You are on page 1of 12

A.

Praktek Illegal Logging di Indonesia


Menurut pengertian dari Wikipedia Pembalakan liar (Illegal Logging) adalah
kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak
memiliki izin dari otoritas setempat. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Illegal logging merupakan sebuah tindak melanggar hukum. Praktek illegal logging di
Indonesia bukanlah isu baru, ia telah berlangsung sejak masa Orde Baru. Penggundulan
hutan dari waktu ke waktu menjunjukkan trend yang terus meningkat dan mengakibatkan
hutan-hutan di pulau-pulau besar Indonesia, seperti Pulau Kalimantan, Sumatra, Irian
Jaya, Jawa, dan Sulawesi, mengalami proses deforestasi yang sangat cepat.
Menurut data olahan Tempo (22 Juli 2007), sejak tahun 2001 hingga 2006 jumlah
penebangan illegal berkisar antara 19 hingga 27 juta meter kubik per tahun, atau rata-rata
23 juta meter kubik per tahun dalam 5 tahun terakhir. Angka tersebut jika dianalogikan
dengan luas hutan yang ditebang mencapai 27 kilometer persegi setiap tahunnya, setara
dengan 40 kali luas Jakarta. Epidemi llegal logging tidak hanya merambah kawasan hutan
produksi negeri ini, tetapi juga kawasan hutan konservasi dan taman-taman nasional yang
dilindungi demi menjaga kekayaan dan kelestarian keanekaragaman hayati. Laporan PBB
tersebut menemukan bahwa praktek illegal logging terjadi di 37 dari 41 taman nasional di
Indonesia, seperti Taman Nasional Tanjung Putting dan Taman Nasional Gunung Leuser.
Jenis-jenis kayu yang menjadi objek aksi Illegal logging di Indonesia adalah kayu-kayu
yang laku di pasaran internasional, seperti kayu ramin dan jelatung.
Para aktor intelektual di balik praktek Illegal logging di Indonesia merupakan
penjahat berkerah putih yang sepertinya tidak pernah terjerat oleh hukum. Mereka terdiri
dari para pengusaha kayu (cukong kayu) dibantu oleh aparat militer dan polisi, pejabat
pemerintah dan politisi yang korup, mafia peradilan, sampai sidikat penyelundupan
internasional yang melakukan segala upaya untuk mengeksploitasi seluruh sumber daya
hutan yang ada di Indonesia. Mereka sangat sukar untuk diadili karena mereka mampu
membeli peradilan dengan uang hasil dari Illegal logging.
Negara sudah sangat dirugikan oleh praktek Illegal logging. Departemen Kehutanan
memprediksi kerugian ekonomi akibat praktek Illegal logging mencapai 30-40 triliun
rupiah per tahun. Belum lagi kerugian ekologis dan sosial akibat pengrusakan hutan.

Illegal logging dapat disebut sebagai biang keladi dari serangkaian bencana ekologis,
seperti banjir, tanah longsor, dan yang baru-baru ini muncul ke permukaan, isu
pemanasan global, serta menjadi ancaman terhadap habitat spesies-spesies yang terancam
punah. Dalam konteks kehidupan sosial manusia, praktek Illegal logging harus dibayar
mahalberupa hilangnya penghidupan tradisional masyarakat yang tinggal di dalam dan
sekitar hutan. Semestinya, masyarakat sekitar hutan bisa menikmati hasil hutan dan
menjadikannya sebagai sumber penghidupan, tetapi kebanyakan hasil hutan dinikmati
kalangan tertentu

B. Faktor-Faktor Penyebab Praktek Illegal Logging


Banyak faktor yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya Illegal logging di
Indonesia, baik faktor yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Akar dari semua
faktor tersebut adalah praktek korupsi yang sudah terstruktur dalam birokrasi-birokrasi
pemerintah. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1. Kegagalan Pasar Hasil Hutan
Faktor ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap munculnya praktek Illegal
logging di Indonesia. Pasar gagal dalam menyediakan kayu legal untuk kebutuhan
industri sehingga timbulah pasar kayu ilegal, baik di dalam maupun di luar negeri.
2. Praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Korupsi, kolusi, dan nepotisme yang mendarah daging dalam struktur birokrasi
pemerintah ataupun institusi hukum dan peradilan menjadi faktor utama tumbuh dan
berkembangnya praktek Illegal logging di Indonesia. Aksi suap-menyuap dalam
pelaksanaan praktek Illegal logging telah menjadi hal biasa untuk memperlancar
praktek tersebut. Praktek suap-menyuap tersebut berkembang mulai dari pemerintah,
baik pusat maupun daerah, dan juga aparat hukum dan keadilan.
3. Kebijakan Pemerintah tentang Kehutanan
Pemerintah, baik lokal atau pusat, telah mengeluarkan peraturan-peraturan yang
secara tidak langsung mendukung tumbuh dan berkembangnya praktek Illegal
logging. Kebijakan tersebut biasanya dibuat berdasarkan agenda-agenda tersembunyi
anggota dewan.

4. Ketidakpastian dan Keringanan Hukum


Sanksi hukum yang dikenakkan kepada para cukong kayu Illegal logging terlalu
ringan sehingga mereka tidak terdisinsentif untuk tidak melakukan praktek tersebut.
Dan juga Undang-Undang yang melandasi hukum tersebut terkdang tidak jelas dan
masih dimungkinkan adanya bias sehingga para cukong kayu ilegal masih mempunyai
celah untuk lolos dari hukum.
5. Kurangnya koordinasi antara Departemen-departemen pemerintah
Koordianasi antar departemen-depertmen pemerintah dan juga aparat hukum dan
peradilan kurang sehingga menimbulkan celah untuk melakukan perbuatan suapmenyuap untuk memperlancar dalam lingkungan departemen tertentu.
6.

Integritas dan transparansi antar aparat hukum rendah

Integritas penegak hukum (Polisi hutan, Polri, Jaksa, TNI, hakim) yang sangat rendah
yang berpotensi melahirkan kompromi-kompromi dalam proses penegakan hukum.
Transparansi pelaksanaan hukum yang rendah juga memungkinkan terjadinya praktek
korupsi dan kolusi mendukung Illegal logging menjadi lebih mudah.

Dampak Illegal Logging bagi Indonesia dan dunia

Penebangan hutan secara ilegal itu sangat berdampak terhadap keadaan ekosistem di
Indonesia. Penebangan memberi dampak yang sangat merugikan masyarakat sekitar,
bahkan masyarakat dunia. Kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan hutan tidak hanya
kerusakan secara nilai ekonomi, akan tetapi juga mengakibatkan hilangnya nyawa yang
tidak ternilai harganya. Adapun dampak-dampak Illegal Logging sebagai berikut.
Pertama, dampak yang sudah mulai terasa sekarang ini adalah pada saat musim hujan
wilayah Indonesia sering dilanda banjir dan tanah longsor. Menurut kompas, pada tahun
2007 Indonesia telah mengalami 236 kali banjir di 136 kabupaten dan 26 propinsi,
disamping itu juga terjadi 111 kejadian longsor di 48 kabupaten dan 13 propinsi.
Banjir dan tanah longsor di Indonesia telah memakan korban harta dan jiwa yang sangat
besar. Kerusakan lingkungan yang paling terlihat yaitu di daerah Sumatera yang baru saja
dilanda banjir badang dan tanah longsong sangat parah. Bahkan tidak sedikit masyarakat
yang kehilangan harta benda, rumah, dan sanak saudara mereka akibat banjir dan tanah
longsor. Bahkan menurut Kompas, di Indonesia terdapat 19 propinsi yang lahan
sawahnya terendam banjir dan 263.071 hektar sawah terendam dan gagal panen.
Banjir dan tanah longsor ini terjadi akibat dari Illegal Logging di Indonesia. Hutan yang
tersisa sudah tidak mampu lagi menyerap air hujan yang turun dalam curah yang besar,
dan pada akhirnya banjir menyerang pemukiman penduduk. Para pembalak liar hidup di
tempat yang mewah, sedangkan masyarakat yang hidup di daerah dekat hutan dan tidak
melakukan Illegal Logging hidup miskin dan menjadi korban atas perbuatan biadap para
pembalak liar. Hal ini merupakan ketidakadilan sosial yang sangat menyakitkan
masyarakat.
Kedua, Illegal Logging juga mengakibatkan berkurangnya sumber mata air di daerah
perhutanan. Pohon-pohon di hutan yang biasanya menjadi penyerap air untuk
menyediakan sumber mata air untuk kepentingan masyarakat setempat, sekarang habis
dilalap para pembalak liar. Hal ini mengakibatkan masyarakat di daerah sekitar hutan
kekurangan air bersih dan air untuk irigasi. Menurut kompas, pada tahun 2007 ini tercatat
78 kejadian kekeringan yang tersebar di 11 propinsi dan 36 kabupaten.
Ketiga, semakin berkurangnya lapisan tanah yang subur. Lapisan tanah yang subur sering
terbawa arus banjir yang melanda Indonesia. Akibatnya tanah yang subur semakin

berkurang. Jadi secara tidak langsung Illegal Logging juga menyebabkan hilangnya
lapisan tanah yang subur di daerah pegunungan dan daerah sekitar hutan.
Keempat, Illegal Logging juga membawa dampak musnahnya berbagai fauna dan flora,
erosi, konflik di kalangan masyarakat, devaluasi harga kayu, hilangnya mata pencaharian,
dan rendahnya pendapatan negara dan daerah dari sektor kehutanan, kecuali pemasukan
dari pelelangan atas kayu sitaan dan kayu temuan oleh pihak terkait. Hingga tahun 2005,
setiap tahun negara dirugikan Rp 50,42 triliun dari penebangan liar dan sekitar 50 persen
terkait dengan penyelundupan kayu ke luar negeri.
Semakin langkanya orang utan juga merupakan dampak dari adanyaIllegal Logging yang
semakin marak di Indonesia. Krisis ekonomi tergabung dengan bencana-bencana alam
dan Illegal Logging oleh manusia membawa orang utan semakin terancam punah. Selama
20 puluh tahun belakangan ini kira-kira 80% hutan tempat orang utan tinggal sudah
hilang. Pada waktu kebakaran hutan tahun 1997-1998 kurang lebih sepertiga dari jumlah
orang utan liar dikorbankan juga. Tinggal kira-kira 12.000 sampai 15.000 ekor orang utan
di pulau Borneo (dibandingkan dengan 20.000 pada tahun 1996), dan kira-kira 4.000
sampai 6.000 di Sumatra (dibandingkan dengan 10.000 pada tahun 1996). Menurut
taksiran para ahli, orang utan liar bisa menjadi punah dalam jangka waktu sepuluh tahun
lagi. Untuk kesekian kalinya masyarakat dan flora fauna yang tidak bersalah menjadi
korban Illegal Logging. Ini akan menjadi pelajaran yang berharga bagi pemerintah dan
masyarakat agar ikut aktif dalam mengatasi masalah Illegal Logging di Indonesia.
Kelima, dampak yang paling kompleks dari adanya Illegal Logging ini adalah global
warming yang sekarang sedang mengancam dunia dalam kekalutan dan ketakutan yang
mendalam. Bahkan di Indonesia juga telah megalami dampak global warming yang
dimulai dengan adanya tsunami pada tahun 2004 di Aceh yang menewaskan ratusan ribu
orang di Indonesia dan negara-negara tetangga.
Global warming membawa dampak seringnya terjadi bencana alam di Indonesia, seperti
angin puyuh, seringnya terjadi ombak yang tinggi, dan sulitnya memprediksi cuaca yang
mengakibatkan para petani yang merupakan mayoritas penduduk di Indonesia sering
mengalami gagal panen. Global warming juga mengakibatkan semakin tingginya suhu
dunia, sehingga es di kutub mencair yang mengakibatkan pulau-pulau di dunia akan
semakin hilang terendan air laut yang semakin tinggi volumenya. Global warming terjadi
oleh efek rumah kaca dan kurangnya daerah resapan CO2 seperi hutan. Hutan di
Indonesia yang menjadi paru-paru dunia telah hancur oleh ulah para pembalak liar, maka
untuk itu kita harus bersama-sama membangun hutan kita kembali dan memusnahkan
para pembalak liar yang berupaya menghancurkan dunia.

Penyebab Dan Dampak Kebakaran Hutan Di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas kedua di
dunia. Keberadaan hutan ini tentunya merupakan berkah tersebdiri. Hutan merupakan
ekosistem alamiah yang keanekaragaman hayatinya sangat tinggi. Keberadaan hutan di
Indonesia sangat penting tak hanya untuk bangsa Indonesia tetapi juga bagi semua makhluk
hidup di bumi. Hutan di Indonesia sering dijuluki sebagai paru-paru dunia. Hal ini wajar
mengingat jumlah pepohonan yang ada di dalam kawasan hutan ini bisa mendaur ulang udara
dan menghasilkan lingkungan yang lebih sehat bagi manusia. Sayangnya, akhir-akhir ini
kebakaran hutan di Indonesia semakin sering terjadi. Penyebabnya bisa beragam yang dibagi
ke dalam dua kelompok utama, alam dan campur tangan manusia. Menurut data statistik,
kebakaran hutan di Indonesia sebanyak 90 % disebabkan oleh manusian dan selebihnya
adalah kehendak alam.
Kebakaran hutan di Indonesia adalah peristiwa dimana hutan yang digologkan sebagai
ekologi alamiah mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh aktfitas pembakaran
secara besar-besaran. Pada dasarnya, peristiwa ini memberi dampak negatif maupun positif.
Namun, jika dicermati, dampak negatif kebakaran hutan jauh lebih mendominasi ketimbang
dampak positifnya. Oleh sebab itu hal ini penting untuk dicegah agar dampak negatifnya
tidak merugikan manusia terlalu banyak. Salah satu upaya pencegahan yang paling mendasar
adalah dengan memahami penyebab terjadinya kebakaran hutan di Indonesia. Di dalam
Kamus Kehutanan yang diterbitkan oleh Kementrian Kehutanan RI, disebutkan bahwa
kebakaran hutan disebabkan oleh alam dan manusia. Konteks alam mencakup musim
kemarau yang berkepanjanganjuga sambaran petir. Sementara faktor manusia antara lain
kelalaian membuang punting rokok, membakar hutan dalam rangka pembukaan lahan, api
unggun yang lupa dimatikan dan masih banyak lagi lainnya.

Kebakaran hutan di Indonesia perlu ditanggulangi secara tepat sebab peristiwa ini memiliki
dampak buruk bagi kehidupan manusia. Apa saja? Berikut uraiannya:

1. Kebakaran hutan akan menyebarkan sejumlah emisi gas karbon ke wilayah atmosfer
dan berperan dalam fenomena penipisan lapisan ozon.
2. Dengan terbakarnya hutan, satwa liar akan kehilangan rumah tempat mereka hidup
dan mencari makan. Hilangnya satwa dalam jumlah yang besar tentu akan berakibat
pada ketidakseimbangan ekosistem.
3. Hutan identik dengan pohon. Dan pepohonan identik sebagai pendaur ulang udara
serta akarnya berperan dalam mengunci tanah serta menyerap air hujan. Jika
pepohonan berkurang, dipastikan beberapa bencana akan datang seperti bajir atau
longsor.
4. Kebakaran hutan di Indonesia akan membuat bangsa kita kehilangan bahan baku
industri yang akan berpengaruh pada perekonomian.
5. Jumlah hutan yang terus berkurang akan membuat cuaca cenderung panas.
6. Asap dari hutan akan membuat masyarakat terganggu dan terserang penyakit yang
berhubungan dengan pernapasan.
7. Kebakaran hutan bisa berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan yang
berkunjung ke sebuah Negara.
8. Dll

DAMPAK DAMPAK kebakaran hutan

BERBAGAI DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI


KEBAKARAN HUTAN
Kebakaran hutan merupakan isu yang rumit karena api/kebakaran dapat
bersifat produktif dan sekaligus juga destruktif. Pembakaran lahan yang dilakukan oleh
para petani lokal membantu mereka dalam penyediaan pangan untuk keluarga mereka.
Namun, asap yang dihasilkan oleh kebakaran tersebut juga berdampak negatif bagi
masyarakat sekitarnya.
Ada beberapa aspek yang terindentifikasi sebagai dampak negatif (destruktif) yang
ditimbulkan dari kebakaran hutan adalah:

a. Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi


1. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan
Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari hasil hutan tidak
mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sedikit
banyak mengganggu aktivitasnya dan hal tersebut tentu saja ikut mempengaruhi penghasilan
yang biasa mereka dapatkan dari aktivitas sehari-harinya. Bahkan setelah kebakaran usai pun
dipastikan bahwa masyarakat kehilangan sejumlah areal dimana ia biasa mengambil hasil
hutan tersebut (seperti rotan, karet dsb).

2. Terganggunya aktivitas sehari-hari


Adanya gangguan asap juga menyebabkan terganggunya aktivitas yang dilakukan manusia
sehari-hari. Misalnya pada pagi hari sebagian orang tidak dapat melaksanakan aktivitasnya
karena sulitnya sinar matahari menembus udara yang penuh dengan asap. Demikian pula
terhadap banyak aktivitas yang menuntut manusia untuk berada di luar ruangan. Adanya
gangguan asap akan mengurangi intensitas dirinya untuk berada di luar ruangan.

3. Peningkatan jumlah Hama


Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama bila keberadaan dan aktivitasnya mengganggu
proses produksi manusia. Bila tidak mencampuri urusan produksi manusia maka ia akan
tetap menjadi spesies sebagaimana spesies yang lain.

Sejumlah spesies yang potensial untuk menjadi hama tersebut selama ini berada di hutan
dan melakukan interaksi dengan lingkungannya membentuk rantai kehidupan. Kebakaran
yang terjadi justru memaksanya terlempar dari rantai ekosistem tersebut. Dan dalam beberapa
kasus ia masuk dalam komunitas manusia dan berubah fungsi menjadi hama dengan
merusak proses produksi manusia yang ia tumpangi atau dilaluinya.

Hama itu sendiri tidak harus berbentuk kecil. Gajah dan beberapa binatang bertubuh besar
lainnya terpaksa merusak kawasan yang dilaluinya dalam upaya menyelamatkan diri dan
dalam upaya menemukan habitat barunya karena habitat lamanya telah musnah terbakar.

4. Terganggunya kesehatan
Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi penyebab utama munculnya penyakit
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Gejalanya bisa ditandai dengan rasa sesak di dada
dan mata agak berair.
Untuk Riau kasus yang paling sering terjadi menimpa di daerah Kerinci, Kabupaten
Pelalawan (dulu Kabupaten Kampar) dan bahkan di Pekanbaru sendiri lebih dari 200 orang
harus dirawat di rumah sakit akibat asap tersebut.

4. Produktivitas menurun

Munculnya asap juga menghalangi produktivitas manusia. Walaupun kita bisa keluar dengan
menggunakan masker tetapi sinar matahari dipagi hari tidak mampu menembus ketebalan
asap yang ada. Hal ini tentu saja menyebabkan waktu kerja seseorangpun berkurang karena ia
harus menunggu sedikit lama agar matahari mampu memberikan sinar terangnya. Ketebalan
asap juga memaksa orang menggunakan masker yang sedikit banyak mengganggu
aktivitasnya sehari-hari.

b. Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan

1. Hilangnya sejumlah spesies


Kebakaran bukan hanya memusnahkan berjenis-jenis pohon namun juga menghancurkan
berbagai jenis habitat satwa lainnya. Umumnya satwa yang ikut musnah ini akibat
terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan keluar karena api telah mengepung dari segala
penjuru. Belum ada penelitian yang mendalam seberapa banyak spesies yang ikut tebakar
dalam kebakaran hutan di Indonesia.

2. Ancaman erosi
Kebakaran yang terjadi di lereng-lereng pegunungan ataupun di dataran tinggi akan
memusnahkan sejumlah tanaman yang juga berfungsi menahan laju tanah pada lapisan atas
untuk tidak terjadi erosi. Pada saat hujan turun dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah
-akibat terbakar- sebagai pengikat akan menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke
bawah yang pada akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi juga
longsor.

3. Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan

Hutan sebelum terbakar secara otomatis memiliki banyak fungsi. Sebagai catchment
area, penyaring karbondioksida maupun sebagai mata rantai dari suatu ekosistem yang lebih
besar yang menjaga keseimbangan planet bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi
catchment area tersebut juga hilang dan karbondioksida tidak lagi disaring namun melayanglayang diudara. Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat terserap dengan
baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang telah terbakar tersebut.

Hutan itu sendiri mengalami perubahan peruntukkan menjadi lahan-lahan perkebunan dan
kalaupun tidak maka ia akan menjadi padang ilalang yang akan membutuhkan waktu lama
untuk kembali pada fungsinya semula.

4. Penurunan kualitas air


Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan menyebabkan perubahan kualitas air.
Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan faktor erosi yang muncul di bagian hulu.
Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan
membawa seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai yang
ada. Akibatnya adalah sungai menjadi keruh. Hal ini akan berulang apabila ada hujan di atas
gunung ataupun di hulu sungai sana.

5. Terganggunya ekosistem terumbu karang


Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih disebabkan faktor asap. Tebalnya asap
menyebabkan matahari sulit untuk menembus dalamnya lautan. Pada akhirnya hal ini akan
membuat terumbu karang dan beberapa spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk
melakukan fotosintesa.

6. Menurunnya devisa negara

Turunnya produktivitas secara otomatis mempengaruhi perekonomian mikro yang pada


akhirnya turut mempengaruhi pendapatan negara.

7. Sedimentasi di aliran sungai


Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di bagian hilir sungai.
Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai bersangkutan akibat erosis yang terus
menerus.

c. Dampak Terhadap Hubungan Antar negara


Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sayangnya tidak mengenal batas
administratif. Asap tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga sehingga sebagian
negara tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan dari kebakaran di negara Indonesia.
Akibatnya adalah hubungan antara negara menjadi terganggu dengan munculnya protes keras
dari Malaysia dan Singapura kepada Indonesia agar kita bisa secepatnya melokalisir
kebakaran hutan agar asap yang ditimbulkannya tidak semakin tebal.
Yang menarik, justru akibat munculnya protes dari tetangga inilah pemerintah Indonesia
seperti kebakaran jenggot dengan menyibukkan diri dan berubah fungsi sebagai barisan
pemadam kebakaran. Hilangnya sejumlah spesies dan berbagai dampak yang ditimbulkan
ternyata kalah penting dibanding protes keras dari tetangga.

d. Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata


Tebalnya asap juga mengganggu transportasi udara. Sering sekali terdengar sebuah
pesawat tidak bisa turun di satu tempat karena tebalnya asap yang melingkungi tempat
tersebut. Sudah tentu hal ini akan mengganggu bisnis pariwisata karena keengganan orang
untuk berada di tempat yang dipenuhi asap.

You might also like

  • PNEUMONIA
    PNEUMONIA
    Document25 pages
    PNEUMONIA
    Ratna Pusvita Effendy's
    100% (1)
  • Majapahit 1
    Majapahit 1
    Document21 pages
    Majapahit 1
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Luas Permukaan Tubuh
    Luas Permukaan Tubuh
    Document1 page
    Luas Permukaan Tubuh
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Dampak Illegal Logging
    Dampak Illegal Logging
    Document12 pages
    Dampak Illegal Logging
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Tugas Tik Christo XI
    Tugas Tik Christo XI
    Document14 pages
    Tugas Tik Christo XI
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Majapahit 1
    Majapahit 1
    Document21 pages
    Majapahit 1
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Cerebellum bagian dan fungsinya
    Cerebellum bagian dan fungsinya
    Document2 pages
    Cerebellum bagian dan fungsinya
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document8 pages
    Bab Ii
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Tugas Tik Christo XI
    Tugas Tik Christo XI
    Document14 pages
    Tugas Tik Christo XI
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Majapahit 1
    Majapahit 1
    Document21 pages
    Majapahit 1
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Tannin
    Tannin
    Document4 pages
    Tannin
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Majapahit 1
    Majapahit 1
    Document21 pages
    Majapahit 1
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document4 pages
    Bab Ii
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Leafleat UCI
    Leafleat UCI
    Document3 pages
    Leafleat UCI
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • JENIS ASFIKSIA
    JENIS ASFIKSIA
    Document5 pages
    JENIS ASFIKSIA
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Hid Rose Falus
    Hid Rose Falus
    Document9 pages
    Hid Rose Falus
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Majapahit 1
    Majapahit 1
    Document21 pages
    Majapahit 1
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Majapahit 1
    Majapahit 1
    Document21 pages
    Majapahit 1
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document8 pages
    Bab Ii
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • COVER Case Mata
    COVER Case Mata
    Document1 page
    COVER Case Mata
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Referat Cover
    Referat Cover
    Document1 page
    Referat Cover
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Referat - Trauma Kimia Pada Mata
    Referat - Trauma Kimia Pada Mata
    Document29 pages
    Referat - Trauma Kimia Pada Mata
    alamfk2k5
    No ratings yet
  • COVER Case Mata
    COVER Case Mata
    Document1 page
    COVER Case Mata
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • Refrat
    Refrat
    Document14 pages
    Refrat
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet
  • COVER Case Mata
    COVER Case Mata
    Document1 page
    COVER Case Mata
    Yolanda Octora Limbong
    No ratings yet