TUM:

Perawatan

klien dapat

Diri

mandiri dalam

Perencanaan
Kriteria evaluasi

Intervensi

perawatan diri
TUK 1 :
Klien dapat

Dalam berinteraksi

membina

klien menunjukan

hubungan saling

tanda-tanda percaya

a. Berikan salam setiap


berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama

percaya dengan

pada perawat:

panggilan perawat dan

perawat

a. Wajah cerah,

tujuan perawat berkenalan.

tersenyum
b. Mau berkenalan
c. Ada kontak mata
d. Menerima
kehadiran perawat
e. Bersedia

c. Tanyakan nama dan


panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan

menceritakan

masalah yang dihadapi

perasaannya

klien.
f. Buat kontrak interaksi
yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan
perasaan klien dengan
empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar
klien.

TUK 2 :

2.

Klien

Dalam 2 kali

mengetahui

interaksi klien

percaya dengan

pentingnya

menyebutkan:

menggunakan prinsip

perawatan diri

a. Penyebab tidak

komunikasi terapeutik.

merawat diri
b. Manfaat menjaga
perawatan diri
c. Tanda-tanda
bersih dan rapi
d. Gangguan yang
dialami jika

a. Bina hubungan saling

b. Dorong klien
mengungkapkan perasaan
tentang keadaan dan
kebersihan dirinya.
c. Dengarkan ungkapan klien
dengan empati.
d. Diskusikan bersama klien

perawatan diri

pentingnya kebersihan diri

tidak diperhatikan

dengan cara menjelaskan


pengertian tentang arti
bersih dan tanda- tanda

bersih.
e. Diskusikan fungsi
kebersihan diri dengan
menggali pengetahuan
klien terhadap hal yang
berhubungan dengan
kebersihan diri.
f. Bantu klien
mengungkapkan arti
kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan
diri.
g. Beri reinforcement positif
setelah klien mampu
mengungkapkan arti
kebersihan diri.
a. Diskusikan dengan klien

TUK 3:

Klien dapat

Klien

menyebutkan

frekwensi memelihara

mengetahui cara

frekwensi dan

kebersihan diri seperti:

cara melakukan menjelaskan cara

mandi 2 kali pagi dan

perawatan diri

menjaga perawatan

sore, sikat gigi minimal 2

diri (mandi, gosok

kali sehari (sesudah

gigi, keramas, ganti

makan dan sebelum tidur),

pakaian, berhias,

keramas dan menyisir

gunting kuku)

rambut, gunting kuku jika


panjang
b. Diskusikan cara praktek
perawatan diri dengan
baik dan benar.
c. Berikan pujian untuk
setiap respon klien yang

TUK 4 :

positif.
Klien berusaha untuk a. Motivasi klien untuk

Klien dapat

memelihara

melakukan

kebersihan diri

kebersihan diri

seperti:

mandi, beri kesempatan

dengan bantuan

a. mandi pakai

klien untuk

perawat.

mandi.
b. Beri kesempatan untuk

sabun dan disiram

mendemonstrasikan cara

pakai air sampai

memelihara kebersihan

bersih

diri yang benar.

b. mengganti
pakaian bersih
seharihari
c. merapikan
penampilan.

c. Anjurkan klien untuk


mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk
memotong kuku dan
merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan
perawat ruangan untuk
pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri,
seperti mandi dan
kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan
keluarga untuk
mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti
odol, sikat gigi, shampoo,
pakaian ganti, handuk dan
sandal.
g. Berikan pujian untuk
setiap respon klien yang
positif.
a. Monitor klien dalam

TUK 5 :

Setelah satu minggu

Klien dapat

klien dapat

melakukan kebersihan diri

melakukan

melakukan

secara teratur, ingatkan

kebersihan

perawatan kebersihan

untuk mandi, menggosok

perawatan diri

diri secara rutin dan

gigi, mencuci rambut,

secara mandiri.

teratur tanpa anjuran,

menyisir, gosok gigi, ganti

seperti mandi pagi

baju, menggunting kuku

dan sore, gosok gigi

dan pakai sandal.

setelah makan,

b. Berikan pujian untuk

keramas 2x

setiap respon klien yang

seminggu, ganti baju

positif.

setiap hari,
penampilan bersih
dan rapi,
menggunting kuku
TUK 6 :

jika sudah panjang.


a. Keluarga selalu

a. Jelaskan pada keluarga

Klien dapat

mengingatkan

tentang penyebab kurang

dukungan

halhal yang

minatnya klien menjaga

keluarga dalam

berhubungan

kebersihan diri.

meningkatkan

dengan

kebersihan diri.

kebersihan diri

Kriteria evaluasi

b. keluarga

b. Diskusikan bersama
keluarga tentang
tindakanyang telah

menyiapkan

dilakukan klien selama di

sarana untuk

RS dalam menjaga

membantu klien

kebersihan dan kemajuan

dalam menjaga

yang telah dialami di RS.

kebersihan diri

c. Anjurkan keluarga untuk

c. keluarga

memutuskan memberi

membantu dan

stimulasi terhadap

membimbing

kemajuan yang telah

klien dalam

dialami di RS.

menjaga
kebersihan diri.

d. Jelaskan pada keluarga


tentang manfaat sarana
yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri
klien.
e. Anjurkan keluarga untuk

menyiapkan sarana dalam


menjaga kebersihan diri.
f. Diskusikan bersama
keluarga cara membantu
klien dalam menjaga
kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan
keluarga mengenai hal
yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu
mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.
10. Pembagian

Strategi

Perawatan Diri
Pembagian

Pelaksanaan

strategi

Tindakan

pelaksanaan

Keperawatan

tindakan

Defisit

keperawatan

defisit

perawatan diri menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:


Tindakan Keperawatan Untuk

Tindakan Keperawatan untuk

Pasien

keluarga

SP 1

SP 1

1. Menjelaskan

pentingnya 1. Menjelaskan

kebersihan diri
2. Menjelaskan

dirasakan
cara

menjaga

kebersihan diri
cara menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan
memasukkan

dalam

dalam

pengertian,

tanda

dan gejala defisit perawatan diri


dan jenis defisit perawatan diri

pasien

yang dialami pasien, serta proses

jadwal

terjadinya

kegiatan

3. Menjelaskan cara merawat pasien


dengan defisit perawatan diri
SP 2

SP 2
1. Mengevaluasi

keluarga

yang

merawat pasien
2. Menjelaskan

3. Membantu pasien mempraktekkan

masalah

jadwal

kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktekkan

harian pasien
2. Menjelaskan cara makan yang baik

cara

merawat

pasien

defisit perawatan diri

dengan

3. Membantu pasien mempraktekkan 2. Melatih keluarga melakukan cara


cara makan yang baik

merawat langsung kepada pasien

4. Menganjurkan
memasukkan

pasien
dalam

jadwal

kegiatan harian
SP 3
1. Mengevaluasi

defisit perawatan diri

SP 3
jadwal

kegiatan 1. Membantu

harian pasien

jadwal

2. Menjelaskan cara eliminasi yang


baik

keluarga

aktivitas

membuat
di

rumah

termasuk minum obat (dischange


planning)

3. Membantu pasien mempraktekkan 2. Menjelaskan follow up pasien


cara eliminasi yang baik

setelah pulang

4. Menganjurkan
memasukkan

pasien
dalam

jadwal

jadwal

kegiatan

kegiatan harian
SP 4
1. Mengevaluasi
harian pasien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktekkan
cara berdandan
4. Menganjurkan
memasukkan

pasien
dalam

jadwal

kegiatan harian
11. Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri
Tanda- tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan kepada
klien defisit perawatan diri berhasil menurut Purba (2009) adalah sebagai
berikut:
a. Klien dapat menyebutkan:
1) Penyebab tidak merawat diri
2) Manfaat menjaga perawatan diri
3) Tanda-tanda bersih dan rapi

4) Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.


b. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:
1) Kebersihan diri
2) Berdandan
3) Makan
4) BAB/BAK
c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:
1) Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri
2) Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan diri
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Tujuan yang tercapai


Klien mampu berinteraksi
Klien mampu membina hubungan saling percaya
Klien mampu mengidentifikasi secara mandiri kemampuannya dalam
melakukan kebersihan diri, berdandan, makan dan BAK/BAB.
Klien mampu menjelaskan pentingnya kebersihan diri, berdandan, makan
dan BAK/BAB
Klien mampu menjelaskan cara menjaga kebersihan diri, berdandan, makan
dan BAK/BAB
Klien mamapu menyebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk menjaga
kebersihan diri, berdandan, makan dan BAK/BAB
Klien mampu mempraktekan cara menjaga kebersihan diri, berdandan,
makan dan BAK/BAB secara mandiri.
Keluaraga mampu dalam merawat klien dengan defisit perawatan diri.
Keluarga mampu menjelaskan tentang fasilitas kebersihan diri yang
diperlukan oleh klien.
Keluarga terlibat untuk membantu klien menjaga kebersihan diri
Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki klien
Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan klien

Klien

DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.
Penerjemah Monica Ester. Jakarta : EGC.
2. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa.
3. Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP)
Untuk 7

Diagnosis

Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program

S1

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.


4. Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC.
5. Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
6. Nanda ( Budi Santosa : editor ). 2006. Panduan Diagnosa Nanda 2005 - 2006
; Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
7. Potter, P. A., & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental : konsep, proses,
dan praktik. Jakarta : EGC
8. Purba, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press.
9. Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
10. Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
3. Jakarta : Salemba Medika.

You might also like