You are on page 1of 11

Hadiah pahala untuk orang yang sudah meninggal

Sudah menjadi kebiasaan umat Islam di Indonesia dan Aceh khususnya,


apabila ada orang meninggal, maka dilakukan tahlilan atau samadiyah. Tahlilan
adalah membaca kalimat la ilaha illallah dan Surat al-Ikhlas. Kadang-kadang juga
diiringi dengan membaca Surat Yasin dan ayat-ayat lain. Pembacaan ini dimaksudkan
untuk dihadiahkan pahalanya kepada orang yang sudah meninggal. Lalu apakah
tindakan menghadiahkan pahala kepada orang yang sudah meninggal ada dasarnya
dalam hukum Islam dan sampaikah pahala tersebut kepada orang yang sudah
meninggal ?
Ada beberapa macam amalan yang sering dilakukan yang bermanfaat kepada mayat,
antara lain :
1.

Shadaqah dan doa.


Telah terjadi ijmak ulama bermanfaat kedua amalan ini kepada mayat. Berikut
keterangan ulama mengenai ini, antara lain :
1) Dalam al-Fatawa al-Nawawi disebutkan :
Sampai kepada mayat pahala doa dan shadaqah dengan ijmak ulama.1
2) Berkata Zainuddin al-Malibary :
Shadaqah dan doa bermanfaat bagi mayat, baik dilakukan oleh ahli waris
atau lainnya karena ijmak Ulama.

Dalil doa bermanfat bagi mayat antara lain firman Allah Taala :



Artinya : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor),
mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara
kami yang telah beriman lebih dulu dari kami (Q.S.Al-Hasyr: 10)
Dalil shadaqah bermanfaat bagi mayat antara lain hadist yang berbunyi :


Artinya : Seorang laki-laki mendatangi Nabi SAW dengan berkata : Ya Rasulullah,
sesungguhnya ibuku membiarkan dirinya tidak melakukan wasiat, menurut
dugaanku, kalau dia berkata, maka pasti bersadaqah, maka apakah ia

mendapat

pahala

kalau

aku

bersadaqah

untuknya.

Rasulullah

menjawab :ya. (H.R. Muslim)3


2.

Ibadah haji dengan ijmak ulama 4, sesuai dengan sabda Rasululullah SAW :

Artinya :

Sesungguhnva wanita dari Juhainah datang kepada Nabi SAW dan


berkata, "sesungguhnya ibuku pernah bernadzar untuk haji. dan tidak
sempat melaksanakannya sehingga meninggal, apakah aku harus
menghajikannya?"

Beliau

bersabda,

"Hajikanlah

ia,

bagaimanap

pendapatmu seandainva ibumu mempunyai hutang, apakah engkau wajib


membayarkannya. Maka bayarlah hutang Allah, karena hutang Allah
lebih berhak dibayar.(H.R. Bukhari)5
3.Ibadah puasa

Artinya :

Barangsiapa meninggal, sedangkan dia berhutang puasa, maka walinya


menggantikannya. (H.R. Muslim) 6

Adapun firman Allah



Artinya : Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya (Q.S. an-Najm : 39)
Diantara ulama ada yang menerangkan kepada kita bahwa ayat ini ditakhshis
dengan ijmak tersebut diatas. Maksud ayat tersebut berdasarkan ini adalah selain
sadaqah dan doa tidak bermanfaat apapun bagi seorang manusia kecuali hasil
usahanya sendiri. Namun kesimpulan ini tentunya bertentangan dengan hadits-hadits
shahih yang menjelaskan bahwa pahala haji dan puasa yang dilakukan orang lain
juga dapat bermanfaat bagi seseorang. Ada ulama yang mengatakan ayat pertama
diatas menasakhkan ayat ini. Ada juga yang mentawilkan dari dhahir makna ayat.
Tawilnya antara lain, ayat ini di pertempatkan bagi orang kafir. Ada juga yang
mengartikan ayat ini Tidak berhaq bagi manusia kecuali apa yang menjadi usahanya
. Adapun apa yang diperbuat orang untuknya adalah semata-mata fadhal bukan

haq.7 Keterangan serupa dengan yang terakhir ini juga telah dikemukakan oleh Ibnu
Shalah, beliau berkata :
Nash tersebut (Q.S. al-Najm : 39) tidak membatalkan pendapat yang
mengatakan hadiah pahala bacaan al-Quran sampai kepada mayat. Karena maksud
ayat tersebut adalah tidak berhak dan tidak ada balasan baginya kecuali menurut
usahanya, maka tidak masuk dalam pengertian ayat tersebut perbuatan tabaru
(hadiah secara suka rela) dari pihak lain, berupa bacaan al-Quran ataupun doa.8
Al-Qurthubi yang terkenal dengan tafsirnya, Tafsir al-Qurthubi dalam alTazkirah 9 dalam menjelaskan kedudukan ayat di atas, menyebut beberapa takwil
yang dikemukakan oleh ulama, yaitu sebagai berikut :
1). Ayat ini menurut riwayat dari Ibnu Abbas sudah dinasakh dengan

Artinya :

Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti
mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka (Q.S. al-Thuur : 21)

Berdasarkan ayat ini, maka anak anak yang mengikuti keimanan orang
tuanya, akan mendapatkan syafaat dari orangtuanya kelak.
2). Rabi bin Anas mengatakan bahwa ayat al-Najm : 39 di atas, khusus berlaku atas
orang kafir\
3). Ayat ini juga bermungkinan bermakna khusus pada amalan jahat. Buktinya
amalan yang baik, sebagai janji Allah, akan dibalas dengan sepuluh bandingan
amalannya. Jadi seseorang yang melakukan amalan baik, dia bukan hanya
menerima pahala sebagaimana amalannya, tetapi juga mendapat pahala
tambahan
sebagai
kurnia
Allah
sebagaimana
firman-Nya
:

Artinya : Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala)
sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat
Maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya,
sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Q.S. al-Anam : 160)
4.

Bacaan ayat al-Quran


Adapun membaca ayat al-Quran seperti surat al-Ikhlas dan tahlil dengan niat

menghadiahkan pahalanya kepada mayat, telah terjadi khilaf ulama tentang ini.

Diantara ulama yang menyatakan sampai hadiah pahala kepada mayat adalah ulama
Hanafiah, Hanabilah, Mutaakhirin Syafiiyah dan Malikiyah dengan catatan apabila
dilakukannya dihadapan mayat atau dengan didoakan setelah membacanya,
meskipun berada di kejauhan. 10
Berikut pendapat ulama mengenai ini, yaitu :
1). Dalam al-Fatawa disebutkan :
Terjadi khilaf ulama mengenai pahala bacaan al-Quran. Ahmad dan sebagian
ashhab Syafii mengatakan sampai pahala tersebut kepada mayat. Syafii dan
kebanyakan ulama mengatakan tidak sampai.11
2). Imam Nawawi dalam Syarah Muslim mengatakan :
Yang masyhur dari mazhab Syafii tidak sampai pahala qira-ah kepada mayat.
12
3). Ibnu Abdussalam dalam sebagian fatawanya berkata :
Tidak boleh menjadikan pahala qira-ah bagi mayat karena tindakan tersebut
merupakan pengelolaan pahala tanpa izin syara .13
4). Berkata Ibnu Shilah :
Sepatutnya dipastikan (jazam) bermanfaat dengan mengatakan allahumma
ausil tsawaba ma qaratuhu artinya semisalnya, maka itulah maksudnya14
5). Imam an-Nawawi dalam al-Azkar mengatakan :
Dan para ulama telah berbeda pendapat mengenai sampainya pahala bacaan alQuran (kepada si mati). Maka pendapat yang masyhur daripada mazhab Syafi`i
dan sekumpulan ulama bahawasanya pahala bacaan al-Quran tersebut tidak
sampai kepada si mati. Imam Ahmad bin Hanbal serta sekumpulan ulama yang
lain dan sekumpulan ashab Syafi`i (yakni para ulama mazhab Syafi`i)
berpendapat bahawa pahala tersebut sampai. Maka (pendapat) yang terpilih
adalah si pembaca al-Quran tersebut hendaklah berdoa setelah bacaannya : "Ya
Allah sampaikanlah pahala apa-apa yang telah aku bacakan kepada si polan." 15
6). Berkata Ibnu Hajar Haitamy :
Tidak sepatutnya berdoa untuk orang lain yang masih hidup atau untuk mayat
dengan pahala orang yang berdoa atau pahala orang lain yang mengizinkan
baginya, karena sesungguhnya pahala manusia tidak dapat berpindah kepada
orang lain dengan sebab doa. Maka doa yang demikian menyalahi kejadian dan

oleh sebab itu terlarang. Adapun doa dengan menghasilkan yang semisal (yang
sebanding) demikian pahala, bagi orang lain adalah (laa baksa bihi) dibolehkan,
karena itu termasuk doa bagi saudara yang muslim untuk mendhahirkan ghaib
dan hadits-hadits menunjukkan diterimanya dengan ini dan lainnya, sedangkan
padanya tidak ada mahzur (sesuatu yang mencegah), maka tidak ada satu
aspekpun untuk pelarangannya. Bahkan kalau orang yang berdoa menyebut
pahala dan maksudnya adalah semisal pahala, tidak terlarang pula, karena
menyembunyi perkataan misal pada yang seperti ini dibolehkan, masyhur dan
banyak terjadi16

KESIMPULAN
Sesuai dengan penjelasan Imam an-Nawawi dan Ibnu Hajar al-Haitamy dan
ulama lainnya di atas, maka hadiah pahala bacaan al-Quran kepada mayat adalah
sampai kepada si mayat dengan catatan :
1.

hendaklah berdoa setelah bacaannya, misalnya : "Ya Allah sampaikanlah pahala


apa-apa yang telah aku bacakan kepada si polan

2.

yang didoakan sampai kepada si mayat bukanlah pahala bacaan, tetapi pahala
yang sebanding dengannya.
Kesimpulan ini sesuai dengan keterangan yang dipilih pleh Imam Nawawi

dan Ibnu Hajar al-Haitamy (Nawawi adalah salah seorang ulama mujtahid tarjih dan
Ibnu Hajar al-Haitamy adalah seorang ulama besar dalam mazhab Syafii yang
menjadi ikutan orang-orang bermazhab Syafii).
Perlu juga dicatat bahawa qaul masyhur yang dinisbahkan kepada Imam
Syafi`i tersebut tidaklah bermakna bahwa itulah satu-satunya qaul Imam Syafi`i.
Bahkan ini memberi pemahaman bahwa Imam Syafi`i mempunyai qaul lain yang
berpendapat sebaliknya. Juga perlu kita tekankan bahwa qaul masyhur tidak
semestinya qaul yang dimuktamadkan dalam mazhab. Dengan keterangan Imam
Nawawi dalam al-Azkar di atas, dipahami bahwa yang mutamad dalam Mazhab
Syafii adalah qaul yang menyatakan sampai hadiah pahala kepada si mayat dengan
syarat yang telah disebutkan.
Disamping sebagaimana keterangan di atas, ada juga yang mengatakan bahwa
qaul yang masyhur dari syafii tersebut di atas diposisikan apabila membaca alQuran tidak dihadapan mayat dan tidak meniatkan pahala bagi mayat atau ada
meniatkannya, tetapi tidak mendoakannya. Pemahaman ini berdasarkan amalan
yang diriwayat dari Imam Syafii, bahwa beliau sendiri pernah berziarah ke makam
Imam al-Laits bin bin Saad dan pada saat itu beliau membaca zikir dan al-Quran alKarim. Muhyiddin Abdusshamad telah mengutip riwayat ini dari Kitab al-Dzakirah
al-Tsaminah Halaman enam puluh empat 17. Imam Syafii sendiri juga pernah
menyatakan pendapat yang bersesuaian dengan riwayat di atas, yaitu :
Dianjurkan membaca sesuatu dari al-Quran pada kuburan dan jika dengan khatam,
maka itu lebih baik.18

Dalil-dalil yang menyatakan bahwa hadiah pahala bacaan al-Quran dapat


sampai kepada mayat, antara lain :
1.

Menghadiahkan pahala kepada mayat termasuk dalam katagori doa. Oleh


karena

itu,

termasuk

dalam

maksud Q.S. al-Mukmin : 60


Artinya : Dan Tuhanmu berfirman : "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan


Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.
(Q.S. al-Ghafir : 60)
2.

Hadits
riwayat
Ibnu
Abbas
dari
Nabi
SAW
:






Artinya : Nabi SAW pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda:
Sesungguhnya dua mayat ini sedang disiksa, namun bukan karena dosa besar.
Yang satu disiksa karena tidak membersihkan dirinya dari air kencingnya,
sedang yang lainnya ia dahulu suka mengadu domba. Kemudian beliau
meminta pelepah kurma yang masih basah dan dibelahnya menjadi dua. Setelah
itu beliau menancapkan salah satunya pada sebuah kuburan dan yang satunya
lagi pada kuburan yang lain seraya bersabda: Semoga pelepah itu dapat
meringankan siksanya, selama belum kering.(H.R. Bukhari 19 dan Muslim 20)
Al-Qurthubi mengatakan :
Ulama kita mengatakan, kalau kayu saja dapat meringankan azab kubur
(bermanfaat kepada mayat), maka apalagi bacaan al-quran yang dilakukan oleh
seorang mukmin?.21

3.

Menghadiahkan pahala kepada mayat termasuk sadaqah, karena sadaqah tidak


hanya dalam bentuk harta. Sadaqah bisa saja dalam bentuk tahlil, tasbih dan
lainnya. Sedangkan sadaqah dapat bermanfaat bagi mayat dengan ijmak ulama
sebagaimana dijelaskan di atas. Keterangan bahwa sadaqah tidak hanya dalam
bentuk harta adalah hadits Nabi SAW riwayat Huzaifah berbunyi :

Artinya : Setiap yang maruf adalah sadaqah (H.R. Muslim) 22 Dan hadits Nabi
SAW riwayat Abu Zar berbunyi :

Artinya : Sesungguhnya setiap tasbih adalah sadaqah, setiap takbir sadaqah,
setiap tahmid sadaqah dan setiap tahlil adalah sadaqah. (H.R. Muslim) 23
Pendalilian ini telah disebut oleh al-Qurthubi dalam al-Tazkirah 24
Al

Sa'id

Abu

dari

Hadits

Khudri r.a., beliau berkata :



























Artinya : Sesungguhnya sekelompok sahabat Nabi SAW berkunjung ke salah
satu suku Arab. Tetapi mereka tidak mau menghormati sahabat-sahabat Nabi
SAW tersebut. Ketika itu, pemimpin suku tadi disengat oleh kalajengking.
Mereka telah mengusahakan mengobatinya , tetapi tidak manjur sedikitpun.
Sebagian mereka berkata, kalau kalian mendatangi kelompok yang pernah
mengunjungi kamu, mudah-mudahan disisi sebagian mereka ada sesuatu yang
dapat mengobatinya. Karena itu, datangilah mereka. Mereka bertanya kepada
para sahabat Nabi SAW : "Hai kelompok itu, sesungguhnya pemimpin kami
telah disengat kalajengking dan kami telah mengobatinya, tetapi tidak
bermanfaat sedikitpun. Apakah di antara kalian ada yang membawa obatnya".
Para sahabat Nabi SAW itu menjawab: Ya, demi Allah kami dapat
menjampinya. Tetapi berhubung kami pernah minta kalian jamu, namun kamu
tidak menjamu kami, maka apa yang akan kami lakukan haruslah mendapatkan
upah atau imbalan". Akhirnya mereka melakukan negoisasi dengan menyediakan
imbalan berupa seekor kambing. Salah seorang sahabat Nabi SAW maju ke
membaca

dan

ludahnya

dengan

meniup

dan

depan

4.

Alhamdulillahhirabbilalamin, maka sembuhlah pemimpin suku tersebut seolaholah dia bangkit dari ikatan tali dan berjalan dengan melakukan gerakan, sambil
berkata, Tunaikanlah upah mereka sebagaimana telah kalian janjikan dengan
mereka. Berkata sebagian sahabat Nabi SAW, bagikanlah kambing itu !. Tetapi
sahabat yang menjampi tadi berkata, "Kita belum bisa menerimanya begitu saja
sehingga kita mendatangi Rasulullah SAW dan mengabarinya apa yang telah
terjadi, lalu kita tunggu apa yang diperintahkannya. Maka Para sahabat Nabi
SAW menghadap Rasulullah SAW dan mengabarinya, maka Rasulullah SAW
bersabda : Tidak tahukah kamu ,bahwasannya Alhamdulillahhirabbilalamin itu
merupakan jampi?. Maka bagilah kambing itu dan berikan untukku satu bagian".
(H.R. Bukhari)25
Hadits ini menceritakan bahwa Sahabat Nabi SAW pernah menjampi-jampi
orang kena sengat kalajengking dengan Surat al-Fatihah dan Nabi SAW
mentaqrirkannya (mengakuinya). Jadi, kalau ayat al-Quran bermanfaat untuk
pengobatan orang kena sengat kalajengking, tentunya untuk mayat lebih patut
bermanfaat.
5. Sabda Nabi SAW :

Artinya : Barang siapa yang memasuki pekuburan dengan membaca Surat Yasin,
maka akan diringankan orang dalam pekuburan itu sebanding dengannya dan
baginya sejumlah kebaikan (H.R. Abu Bakar Abdul Aziz) 26
6. Sabda Nabi SAW :

Artinya : Barangsiapa yang menziarahi kuburan kedua ibu bapaknya atau
keduanya pada setiap Jumat dengan membaca Yasin dan al-Quran al-Hakim,
maka akan diampuninya sebanding setiap ayat dan huruf.(H.R. Ibnu Hibban dan
Ibnu Ady) 27
Ada sebagian orang menentang tahlil atau samadiyah dengan
berargumentasi dengan hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah, yang berbunyi
:

Artinya : Apabila meninggal seorang manusia, maka terputuslah segala amalnya

kecuali tiga perkara, yaitu sadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang
shaleh yang mau berdoa untuknya. (H.R. Muslim) 28
Perlu dicatat bahwa hadits ini hanya membicarakan amalan orang yang
sudah meninggal. Sedangkan tahlil dan samadiyah ini merupakan amalan orang
masih hidup, dimana orang yang masih hidup mendoakan sebagaimana pahala
bacaan ayat al-Quran didapatinya supaya juga diberikan Allah kepada orang
yang

sudah

meninggal.

Berkata

Ibnu

Shalah

dalam

Fatawanya

Demikian juga hadits tersebut (hadits di atas) tidak menunjukkan batal


pendapat yang mengatakan sampai hadiah pahala bacaan, karena hadits tersebut
mengenai amalan simati. Sedangkan ini (hadiah pahala) merupakan amalan
orang lain 29
Penafsiran hadits ini secara ringkas adalah sebagai berikut :
a.

Seseorang yang sudah meninggal, maka pahala amalannya semua terputus


kecuali tiga yang disebut dalam hadits. Yang terputus di sini bukan amalannya,
tetapi pahala amalan, karena amalan seseorang apabila dia meninggal akan
terputus tanpa kecuali. 30

b.

Tiga yang dikecualikan tersebut adalah amalan orang sudah meninggal, yaitu
Pertama, sadaqah jariah, yakni waqaf yang dilakukan pada seseorang masih
hidup. Pahalanya terus mengalir meskipun orang itu sudah meninggal. Kedua,
ilmu yang bermanfaat, yakni ilmu yang pernah diberikan kepada orang lain
tatkala dia masih hidup akan terus mengalir pahalanya kepada orang tersebut
sepanjang ilmu itu masih dimanfaatkan orang. Ketiga, anak yang shaleh mau
yang berdoa kepadanya, yakni anak yang shaleh yang merupakan hasil usaha
bimbingannya pada waktu dia masi hidup.
Dengan demikian, jelaslah bahwa hadits ini tidak relevan dengan masalah
tahlil atau baca samadiyah. Karena tahlil atau samadiyah merupakan amalan
orang yang masih hidup.
Dalil lain yang biasa dibawa oleh orang-orang yang menentang tahlil atau
samadiyah

adalah

Q.S.

al-Baqarah

286,

yaitu



Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan

ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Q.S. al-Baqarah : 268)


Ayat ini hanya menjelaskan kepada kita bahwa setiap orang melakukan sebuah
amalan, maka pahala amalannya itu menjadi hak orang yang melakukannya itu.
Artinya tidak bisa kita yang melakukan, orang lain yang mendapatkannya.
Namun karena ini menjadi hak orang yang melakukan amalan tersebut, maka
dapat saja dia menghadiahkannya untuk orang lain dalam pengertian
mendoakan supaya orang lain juga mendapat pahala yang sama dengan pahala
yang didapatinya. Ayat ini tidak boleh dipahami bahwa seseorang yang sudah
meninggal dunia tidak dapat memperoleh pahala dari amalan orang lain, karena
pemahaman seperti itu bertentangan dengan ijmak ulama sebagaimana uraian di
atas bahwa telah terjadi ijmak ulama, sadaqah, doa dan ibadah haji bermanfaat
untuk orang yang sudah meninggal.

You might also like