Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1Dini Panjaitan, Perilaku Seks Bebas di Kalngan Remaja, (Cet. VII; Jakarta :Depdiknas, 2003), h.
34.
Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilai dan
norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu
perilaku yang bersifat rahasia (privasi) dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka,
khususnya bagi golongan yang dianggap belum cukup dewasa.
Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks kepada
anak-anaknya, termasuk mereka sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu
berbicara tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa
dengan ketentuan-ketentuan hukum adat yang berlaku.
Bahwa perilaku seksual sudah diatur dalam agama dan ajaran moralitas,
dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam prakteknya
sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan. Biasanya hubungan
intim antara dua orang lawan jenis cenderung bersifat emosional primer.
Berbeda dengan hubungan intim yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
modern, biasanya cenderung bersifat rasional sekunder.2 Anak-anak yang mulai
tumbuh remaja suka berbicara seks di kalangan teman-temannya. Pembiacaraan
dan diskusi tentang seks bukan menjadi hal yang tabu, tetapi menjadi trend dan
bahkan dianggap keharusan.
Jika hubungan intim itu terpisah atau mendapat hambatan, maka mereka
tidak akan kehilangan jati diri dan lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan
kehidupan dalam lingkungan pergaulan lainnya. Lembaga keluarga yang bersifat
universal dan multi fungsional, baik pengawasan sosial, pendidikan keagamaan
dan moral, memberikan perlindungan dan pembelaan.
2Dewi Yunita, Perlindungan Hukum Bagi Anak Korban Kekerasan Seksual, (Cet. II, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 43.
trend kehidupan moderen, termasuk pergaulan intim dengan lawan jenis dalam
peruses penyelesaian pekerjaan.
Kondisi pergaulan semacam ini masyarakat Kecamatan Ampana Tete, tidak
hanya mungkin menjauh dari perhitungan nilai harmonisasi keluarga, tetapi
selanjutnya semakin terdorong untuk mengejar karier dalam perhitungan
ekonomis material. Kenyataan ini secara implisit melembaga, dimaklumi, lumrah,
dan bahkan merupakan kebutuhan baru bagi sebagian masyarakat.
Kebutuhan baru ini menuntut seseorang untuk membentuk sistem pergaulan
modernitas yang cenderung meminimalisasi ikatan moral dan kepedulian terhadap
hukum-hukum agama. Sementara di pihak lain, jajaran pemegang status terhormat
sebagai sumber pewarisan norma, seperti penegak hukum, para pemimpin formal,
tokoh masyarakat dan agama, memberi contoh sesuai dengan statusnya.
Sebagai konsekuensinya adalah membuka peluang untuk mencari kebebasan
di luar rumah. Khususnya dalam pergaulan lawan jenis pada lingkungan bebas
norma, cenderung mengundang hasrat dan kebutuhan seks seraya menerapkannya
secara bebas. Dalam konteks ini, Penulis ingin mengkaji lebih jauh dapak seks pra
nikah terhadap perkembangan psokolgis anak.
Adapun sub masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1; Bagaimana upaya mengantisipasi perilaku seks di Kecamatan Ampana Tete
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka pembahasan dalam skripsi ini
dibatasi pada upaya mengantisipasi perilaku seks dan implikasinya terhadap
perkembangan psikologis anak di Kecamatan Ampana Tete ditinjau dalam
pendidikan Islam.
C; Tujuan dan Manfaat Penelitian
a; Tujuan Penelitian
Dengan merujuk pada sub pokok masalah yang dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini tetap mengacu pada sub masalah
yang telah dikemukakan di atas. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1; Untuk mengetahui upaya mengantisipasi perilaku seks di Kecamatan
D; Pengertian Judul
Upaya Mengantisipasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata upaya adalah
usaha atau harapan yang dibuktikan dengan tindakan nyata. 3 Sementara
mengantisipasi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya
usaha untuk mempertahankan situasi yang sudah baik. Dengan demikian
berarti upaya mengantisipasi adalah usaha nyata yang dilakukan untuk
mempertahankan keadaan yang sudah baik.
2;
Perilaku Seks
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa perilaku adalah segala
3Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, (Cet. III; Jakarta:
Balai Pustaka, 2003), h. 849.
mengajar.7
Psikologi
pendidikan
dalam
proses
pembelajaran
Pendidikan Islam
4Ibid., h. 472.
5Budi Istanto, Mengatasi Perilaku Seks Bebas Pada Remaja, (Cet. III: FIP UNY, Yogyakarta,
2007), h. 29.
6Departemen Pendidikan Nasional, op., cit. h. 421.
7Sri Hesti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Cet.III; Jakarta: PT. Grasindo: 2006), h.
30.