Professional Documents
Culture Documents
Ether menyebabkan mual dan muntah terutama pada waktu pemulihan, tetapi dapat
pula pada waktu induksi. Ini disebabkan oleh efek sentral ether atau akibat iritasi lambung
oleh ether yang tertelan. Aktivitas saluran cerna dihambat selama dan sesudah anesthesia.
Jumlah ether yang dibutuhkan tergantung berat badan dan kondisi penderita,
kebutuhan dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan. Ether diabsorpsi dan disekresi
melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui urine, air susu, keringat dan difusi
melalui kulit utuh.
Semua zat anestesi umum bekerja dengan menghambat SSP secara bertahap.
Penghambatan pertama dilakukan pada fungsi kompleks kemudian dilanjutkan sampai
medula oblongata (tempat pusat vasomotor dan pernafasan). Guedel (1920) membagi anestesi
umum menjadi 4 stadium. Praktikum yang dilakukan pada kelinci dengan obat anestetik ether
ini hanya sampai pada stadium ketiga.
Sebelum percobaan dimulai, dilakukan pengamatan pada keadaan
kelinci yang
nantinya akan digunakan sebagai kontrol. Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan kelinci
adalah 19 kali/menit, iramanya teratur, dan jenis pernapasan adalah thorako-abdominal.
Selain itu, masih terdapat gerakan reflek dari kelinci ketika telinga kelinci disentuh
menggunakan pinset penjepit. Hal ini juga menunjukkan masih adanya rasa nyeri yang dapat
dirasakan kelinci tersebut. Tonus otot juga masih ada saat kaki kelinci dipegang dan kaki
tersebut menghasilkan tahanan otot.
menunjukkan lebar pupil 10 mm, terdapat refleks cahaya, refleks kornea dan pergerakan
mata. Kelinci tidak mengalami hipersalivasi dan ronchi pada auskultasi tidak ada.
Stadium I anestesi umum dicapai setelah 2 menit 31 detik. Hal ini ditandai dengan
terjadinya bradikardi. Tahap ini dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya
kesadaran. Kesadaran kelinci masih tampak namun ukuran pupil mengecil dari keadaan awal.
Pada tahap ini, rasa sakit telah hilang (efek analgesia telah muncul).
Stadium II, yang disebut juga dengan stadium eksitasi atau delirium, dimulai dari
hilangnya kesadaran hingga permulaan stadium pembedahan. Kelinci memasuki stadium ini
pada setelah 4 menit 50 detik, yang ditandai dengan pernapasan cepat dan tidak teratur. Pada
stadium ini terlihat jelas adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, seperti
refleks bulu mata, pelebaran pupil mata (midriasis), tonus muskulus skeletal meningkat,
takikardia.
Eksitasi dapat disebabkan karena adanya depresi atau hambatan pada pusat inhibisi.
Pernafasan torakalabdominal yang cepat dan tidak teratur diakibatkan oleh depresi
pernafasan sehingga terjadi retensi CO2 dan menuju pada Sympatho Adrenal Discharged
(SAD) yaitu pelepasan adrenalin dari kelenjar medula adrenalin dan noradrenalin dari ujung
saraf simpatis. Bola mata bergerak-gerak karena terjadi paralisa otot ekstrinsik bola mata
sehingga kontraksinya tak terkoordinir 6.
Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga hilangnya
pernafasan spontan. Stadium ini ditandai oleh hilangnya pernafasan spontan, hilangnya
refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.
Stadium III ini dibagi dalam 4 plane, yaitu :
1. Plane 1
Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 50 detik, ditandai dengan pernafasan teratur,
pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola mata tak teratur,
kadang-kadang letaknya
eksentrik,
pupil
mengecil
masih ada, lakrimasi akan meningkat, refleks farings dan muntah menghilang, tonus otot
menurun. Belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna.
2. Plane 2
Kelinci memasuki plane ini setelah 6 menit 40 detik, ditandai dengan pernafasan yang teratur
tetapi kurang dalam bila dibanding plane 1 , volume tidal menurun dan frekwensi pernafasan
naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola mata terfiksir ditengah, pupil mulai
midriasis dengan refleks cahaya menurun dan refleks kornea menghilang
3. Plane 3
Kelinci memasuki plane ini setelah 8 menit 8 detik, ditandai dengan pernafasan abdominal
yang lebih dominan daripada torakal karena
paralisis
otot
interkostal
yang
makin
bertambah sehingga pada akhir plane 3 terjadi paralisis total otot interkostal, juga mulai
terjadi paralisis otot-otot
belum maksimal dan refleks cahaya akan menghilang pada akhir plane 3 ini, lakrimasi
refleks farings & peritoneal menghilang, tonus otot-otot makin menurun.
4. Plane 4
Kelinci memasuki plane ini, ditandai dengan pernafasan tidak adekuat, pernafasan dengan
perut sempurna karena kelumpuhan otot interkostal sempurna ,irreguler,jerky karena
paralisis otot diafragma yang makin nyata, pada akhir plane 4, paralisis total diafragma,
tonus otot makin menurun dan akhirnya flaccid, pupil melebar maksimal dan refleks
cahaya menghilang. Plane 4 tidak dikerjakan , hanya sampai Plane 3 untuk siap di operasi.
Stadium IV (paralisis medula oblongata), dimulai dengan melemahnya pernafasan perut
dibanding stadium III plana 4, tekanan darah tak terukur karena pembuluh darah kolaps,
jantung berhenti berdenyut dan akhirnya penderita meninggal. Kelumpuhan pernapasan pada
stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan . Pada percobaan kali ini kelinci
tidak diberi anestesi hingga mencapai stadium IV karena stadium ini sangat berbahaya dan
dapat menyebabkan kematian.
Dalamnya anastesi yang berjalan bergantung pada kadar anastetik di dalam sistem
saraf pusat, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi transfer anastetik dari
alveoli paru darah dan dari darah ke jaringan otak, yaitu :
(1) Kelarutan zat anastetik
(2) Kadar anastetik dalam udara yang dihirup pasien (tekanan parsial)
(3) Ventilasi paru
(4) Aliran darah paru
(5) Perbedaan antara tekanan parsial anastetik di darah arteri dan darah vena.
Hasil praktikum membuktikan bahwa semakin banyak kadar anastesi yang diterima
oleh tubuh pasien, dalam hal ini binatang coba (Kelinci) maka kelinci akan merasakan
anastesi yang lebih dalam.
4.2 Jawaban Pertanyaan
1. Apakah semua stadium pada anastesi umum dengan Ether dapat terlihat pada
percobaa ini?
Ya, semua stadium pada anastesi umum dengan ether dapat terlihat dengan jelas.
2. Apakah penyebab terjadinya kelainan bunyi Paru-paru
Pada hewan percobaan (kelinci) diperiksa tanda-tanda vital dan normalnya terlebih
dahulu, dengan pemeriksaan auskultasi didengarkan bunyi suara paru-paru pada
kondisi normal atau sebelum di anestesi , terdengar suara paru normal. Bunyi paru
normal ditimbulkan oleh pergerakan turbulen udara dalam saluran napas, terutama di
trakea dan saluran napas besar. Getaran bunyi ini akan merambat melalui udara yang
terdapat pada bronkus utama menuju ke perifer paru. Ketika melalui udara pada
bronkiolus yang kecil, transmisi getaran suara menjadi sangat terbatas sehingga
getaran beralih memilih melewati parenkim paru.
Suara napas mempunyai dua komponen bunyi, yaitu bunyi bronkial yang berfrekuensi
tinggi dan bunyi vesikular yang berfrekuensi lebih rendah.
Suara tracheal mempunyai ciri suara dengan frekuensi tinggi, kasar, disertai dengan masa istirahat
(pause) antara fase inspirasi dan ekspirasi, dengan komponen ekspirasi terdengar sedikitlebih lama.
Suara nafas trakeal dapat ditemukan dengan menempelkan membran diafragma pada bagian lateral
leher atau pada fossa suprasternal. Sumber bunyinya adalah turbulensi aliran cepat pintu glottis. Suara
nafas bronkial mempunyai bunyi yang juga sama kasar, frekuensi tinggi,dengan fase inspirasi sama
dengan fase ekspirasi. Suara ini terdapat pada saluran nafas dengandiameter 4 mm atau lebih,
misalnya pada bronkus utama. Suara nafas bronkial dapat didengarkanpada daerah antara kedua
scapula. Karena karakteristik suara trakeal dan bronkial hampir sama,beberapa penulis
menggolongkannya menjadi satu terminologi, yaitu suara trakeobronkial
HASIL DAN ANALISA PADA PECOBAAN :
Pada hewan percobaan saat mulai dianestesi menggunakan ether saat menit ke
delapan mulai memperlihatkan tanda-tanda penurunan kesadaran, di ikuti dengan
bunyi jantung yang menjadi tenang atau regular yang pada sebelumnya bunyi jantung
terdengar sangat cepat (takikardi) mungkin dikarenakan kelinci panic.
Suara pernafasan pada kelinci dari yang kami dengarkan sangat cepat, kelinci juga
dibernafas dengan pernafasan perut/ diafragma. Frekwensi nafas yang kami dapat
19x/menit. Tidak terdengan suara paru tambahan, berikut contoh suara paru tambahan
:
a).Rales (crekles) adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang
penuh eksudat, biasanya terdengar saat inspirasi, tidak hilang saat dibatukkan, terjadi
pada pneumonia, TBC.
b) Ronchi adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh
cairan / mukus, terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi.
c) Wheezing adalah bunyi yang terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi karena
penyempitan bronkus eksudat yang lengket pada pasien asma dan bronkitis.
d) Pleara Friction Rub adalah suara kering yang terdengar saat inspirasi maupun
ekspirasi pada peradangan pleura.
Pada percobaan ketika Hewan percobaan telah teranestesi akan terdengar suara ronchi
, karena saat terbius maka akan terjadi hipersalivasi , adanya Bradipnea : penurunan
frekuensi napas atau pernapasannya menjadi melambat ini disebabkan adanya efek
dari anestesi ether yang dihirup oleh hewan percobaab sehingga terjadi depresi pada
pusat pernapasan. Pada suara paru saat menilai tingkat kesadaran dan tanda vital tidak
mendpatkan suara ronchi pada auskultasi saat kelinci dalam keadaan terbius.
3. Pada saat manakah Operasi besar dan Operasi kecil dapat dilaksanakan
Operasi Kecil:
Stadium II (delirium/eksitasi) yaitu hilangnya kesadaran hingga permulaan stadium
pembedahan. Tanda yang paling dapat diandalkan untuk mencapai stadium operasi
adalah hilangnya refleks kelopak mata dan adanya pernapasan yang dalam dan teratur.
Operasi Besar:
Stadium III (surgical)yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga
hilangnya pernafasan spontan. Stadium ini ditandai oleh hilangnya pernafasan
spontan, hilangnya refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan
kekanan dengan mudah.
Stadium ini dibagi lagi menjadi 4 tingkat yaitu
a. Tingkat I : pernafasan teratur, spontan, gerakan bola mata tak teratur, miosis,
pernafasan dada dan perut seimbang. Belum tercapai relaksasi otot lurik yang
sempurna
b. Tingkat II : pernafasan teratur tetapi kurang dalam dibandingkan tingkat I, bola
mata tak bergerak, pupil melebar, relaksasi otot sedang, refleks laring hilang.
c. Tingkat III: pernafasan perut lebih nyata daripada pernafasan dada karena otot
interkostal mulai mengalami paralisis, relaksasi otot lurik sempurna, pupil lebih
lebar tetatpi belum maksimal
d. Tingkat IV: pernafasan perut sempurna karena kelumpuhan otot interkostal
sempurna, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat lebar dan refleks cahaya
menghilang.
4. Apakah bedanya hasil anestesi yang diberikan Pramedikasi dengan yang tanpa
Premidikasi
PREMEDIKASI:
Umur
Berat Badan
Keadaan Fisik dan Psikis penderita
Tehnik Anestei dan pembedahan
TANPA PREMEDIKASI
Biasanya Anestesia tanpa premedikasi diberikan pada operasi kecil yang biasanya
menggunakan Anestesi lokal.
Anestesi Lokal:
Merupakan tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa disertai hilangnya
kesadaran.
Pemberian anestetik lokal dapat dengan teknik:
pleksus saraf.
Analgesi regional intravena, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal intravena.
Analgesics: jika ada rasa nyeri atau sebagai suplemen untuk agen anestesi
Contoh: paracetamol, NSAID, opium
Antibiotic prophylaxis
Contoh: prosedur dental invasif
Antithrombotic prophylaxis
Contoh: injeksi heparin subkutan
Onset cepat
Pemulihan cepat
Long shelf-life
Aksi cepat, biasanya dengan onset tidur perlahan, pasien hilang kesadaran dalam
waktu 30 45 detik, kemudian pulih kembali setelah 4-7 menit
Dimetabolisme di hepar
Efek samping: hipotensi, apnea, obstruksi jalan napas, aritmia, batuk, bersin,
reaksi hipersensitif
Dosis: anak dan dewasa 3-5 mg/kg diberikan perlahan selama 10-15 detik
Propofol
Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan
lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek
anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.
Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada
pasien dewasa dan pasien anak anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin,
glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya
asam etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik
pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg).
Terkadang terasa sakit ketika diinjeksikan intravena, dapat dikurangi rasa sakitnya
dengan lidocaine
yang
digunakan
sebagai
anestesi
umum.
Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi,
hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah
muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk. Ketamin juga sering menebabkan terjadinya
disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia,
dan sering disebut dengan emergence phenomena.
Penggunaan Ketamin:
harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat
diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian secara intermitten diulang setiap 10
15 menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.
Efek Samping
Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain
itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga
terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka
selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat
menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.
Kontra indikasi
Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan
diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang
menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan
intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi
intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada
operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat
obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.
b. Anestesi Inhalasi
Sangat berguna untuk anak-anak atau orang dewasa yang phobia. Juga digunakan untuk
pasien yang memiliki risiko aspirasi pulmonari. Agen anestesi inhalasi yang ideal:
Stabil secara kimiawi pada kemasan penyimpanan dan tidak berinteraksi dengan
material anaesthetic circuit atau dengan soda
Tidak dimetabolisme oleh tubuh, tidak beracun, dan tidak merangsang reaksi
alergik
Inert, berkurang secara cepat dan menyeluruh dalam bentuk yang tidak berubah
melalui paru-paru
Desflurane
Serupa denga isoflurane, tetapi kurang poten
Sevoflurane
Lebih poten daripada desflurane dan pemulihannya lebih cepat
Nitrous oxide
Untuk anestesi, digunakan campuran 70% nitrous oxide dan 30% oksigen
Untuk analgesik, digunakan campuran 50% nitrous oxide dan 50% oksigen
6. Cara Pemberian anestesi ini menurut metode apa? Sebutkan pula cara-cara yang lain
Pada percobaan dalam praktikum Farmakologi kelompok kami, menngunakan metode
Anestesi Inhalasi dengan menggunakan Ether.
Secara umum, Obat-obatan Anestesi terdiri dari :
dengan
Hipersekresi
enak,
Kelenjar
dapat
ii. Kerugian:
1. Dapat menyebabkan depresi pernafasan hingga apnoe.
2. Analgesianya hanya sedikit sekali.
3. Relaksasi otot yang disebabkannya juga sedikit sekali.
4. Mempertinggi bahaya laryngo-spasme.
5. Depresi kardio-vaskular, terutama pada keadaan hipovolemik
atau pada pasien debil.
6. Dapat terjadi shivering (menggigil).
7. Efek farmakologinya para simpatomi-metik, misalnya dapat
menyebabkan bradikardi.
8. Dapat memperlama depresi kardio vascular atau pernafasan.
9. Tidak ada obat?zat antagonis nya (anti dotumnya).
b. Neurolept Analgesia
i. Keuntungan
1. Menyebabkan suatu ketenangan yang mendalam untuk
beberapa jam.
2. Berfungsi juga sebagai anti muntah.
3. Mempunyai efek blok yang lemah.
ii. Kerugian:
1. Tidak ada antidotumnya.
2. Mempunyai kerja vasodilator periphere yang dapat
menyebabkan pasien hipotensi.
3. Dosis yang besar dapat menyebabkan gejala extra pyramidal
(parkinsonisme). Namun dapat diobati dengan anti Parkinson
drugs.
4. Metabollismenya terbanyak di hepar, sekresinya 10% melalui
urine.
c. Neurolept anesthesia
i. Keuntungan
1. Tidak dijumpai sekresi lender.
2. Tidak terjadi iritasi vena atau jaringan.
3. System kardio-vaskular stabil.
4. Tidak ada gangguan pada konduksi otot-otot jantung
disebabkan oleh katekolamin (catecholaminess) seperti
adrenaline.
5. Tidak menyebabkan toksis pada hati atau ginjal.
6. Tekanan cairan otak (CSF) dan bola mata berkurang.
7. Tidak menyebabkan muntah.
8. Tidak meledak (explosive).
9. Recovery (bebas bius) cepat.
10. Menyebabkan periode ketenangan dan kehilangan rasa sakit
yang lebih lama.
ii. Kerugian
b.
c.
d.
e.