Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
: Tn. L
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Laki-laki Alamat
Umur
: 57 tahun Ruangan
Status
: Menikah
MRS
: 16 April 2015
Pekerjaan
: Petani
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan Autoanamnesis + Aloanamnesis.
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh perut semakin membesar sejak 3 hari SMRS.
terlihat tampak bingung, namun masih sadar. Selain itu, Os masih bisa pergi
ke kebun. BAB jarang, 1 kali/hari, sedikit keras, bentuknya kecil-kecil
seperti kotoran kambing. BAK 3-5 x/hari, warna kuning pekat, nyeri (-),
darah (-).
Sejak 5 hari SMRS, Os jatuh masuk selokan, tungkai bawah kaki
kanan luka dan membengkak. Sejak kaki luka, keadaan kesehatan os
semakin memburuk, demam (+) tidak terlalu tinggi hangat-hangat kuku
seperti biasanya, kejang (-), os tidak bisa beraktivitas lagi hanya terbaring di
rumah. BAB (-), os hanya buang angin kentut, kentutnya sering dan lama.
Sejak 3 hari SMRS, Os merasa perutnya semakin hari semakin
membesar dan membesarnya semakin cepat beberapa hari ini. Selain itu, os
juga merasa perutnya penuh. Sejak perutnya membesar berat badan os
meningkat dari 60 kg menjadi 70 kg. Selanjutnya, os juga merasakan nyeri
di seluruh perut. Nyeri seperti kram dan dirasakan terus-menerus. Nyeri
semakin berat jika berbaring, dan berkurang jika duduk atau ditekan dengan
bantal. Selain itu, Os merasakan nafasnya sedikit sesak, namun sekarang
sudah berkurang dibandingkan beberapa hari yang lalu. Lalu, os juga
merasakan mual (+), muntah (-), demam (+) tidak terlalu tinggi, demam
terus-menerus tidak naik turun, menggigil (-), selera makan menghilang (+),
batuk (-). Selain itu, BAB (-), os hanya buang angin kentut, kentutnya
sering dan lama. BAK 2-3 x/hari, sebanyak setengah gelas aqua, warna
teh pekat, nyeri (-), darah (+) tidak banyak gumpalan-gumpalan kecil. Os
juga mengeluh sulit tidur karena perasaan tidak nyaman pada perutnya.
Oleh karena itu, os dibawa ke RS Raden Mataher dan dirawat.
3.
terlalu besar. Os tidak tahu diberikan obat apa, yang os ingat diberikan
albumin, dokter hanya mengatakan bahwa os sakit kuning. Setelah 18 hari
dirawat, keluhan mulai berkurang, perut mulai mengecil. Akhirnya, os
memutuskan untuk pulang atas permintaan sendiri karena keterbatasan
biaya.
Riwayat hipertensi (-).
Riwayat DM (-).
Riwayat sakit jantung (-).
Riwayat sakit paru-paru (-).
Riwayat sakit ginjal (-).
Riwayat minum alkohol (-).
Riwayat merokok (-).
: 38 C
Nadi
: 86 x/i
B. Pernafasan
: reguler
frekuensi : 28 x/i
C. Tinggi Badan
: 164 cm
D. Keadaan umum :
Baik
E. Keadaan Sakit
F. Sianosis
: Tidak ada
Sedang
Ringan
Sedang
Dispenue
: (+)
: Thorako Abdominal
Buruk
Buruk
Dehidrasi : Tidak ada
4
G. Edema Umum
: Tidak ada
H. Dugaan umur
: 59 tahun
I. Habitus
Cara berbaring
J. Cara berjalan
KULIT
: Membentuk sudut 45
: (Pasien berbaring)
Warna
: Sawo matang
Keringat
: Sesuai
Efloresensi
: Tidak ada
Pigmentasi
: Tidak ada
Turgor
: Normal
Jaringan parut
: Tidak ada
Ikterus
: (-)
Suhu
: 38 C
Edema
Lain-lain
: (-)
KEPALA
: Ekstremitas
:(-)
Submental
:(-)
Jugularis Superior
:(-)
:(-)
Ekspresi muka
: Sesuai
Deformitas
: Tidak ada
Simetri muka
: Simetris
Rambut
: Mudah dicabut.
Lensa
: Keruh
Fundus
:Tidak
MATA
: Normal
dilakukan
Kelopak
: Normal
Visus
: koreksi sama
dengan pemeriksa
5
Conjungtiva
: anemis(-/-)
Sklera
: ikterik (+/+)
TELINGA
Kornea
Pupil
Tophi
: Tidak ada
Lubang
: Serumen (+)
Pendengaran
: Cukup baik
Cairan
: Tidak ada
Lain-lain
: (-)
HIDUNG
MULUT
Bagian luar
: Deformitas (-)
Septum
: deviasi (-)
Penyumbatan
: (-)
Ingus
: Tidak ada
Pendarahan
: (-)
Bibir
Bau pernafasan
: Biasa
Gigi geligi
: Caries (+)
M1,M2,M3
M2,M3
M2, M3
Palatum
: menutup
Gusi
: Hiperemis (-)
Selaput Lendir
: Stomatitis (+)
Lidah
: Kotor (+)
Atrofi (-)
Basah (-), kering (+)
6
FARING
Tonsil
Lain-lain
: (-)
LEHER
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok
: Tidak ada
Pembuluh darah
DADA
Bentuk
: Normal
Buah dada
: nodul ( - ), nyeri ( - )
PARU PARU
Inspeksi :
Dalam pernafasan
Jenis pernafasan
: Thorako abdominal
Lain lain
Palpasi
: (-)
: ( Fremitus )
Kiri
Kanan
Perkusi
: Sonor
Kanan
Auskultasi
JANTUNG
Kiri
Kanan
Luas
: 2 cm
Lain lain
:(-)
Luas
: 2 cm
Kuat angkat
: kuat angkat
Lain lain
:(-)
Kanan
Atas
:(-)
Irama jantung
murmur (-)
Frekuensi
: 86 x/i
M1
: M1 sama dengan M2
A2 P2
: A2 sama dengan P2
Irama medua
: Tidak ada
M2
Bising :
Tempat
: tidak ada
Arah menjalar
: (-)
Terjelas pada
: (-)
pengaruh letak
: (-)
Saat
: (-)
Derajat
: (-)
Pengaruh pernafasan : ( - )
Pembuluh darah
A. Temporalis
: teraba
A.Carotis
: teraba
A. Poplitea
A.Brachialis
: teraba
A.Radialis
: teraba
A. Dorsalis pedis
: teraba
: teraba
PERUT
Inspeksi
(+),
caput
medusa
(+),
spider
telangiektasis (+).
Palpasi
Hati
: Sulit dinilai
Limpa
: Sulit dinilai
Ginjal
: Sulit dinilai
Lain - lain
: (-)
Perkusi
: (+)
PUNGGUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor ka/ki
Gerakan
Lain-lain
:(-)
:(-)
ALAT KELAMIN :
Laki-laki
: Tidak dilakukan
TANGAN :
Warna
: Sianosis (-)
Tremor
: Tidak ada
Ujung jari
Kuku
: Ikterus (+)
Lain lain
:(-)
: (+) dekstra
Varices
: tidak ada
Otot
: Normal
Sendi
: nyeri (-)
Gerakan
:-
Kekuatan
: 3/3
suhu raba
: afebris
Edema
: (+)
Lain-lain
Fisiologik
: Normal
Kiri : Normal
Kanan : Normal
Patologik
: tidak ada
kiri
:(-)
REKLEKS
: tidak ada
SENSIBILITAS :
Pemeriksaan halus
: Sensibilitas sakit ( + )
Sensibilitas raba ( + )
Sensibilitas suhu : Tidak Dilakukan.
10
Hasil
5,2
Normal
(3,5-10,0 103/mm3)
RBC
HGB
HCT
PLT
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
2,66
10,3
27,3
84
103
38,8
37,7
15,9
7,4
8,9
(3,80-5,80 106/mm3)
(11,0-16,5 g/dl)
(35,0-50,0 %)
(150-390 103/mm3)
(80-97 fl)
(26,5-33,5 pg)
(31,5-35 g/dl)
(10-15 %)
(6,5-11 fl)
(10-18 L%)
2. Urin rutin
Parameter
Warna
Berat Jenis
PH
Protein
Glukosa
Hasil
Sedimen
Hasil
Kuning Tua
1030
5
Negatif
Negatif
Leukosit
Eritrosit
Epitel
3-4 / LPB
0-2 / LPB
1-3 / LPB
3. Elektrolit
Parameter
Natrium (Na)
Kalium (K)
Chlorida (Cl)
Calcium (Ca+)
4. Kimia darah (16/4/2015)
Parameter
FAAL HATI (17 April 2015)
Bilirubin total
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
Protein total
Albumin
Globulin
Hasil
Harga Normal
131,18
3,30
92,61
1.09
(135-148)
(3.5-5.3)
(98-110)
(1.12-1.23)
Hasil
Harga Normal
(<1,0 mg/dl)
(<0,2 mg/dl)
6,8
1,8
5
(6,4-8,4 g/dl)
(3,5-5,0 g/dl)
(3,0-3,6 g/dl)
11
SGOT
SGPT
Alkalifosphatase
GGT
FAAL GINJAL
Ureum
Kreatinin
(<40 U/L)
(<41 U/L)
(L<115 ; P<105 U/L)
(L8-38; P5-25 U/L)
25,8
1,1
Asam urat
FAAL LEMAK
Cholesterol
Trigliserida
HDL
LDL
GULA DARAH
Glukosa puasa
Glukosa 2 jam PP
Glukosa sewaktu
(15-39 mg/dl)
(L 0,9-1.3; P 0,6-1,1
mg/dl)
(L 3,5-7,2; P 2,6-6,0
mg/dl)
(<200 mg/dl)
(<150 mg/dl)
(>34 mg/dl)
(<120 mg/dl)
89 mg/dl
(<126 mg/dl)
(<200 mg/dl)
(<200 mg/dl)
Pankreatitis.
2.8 Tatalaksana
1. Non-medikamentosa
-
Tirah baring
Observai TTV
2. Medikamentosa
IGD
Kasus Penulis
O2 2 l/ i
IVFD D5% 10 gtt/i
Inj. Lasix 2 x 1 amp
Inj. Ondansentron 3 x 1 amp
Parasetamol (prn)
Pasang foley cateter
Cek DR ulang.
O2 2 l/i
IVFD RL 20 gtt/i. Hasil Laboratorium
menunjukkan
adanya
penurunan
elektrolit sehingga koreksi elektrolit
NaCl 3% + KCl. Koreksi tercapai ganti
RL lagi.
Spironolakton 1 x 2 tablet (100 mg).
Furosemid 2 x 1 ampul.
Paracetamol 3 x 1 tab (prn).
Ketorolac 3 x 1 amp.
Ranitidin 2 x 1 amp.
Hasil
laboratorium
menunjukkan
albumin yang rendah koreksi
albumin albumin normal lakukan
parasintesis.
2.9 Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam.
: dubia ad malam.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Sirosis secara histologis
didefinisikan sebagai proses hepatik yang difus yang ditandai dengan fibrosis dan
konversi/perubahan arsitektur hati yang normal menjadi struktur nodul-nodul
regeneratif yang abnormal. Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil
(mikronoduler) atau besar (makronodular). Gambaran ini terjadi akibat nekrosis
hepatoseluler. Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai deposit jaringan ikat,
distorsi jaringan vaskuler, dan regenerasi nodularis parenkim hati. (3), (1)
Secara lengkap, sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro,
anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami
perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) di
sekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi. (2)
Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti
belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang
ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata
merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak
terlihat perbedaannya secara klinis. Hal ini hanya dapat dibedakan melalui
pemeriksaan biopsi hati. (1)
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, penyakit hati kronis dan sirosis menyebabkan 35.000
kematian tiap tahunnya. Sirosis menempati urutan kesembilan sebagai penyebab
kematian di AS, sekitar 1,2% dari kematian. (3)
Lebih dari 40% pasien sirosis asimtomatis. Pada keadaan ini sirosis
ditemukan waktu pemeriksaan rutin kesehatan atau pada waktu otopsi.
Keseluruhan insidensi sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk.
Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus
14
2.2
Klasifikasi
Sirosis secara konvensional diklasifikasikan sebagai makronoduler (besar
nodul lebih dari 3 mm) atau mikronoduler (besar nodul kurang dari 3 mm) atau
campuran makro dan mikronoduler. Selain itu juga diklasifikasikan berdasarkan
etiologi, dan fungsional. (1)
Sebagian besar jenis sirosis dapat diklasifikasikan secara etiologis menjadi :
1) alkoholik; 2) kriptogenik dan post hepatitis (pasca nekrosis); 3) biliaris; 4)
kardiak; dan 5) metabolic, keturunan dan terkait obat. (1)
Secara fungsional sirosis terbagi menjadi :
1. Sirosis hati kompensata
Sering disebut dengan laten sirosis. Pada stadium kompensata ini belum
terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada
saat pemeriksaan screening. (2)
2. Sirosis hati dekompensata
Dikenal dengan nama sirosis hati aktif, dan stadium ini biasanya gejalagejala sudah jelas, misalnya : ascites, edema dan ikterus. (2)
2.4 Etiologi
Sebagian besar jenis sirosis dapat diklasifikasikan secara etiologis menjadi :
1. Alkoholik
2. Kriptogenik dan post hepatitis ( pasca nekrosis )
3. Biliaris
15
4. Kardiak, dan
5. Metabolik, keturunan dan obat. (1)
Penyebab sirosis ada banyak. Sirosis dapat disebabkan oleh cedera langsung
pada sel hati (seperti karena hepatitis) atau dari cedera tidak langsung melalui
inflamasi atau obstruksi duktus biliaris. Beberapa penyebab langsung cedera
langsung pada hati yaitu : alkoholisme kronik, hepatitis viral kronik (tipe B, C dan
D). Beberapa penyebab tidak langsung cedera hati adalah sirosis bilier primer,
kolangitis sklerosis primer, atresia biliaris. (7)
Penyebab lain dari sirosis yaitu penyakit keturunan seperti fibrosis kistik,
defisiensi alpha-1 antitrypsin, galaktosemia, penyakit Wilson (terjadi penumpukan
tembaga yang berlebihan pada hati, otak ginjal dan kornea mata), serta
hemokromatosis (penyerapan serta penyimpanan zat besi yang berlebihan pada
hati dan organ lain). (7)
2.5
Patofisiologi
Tiga mekanisme patologik utama yang berkombinasi untuk menjadi sirosis
adalah kematian sel hati, regenerasi, dan fibrosis progresif. Dalam kaitannya
dengan fibrosis, hati normal mengandung kolagen interstitium (tipe I, III, dan IV)
di saluran porta dan sekitar vena sentralis, dan kadang-kadang di parenkim. Di
ruang antara sel endotel sinusoid dan hepatosit (ruang Disse) terdapat rangka
retikulin halus kolagen tipe IV. Pada sirosis, kolagen tipe I dan III serta komponen
lain matriks ekstrasel mengendap di semua bagian lobus dan sel-sel endotel
sinusoid kehilangan penetrasinya. Juga terjadi pirau vena porta ke vena hepatica
dan arteri hepatica ke vena porta. Angiogenesis membentuk pembuluh darah baru
pada lembaran fibrosa yang mengelilingi nodul. Pembuluh darah ini
menghubungkan arteri hepatica dan vena porta ke venula hepatika. Adanya
gangguan aliran darah seperti itu, berkontribusi dalam hipertensi porta, yang
meningkat akibat nodul regenerasi menekan venula hepatica. Proses ini pada
dasarnya mengubah sinusoid dari saluran endotel yang berlubang-lubang dengan
pertukaran bebas antara plasma dan hepatosit, menjadi saluran vaskuler tekanan
tinggi beraliran cepat tanpa pertukaran zat terlarut. Secara khusus, perpindahan
16
porta memiliki jaringan kapiler yang sama. Tempat utama adalah vena
disekitar dan di dalam rektum (bermanifestasi sebagai hemoroid), taut
kardioesofagus (menimbulkan varises esophagogastrik), retroperitoneum,
dan ligamentum falsiparum hati (mengenai kolateral dinding abdomen dan
periumbilikus). Walaupun dapat terjadi, perdarahan hemoroid jarang
massif atau mengancam nyawa. Yang lebih penting adalah varises
esofagogastrik yang terjadi pada sekitar 65% pasien dengan sirosis hati
tahap lanjut dan menyebabkan hematemesis massif dan kematian pada
sekitar separuh dari mereka. Kolateral dinding abdomen tampak sebagai
vena subkutis yang melebar dan berjalan dari umbilicus ke arah tepi iga
(kaput medusa) dan merupakan tanda klinis utama hipertensi porta. (6)
(3) Splenomegali : kongesti kronis dapat menyebabkan splenomegali
kongestif. Derajat pembesaran sangat bervariasi (sampai 1000 g) dan tidak
selalu berkaitan dengan gambaran lain hipertensi porta. (8)
2.6
Sirosis Hepatis tanpa kegagalan faal hati dan hipertensi portal. Sirosis
Hepatis ini mungkin tanpa gejala apapun, tapi ditemukan secara kebetulan pada
hasil biopsy atau pemeriksaan laparoskopi. (1)
Sirosis Hepatis dengan kegagalan faal hati dan hipertensi portal. Pada
penderita ini sudah ada tanda-tanda kegagalan faal hati misalnya ada ikterus,
perubahan sirkulasi darah, kelainan laboratorium pada tes faal hati. Juga
ditemukan tanda-tanda hipertensi portal, misalnya asites, splenomegali, venektasi
di perut. (1)
Gejala awal sirosis kompensata meliputi perasaan mudah lelah dan lemas,
selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun,
pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar,
18
20
Minimal
Sedang
Berat
Satuan
Bilirubin Total
2-3
>3
Mg/dl
Serum Albumin
>3,5
2,8-3,5
<2,8
Gr/dl
Nutrisi
Sempurna
Mudah Dikontrol
Sulit Dikontrol
Ascites
Nihil
Dapat terkendali
dengan pengobatan
Tidak dapat
terkendali
Hepatic Encephalopaty
Nihil
Minimal
Berat/Koma
21
Kriteria Scoring
1 point
2 point
3 point
Total bilirubin
mol/l (mg/dl)
<34 (<2)
34-50 (2-3)
>50 (>3)
>35
28-35
<28
PT INR
<1.7
1.71-2.30
> 2.30
Ascites
Tidak ada
Ringan
Sedang- Berat
Hepatic
encephalopathy
Tidak ada
Grade I-II
Grade III-IV
Points
Grade
persentil bertahan
hidup dalam satu
tahun
persentil bertahan
hidup dalam 2
tahun
5-6
100%
85%
7-9
81%
57%
10-15
45%
35%
Interpretasi
22
2.7 Komplikasi
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Kualitas
hidup
pasien
sirosis
diperbaiki
dengan
pencegahan
dan
penanganan
2.8
Penatalaksanaan
Sekali diagnosis Sirosis hati ditegakkan, prosesnya akan berjalan terus tanpa
23
suatu keharusan. Bilamana tidak ada koma hepatic diberikan diet yang
mengandung protein 1g/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari. (1)
progresi
kerusakan
hati.
Terapi
pasien
ditujukan
untuk
Ensefalopati hepatik
Laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan ammonia. Neomisin bisa
digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil ammonia, diet protein
dikurangi sampai 0,5 gr/kg berat badan per hari, terutama diberikan yang kaya
asam amino rantai cabang. (1)
24
Varises esophagus
Sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan obat penyekat beta
(propanolol). Waktu perdarahan akut, bias diberikan preparat somatostatin atau
oktreotid, diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi. (1)
Peritonitis bakterial spontan, diberikan antibiotika seperti sefotaksim
intravena, amoksilin, atau aminoglikosida. (1)
Sindrom hepatorenal, mengatasi perubahan sirkulasi darah hati, mengatur
keseimbangan garam dan air. (1)
Transplantasi hati, terapi definitif pada pasien sirosis dekompensata. Namun
sebelum dilakukan transplantasi ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi
resipien dahulu. (1)
2.9 Prognosis
Sirosis berkembang sangat cepat. Jika penderita sirosis alkoholik dini segera
berhenti mengkonsumsi alkohol, proses pembentukan jaringan parut di hati
biasanya akan berhenti, tetapi jaringan parut terbentuk akan menetap. (1)
Secara umum, prognosisnya lebih buruk bila terjadi komplikasi serius,
seperti muntah darah, asites atau fungsi otak abnormal. Kanker hati juga bisa
terjadi pada penderita sirosis karena penyalahgunaan alkohol. (1)
25
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang pasien bernama Tn. L, 57 tahun datang dengan keluhan utama perut
semakin membesar sejak 3 hari SMRS. Adapun kemungkinan penyakit dengan
keluhan perut membesar adalah sebagai berikut :
26
Pada kasus ini, keluhan tambahannnya adalah nyeri di seluruh perut. adapun
kemungkinan penyakit dari nyeri perut adalah sebagai berikut :
27
28
Pemeriksaan Fisik
Kasus
Teori
Febris (38C).
Takipnea.
Sklera Ikterus (+/+), kuku
ikterus (+/+).
Jari gada (clubbing fingers).
Shifting dullness (+).
Undulasi (+)
Lingkar perut 114 cm.
Perut buncit (+), ditensi (+),
vena kolateral (+), caput
medusa (+), spider
telangiektasis (+).
Pada seluruh lapangan
abdomen timpani menurun
hampir pekak.
Pemeriksaan Shifting dulness
: (+)
Pemeriksaan gelombang
cairan (undulasi) : (+)
Auskultasi
: BU (+) menurun (4x/i).
Riwayat Penyakit dahulu :
Keluhan hampir mirip dengan
keluhan sekarang.
Badan lemas, terasa nyeri dan
pegal-pegal.
Demam beberapa hari tidak
terlalu tinggi.
Badan menguning.
Nyeri perut sebelah kanan
atas.
Perut juga membesar, namun
tidak sebesar sekarang.
Dokter mengatakan os sakit
kuning
Spider telangiektasis.
Eritema palmaris.
Perubahan kuku-kuku Muchrche berupa pita putih
horisontal dipisahkan dengan warna normal kuku.
Jari gada.
Kontraktur Dupuyutren.
Ginekomastia.
Atrofi testis hipogonadisme.
Hepatomegali-membesar, mengekecil atau normal.
Splenomegali.
Asites.
Fetor Hepatikum.
Ikterus pada kulit dan membran mukosa.
Warna urin terlihat gelap seperti air teh.
Asterixis-bilateral tetapi tidak sinkron berupa gerakan
mengepak-ngepak dari tangan, dorsofleksi tangan.
Tanda-tanda lain:
Demam yang tidak tinggi akibat nekrosis hepar.
Batu pada vesika felea akibat hemolisis.
Pembesaran kelenjar parotis.
Asites lanjut sangat mudah dikenali :
Inpeksi akan tampak perut membuncit seperti perut katak,
umbilikus seolah bergerak ke araha kaudal mendekati
simpisis os pubis.
Perkusi, pekak samping meningkat dan terjadi shifting
dullnesss.
Manifestasi klinis hepatitis :
Gejala gastrointestinal : malaise, anoreksia, mual, dan
muntah.
Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotofobia, sakit
kepala, dan mialgia.
Awitan cenderung muncul mendadak.
Demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV.
Gejala prodormal sering hilang saat timbul kuning,
tetapi gejala anoreksia, malaise, dan kelemahan dapat
menetap.
Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna
gelap, pruritus (ringan dan sementara) dapat timbul ketika
ikterus meningkat.
Pemeriksaan fisik menunjukkan pembesaran dan sedikit
nyeri pada hati.
Splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15-20%
29
pasien.
Eritema palmaris, dan spider nevi.
Gambar manifestasi klinis sirosis hepatis :
Pemeriksaan Penunjang
Kasus
Teori
31
32
33
Penulis
- O2 2 l/ i
- IVFD D5% 10
gtt/i
- Inj. Lasix 2 x
1 amp
- Inj.
Ondansentron 3
x 1 amp
- Parasetamol
(prn)
- Pasang
foley
cateter
- Cek DR ulang.
Non medikamentosa :
Tirah baring
Diawali diet rendah garam,
konsumsi garam sebanyak 5,2
gram atau 90 mmol/hari.
Diet Hati
Observasi balance cairan pasang
kateter foley.
Observai TTV
Observasi darah rutin/ 3 hari.
Medikamentosa :
Spironolakton 100-200 mg
sekali/hari.
Furosemid 20-40 mg/hari
(maksimal 160 mg/hari).
Parasintesis dilakukan jika
asites sangat besar (4-6 liter)
dilindungi dengan pemberian
albumin.
Hasil
laboratorium
menunjukkan
albumin yang rendah koreksi
albumin albumin normal lakukan
parasintesis.
35
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Kasper,Braunwald,
Fauci,Hauser,Longo,Jameson,
Cirrhosis
Robert,
Thomas,
Justin,
Michael,
Portal
systemic
37