Professional Documents
Culture Documents
Diskusi
Definisi
TTH adalah nyeri kepala
bilateral
yang
menekan
(pressing/sequeezing),
mengikat,
tidak
berdenyut,
tidak dipengaruhi dan tidak
diperburuk oleh aktivitas fisik,
bersifat ringan hingga sedang,
tidak disertai (atau minimal)
mual dan/atau muntah, serta
disertai
fotofobia
atau
fonofobia.. (2)
Etiopatofisiologi
Etiologi
TTH
diklasifikasikan sebagai berikut
(2)
:
1. Organik,
seperti:
tumor
serebral,
meningitis,
hidrosefalus dan sifilis
2. Gangguan
fungsional,
seperti: lelah, bekerja tak
kenal waktu, anemia, gout,
ketidaknormalan
endokrin,
dan
nyeri
yang
direfeleksikan.
Penyebab
utama
TTH
belum diketahui. Aspek dan
patofisiologi
TTH
yang
dipercaya sebagai penyebab
TTH dalam beberapa dekade
terakhir adalah karena adanya
interaksi proses multifaktorial
yang
melibatkan
faktor
myofascial
perifer
dan
komponen CNS. Mekanisme
myofasial
perifer
sangat
penting
untuk
menjelaskan
kejadian
ETTH
(Episodic
Tension-type
Headache),
sedangkan
jalur
sensitisasi
nosiseptif
central
terlihat
berhubungan
dengan
mekanisme
kejadian
CTTH
(Chronic
Tension-type
Headache). (4)
TTH terjadi karena adanya
asosiasi positif antara nyeri
kepala dan stress. Nyeri kepala
terjadi akibat cetusan dari
faktor resiko yaitu: gangguan
tidur, perubahan pola tidur,
kelaparan, dehidrasi, caffein
withdrawal,
dan
fluktuasi
hormonal
wanita.
Stress
menjadi faktor pemicu tersering
TTH. Tidak ada yang dapat
menjelaskan mekanisme yang
mendasari hal tersebut dapat
terjadi. (3) (5)
Sensitisasi
jalur
nyeri
(pain pathways) terjadi di
sistem saraf pusat karena
perpanjangan
rangsang
nosiseptif
(prolonged
nociceptive
stimuli)
dari
jaringan-jaringan
miofasial
perikranial. (2)
Penelitian
menunjukkan
aktivitas myofascial sebagai
sumber potensial dari TTH
dimana
terjadi
aktivasi
persisten dari trigger poin yang
memimpin
sensitisasi
pada
nosiseptor perifer dan pada
neuron kedua di nukleus spinal
trigeminus. (5)
Pada beragam sinap ini,
terjadi konvergensi nosiseptif
primer
dan
neuron-neuron
mekanoreseptor yang dapat
direkrut
melalui
fasilitasi
homosinaptik
dan
heterosinaptik sebagai bagian
dari plastisitas sinaptik yang
memicu terjadinya sensitisasi
sentral. Pada tingkat molekuler,
sinyal
nyeri
dari
perifer
menyebabkan
pelepasan
beragam
neuropeptida
dan
neurotransmitter
(misalnya:
(3)Dijumpai
tanda/gejala
neurologis
(4)Penyakit
simptomatis,
seperti:
AIDS
(Acquired
Immunodeficiency
Syndrome),
tumor,
atau
neurofibromatosis.
Pemeriksaan funduskopi untuk
papiloedema atau abnormalitas
lainnya penting untuk evaluasi
nyeri kepala sekunder. (2)
Penatalaksanaan
Manajemen terapi untuk TTH
adalah kombinasi dari gaya
hidup,
fisik
dan
terapi
farmakologi. Kombinasi dari
gaya hidup dan fisik adalah
bentuk terapi non-farmakologis.
Tujuan penatalaksanaan adalah
reduksi frekuensi dan intensitas
nyeri kepala (terutama TTH)
dan menyempurnakan respon
terhadap abortive. Tetapi dapat
dimulai lagi jika nyeri kepala
berulang. (1) (2) (6)
Pendekatan multidisiplin adalah
strategi efektif mengatasi TTH.
Edukasi baik untuk anak dan
dewasa
disertai
intervensi
nonfarmakologis dan dukungan
psikososial amat diperlukan. (2)
Non-farmakologis
Terapi non-farmakologis berupa
latihan
relaksasi,
relaksasi
progresif,
terapi
kognitif,
biofeedback training, cognitivebehavioural
therapy
atau
kombinasi. Solusi lain adalah
modifikasi perilaku dan gaya
hidup berupa (2) (5):
(1)Istirahat di tempat tenang
dan gelap
(2)Peregangan leher dan otot
bahu 20-30 menit, idealnya
di pagi hari, selama minimal
seminggu
(3) Hindari terlalu lama bekerja
di
depan
komputer.
Beristirahat setiap 15 menit
setiap
1
jam
berkerja,
berselang-seling,
iringi
dengan instrumen musik
alam/klasik.
(4)Tidur dengan posisi yang
benar
(5)Hindari suhu dingin
(6)Bekerja,
menonton
dan
membaca
dengan
pencahayaan yang tepat
(7)Terapi psikologi (menuliskan
pengalaman bahagia, terapi
tawa dan beribadah)
farmakologis
TTH
biasanya
diberikan
pengobatan selama episode
akut.
Analgetik
tipikal
merupakan obat awal yang
diberikan.
Berdasarkan
evidence,
analgetik
yang
direkomendasikan
adalah
golongan NSAID (Non Steroid
Anti
Inflammatory
Drugs)
seperti ibuprofen, ketoprofen,
dll (Tabel 2.1). Banyak studi
kontrol
yang
membuktikan
bahwa golongan NSAID dan
kombinasi agen memiliki efikasi
yang
bagus
dalam
memperbaiki episode akut TTH.
Penggunaan
kombinasi
ini
dibatasi rata-rata 2-3 hari per
minggu
untuk
mencegah
pengobatan
nyeri
kepala
berlebihan
dan
mencegah
transformasi
ETTH
menjadi
CTTH. (6)
Kategori NSAID yang digunakan
sebagai lini pertama dalam
mengatasi TTH akut adalah
simple
analgetic
berupa
ibuprofen dan naproxen, karena
toleransinya
terhadap
gastrointestinal yang baik. Jika
simple
analgetic
tidak
memberikan
efek
yang
maksimal
maka
bisa
mengatasi
kondisi
dimana
hiperaktivitas otot berperan
penting. Riset tentang Botox ini
masih berlangsung3.
References
1. Clinical practice guideline for
the mnagement of headache
disorders in adults. Federation,
The. s.l. : online:
www.chiropracticcanada.ca,
January 2012.
2. Personality characteristics in
migraine and tension type
headache. al, Sharareh Saghafi
et. s.l. : J Psychiatry, 2014, Vol. 17.
5.
3. The International classification
of headache disorders, 3rd edition
(beta version). IHS. 9, The
international headache society :
Cephalgia, 2013, Vol. 33. 629-808.
4. Galeata: chronic migraine
independently considered in a
medieval headache classification.
al, Guerrero-Peral et. 16, s.l. :
The hournal of headache and pain,
2014, Vol. 15.
5. Tension type headache. D,
Anurogo. 3, s.l. : Cermin Dunia
Kedokteran, 2014, Vol. 41. 186191.
6. Headache. NINDS. s.l. :
National Institute of Neurological
Disorders and Stroke, U.S.