You are on page 1of 25

Penyalahgunaan dan Sisi Negatif Organisasi Informal

MAKALAH
Diajukan sebagai Tugas Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah
Komunikasi Organisasi Bidang Studi Public Relations
Disusun Oleh :
ARI GUNAWAN
44213010030

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita dan tak lupa pula saya mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Jaringan Komunikasi yang berjudul
penyalahgunaan dan sisi negatif organisasi informal ini dengan lancar.
Makalah Komunikasi Organisasi mengenai Jaringan Komunikasi ini saya susun guna
memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Organisasi yang diberikan oleh Bapak Enjang Pera
Irawan, S.Sos, M. Ikom selaku dosen mata kuliah Komunikasi Organisasi.
Ucapan terimakasih saya ampaikan kepada Bapak Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.Ikom
selaku dosen mata kuliah Komunikasi Organisasi yang telah memberikan pengajaran kepada
saya, serta kepada teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Namun, makalah Komunikasi Organisasi tentang Masalah sosial Kenakalan Remaja
Kasus Geng Motor ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, 3 Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

1.1

Latar Belakang...............................................................................................

1.2

Rumusan Masalah..........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................

2.1 Jaringan Komunikasi.....................................................................................

2.2

Jaringan Organisasi Informal.........................................................................

2.2.1 Terbentuknya Organisasi Informal.........................................................

11

2.2.2 Perbedaan Organisasi Formal dan Informal............................

12

2.2.3 Peranan Komunikasi Informal................................................................

13

2.2.4 Hubungan Teori dengan Komunikasi Organisasi..

14

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................

15

2.3

Kasus Masalah Geng Motor...........................................................................

15

2.3.1 Keterkaitan Kasus dengan Teori.............................................................

17

2.3.2 Penyelesaian Masalah...........................................................................

18

KESIMPULAN & SARAN...............................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA

22

.....................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
3

Kegiatan organisasi informal bisa terjadi dengan adanya kegiatan perkumpulan


beberapa orang yang tidak resmi dan mungkin tanpa disadari orang-orang pada umumnya telah
melakukan kegiatan organisasi informal tesebut. Seperti kegiatan belajar bersama, berwisata
bersama teman-teman, makan bersama dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.
Dan dalam tulisan ini saya akan mengangkat kasus yang sering di jumpai di lingkungan
masyarakat yaitu mengenai kasus geng motor Saat ini dan geng-geng motor telah menjadi
gejala sosial yang sangat meresahkan masyarakat. Kehadiran kelompok-kelompok remaja
dengan penampilan khasnya itu identik dengan kekerasan. Melalui tayangan televisi, kita dapat
menyimak mereka menjalankan aksi brutal di jalanan. Mereka juga digambarkan sebagai kaum
remaja yang sering membuat keributan dan sudah dicap negative oleh kalangan masyarkat
umum..
Seperti yang diketahui salah satu bagian terpenting organisasi adalah pengelompokan
informal dan hubungan-hubungan pribadi yang dapat lebih berpengaruh disbanding dengan
hubungan formal seperti yang di tunjukan bagan organisasi. Dalam jaringan organisasi informal
hubungan-hubungan antarpribadi dalam Organisasi informal di gambarkan tergantung pada
kebutuhan-kebutuhan mereka.
Komunikasi yang terdistorsi itulah, yang menjadikan anggota-anggota geng lebih
permisif untuk melakukan kekerasan. Itu disebabkan karena mereka telah kehilangan
sensitivitas terhadap kehadiran pihak lain. Bahkan rasa simpati dilenyapkan begitu saja.
Stuktur-struktur jaringan yang informal adalah yang memiliki jalur hubungan minimum
(sedikit) di antara anggota-anggota kelompok. Untuk setiap jalur hubungan, proses seleksi,
encoding, dan decoding harus saling diulang-ulang (Wofford; 1977). Jadi dengan penambahan
setiap jalur hubungan, kemungkinan terjadi distorsi semantik dan masalah-masalah komunikasi
menjadi berganda.
Definisi tentang geng motor itu sendiri sangat jelas identik dengan kehidupan
berkelompok. Hanya saja geng memang memiliki makna yang sedemikian negatif. Geng bukan
sekadar kumpulan remaja yang bersifat informal. Geng (gank) adalah sebuah kelompok
penjahat yang terorganisasi secara rapi. Dalam konsep yang lebih moderat, geng merupakan
sebuah kelompok kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan seringkali menyebabkan
keributan.
1.2

RUMUSAN MASALAH

Pemahaman mengenai Jaringan Komunikasi?


4

Pemahaman mengenai Organisasi informal?

Mengapa Organisasi informal muncul?

Bagaimana Terbentuknya Organisasi informal?

Perbedaan antara organisasi informal dan formal ?

Pemahaman mengenai Teori?

Pembahasan contoh kasus penyalahgunaan dan sisi negatif organisasi informal?

Penyelesaian masalah?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Jaringan Komunikasi
Secara sederhana, definisi jaringan komunikasi adalah siapa berbicara dengan siapa

atau kepada siapa (Beebe dan Masterson, 1994). Selanjutnya De Vito (1997), mendefinisikan
jaringan komunikasi sebagai suatu saluran atau jalan tertentu yang digunakan untuk
meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Kemudian Gonzales dalam Jahi (1993)
mengatakan bahwa hubungan siapa dengan siapa dapat diilustrasikan dalam sebuah
sosiogram yang berguna untuk menelusuri jaringan informasi ataupun difusi suatu inovasi.
Salah satu cara untuk memahami perilaku manusia adalah dengan mengamati atau
memahami hubungan-hubungan sosialnya yang tercipta karena adanya proses komunikasi
interpersonal (Seliawan 1983). Oleh karena itu untuk memahami hubungan sosial yang
demikian dapat dipelajari melalui studi jaringan komunikasi. Ketika dua orang atau lebih ikut
serta dalam pengiriman pesan, mereka terlibat dalam suatu jaringan komunikasi (Man Lin 1975,
diacu dalam Setyanto 1993). Karena struktur hirarkinya yang ketat, jarak phisik yang jauh dari
orang-orangnya, perbedaan yang besar dalam kompetensinya, dan berbagai tugas khusus
yang harus diselesaikan, maka organisasi maka organisasi harus menciptakan jaringan
komnunikasi yang beragam (Baird, 1977; Kreps, 1990 dalam Devito 1997).
Jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu
orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil
sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang
menggabungkan beberapa struktur jarngan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian
merupakan sistim komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan
pesan dari satu orang keorang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bias dipandang sebagai
struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi
organisasi.
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi penting atau
peranan tertentu. Di antara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan
itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi
berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya diantara dua orang, 3 atau lebih
dan mungkin juga di antara keseluruhan orang dalam organisasi. Bentuk struktur dari jaringan
itupun juga akan berbeda-beda.
6

Peranan individu dalam sistemkomunikasi di tentukan oleh hubungan antara satu


individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan
interaksi individu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi. Untuk analisis jaringan.
Dari hasil analisis jaringan ini dapat di ketahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang
dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok
lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam suatu organisasi. Ada enam
peranan jaringan komunikasi yaitu :
1. Opinion leader adalah pimpinan informal dalam organisasi dalam organisasi. Mereka
ini tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi
membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka.
2. Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota
organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari
satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. Gate keepers dapat
menolong anggota penting dari organisasi seperti pimpinan, menghindarkan informasi
yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang pentingpenting saja terhadap mereka. Dalam hal ini gate keepers mempunyai kekuasaan
dalam memutuskan apakah sesuatu suatu informasi penting atau tidak.
3. Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan oraganisasi dengan
lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada
dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orangorang tertentu pada lingkungannya.
4. Brigde adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang
menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lainnya. Individu ini
membantu saling memberi informasi di antara kelompok-kelompok dan
mengkoordinasi kelompok.
5. Liaison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah
anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di antara satu kelompok
dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang
relevan di antara kelompok-kelompok dalam organisasi.
6. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain
dalam oranisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau
diasingkan oleh teman-temannya.
Contoh gambar dari jaringan komunikasi pada suatu organisasi misalnya seperti terlihat pada
gambar 11.

GAMBAR 11. Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi


Ada bermacam-macam studi yang dilakukan orang mengenai jaringan komunikasi ini di
antaranya studi Schwarth (Goldhaber, 1986) yang mempelajari karakteristik dari liaison atau
orang yang sebagai pengantara dalam jaringan arus informasi formal. Hasil dari studinya
memperlihatkan bahwa orang yang sebagai pengantara memegang posisi atau status yang
lebih tinggi dari orang-orang lain yang bukan sebagai pengantara dan merupakan wakil-wakil
yang kuat dalam struktur pimpinan. Orang yang sebagai pengantara ini terlibat lebih banyak
dalam aktivitas komite daripada temannya dan juga menjadi anggota kelompok koordinasi pada
tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi. Menurut persepsi temannya orang yang sebagai
pengantara mempunyai kontak yang banyak dan berbeda-beda dalam organisasi. Berinteraksi
dengan orang sebagai pengantara adalah untuk mendapatkan lebih banyak pengaruh dalam
struktur kekuasaan dari organisasi. Penemuan ini menunjukan bahwa peranan komunikasi

sebagai yang diidentifikasi dari sosiometri mempunyai konsekuensi nyata pada tingkatan
kekuasaan (power) dan pengaruh individual dalam suatu organisasi dan konsekuensi ini
tampak bagi yang lain.
Mac Donald mempelajari persepsi orang sebagai pengantara terhadap sistem
komunikasi dalam organisasi dan persepsi diri dari mereka. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukan bahwa orang yang sebagai pengantara mempersepsi diri mereka, mempunyai
kontak yang lebih banyak dan lebih berpengaruh dalam organisasi dibandingkan dengan teman
lainnya yang bukan pengantara. Orang yang sebagai pengantara dan koneksi mereka
mempunyai persepsi bahwa mereka mengenal banyak arus pesan sebelumnya mereka tidak
mempersepsi diri mereka mempunyai banyak pesan tetapi karena koneksi mereka mengatakan
demikian mereka terima. Persepsi orang yang sebagai pengantara ini terhadap sistem
komunikasi mengatakan bahwa sistem komunikasi adalah bersifat terbuka dan mereka
menyatakan lebih puas dengan sistem dibandingkan daripada temannya yang bukan sebagai
pengantara.
Selain daripada penelitian diatas ada pula penelitian yang mempelajari peranan jaringan
komunikasi dalam arus infomasi informal. Davis (1953) mempelajari pemindahan desas-desus
dalam suatu organisasi. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ada kekompakan
kelompok dalam menyampaikan pesan yang bersifat desas-desus ini. Individu yang mempunyai
informasi yang relevan dengan kelompoknya mengkomunikasikan dengan cepat pesan itu
kepada anggota kelompok yang lain, tetapi tidak dikomunikasikan kepada orang lain dari
kelompok lain. Davis menemukan bahwa beberapa individu secara konsisten keluar dari arus
pesan yang bersifat desas-desus dan tidak mengambilnya sebagai sumber informasi. Ini
menunjukan bahwa ada perbedaan peranan informasi dalam suatu organisasi. Ada informasi
yang saling dibagi dalam kelompok dan ada pula yang mengasingkan diri dari informasi. Studi
selanjutnya mengenai desas desus adalah orang yang berperan sebagai pengantara, dan
orang yang banyak menerima desas-desus adalah orang yang berorientasi kepada tugas, dan
orang yang tidak mengirimkan dan menerima desas-desus adalah orang yang mengasingkan
diri dari dalam organisasi.
Ada lagi penelitian lain yang dilakukan oleh Robert dan OReilly yang memperbandingkan anggota organisasi yang terisolasi dengan partisipan dalam tiga hal yaitu otoritas, keahlian,
dan hubungan sosial. Mereka menemukan bahwa partisipan mempunyai pengalaman yang
lebih banyak mengenai organisasi, sedangkan orang yang terisolasi kurang matang, kurang
tegas dan mempunyai konsep diri yang lemah dan sangat memerlukan rasa aman. Orang yang
terisolasi cenderung memegang teguh informasi dan kurang puas dengan komunikasi dari
partisipan.
9

Penemuan ini mempelihatkan bahwa orang yang terisolasi kurang mempunyai


pengalaman, lebih merasa tidak aman, dan kurang mempunyai motivasi untuk mencapai hasil,
diban- dingkan dengan partisipan. Mereka kurang puas dengan komunikasi dan kurang suka
membe- rikan sokongan secara aktif untuk menyebarkan informasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi hakikat dan luasnya jaringan komunikasi, diantaranya hubungan dalam organisasi, arah dari arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, da nisi
pesan. Beberapa jaringan ditentukan oleh mekanisme yang sangat formal seperti jaringan yang
digambarkan dalam struktur organisasi. Sementara itu ada juga jaringan komunikasi yang
timbul tanpa perhatian dan perencanaan lebih dahulu seperti, jaringan komunikasi informal.
Secara umum, jaringan komunikasi ini dapat di bedakan atas jaringan komunikasi formal
dan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh
struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal
ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian distribusi pekerjaan yang ditetapkan
bagi anggota organisasi yang berbeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal tidaklah diren
canakan dan biasanya tidaklah mengikuti struktur formal organisasi, tetapi timbul dari interaksi
sosial yang wajar diantara anggota organisasi. Yang termasuk komunikasi informal ini adalah
berita-berita dari mulut kemulut mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai
organisasi yang biasanya bersifat rahasia.
Ada hubungan yang menarik antara jaringan komunikasi formal dengan jaringan
komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal kurang memberikan kepuasan kepada
anggota organisasi terhadap kebutuhan akan informasi oleh karena itu, mereka mengembangkan kontak informal dengan desas-desus (grapevine) atau berita-berita angina yang belum
tentu benar, untuk memperoleh bermacam-macam informasi yang menarik yang tidak mereka
dapatkan melalui jaringan komunikasi formal. Makin kurang jaringan komunikasi formal digunakan untuk memberikan informasi yang relevan dengan anggota organisasi, makin tergantung
mereka kepada informasi grapevine dan makin mempunyai kekuasaan grapevine. Sebaliknya
makin banyak informasi yang relevan dengan anggota organisasi diberikan melalui jaringan
komunikasi formal semakin kuranglah anggota tergantung kepada informasi grapevine.

2.2

Jaringan Organisasi Informal


Organisasi Informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi ,

akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi
komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok
10

informal , penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat seperti isu , gosip , atau rumor .
Tentang komunikasi informal sebaiknya tidak dilakukan berdasarkan informasi yang masih
belum jelas dan tidak akurat , carilah sumber informasi yang dapat dipercaya , selalu gunakan
akal sehat dan bertindak berdasarkan pikiran yang positif .
Informasi dalam komunikasi informal biasanya timbul melalui rantai kerumunan di mana
seseorang menerima informasi dan diteruskan kepada seseorang atau lebih dan seterusnya
sehingga informasi tersebut tersebar ke berbagai kalangan . Implikasinya adalah kebenaran
informasi tersebut menjadi tidak jelas atau kabur . Meski demikian komunikasi informal akan
untuk memenuhi kebutuhan sosial , mempengaruhi orang lain , dan mengatasi kelambatan
komunikasi formal yang biasanya cenderung kaku dan harus melalui berbagai jalur terlebih
dahulu.
Organisasi informal terdiri dari hubungan yang tidak resmi dan dapat dikatakan sebagai
organisasi bayangan dari organisasi formal. Organisasi informal tidak akan muncul selama
organisasi formal tidak terbentuk. Berbeda dengan organisasi formal, struktur organisasi
informal tidak terbentuk secara jelas dan tujuan yang dibentuk berjalan secara incidental (tidak
berkelanjutan). Bahkan banyak organisasi informal yang tidak memiliki tujuan yang jelas.
Bila anggota organisasi berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan
posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi ini
mengalir ke atas ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi,
kalaupun ada mungkin sedikit. Karena komunikasi formal ini menyebabkan informasi pribadi
muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat
diperkirakan. Jaringan komunikasi lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar
angin. Informasi yang mengalir dalam jaringan grapevine ini kelihatannya berubah-ubah dan
tersembunyi. Dalam istilah komunikasi grapevine dikatakan sebagai metode untuk
menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan
komunikasi formal.
Hasil-hasil penelitiannya mengenai desas desus (grapevine) menemukan beberapa atribut
sebagai berikut :
1. Grapevine sangat cepat. Pesan-pesan yang bersifat pribadi bebas mengalir kapan
diingini oleh pengirimnya. Biasanya pesan-pesan yang demikian mengalir dengan
cepat tanpa dapat diduga.
2. Grapevine itu tepat. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kebenaran atau
ketepatan berita-berita yang disampaikan dalam jaringan komunikasi ini.
11

3. Grapevine membawa banyak informasi. Apakah pimpinan menyukai Grapevine atau


tidak, kenyataannya grapevine itu hidup dalam semua organisasi. Oleh karena itu
pimpinan yang bijaksana hendaklah membiarkannya tetap ada.
4. Grapevine tersebar menurut rantaian kelompok. Misalnya anggota kelompok yang
kedua ini menyampaikan pula kepada anggota kelompoknya yang ke tiga. Orang ke
tiga mungkin juga menyampaikannya kepada temannya dari kelompok lain. Anggota
dari kelompok kedua ini menyampaikan pula pada salah seorang temannya dalam
kelompok dan sterusnya sehingga merupakan rantai kelompok.
5. Grapevine itu umumnya berfungsi melai interaksi cerita dari mulut ke mulut.
6. Grapevine umumnya bebas dari pengendalian organisasi atau posisi.
7. Partisan dalam jaringan komunikasi informal cenderung mengambil salah satu dari
tiga peranan yaitu sebagai pengantara, atau sebagai orang yang terisolasi.
8. Makin cepat seseorang mengetahui kejadian tertentu makin cepat dia mau
menyampaikan pesan itu pada temannya yang lain.
9. Arus informasi yang lebih utama cenderung terjadi di dalam kelompok fungsional
daripada antar kelompok.
10. Informasi dari komunikasi informal kurang lengkap dan mejadikan orang mungkin
salah interpretasi mengenai hal itu.
11. Grapevine cenderung memberikan pengaruh kepada organisasi baik maupun
kurang baik. Oleh karena itu adalah penting untuk memahami grapevine.
12. Grapevine tidak dapat ditekan atau dikontrol secara langsung meskipun grapevine
itu dipengaruhi oleh cara-cara pimpinan berhubungan dengan mereka.
13. Pimpinan tidak resmi dalam organisasi sering merupakan pusat penerimaan,
pengin-terpretasian dan penyebaran informasi grapevine pada orang lain.
14. Laki-laki dan perempuan sama saja aktifnya dalam komunikasi informal ini.
15. Aktivitas grapevine dalam organisasi bukanlah tanda ketidak sehatan organisasi,
tetapi merupakan gejala yang normal.
Walaupun grapevine itu membawa informasi yang informal tetapi ada manfaatnya bagi
organisasi. Grapevine memberikan balikan kepada pimpinan mengenai sentimen karyawan.
Dengan adanya jaringan komunikasi informal karyawan dapat menyalurkan ekspresi emosional
dari pesan-pesan yang dapat mempercepat permusuhan dan rasa marah bila ditekan.
Grapevine dapat membantu menerjemahkan pengerahan pimpinan kedalam bahasa yang lebi
mudah dipahami oleh karyawan.
Efek dari grapevine yang negatif dapat di kontrol oleh pimpinan, dengan menjaga
jaringan komunikasi formal yang bersifat terbuka, jujur, teliti, dan sensitive terhadap komunikasi
ke atas, ke bawah, dan horizontal. Hubungan yang efektif antara atasan dan bawahan
kelihatannya

sangat krusial untuk mengontrol informasi informal. Supervisor dan manajer


12

hendaklah membiarkan karyawan mengetahui bahwa mereka menerima dan memahami


informasi grapevine, khususnya yang berkenaan dengan pernyataan karyawan walaupun
informasi itu tidak lengkap dan tidak benar.

2.2.1

Terbentuknya Organisasi Informal

1. Kebutuhan social
Individu membutuhkan lebih dari sekedar komunikasi yang bersifat formal berdasarkan
struktur dalam organisasi formal. Manusia butuh lebih dari itu untuk memenuhi kebutuhan
sosialnya.
2. Pengetahuan tentang perilaku yang dapat diterima
Melalui organisasi informal, individu akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan tentang
berbagai perilaku yang dapat diterima di lingkungan organisasi. Hal tersebut tentu saja
tidak mungkin disampaikan dalam organisasi informal.
13

3. Perhatian / Simpati
Membangun perhatian atau simpati dapat pula dilakukan melalui organisasi informal,
karena disini individu melakukan proses sosialisasi tanpa adanya batas atau tanpa melihat
posisi dalam organisasi formalnya.
4. Bantuan dalam pencapaian tujuan
Organisasi informal juga membantu organisasi formal dalam mencapai tujuannya, melalui
bentuk komunikasi yang mempermudah anggota organisasi untuk lebih paham tanpa
melalui saluran-saluran yang resmi.
5. Kesempatan berpengaruh dan berkreasi
Melalui organisasi informal, individu diberi kebebasan untuk berkreasi dan memperngaruhi
orang lain. Sesuatu yang mungkin tidak pernah terjadi (karena posisi yang dimilikinya)
dalam organisasi formalnya.
6. Pelestarian nilai-nilai budaya
Secara sadar atau tidak, organisasi informal turut melestarikan dan mensuburkan nila-nilai
budaya yang dimiliki organisasi. Walaupun secara formal budaya ini juga disampaikan dan
dikembangkan pada seluruh anggota organisasi.
7. Komunikasi dan informasi
Kebutuhan terakhir yang mendasari terbentukanya organisasi informal adalah kebutuhan
akan komunikasi dan informasi. Terutama komunikasi dan informasi yang tidak bisa
disampaikan atau tertutup pada organisasi formal.

2.2.2

Perbedaan Organisasi Formal dan Informal

Beberapa ahli mengemukakan perbedaan mendasar antara oganisasi formal dan


organisasi informal, perbedaan yang pertama yaitu terletak pada hubungan antar pribadi, pada
organisasi formal hubungan antar pribadi nya sudah ditetukan. Ditentukan dalam hal ini
maksudnya adalah ada peraturan yang membatasi status sosial antara individu satu dan yang
lainnya, contohnya ada atasan dan ada bawahan,ada manager dan ada karyawan biasa,
dimana biasanya seseorang dengan jabatan tertinggi lebih berkusa. Sedangkan pada
organisasi informal hubungn antar pribadi tergantung kebutuhan anggota, jadi hanya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi disaat tertentu saja ,dan tidak ada aturan yang

14

mengharuskan seseorang lebih tinggi dan lebih rendah jabatannya, banyak atau sedikit
pekerjaan satu individu dengan individu lain tergantung kebutuhan saja.
Perbedaan kedua dari segi kepemimpinan ,pada organisasi formal ditetapkan dan
ditunjuk sedangkan pada organisasi informal muncul dan dipilih. Pada perusaahaan jabatan
seseorang dapat naik dan turun berdasarkan dengan kinerja mereka dalam bekerja, tidak dapat
naik begitu saja, jika sudah memenuhi standar maka dapar terpilih ke posisi yang lebih tinggi
dan memimpin karyawan-karyawan lain yang dibawahinya. Lain hal nya pada kelas yang terdiri
dari beberapa mahasiswa, untuk memilih siapa yang menjadi ketua kelas terkadang hanya
dilakukan dengan memvoting, siapa yang banyak memiliki teman dalam satu kelas tersebut
biasanya akan mendapat banyak voting tanpa tau terlebih dahulu akan seperti apa cara kerja
orang tersebut.
Perbedaan ketiga yaitu Pengendalian perilaku menjadi perbedaan berikutnya,
Mengendalikan perilaku karyawan melalui balas jasa dan hubungan, terjadi pada organisasi
formal. Balas jasa yang dimaksud seperti gaji atau jabatan yang setimpal dengan hasil kerja
karyawan tersebut. Pada organisasi informal pengendalian dengan pemenuhan kebutuhan,
asalakan kebutuhan dari orang-orang dalam organisasi tersebut akan terpenuhi maka kegiatan
akan berjalan dengan lancar.

2.2.3

Peranan Komunikasi Informal

Komunikasi informal, bagaimana juga adalah juga bagian penting aliran komunikasi
organisasi. Bentuk komunikasi ini timbul dengan berbagai maksud yang meliputi antara lain:
1. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan manusiawi, seperti kebutuhan untuk berhubungan
dengan orang lain
2. Perlawanan terhadap pengaruh-pengaruh yang monoton atau membosankan
3. Pemenuhan keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain

15

4. Pelayanan sebagai sumber informasi hubungan pekerjaan yang tidak disediakan


saluran-saluran komunikasi formal.
Tipe komunikassi informal yang paling terkenal adalah grapevine (mendengar sesuatu
dari sumber resmi, tetapi dari desas-desus, kabar angin atau seletingan). Sistem komunikasi
grapevine cenderung dianggap merusak atau merugikan, karena tidak jarang penyebaran
informasinya tidak tepat, tidak lengkap, dan menyimpang. Selain itu, desas-desus cenderung
bersifat membakar, tidak sesuai dengan kenyataan, lebih bersifat emosional dari pada logika,
dan kadang-kadang dirahasiakan dari anggota yang mempunyai wewenang material lebih
tinggi.
Dilain pihak, komunikasi grapevine mempunyai peranan fungsional sebagai alat
komunikasi tambahan bagi organisasi. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa komunikasi
grepevine lebih cepat, lebih akurat dan lebih efektif dala menyalurkan informasi. Manajer
dapat mempergunakan komunikasi ini dengan informasi yang sengaja dibocorkan.
Manajer harus menyadari bahwa komunikasi informal dan terutama grepevine tidak
dapat dihilangkan. Bahkan, sebaliknya manajer perlu memahami dan menggunakan
grepevine sebagai pelengkap komunikasi formal. Peran salah satu komunikasi ini dapat
diminimalkan dengan merancang saluran komunikasi formal yang baik, dan menyebarkan
informasi dengan cepat dan tepat.

2.2.4

HUBUNGAN TEORI ORGANISASI DENGAN TIPE KOMUNIKASI


1. Teori Hubungan Manusia
Teori ini memandang komponen manusia sangat penting dalam organisasi dan
mereka menekankan pentingnya individu dan hubungan social dalam kehidupan
organisasi.
2. Teori Sistem Sosial

16

Dalam teori system tiap-tiap bagian dari organisasi saling tergantung satu sama lain
dalam mencapai tujuan organisasi. Karena itu perlu adanya interaksi dan koordinasi
antara bagian satu dengan bagian lainnya.
3. Teori Simbolik
Teori simbolik memandang kehidupan berorganisasi sebagai sesuatu yang tidak
tetap selalu berubah-ubah. Tidak sama halnya dengan teori lainnya yang
memandang organisasi secara rasional. Untuk menghadapi keadaan organisasi
yang tidak dapat diperkirakan tersebut orang cenderung kembali kepada keyakinan,
agama, dan konsep-konsep arti.

BAB III
PEMBAHASAN

2.3

Kasus Masalah Geng Motor

17

Indonesia adalah salah satu negara besar baik ditinjau dari segi kuantitas penduduk
maupun luas wilayah. Di Indonesia saat ini banyak sekali bermunculan masalah-maslah sosial
yang mengganggu ketertiban umum, bahkan sampai berujung pada tindak kriminal. Namun
demikian, dari sekian banyak massalah-masalah sosial yang muncul di berbagai daerah di
Indonesia, tidak semua menjadi sebuah masalah ketika dibawa ke daerah lainnya.
Geng motor merupakan kelompok anak muda (remaja) karena ada kesamaan
latar belakang, sekolah, daerah dan lain-lain yang tergabung dalam suatu komunitas
pengguna kendaraan bermotor roda dua. Komunitas bermotor saat ini bukan hanya menjadi
trend masyarakatperkotaan, melainkan sudah menjamur sampai pelosok pedesaan. Hal
tersebut selain semakin mudahnya cara masyarakat memiliki kendaraan berotor roda dua, juga
karena kebutuhan akan transportasi maupun sebagai gaya hidup bagi sebagaian orang.
Geng motor dalam dapat menjadi sebuah masalah sosial di beberapa daerah tertentu
yang ada di Indonesia namun tidak di daerah yang lainnya. Dimensi patologis yang disebabkan
maraknya geng motor yang bermunculan di beberapa daerah yang ada di Indonesia sejatinya
sudah menjadi sebuah akar permasalahan yang memang bisa menyebabkan terjadinya konflik
sosial.
Banyak hal yang kemudian menyebabkan permasalahan sosial muncul dari geng motor
yang berkeliaran di beberapa daerah tertentu yang kemudian menjadi sebuah penyakit sosial.
Fenomena geng motor menyebabkan beberapa masalah soaial baik dalam ranah norma dan
nilai masyarakat maupun dalam konteks Negara dalam mengayomi masyarakat yang kemudian
melatarbelakangi penulis untuk mengkaji fenomena ini sebagai salah satu dimensi sosial dalam
masyarakat.
Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang suka melakukan kebutkebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Perlu dibedakan antara geng motor
dengan Club Motor. Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis
motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club),
Scooter (kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio. Ada juga
Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama
saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh
pengendara lain.
.beranggotakan puluhan bahkan ratusan orang. Di jalanan, mereka membentuk gaya
hidup yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi menancapkan identitas kelompok.
Ngetrack, kebut-kebutan, dan tawuran adalah upaya dalam pencarian identitas mereka. Selama
ini banyak anggota geng motor itu dari kalangan anak-anak Sekolah Mengah Pertama (SMP)
18

dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan menggunakan berbagai jenis motor. Mereka
berkeliaran di malam hari sekitar pukul 23.00 sampai 03.00, dan melakukan berbagai keonaran,
penganiayaan dan kejahatan lainnya, bahkan sampai membunuh.
Geng motor merupakan wadah yang mampu memberikan gejala watak keberingasan
anak muda. Perkembangannya, tak lepas dari trend and mode yang sedang berlangsung saat
itu.

Aksi

brutal

itu

perlu

diredam.

Mulanya

berbuat

jahat

dari

yang

ringan

seperti bolos sekolah,lama-lama mencuri, merampok dan membunuh. Lumrahnya jika sudah
berani jahat ada indikasi mereka mengkonsumsi narkoba.
Begitu pun membenci melawan orang tua. Mereka sadar karena masih sekolah sumber
keuangan ada di orang tua. Oleh karenanya, jika orang tua tak memberi uang cukup, mereka
terpaksa membenci dan mengancam orangtuanya tadi. Sedang aksi kejahatan berupa
perampasan dan perampokan, merupakan jalan lain untuk mendapatkan penghasilan.
Salah satu sebabnya kebrutalan adalah selain dekat dengan minuman keras, anggota
geng motor juga akrab dengan obat-obatatan terlarang. Bahkan, ada satu geng motor yang
ketua dan anggotaya bahkan merupakan pengedar dan pengguna obat-obatan.
Alasan lain untuk menunjukkan eksistensi diri dan mencari uang. Mereka ingin diakui
keberadaannya. Tapi ada juga yang asal mulanya hanya karena senang kebut-kebutan. Soal
sebab tawuran antar geng motor, banyak hal yang bisa menjadi pemicunya. Mulai dari masalah
rebutan wanita, daerah kekuasaan, hingga wilayah pemasaran obat-obatan. Seperti disebutkan
tadi, tidak sedikit anggota geng motor yang terlibat dalam perdagangan narkoba.
Di tiap wilayah mereka selalu mempunyai pemimpin. Kalau motor hilang dirampas geng
musuh atau polisi, mereka tidak akan rugi. Karena rata-rata mereka memiliki motor itu dari hasil
menjambret atau meminjam motor. Anggota geng sebagian besar adalah remaja tanggung atau
masih duduk di bangku SMU. Mereka belum mempunyai penghasilan sendiri. Karena itulah
mereka sering melakukan kejahatan agar bisa membeli obat-obatan tersebut.

2.3.1

Keterkaitan Kasus dengan Teori

1. Teori Hubungan Manusia


Teori ini memandang komponen manusia sangat penting dalam organisasi dan
mereka menekankan pentingnya individu dan hubungan social dalam kehidupan
organisasi. Dalam hal ini Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang
19

perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang
disengaja, diantaranya karena si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada.
Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku
tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku
tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu
apa yang dilakukan melanggar aturan
2. Teori Sistem Sosial
Dalam teori system tiap-tiap bagian dari organisasi saling tergantung satu sama lain
dalam mencapai tujuan organisasi. Karena itu perlu adanya interaksi dan koordinasi
antara bagian satu dengan bagian lainnya. menyimpang juga dapat dilihat sebagai
perwujudan dari konteks sistem sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara
sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat
sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan
lingkungan sosialnya. Ketidak berhasilan belajar sosial atau kesalahan dalam
berinteraksi dari transaksi sosial tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa
hal.
3. Teori Simbolik
Teori simbolik memandang kehidupan berorganisasi sebagai sesuatu yang tidak
tetap selalu berubah-ubah. Tidak sama halnya dengan teori lainnya yang
memandang organisasi secara rasional. Untuk menghadapi keadaan organisasi
yang tidak dapat diperkirakan tersebut orang cenderung kembali kepada keyakinan,
agama, dan konsep-konsep arti. Dalam geng acapkali tumbuh subkultur kekerasan
(subculture of violence). Munculnya subkultur itu disebabkan oleh adanya
sekelompok orang yang memiliki sistem nilai yang berbeda dengan kultur dominan.
Masing-masing subkultur memiliki nilai dan peraturan berbeda-beda yang kemudian
mengatur anggota kelompoknya. Nilai-nilai itu terus berlanjut karena adanya
perpindahan nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2.3.2

Penyelesaian Masalah

Seperti di jelaskan sebelumnya, komunikasi diadakan karena secara sadar/tidak sadar


orang menginginkan mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dapat merupakan tujuan pribadi tetapi
dapat juga merupakan merupakan tujuan kelompok geng motor itu sendiri atau tujuan
masyarakat luas. Mengingat bahwa banyak orang dalam masyarakat luas merayu-rayu anggota
masyarakat untuk menerima idenya, maka komunikan dalam masyarakat modern hampir setiap
20

saat dihadapi dengan proses pengambilan keputusan tidaklah mudah, umum diketahui. Masingmasing orang harus mempunyai pengalaman atau pengetahuan yang cukup untuk dapat
memilih satu di antara beberapa kemungkinan. Biasanya orang dihadapi dengan persoalanpersoalan yang belum pernah dialaminya dan hal ini khususnya berlaku untuk masyarakat yang
mengalami perubahan sosial dengan dahsyat seperti geng motor ini.
Sebenarnya keputusan yang di ambil seseorang ditentukan sekali oleh :
Kemampuan/keberanian individu/kelompok yang bersangkutan yang harus mengambil
keputusan
Pendidikan, yaitu pendidikan formal dan informal
Jenis keputusan yang harus diambil
Persoalan sudah sering terjadi atau belum pernah dihadapi
Jumlah faktor yang meminta keputusan adalah sedikit
Selain itu suatu pengambilan keputusan selalu di dahului oleh :
Penyampaian dari sesuatu kepada sesorang melalui lambing komunikasi
Adanya asumsi atau pernyataan tentang masalah

Selanjutnya adalah setiap keputusan diarahkan kepada pengambilan sikap dan tindakan.
Apabila seleksi/pilihan hanya terbatas pada dua faktor/alternative, pilihan akan jatuh kepada
keputusan yang paling menguntungkan.

Definisi tentang geng itu sendiri sangat jelas identik dengan kehidupan berkelompok.
Hanya saja geng memang memiliki makna yang sedemikian negatif. Geng bukan sekadar
kumpulan remaja yang bersifat informal. Geng dalam bahasa Inggris adalah sebuah kelompok
penjahat yang terorganisasi secara rapi. Dalam konsep yang lebih moderat, geng merupakan
sebuah kelompok kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan seringkali menyebabkan
keributan. Tentunya sangat banyak faktor penyebab remaja terjerumus ke dalam kawanan geng
motor. Namun, salah satu penyebab utama mengapa remaja memilih bergabung dengan geng
motor adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orangtua. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh
terlalu sibuknya kedua orang tua mereka dengan pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih
sayang kepada anaknya hanya diekspresikan dalam bentuk materi saja. Padahal materi tidak
dapat mengganti dahaga mereka akan kasih sayang dan perhatian orang tua.
21

Pada dasarnya setiap orang menginginkan pengakuan, perhatian, pujian, dan kasih sayang dari
lingkungannya, khususnya dari orang tua atau keluarganya, karena secara alamiah orang tua
dan keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat kuat. Pada saat pengakuan, perhatian, dan
kasih sayang tersebut tidak mereka dapatkan di rumah, maka mereka akan mencarinya di
tempat lain. Salah satu tempat yang paling mudah mereka temukan untuk mendapatkan
pengakuan tersebut adalah di lingkungan teman sebayanya. Sayangnya, kegiatan-kegiatan
negatif

kerap

menjadi

pilihan

anak-anak

broken home tersebut

sebagai

cara

untuk

mendapatkan pengakuan eksistensinya.


Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih
bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka untuk
mengaktualisasikan dirinya secara positif.
Remaja pada umumnya, lebih suka memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Namun, ajang-ajang lomba balap yang legal sangat jarang digelar. Padahal, ajang-ajang seperti
ini sangat besar manfaatnya, selain dapat memotivasi untuk berprestasi, juga sebagai ajang
aktualisasi diri. Karena sarana aktualisasi diri yang positif ini sulit mereka dapatkan, akhirnya
mereka melampiaskannya dengan aksi ugal-ugalan di jalan umum yang berpotensi
mencelakakan dirinya dan oranglain.
Sebenarnya tindakan tersebut tidak sepenuhnya efektif. Butuh keberanian yang besar
dan beresiko tinggi untuk melakukannya. Salah satu solusi yang bisa memperbaiki keadaan
mereka secara efektif adalah peran; kepedulian; dan kasih sayang orang tua mereka sendiri.
Solusi ini akan lebih efektif, mengingat penyebab utama mereka memilih geng motor sebagai
bagian kehidupannya adalah karena mereka merasa jauh dari kasih sayang orang tua.Dalam
menterapi anaknya yang sudah terlanjur terlibat anggota geng motor, orang tua bisa bekerja
sama dengan psikolog yang mereka percayai. Sehingga secara pasikologis sedikit demi sedikit
anak akan mendapatkan kembali kenyamanan berada dalam kasih sayang orang tua serta
Penanaman Nilai-nilai Agama sebagai upaya preventif terhadap peningkatan jumlah anggota
geng motor di kemudian hari, perlu dilakukan penanaman nilai-nilai agama sejak dini. terutama
tentang akhlaq (moral dan etika). Dengan begitu anak akan mengetahui mana yang layak
dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Sehingga pada saat mereka sudah mulai
berinteraksi dengan masyarakat mereka tahu batasan-batasan dan aturan yang harus dipatuhi.
Selain itu bagaimana melakukan pengendalian atau kontrol sosial atas merebaknya
geng motor itu? Dalam literatur Jaringan komunikasi dapat di lakukan memalui :
Pertama, Internalisasi atau penanaman nilai-nilai sosial melalui kelompok informal atau
formal. Lembaga-lembaga sosial, seperti keluarga dan sekolah, adalah kekuatan yang dapat
22

membatasi meluasnya geng motor. Mekanisme pengendalian itu lazim disebut sebagai
sosialisasi. Dalam proses sosialisasi itu, setiap unit keluarga dan sekolah memiliki tanggung
jawab membentuk, menanamkan, dan mengorientasikan harapan-harapan, kebiasaankebiasaan, serta tradisi-tradisi yang berisi norma-norma sosial kepada remaja. Bahkan, hal
yang harus ditegaskan adalah sosialisasi yang bersifat informal dalam lingkup keluarga jauh
lebih efektif. Sebab, dalam domain sosial terkecil itu terdapat jalinan yang akrab antara orang
tua dengan remaja.
Kedua, penerapan hukum pidana yang dilakukan secara formal oleh pihak negara.
Dalam kaitan itu, aparat penegak hukum, seperti kepolisian, pengadilan, dan lembaga
pemenjaraan, digunakan untuk mengatasi geng motor.
Keuntungannya adalah penangkapan dan pemberian hukuman kepada anggotaanggota geng motor yang melakukan tindakan kriminal mampu memberikan efek jera bagi
anggota-anggota atau remaja lain.
Kerugiannya, aplikasi hukum pidana membatasi kebebasan pihak lain yang tidak
berbuat serupa. Bukankah dalam masyarakat ada kelompok-kelompok pengendara sepeda
motor yang memiliki tujuan-tujuan baik, misalnya untuk menyalurkan hobi automotif
Ketiga, deskriminalisasi yang berarti bahwa eksistensi geng-geng motor justru diakui
secara hukum oleh negara. Tentu saja, deskriminalisasi bukan bermaksud untuk melegalisasi
kejahatan, kekerasan, dan berbagai pelanggaran norma-norma sosial yang dilakukan remaja.
Deskriminalisasi memiliki pengertian sebagai "kejahatan yang tidak memiliki korban". Prosedur
yang dapat ditempuh adalah pihak pemerintah dan masyarakat membuka berbagai jenis ruang
publik yang dapat digunakan kaum remaja untuk mengekspresikan keinginannya, terutama
dalam menggunakan kendaraan bermotor. Lapangan terbuka atau arena balap bisa jadi
merupakan jalan keluar terbaik.

KESIMPULAN
Pentingnya komunikasi dengan manusia adalah suatu hal yang tidak dapat di pungkiri
manusia, begitu juga halnya organisasi. Tidak hanya pengetahuan dasar tentang organisasi

23

sebagai suatu lingkungan tetentu yang berstuktur, berkarakteristik, serta memiliki fungsi tertentu
adalah suatu hal yang mendukung kelancaran komunikasi organisasi
Organisasi merupakan sistem yang terpadu, yang di dalamnya terdapat subsistem dan
komponen-komponen yang saling berhubungan.
Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa sekumpulan orang dapat di katakan sebagai
organisasi jika memenuhi empat unsur pokok yaitu :
1.

organisasi merupakan sistem;

2.

ada pola aktivitas;

3.

ada sekelompok orang;

4.

ada tujuan yang di tetapkan.


Kemudian tindak kekerasan yang dilakukan geng motor ini merupakan cermin kondisi

masyarakat yang sedang sakit dan tengah mengalami krisis multidimensi yang berkepanjangan.

SARAN

Penanganan geng motor sendiri tidak dapat dilakukan secara represif karena anggotaanggotanya kebanyakan berasal dari kalangan remaja. Hukum memang harus ditegakkan,
tetapi tetap harus dipilah-pilah.
mereka yang telah memiliki organisasi agar kerjasama dalam organisasi terus
dipertahankan dan bekerjalah bukan karena ada kepentingan yang ingin di penuhi (kepentingan
pribadi) tapi bekerjalah karena niat ingin memajukan organisasi anda. Jika terjadi konflik
alangkah baiknya jika diselesaikan dengan secepat mungkin sebab jika di tunda-tunda akan
menjadi beban.
Bagi yang belum memiliki organisasi alangkah baiknya jika berusaha untuk mencari
sebuah organisasi. Karena akan ada sesuatu yang berbeda ketika kita sudah memiliki
organasasi

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
24

Muhammad, Arni. 2000. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.


Prof.Dr.Khomsahrial , Msi , 2014.Komunikasi Organisasi Lengkap . Jakarta PT.Gramedia
widiasarana Indonesia
http://heomicha.blogspot.com/2010/11/organisasi-informal-tulisan-teori.html
http://sikhodlubis7.blogspot.com/2011/01/organisasi-informal.html

25

You might also like