You are on page 1of 12

Bab 5

Puntiran
5.1

Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus

yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan
dengan beban aksial, momen lentur dan gaya lintang. Puntiran murni dapat terjadi
misalnya

pada

batang-batang

poros

mesin.

Batang-batang

ini

kebanyakan

berpenampang lingkaran. Sedangkan pada struktur bangunan, misalnya puntiran


terjadi pada balok pinggir atau balok luifel, kolom pada bangunan gedung akibat
pembebanan horisontal, jembatan lengkung dan lain sebagainya. Batang-batang ini
biasanya berpenampang persegi, T, I atau box. Gambar 5.1 memperlihatkan contoh
batang-batang yang mengalami puntiran.

Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran


5.2

Batang Berpenampang Lingkaran


Sekarang kita tinjau sebuah batang prismatis berpenampang lingkaran masiv

yang menerima puntiran yang saling berlawanan arah pada kedua ujungnya, seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.2. Akibat puntiran, penampang akan berputar terhadap
sumbu longitudinal batang. Puntiran ini menyebabkan salah sath ujung batang
berputar terhadap Iainnya. Sebelum membalias tentang tegangan-tegangan akibat
puntiran tersebut, ada beberapa asumsi khususnya untuk batang yang homogen
berpenampang Iingkaran atau tabung, yaitu:

Potongan datar yang tegak lurus terhadap sumbu batang akan tetap datar setelah
mengalami puntiran. Akibat lanjut dan asumsi ini adalah tidak akan terjadi
regangan geser pada bidang-yang sejajar dan melalui sumbu batang.

Adanya puntiran, potongan datar ini akan tetap rigid, sehingga regangan geser
berbanding lurus dengan jaraknya dan sumbu batang.

Universitas Gadjah Mada

Tidak terjadi deformasi arah memanjang batang.

Gambar 5.2. Batang berpenampang lingkaran menenma puntiran


Tinjaulah sebuah elemen sangat kecil ABCD yang dibatasi oleh potongan I dan II (lihat
Gambar 5.2 (b)). Akibat puntiran, potongan II akan berputar terbadap potongan I,
misalnya ruas BC bergerak menjadi BC. Panjang ruas-ruas elemen ini tidak
mengalami perubahan, sehingga elemen mengalami geser murni.
Secara umum tegangan-tegangan yang terjadi pada elemen kecil seperti pada Gambar
5.2. (c) adalah sebagai berikut:

r = = x = 0 atau r = = x = 0

r = rx = 0 atau r = rx = 0

(5.1)

Satu-satunya tegangan yang tidak sama dengan nol adalah yang selanjutnya dituliskan

r saja.
Besarnya regangan geser R adalah:

Sedangkan regangan geser pada sembarang titik yang berjarak r dan sumbu batang
adalah:

Momen torsi T sama dengan gaya dalam yang timbul akibat geser dikalikan dengan
jaraknya ke sumbu batang (lihat Gambar 5.3):

Universitas Gadjah Mada

Gambar 5.3. Momen torsi luar dan dalam


Sehingga tegangan geser maksimum yang terjadi adalah:

dengan Ip adalah momen inersia polar penampang lingkaran, yang besarnya:

dengan : d = 2R
Tegangan geser sembarang titik yang berjarak r dan sumbu batang:

Untuk batang dengan penampang lingkaran berongga seperti tampak pada Gambar
5.4, momen inersia polar Ip, dapat dihitung dengan rumus:

Gambar 5.4. Penampang lingkaran berongga


5.3.

Batang Berpenampang Berongga yang Berdinding Tipis


Jika penampang lingkaran berongga berdinding sangat tipis, momen inersia

polar dapat didekati dengan rumus:

Universitas Gadjah Mada

dengan t : tebal pipa


d : diameter pipa

Gambar 5.5. Penampang berongga dengan dinding tipis


Sebuah contoh batang dengan sembarang penanipang berongga yang berdinding tipis
dapat dilihat path Gambar 5.5. Jika aliran gaya q menyatakan besarnya gaya
persatuan panjang yang besarnya konstan, yang mana dapat dihitung dengan:

q = t,

(5.8)

maka besarnya momen puntir adalah (lihat juga Gambar 5.5(a)):

T = r q ds = dAr = q ds r

(5.9)

dengan dA =q ds dan r adalah jarak dA ke titik berat penampang.


Jika luas daerah terarsir (luas segitiga):

maka Persamaan (5.9) dapat dituliskan menjadi:

T = 2q

dA = 2qAm

(5.11)

Am

dengan Am: luas penampang yang dibatasi oleh tengah-tengah antara sisi luar dan
dalam dan dinding bagian luar dan dalam (luas terarsir pada Gambar 5.5 (b)).
Sedangkan tegangan geser dapat dihitung dengan rumus:

Universitas Gadjah Mada

5.4

Energi yang Tersimpan dalam Batang yang dibebani Geser Murni


Untuk memudahkan dalam mencari beberapa konstanta penampang akibat

puntir, berikut akan dibahas terlebih dahulu energi yang tersimpan dalam batang yang
dibebani geser. Gambar 5.6 memperlihatkan deformasi elemen kecil akibat geser
murni pada sisi-sisinya.

(a) sebelum deformasi

(b) setelah deformasi

Gambar 5.6 Elemen yang menerima geser murni


Jika panjang keempat sisi masing-masing adalah h dan tebal elemen t, maka besarnya
gaya geser V adalah

V = h t,

(5.13)

Akibat gaya geser ini, titik sudut akan bergeser sebesar (lihat Gambar 5.6 (b) yang
besarnya:

= h
Jika Gambar 5.7 menunjukkan grafik hubungan antara perpindahan dan gaya geser
V, maka energi regangan tersimpan dalam elemen u sama dengan luas daerah yang
terarsir, yang besarnya:

Universitas Gadjah Mada

Gambar 5.7. Energi regangan elemen


Sedangkan besarnya kerapatan energi u (enegi persatuan volume) adalah:

Dengan memperhatikan Persamaan (5.15) dan (2.12), maka kerapatan energi u juga
dapat dituliskan:

Sedangkan besarnya kerapatan energi regangan pada sebuah batang berpenampang


Iingkaran yang dibebani puntiran murni T adalah:

dengan r adalah jari-jari elemen yang ditinjau. Sehingga besarnya energi regangan
yang tersimpan dalam batang sepanjang L dengan luasan kecil dA:

Jika dA = 2rdr , maka energy seluruhnya

maka energi yang tersimpan pada batang akibat momen puntir T adalah:

Jika hubungan antara Tdan dapat dijelaskan seperti pada Gambar 5.8 yang mana:

1
U = T
2

(5.18)

maka dengan memperhatikan Persamaan (5.17) didapatkan :

Universitas Gadjah Mada

Sehingga energi yang tersimpan pada batang dengan sudut puntir adalah:

Gambar 5.8 Hubungan antara puntiran T dengan sudut puntir 0


Jika adalah besarnya sudut puntir total persatuan panjang L maka dari Persamaan
(5.19) didapatkan bahwa sudut ini akan berbanding lurus dengan momen puntir T dan
berbanding terbalik dengan hasil kali GIp.

Nilai G Ip dikenal sebagai ketegaran/ kekakuan puntir (torsional rigidity)


5.5.

Penampang Solid Bukan Lingkaran


Penurunan secara analitis untuk batang dengan penampang solid bukan

lingkaran cukup rumit, karena asumsi-asumsi yang berlaku pada penampang Iingkaran
(Bab 5.2) tidak berlaku lagi. Sebagai contoh pada penampang segiempat yang
dibebani puntir, pada bagian sudut-sudut penampang akan mengalami distorsi.
Gambar 5.9 diperlihatkan distribusi tegangan geser disepanjang garis yang arahnya
radial dan titik pusat berat. Tegangan geser maksimum akan terjadi pada serat terluar
sisi panjang, sedangkan pada bagian sudut tegangan geser menjadi nol.

Universitas Gadjah Mada

Gambar 5.9. Distribusi tegangan geser pada penampang persegi akibat puntiran
Meskipun cukup rumit, telah didapatkan rumusan untuk menghitung tegangan geser
maksimum maks yang nilainya tergantung perbandingan antara sisi panjang dan
pendek, yaitu:

Dengan, b

: sisi panjang

: sisi pendek

, : koefisien untuk penampang persegi, lihat Tabel 5.1


dan

Tabel 5.1. Koefisien dan untuk penampang persegi

b
a

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

4,00

6,00

10,00

0,208

0,231

0,246

0,256

0,267

0,282

0,299

0,312

0,333

0,141

0,196

0,229

0,249

0,263

0,281

0,299

0,312

0,333

Untuk penampang yang tersusun dari gabungan bebrapa penampang persegi,


Persamaan (5.22) dan (5.23) menjadi:

Universitas Gadjah Mada

Untuk penampang yang tipis nilai dan

sama yaitu mendekati 1/3, untuk

selanjutnya dapat dilihat pada sub Bab 5.6. di bawah.


5.6.

Penampang Gabungan Beberapa Penampang Persegi Tipis

Untuk batang dengan penampang persegi tipis dengan tinggi b dan tebal h seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.10(a) nilai J dapat didekati dengan:

dengan, b : sisi panjang


h: sisi pendek
Sedangkan nilai J untuk gabungan beberapa penampang persegi dihitung dan
penjumlahan masing-masing penampang:

(a) tunggal

(b) gabungan

Gambar 5.10. Penampang persegi tipis memanjang dan gabungan


5.7

Contoh/Aplikasi

1. Sebuah batang pejal mempunyai penampang Iingkaran dengan diameter 120 mm.
Tegangan geser ijin adalah 50 MPa dan G = 1. 105 MPa. Berapakah momen puntir

Universitas Gadjah Mada

maksimum yang diperkenankan jika sudut puntir persatuan panjang dibatasi hanya

= 1o saja.
Penyelesaian:
Momen puntiran maksimal akan dibatasi oleh dua ketentuan, yaitu:
a) Berdasarkan tegangan ijin, Tmaks besarnya adalah:

b) Berdasarkan sudut puntir maksimum, besarnya Tmaks adalah:

diambil terkecil yaitu Tmaks = 0,0 1696 MNm = 16,96 kNm.


2. Sebuah pipa bundar dengan tebal t = 3 mm dan diameter dalam 100 mm.
Hitunglah tegangan geser yang terjadi pada pipa tersebut jika menerima beban
puntir sebesar T 5000 Nm.
Penyelesaian:

Tegangan geser yang terjadi:

T
5000 10 3
=
2. Am .t 2.8091,3 3

= 102,99 MPa

Universitas Gadjah Mada

3. Berapakah perbandinngan luas yang diperlukan antara pipa bundar dan pipa
pesegi, jika bahan, tegangan geser ijin, tebal, panjang yang sama dan momen
puntir yang harus didukung sama.
Penyelesaian:
Dari soal diatas, maka diperlukan Aml (untuk penampang Iingkaran) dan Am2 (untuk
penampang persegi) yang sama dengan perbandingan:

.d 2 = b

b = 0,8862d

Luas penampang pipa bundar A1= .d.t


Luas penampang pipa bujur sangkar A2 = 4 b t

A1
.d .t
=
A2 4.0,8862d .t
= 0,8862
5.8.

Rangkuman
Pada bahasan mengenai puntiran, ada beberapa hal penting yang dapat

disimpulkan antara lain:


1. Untuk penampang lingkaran potongan datar yang tegak lurus sumbu batang akan
tetap datar setelah mengalami puntiran, tidak terjadi deformasi dan tegangan arab
memanjang batang, tegangan geser pada titik yang berjarak r dan titik pusat
lingkaran adalah:

Tr
Ip

(5.5)

2. Untuk penampang berongga yang berdinding tipis dengan tebal t, tegangan geser
adalah:

T
2 Am .t

(5.12)

3. Untuk penampang tersusun dan beberapa penampang persegi, tegangan geser


maksimum dirumuskan:

Universitas Gadjah Mada

maks =

T
.bi .ai2

(5.22)

dengan a adalah lebar atau sisi pendek dan b sisi panjang penampang.
5.9.

Soal-soal

1. Penampang box seperti terlihat pada Gambar 5.11 digunakan untuk batang yang
menahan puntiran T = 0,2 kNm. Panjang batang adalah 3 m. Tentukan tegangan
geser maksimum dan sudut puntiran yang terjadi jika diketahui modulus geser
bahan G = 80 GPa.
2. Batang yang terjepit pada salah satu ujungnya dengan panjang 15 m dibebani
puntiran pada ujung yang lain T = 0,15 kNm (lihat Gambar 5.12). Hitunglah tegangan maksimum dan berapakah besamya sudut rotasi antara kedua ujung
batang.
3. Suatu balok beton dengan penampang seperti Gambar 5.13. tentukanlah tegangan
geser maksimum jika balok tersebut dibebani momen puntir sebesar 5 kNm.

Universitas Gadjah Mada

You might also like