You are on page 1of 31

I.

Vital Statistik di Puskesmas


1.1 Definisi
Vital statistik adalah statistik mengenai kesehatan dan bertujuan mempublikasikan data
kesehatan yang berguna sekali bagi evaluasi aktivitas, perencanaan, dasar tindak lanjut suatu
pemantauan dan penelitian
1.2 Macam-macam statistik vital
1. Sertifikat Kematian
Sangat berperan dalam epidemiologi untuk memperoleh dan menginterpretasi
informasi penyebab kematian
Informasi yang tercantum dalam sertifikat kematian adalah karakteristik orang yang
meninggal(umur, jenis kelamin, warna kulit,pekerjaan) dan penyebab kematian
2. Sertifikat Kelahiran
Identitas umum/ informasi mengenaianak dan orang tuanya.
Informasi untuk penggunaan medis dan kesehatan yang berperan dalam studi
epidemiologi, yaitu mengenai ras ,pendidikan orang tua, kehamilan sebelumnya,
jumlah pelayanan sebelum kehamilan, berat badan lahir, komplikasi kehamilan dan
kelahiran, serta janin yang tidak normal
Data mengenai berat lahir, luka lahir dan cacat janin sangat bermanfaat untuk
mengidentifikasi anak, misalnya untukkebutuhan khusus terhadap kesehatan,
pendidikan dan yankes juga untuk studiepidemiologi menyangkut prematur dancacat
janin.
3. Sertifikat kematian janin (Tersedia informasi mengenai kematian janin)
Data morbiditas, laporan penyakit yang harus dilaporkan, sumber data : sarana
pelayanan kesehatan.
Laporan mengenai penyakit sering diabaikan.
Data pada penyakit yang dilaporkan dapat digunakan untuk mempelajari
kecenderungan menurut waktu dan tempat.
Statistik
Pencatatan Rumah Sakit
o Database pada bagian pendaftaran ataubagian pembayaran di RS
memberikangambaran yang baik mengenai penyakit dimasyarakat.
o Penyakit akut yang diobati di data dankasus dimana orang tidak dapatperawatan
medis tidak akan tercatat di RS
o Statistik RS tindakan pada diagnosa dasarpada umumnya sulit untuk dikumpulkan
Faktor yang mempengaruhi vital statistik
o Status gizi
o Penyakit infeksi parasit
o Sosial ekonomi
o Lingkungan
o Pelayanan kesehatan
1.3 Angka Kematian (mortality rate)
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas
dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya
semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
1 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

hidup. Bermacam-macam indikator mortalitas atau angka kematian yang umum dipakai
adalah:
1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR).
Konsep Dasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk.
Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua
mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih
muda.
Kegunaan
Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan
pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini
berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada
suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan
menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.
Definisi
Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000
penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.
jumla h kematian pada ta h un X
D
CDR=
x 1000= x k
jumla h penduduk pada pertenga h an tah un X
P
Dimana:
D : Jumlah kematian pada tahun x
P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun x
K : 1000
Catatan: P idealnya adalah "jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu" tetapi yang
umumnya tersedia adalah "jumlah penduduk pada satu tahun tertentu" maka jumlah dapat
dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan,
maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah tahun.
2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)

3. Angka Kematian Bayi (AKB)


Konsep Dasar
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.
Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen
dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang
terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita
2 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana


angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan
perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena
kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan
maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang
bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program
pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal
dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan
program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada
anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak
dibawah usia 5 tahun.
Definisi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu
tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
jumla h kematianbayi berumur dibawa h1 ta hun selama tah un x
AKB=
x 1000
jumla h kelah iran selama ta hun x

Angka kematian neo-natal


Definisi
Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu
bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
D0 1bulan x K
Angka Kematian Neonatal=
la h ir h idup
Dimana :
Angka Kematian Neo-Natal: Angka Kematian Bayi umur 0-<1bulan
D0-<1bulan
: Jumlah Kematian Bayi umur 0 - kurang 1 bulan pada
satu tahun tertentu di daerah tertentu.
lahir hidup
: Jumlah Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu
K
: Konstanta (1000)
Angka kematian post neo-natal
Definisi
Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian
yang terjadi pada bayiyang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per
1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
D1 bulan1 tah un x K
Angka Kematian Post Neonatal=
la h ir h idup

Dimana:
Angka Kematian Post Neo-Natal : Angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai
dengan kurang dari 1 tahun
D1bulan-<1tahun
: Jumlah kematian bayi berumur satu bulan sampai
dengan kurang dari 1 tahun pada satu tahun
tertentu & daerah tertentu
lahir hidup
: Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu &
daerah tertentu
K
: Konstanta (1000)
4. Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun)
Konsep
3 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang
berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya
ditulis dengan notasi 0-4 tahun.

4 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Definisi
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun
tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian
bayi)
Cara Menghitung

Dimana:
Jumlah Kematian Balita (0-4)th : Banyaknya kematian anak berusia 0-4 tahun pada satu
tahun tertentu di daerah tertentu
Jumlah Penduduk Balita (0-4)th : Jumlah penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan
tahun tertentu di daerah tertentu
K
: Konstanta, umumnya 1000.
5. Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun)
Konsep
Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu sampai
menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari.
Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung
mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi
keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya
prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di
sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
Definisi
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun
tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka Kematian
Anak tidak termasuk kematian bayi.

Dimana:
Jumlah kematian Anak (1-4)th : Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang belum
tepat berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah
tertentu.
Jumlah Penduduk (1-4)th
: Jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan tahun
tertentu didaerah tertentu
K
: Konstanta, umumnya 1000
6. Angka Kematian IBU (AKI)
Definisi
Menurut WHO, kematian ibu (kematin maternal) adalah adalah kematian seorang wanita
waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun,
terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kematian.
Sebab dibagi menjadi dua golongan yakni yang langsung berupa komplikasi-komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas, dan sebab-sebab lain sepertipenyakit jantung, kanker,
dan sebagainya (associated causes). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian
ibu diperhitungkan terhadap 1000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini di beberapa negara
terhadap 100.000 kelahiran hidup. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau
selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,

5 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebabsebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. (Budi, Utomo. 1985).
Batasan 42 hari ini dapat berubah, karena seperti telah diketahui bahwa dengan adanya
prosedur-prosedur dan teknologi baru maka terjadinya kematian dapat diperlama dan
ditunda, sehingga The Tenth Revision of The International Classification of Diseases
(ICD 10) juga memasukkan suatu kategori baru yang disebut kematian maternal lambat
(late maternal death) yaitu kematian wanita akibat penyebab obstetrik langsung atau tidak
langsung yang terjadi lebih dari 42 hari tetapi kurang dari satu tahun setelah berakhirnya
kehamilan. (WHO. 2000). Angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi.
Dari SDKI 2002 / 2003 angka kematian maternal menunjukkan angka sebesar 307 per
100.000 KH. (UNFPA. 2003).
Data SDKI, 2007 menjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi SeASEAN. Jumlahnya mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah masih
dituntut bekerja keras menurunkannya hingga tercapai target Millennium Development
Goal (MDG) 5, menurunkan AKI menjadi 102/100.000 pada tahun 2015.
Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko terlalu,
yaitu terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%. Terlalu muda untuk
hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6% dan terlalu banyak (jumlah anak
lebih dari 4) sebanyak 11,8%, dan (4) terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2
tahun).
Depkes RI (1994) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu/maternal
sebagai berikut:
1. Faktor medik
a. Faktor empat terlalu, yaitu :
Usia ibu pada waktu hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun)
Usia ibu pada waktu hamil terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
Jumlah anak terlalu banyak (lebih dari 4 orang)
Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
b. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang merupakan penyebab langsung
kematian maternal, yaitu :
Perdarahan pervaginam, khususnya pada kehamilan trimester ketiga,
persalinan dan pasca persalinan.
Infeksi.
Keracunan kehamilan.
Komplikasi akibat partus lama.
Trauma persalinan.
c. Beberapa keadaan dan gangguan yang memperburuk derajat kesehatan ibu selama
hamil, antara lain : Kekurangan gizi dan anemia. Bekerja (fisik) berat selama
kehamilan.
2. Faktor non medik
Faktor non medik yang berkaitan dengan ibu, dan menghambat upaya penurunan
kesakitan dan kematian maternal adalah :
Kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan risiko tinggi.
Ketidakberdayaan sebagian besar ibu hamil di pedesaan dalam pengambilan
keputusan untuk dirujuk.
Ketidakmampuan sebagian ibu hamil untuk membayar biaya transport dan
perawatan di rumah sakit.
6 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

3. Faktor pelayanan kesehatan


Faktor pelayanan kesehatan yang belum mendukung upaya penurunan kesakitan dan
kematian maternal antara lain berkaitan dengan cakupan pelayanan KIA, yaitu :
Belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan penanganan kelompok berisiko.
Masih rendahnya (kurang lebih 30%) cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.
Masih seringnya (70 80%) pertolongan persalinan yang dilakukan di rumah,
oleh dukun bayi yang tidak mengetahui tanda tanda bahaya.
Berbagai aspek manajemen yang belum menunjang antara lain adalah :
Belum semua kabupaten memberikan prioritas yang memadai untuk program KIA
Kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Dinkes Kabupaten, Rumah Sakit
Kabupaten dan Puskesmas dalam upaya kesehatan ibu.
Belum mantapnya mekanisme rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit
Kabupaten atau sebaliknya.
Berbagai keadaan yang berkaitan dengan ketrampilan pemberi pelayanan KIA
juga masih merupakan faktor penghambat, antara lain :
Belum diterapkannya prosedur tetap penanganan kasus gawat darurat kebidanan
secara konsisten.
Kurangnya pengalaman bidan di desa yang baru ditempatkan di Puskesmas dan
bidan praktik swasta untuk ikut aktif dalam jaringan sistem rujukan saat ini.
Terbatasnya ketrampilan dokter puskesmas dalam menangani kegawatdaruratan
kebidanan.
Kurangnya upaya alih teknologi tepat (yang sesuai dengan permasalahan
setempat) dari dokter spesialis RS Kabupaten kepada dokter / bidan Puskesmas.
Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada seorang ibu hamil, maka semakin
tinggi risiko kehamilannya. Tingginya angka kematian maternal di Indonesia
sebagigian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih mampu. Faktor waktu dan
transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko
tinggi. (Depkes RI, 1994)
Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu
WHO pada tahun 1999 memprakarsai program Making Pregnancy Safer (MPS),
untuk mendukung negara negara anggota dalam usaha untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan maternal akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
MPS merupakan komponen dari prakarsa Safe Motherhood yang dicanangkan pada
tahun 1987 oleh WHO untuk menurunkan kematian maternal. Pada dasarnya, MPS
meminta perhatian pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk menempatkan
safe motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional dan
internasional; menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal; mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah
disusun; memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga
berencana, aborsi legal; meningkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan
maternal dan neonatal serta pengendalian fertilitas pada tingkat keluarga dan
lingkungannya; memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal.
Intervensi strategis dalam upaya safe motherhood dinyatakan sebagai empat pilar safe
motherhood, yaitu :
a. Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap orang / pasangan memiliki
akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat
7 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan
tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu kehamilan yang masuk dalam
kategori 4 terlalu (terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering
hamil dan terlalu banyak anak).
b. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin,
dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani
secara memadai.
c. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan
bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.
d. Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko
tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam upaya mempercepat penurunan angka
kematian maternal pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis empat pilar
safe motherhood. Mengingat kira kira 90% kematian maternal terjadi di sekitar
persalinan dan kira kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri
yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan Depkes untuk
mempercepat penurunan angka kematian maternal adalah mengupayakan agar : 1)
setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan, dan 2) pelayanan
obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu hamil. Dalam pelaksanaan operasional,
sejak tahun 1994 diterapkan strategi sebagai berikut :
Penggerakan tim di tingkat Kabupaten (dinas kesehatan dan seluruh jajarannya
sampai ke tingkat kecamatan dan desa, RS Kabupaten dan pihak terkait) dalam
upaya mempercepat penurunan angka kematian maternal sesuai dengan peran
masing-masing.
Pembinaan daerah yang intensif di setiap kabupaten, sehingga pada akhir pelita
VII diharapkan :
o Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 80% atau lebih.
o Cakupan penanganan kasus obstetri (risiko tinggi dan komplikasi obstetri)
minimal meliputi 10% seluruh persalinan.
o Bidan mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratam
obstetri neonatal dan puskesmas sanggup memberikan pelayanan obstetri
neonatal esensial dasar (PONED), yang didukung RS Kabupaten sebagai
fasilitas rujukan utama yang mampu menyediakan pelayanan obstetri
neonatal esensial komprehensif (PONEK) 24 jam; sehingga tercipta jaringan
pelayanan obstetri yang mantap dengan bidan desa sebagai ujung tombaknya.
Penerapan kendali mutu layanan kesehatan ibu, antara lain melalui penetapan
standar pelayanan, prosedur tetap, penilaian kinerja, pelatiahan klinis dan
kegiatan audit maternal perinatal.
Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mendukung upaya
percepatan penurunan angka kematian maternal.
Pemantapan keikutsertaan masyarakat dalam berbagai kegiatan pendukung untuk
mempercepat penurunan angka kematian maternal. (saifudin AB, dkk, 2000)
Cara Menghitung
Kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000
kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan
cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran.

8 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

AKI =

Jumlah kematian Ibu


xK
Jumlah Kelahiran Hidup

9 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Dimana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada
tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu,
di daerah tertentu.
Konstanta (K): 100.000 bayi lahir hidup.
Keterbatasan:
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar,
mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita
umumnya digunakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan
perencanaan program.
1.4 Angka Kelahiran (Birth Rate)
Lahir hidup menurut WHO kelahiran adalah peristiwa keluarnya atau terpisahnya suatu
hasil konsepsi dari rahim ibunya, tanpa mempedulikan lama kehamilan, dan setelah itu bayi
bernafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang lain seperti detak jantung, denyut
nadi tali pusat atau gerakan yang nyata disengaja, baik bila tali pusat dipotong atau masih
melekat dengan plasenta; oleh karena itu suatu kematian harus di dahului suatu kelahiran
hidup.
Crude Birth Rate (CBR)
Definisi
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun
yang sama.
CBR= B/P x1000
dimana
CBR= Angka Kelahiran Kasar
B = Jumlah kelahiran
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, P = (P0 + P1)/2,
Po = jumlah penduduk pada awal tahun dan
P1 = jumlah penduduk pada akhir tahun.
Age Specific Fertility Rate (ASFR)
Definisi
Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka yang
menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada kelompok umur tertentu
antara 15-49 tahun.
ASFRi = Age Specific Fertility Rate untuk perempuan pada kelompok umur i, i = 1 untuk
umur 15-19 tahun, yakni:
i = 2 untuk umur 20-24 tahun,
i = 3 untuk umur 25-29 tahun,
i = 4 untuk umur 30-34 tahun,
i = 5 untuk umur 35-9 tahun,
i = 6 untuk umur 40-44 tahun,
i = 7 untuk umur 45-49 tahun.
Bi = Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i.
Pif = Jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i.

10 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

II. Memahami tentang akseptor KB


2.1 Definisi
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat bersifat
sementara ataupun bersifat permanen. Sampai saat ini belum ada kontrasepsi yang ideal. Ciri
kontrasepsi yang ideal ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : dapat dipercaya, tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut
kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus, tidak memerlukan motivasi terus
menerus, mudah pelaksanaannya, murah dan mudah diterima oleh pasangan
yangbersangkutan.
Metode kontrasepsi dengan keefektifan yang bervariasidan digunakan akhir-akhir ini adalah :
Preparat kontraseptif oral
Preparat kontraseptif suntikan atau implan
Alat dalam rahim
Tehnik-tehnik rintangan yang bekerja secara fisik, kimiaatau fisikokimia
Koitus interuptus
Pantang berkala
Metode amenore laktasi
Sterilisasi permanen
Pada pemilihan berbagai jenis kontrasepsi khususnyakontrasepsi oral, yang terpenting adalah
memilih jenis yangmemiliki khasiat kontrasepsi yang paling sedikit kegagalannyadan yang
memiliki efek samping yang paling minimal. Walaupunmempunyai khasiat kontrasepsi yang
sama tetapi belum tentu setiap individu memiliki kenyamanan yang sama.Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai kontrasepsioral khususnya pil kombinasi.
2.2 Jenis-Jenis Kontrasepsi
1. Alami
a. Metode Suhu Basal Tubuh
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun, biasanya diambil pada
saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal tubuh akan
meningkat setelah ovulasi. Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada sebuah
tabel/kertas grafik
b. Metode Lendir Serviks
Metode berdasarkan lendir serviks yang muncul dalam siklus wanita. Lendir ini dicek
di vagina. Sesudah haid vagina biasanya kering. Setelah itu muncul lendir yang
lengket (sticky). Sesaat sebelum ovulasi, lendir berubah menjadi basah dan licin (wet
and slippery). Hari terakhir basah karena lendir ini biasanya bersamaan dengan
ovulasi.
c. Metode Sympthotermal
Metode ini menggabungkan kedua metode diatas. Selanjutnya wanita disuruh mencari
tanda tanda ovulasi lainnya yaitu: nyeri perut (cramps), spotting dan perubahan posisi
serta konsistensi serviks. Metode ini sedikit lebih unggul karena mengkombinasi
berbagai variabel. Tetapi tetap juga memiliki keterbatasan.
d. Methode Kalender
Bila haid teratur (28 hari), Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid. Sedangkan,
bila siklus haid tidak teratur, harus dicatat siklus haid selama 6 bulan. Yang paling
normal haid adalah 28 hari, tetapi masih dianggap normal jika antara 21-35 hari. Masa
subur awal didapatkan dengan siklus terpendek dikurangi 18 dan akhir masa subur
11 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

adalah siklus terpanjang dikurangi 11. Misalnya siklus terpendek 25 hari dan
terpanjang 35 hari, maka waktu subur adalah antara hari ke 7 s/d 24.
e. Metode Amenorea Laktasi
Pada periode menyususi sering wanita menjadi tidak haid akibat hormon laktasi.
Ternyata disamping haid, ovulasi juga ikut terhambat. Supaya methode ini bekerja
dengan baik, ibu2 harus memberikan ASI saja (eksklusif). Interval menyusui pada
malam hari t idak melebihi 6 jam dan interval siang tidak lebih 4 jam. Semakin sering
dan lama bayi menyusui maka semakin kecil ovulasi akan timbul. Dalam 6 bulan
pertama jika diterapkan dengan benar angka kehamilannya hanya 2 %. Jika
perdarahan (haid) muncul maka kemungkinan hamil semakin muncul.
f. Coitus Interruptus (senggama terputus)
Ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan biasanya
terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang
atau terlambat menarik penis keluar.
2. Kontrasepsi Mekanik
a.Kondom
Efektif 75-80%. Terbuat dari latex, ada kondom untuk pria maupun wanita serta
berfungsi sebagai pemblokir / barrier sperma. Kegagalan pada umumnya karena
kondom tidak dipasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis
setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam
vagina. Kekurangan metode ini:
Mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lain
Membutuhkan waktu untuk pemasangan
Mengurangi sensasi seksual
b. Spermatisida
Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim atau tisu vagina
yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitasnya
70%. Sayangnya bisa menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena
waktu larut yang belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit
atau vagina sudah dibilas dalam waktu < 6 jam setelah senggama.
c.Vaginal diafragma
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang
dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitasnya sangat kecil, karena itu h
arus digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%. Cara ini bisa
gagal bila ukuran diafragma tidak pas, tergeser saat senggama, atau terlalu cepat
dilepas (< 8 jam ) setelah senggama.
d. IUD (Intra Uterine Device) atau spiral
Alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga
rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD
merupakan cara kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya adalah spiral.
Jenis-jenis IUD di Indonesia:
1) Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini
mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T
yang baru
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama
minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi
dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan
12 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping


hormonal dan amenorhea.
2) Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
3) Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel.
4) Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
Cara Kerja
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi sperma untuk fertilisasi
Efektifitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti
halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200
(CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan ratarata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim
(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan
masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan
pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari senggama
Perokok
Gemuk ataupun kurus
Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara
khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu,
lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan
setiap enam bulan sekali.
Kontraindikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
Belum pernah melahirkan
Adanya perkiraan hamil
13 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari
alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septik
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat
mempengaruhi kavum uteri
Penyakit trofoblas yang ganas
Diketahui menderita TBC pelvic
Kanker alat genital
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Efek Samping dan Komplikasi
Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi,
saat haid lebih sakit
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangan benar)
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti
pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD,
PRP dapat memicu infertilitas
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD.
Biasanya menghilang dalam 1 2 hari
Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat
melepas
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan)
Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah
kehamilan normal
Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
Waktu Pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
sampai 4 hari setelah melahirkan
40 hari setelah melahirkan
Setelah terjadinya keguguran
Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid
Menggantika metode KB lainnya
Waktu Pemakai Memeriksakan Diri
1 bulan pasca pemasangan
bulan kemudian
Setiap 6 bulan berikutnya
Bila terlambat haid 1 minggu
14 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya


Keluhan-keluhan pemakai IUD
Keluhan yang dijumpai pada penggunaan IUD adalah terjadinya sedikit perdarahan,
bisa juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi,
jika perdarahan berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian IUD
harus dihentikan. Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada
permulaan haid darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada biasa, kemudian
secara mendadak jumlahnya menjadi banyak selama 1-2 hari. Selanjutnya kembali
sedikit selama beberapa hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim
(uterine cramp), serta rasa tidak enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi
kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap IUD yang merupakan benda asing dalam
rahim. Dengan pemberian obat analgetik keluhan ini akan segera teratasi. Selain hal di
atas, keputihan dan infeksi juga dapat timbul selama pemakaian IUD.
e.IUS atau Intra Uterine System
Bentuk kontrasepsi terbaru yang menggunakan hormon progesteron sebagai ganti
logam.
Cara kerjanya sama dengan IUD tembaga, ditambah dengan beberapa nilai plus:
Lebih tidak nyeri dan kemungkinan menimbulkan pendarahan lebih kecil
Menstruasi menjadi lebih ringan (volume darah lebih sedikit) dan waktu haid
lebih singkat
3. Kontrasepsi hormonal
KONTRASEPSI ORAL
Berdasarkan kandungannya, kontrasepsi oral dibagi atas :
1. Pil Kombinasi
Merupakan sediaan yang paling banyak digunakan,dimana setiap tablet mengandung 20
100 getinilestradiol dan gestagen dalam dosis tertentu. Akandibahas lebih lanjut dalam
makalah ini.
2. Pil Sekuensial (bifasik)
Terdiri dari 14-16 pil yang mengandung derivat estrogendan 5-7 pil selanjutnya
mengandung kombinasi estrogendan gestagen. Cara kerjanya mirip dengan suatu
siklushaid normal, khasiat kontrasepsi hanya berdasarkanpada hambatan ovulasi oleh
estrogen dalam fasepertama dan pada fase kedua gestagen hanya bergunauntuk
menimbulkan perdarahan yang teratur. Pilsekuensial tidak seefektif pil kombinasi oleh
karenanyaangka kegagalan relatif tinggi. Di Indonesia sediaan initidak pernah beredar.
3. Pil Mini
Dikatakan pil mini karena dosis gestagen yangdigunakan sangat rendah. Gestagen yang
digunakan adalah turunan nortestosteron seperti noretisteron 0,35mg, linestrerol 0,50 mg,
levonorgestrel 0,03 mg. Ada juda yang mengandung etinodral diasetat 0,35 mg
ataukuingestanol 0,3 mg. Pil diminum tiap hari tanpa perlumemperhatikan saat terjadinya
haid. Cara kerjanyabelum diketahui dengan pasti, beberapa diantaranyaadalah menekan
sekresi gonadotropin, mempengaruhifungsi korpus luteum, menghambat nidasi,
memperlambat gerakan tuba sehingga transportasi ovum terganggu dan menekan
produksi steroid diovarium. Keuntungan menggunakan pil mini dapat diberikan pada
wanita menyusui, wanita dengan hipertensi, wanita perokok dan yang mempunyai riwayat
penyakit tromboemboli. Kerugiannya dapat terjadi kehamilan ektopik.
4. Pil Pascasanggama
Sediaan yang mengandung dietilstilbestrol (DES) atau estrogen dosis tinggi, dapat
mencegah kehamilan jika diberikan segera setelah koitus yang tidak dilindungi.
Dietilstilbestrol 50 mg/hari atau etinilestradiol 1 mg/hari selama 5 hari, digunakan 24 jam
15 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

atau selambatlambatnya 48 jam pasca sanggama. Akhir-akhir ini banyak digunakan pil
kombinasi estrogen dan gestagen dengan dosis tinggi misalnya 100 g etinilestradiol dan
0,5 mg levonorgestrel. Sediaan lainnya, levonorgestrel saja dengan dosis 0,3 1 mg
digunakan paling lambat 3 jam pascasanggama, mefipristone 10 dan 50 mg dapat
digunakan sampai 120 jam pasca sanggama atau danazol 800 1200 mg/hari. Cara
kerjanya adalah mencegah terjadinya nidasi, meningkatkan motilitas tuba sehingga
mengganggu transportasi ovum dan membuat endometrium menjadi tidak fisiologis untuk
proses nidasi. Perlu diingat pil pasca sanggama hanya berguna sebelum terjadinya
implantasi. Efek samping yang pernah dilaporkan adalah terjadinya kelainan bawaan
mayor, seperti kanker vulva pada penggunaan dietilstilbestrol dan efek teratogenik dari
estrogen pada hewan percobaan.
Berbagai bentuk kontrasepsi oral.
No Nama dagang
Gestagen
Estrogen
1. (jenis kombinasi)
Microgynon 30
150 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Nordette 28
150 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Nordial 28
250 mcg Levonorgestrel 50 mcg Etinilestradiol
Mercilon 28
150 mcg Levonorgestrel 20 mcg Etinilestradiol
Marvelon 28
150 mcg Desogestrel
30 mcg Etinilestradiol
Ovostat 28
1 mg Linestrenol
50 mcg Etinilestradiol
Lyndiol
2,5 mg Linestrenol
50 mcg Etinilestradiol
Gynera
75 mcg Gestroden
30 mcg Etinilestradiol
Diane 35
2 mg Siproterone asetat
35 mcg Etinilestradiol
2

(jenis
kombinasibertingkat)
Triquilar ED

Trinordial

50 mcg Levonorgestrel
75 mcg Levonorgestrel
125 mcg Levonorgestrel

30 mcg Etinilestradiol
40 mcg Etinilestradiol
30 mcg Etinilestradiol

50 mcg Levonorgestrel
75 mcg Levonorgestrel
125 mcg Levonorgestrel

30 mcg Etinilestradiol
40 mcg Etinilestradiol
30 mcg Etinilestradiol

3.
(Gestagen saja)
Exluton 28

0,5 mg Linestrenol

PIL KOMBINASI
Kontrasepsi oral steroid kombinasi adalah metode kontrasepsi yang paling efektif. Terdiri
atas kombinasi estrogen dan gestagen dalam dosis tertentu. (1,2) Estrogen dan gestagen yang
dipakai adalah steroid sintetik dimana steroid sintetikmempunyai potensi yang lebih tinggi
per unit dibandingkan dengan steroid alamiah kalau ditelan per oral. Kandungan estrogen
yang banyak digunakan ialahetinilestradiol dan mestranol (3 metil eter). Mestranol didalam
hatiakan mengalami proses dimetilasi menjadi etinilestradiol. (5,7,8)Sedangkan gestagen
yang digunakan adalah derivat 19 nortestosteronberupa noretinodrel, norethindron asetat,
etinodialdiasetat dan norgestrel. Saat ini telah tersedia juga gestagengenerasi ke-3 yang
bersifat Lipid friendly yaitu desogestrel,
16 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

gestoden dan norgestimat.Pil kombinasi adalah kontrasepsi oral yang paling seringdigunakan,
diminum setiap hari selama 3 minggu dan dihentikanpemakaiannya selama 1 minggu, yang
dalam waktu 1 minggu itu biasanya akan terjadi perdarahan dari uterus akibat
penghentianpemakaian obat.

17 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

JENIS-JENIS PIL KOMBINASI


1. Monofasik
Pertama kali ditemukan oleh Pincus (Pincus Pill). Jenis monofasik paling banyak
digunakan saat ini. Setiap tabletnyamengandung 30 -100 g etinilestradiol (di beberapa
negaraterdapat pula tablet dengan 10 dan 20 g) dan gestagen sintetik dengan dosis yang
berbeda-beda. Kebanyakan efek samping yang timbul disebabkan oleh kandungan
estrogen sehingga saat ini hampir semua pil kontrasepsi mempunyai kadar estrogen yang
rendah (20-35 g etinilestradiol). Dari sebagian besar penelitian, pemberian dosis 50 g
menimbulkan efek samping yang sangat rendah.
2. Kombinasi bertingkat
Jenis ini dibuat dengan maksud lebih mengurangi efek samping yang ditimbulkan
gestagen, yang dikenal dengan jenis 2 tingkat dan 3 tingkat. Pada jenis 2 tingkat, tingkat
pertama dosis gestagen sangat rendah menjadi 0,05 mg dan pada tingkat kedua dosisnya
menjadi 0,125 mg. Sedang dosis estrogen tidak berubah. Pada jenis 3 tingkat (contohnya
Triquilar), 6 tablet pertama mengandung 0,05 mg Levonorgestrel dan 30 g
etinilestradiol;
5 tablet berikutnya mengandung 0,07 mg Levonorgestrel dan 40 g etinilestradiol; 10
tablet terakhir mengandung 0,125 mg Levonorgestrel dan 30 g etinilestradiol. Jadi
selain peningkatan dosis gestagen, dosis estrogen juga berubah.
MEKANISME KERJA
Khasiat kontrasepsi suatu pil kombinasi berdasarkan hambatan ovulasi, dimana secara
sinergis estrogen dan gestagen bekerja dengan mekanisme umpan balik terhadap poros
hipotalamus-hipofise sehingga tejadi hambatan sekresi gonadotropin-releasing hormon
(GnRH) dengan akibat tidak terjadi pelepasan FSH dan LH. Dengan tidak adanya FSH maka
tidak terjadi maturasi folikel yang berakibat juga tidak adanya produksi estrogen oleh folikel
dalam ovarium sehingga tidak terjadi pengeluaran LH. Akibat kurangnya FSH dan tidak
adanya peningkatan kadar LH pada tengah-tengah siklus haid menyebabkan gangguan dari
ovulasi. Selain itu, estrogen dalam dosis tinggi dapat mempercepat perjalanan ovum dan
gangguan proliferasi endometrium sehingga mengganggu implantasi ovum yang sudah
dibuahi. Pengaruh gestagen dalam pil kombinasi adalah memperkuat daya kerja estrogen
dalam menghambat ovulasi akan tetapi gestagen sendiri dalam dosis yang tinggi juga dapat
menghambat ovulasi. Khasiat lain dari gestagen adalah memperkental lendir serviks sehingga
menghalangi penetrasi spermatosoon masuk ke dalam uterus, mempengaruhi endometrium
sehingga mengganggu implantasi ovum yang telah dibuahi dan mengganggu motilitas tuba.
CARA PEMBERIAN
Pil kombinasi biasanya tersedia dalam kemasan berisi 21 pil dan ada juga yang berisi 28 pil
dimana 7 pil terakhir hanya berupa plasebo yang berisi preparat besi atau vitamin. Pil
diminum tiap hari 1 pil terus-menerus dan diminum saat-saat tertentu agar tidak mudah lupa
misalnya malam sebelum tidur, makan malam atau setelah menggosok gigi. Baik yang berisi
21 atau 28 pil mempunyai prinsip minum yang sama yaitu 3 minggu minum dan 1 minggu
istirahat minum pil.
Untuk mudahnya :
Bila menggunakan kemasan 21 pil. Setelah habis 1 kemasan, istirahat minum pil selama 7
hari kemudian minum pil kemasan baru.
Bila menggunakan kemasan 28 pil. Setelah habis 1 kemasan, langsung minum kemasan
baru tanpa fase istirahat.
Bila terjadi lupa minum pil :
Lupa 1 pil, maka segera minum pil yang terlupa dan pil yang selanjutnya diminum seperti
saat biasanya.
18 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Lupa 2 pil
o Terjadi selama minggu pertama atau kedua, maka akseptor harus minum 2 pil selama
2 hari berturutturut dan pil selanjutnya diminum seperti saat biasanya (belum
diperlukan tapi disarankan untuk memakai kontrasepsi tambahan misalnya kondom
selama 7 hari).
o Terjadi selama minggu ketiga, maka akseptor harus minum 1 pil sehari sampai hari
minggu berikutnya dan pada hari itu mulai dengan kemasan baru (atau bisa langsung
saja dengan pil kemasan baru) dan harus menggunakan kontrasepsi tambahan sampai
mulainya siklus haid berikutnya atau sekurangkurangnya 7 hari.
Lupa 3 pil
Sama dengan lupa 2 pil pada minggu ketiga atau dapat juga minum 2 pil selama 3 hari
berturut-turut dan disertai penggunaan kontrasepsi tambahan sampai mulainya siklus haid
berikutnya atau sekurang-kurangnya 7 hari.
Sedang diare atau muntah-muntah
Pil tetap diminum tiap hari seperti biasanya danmenggunakan kontrasepsi tambahan
sampai 7 hari setelahsembuh.
Dengan aturan 3 minggu minum dan 1 minggu istirahat minum pil akan menghasilkan
perlindungan yang mutlak terhadap pembuahan. Penggunaan pil untuk pertama kalinya
sebaiknya tidak melewati hari ke-5 dari permulaan haid atau dalam waktu 3 minggu setelah
melahirkan atau dalam waktu 14 hari pasca tindakan pada abortus untuk mencegah terjadinya
induksi ovulasi karena pada wanita normal dengan folikel yang matur dan segera akan
mengalami ovulasi spontan, pada kondisi ini pemberian kontrasepsi oral akan memicu
ovulasi yang sesungguhnya.
Sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin 3 bulan kemudian 6 bulan dan
selanjutnya tiap-tiap tahun setelah pemakaian pil. Selain efek samping, berat badan dan
tekanan darah juga perlu pemeriksaan mamma dan sediaan apus (Papanicolaou smear).
KONDISI-KONDISI DIMANA KONTRASEPSI ORALKOMBINASI DAPAT
DIGUNAKAN MENURUT WHO (kategori 1 dan 2) :
Kategori 1 :Suatu kondisi dimana tidak ada larangan dalam penggunaan metode kontrasepsi
(metode dapat digunakan)
Kategori 2 :Suatu kondisi dimana keuntungan-keuntungan pada penggunaan metode ini lebih
besar dibanding dengan resiko teoritis atau terbukti (metode dapat digunakan)
1. Menarke sampai diatas 40 tahun
2. Nulipara maupun multipara
3. > 6 bulan postpartum (meneteki) dan > 21 hari postpartum (tidak meneteki)
4. Pasca abortus dan pasca kehamilan ektopik terganggu ataupun riwayat operasi daerah
pelvis
5. Merokok dengan usia < 35 tahun
6. Kegemukan (IMT > 30 kg/m2)
7. Riwayat tekanan darah tinggi dalam kehamilan
8. Riwayat keluarga dengan penyakit trombosis vena profunda/emboli paru ( ayah-ibu)
9. Pasca bedah besar/kecil tanpa imobilisasi
10. Penyakit trombosis vena superficial
11. Penyakit katup jantung tanpa komplikasi
12. Nyeri kepala bukan migren, epilepsi
13. Perdarahan pervaginam teratur maupun tak teratur, endometriosis,tumor ovarim jinak,
dismenore berat
14. Penyakit trofoblas jinak/ganas, ektropion serviks, NIS, karsinoma serviks
15. Tumor jinak payudara, massa yang belum terdiagnosis pada payudara, riwayat keluarga
dengan kanker payudara, karsinoma endometrium, karsinoma, ovarium, mioma uteri
19 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

16. Penyakit inflamasi pelvis, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, sistosomiasis,


tuberkulosis, malaria
17. Diabetes tanpa komplikasi, hipertiroid, hipotiroid
18. Penyakit kandung empedu dengan gejala ataupun tidak atau yang telah dilakukan
kolesistektomi, riwayat kolestasis yang berhubungan dengan kehamilan
19. Talasemia, siklemia, anemia kekurangan zat besi
20. Sedang memakai antibiotika (selain rifampicin dan griseofulvin)
KONDISI-KONDISI DIMANA KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI TIDAK DAPAT
DIGUNAKAN MENURUT WHO (kategori 3 dan 4) :
Kategori 3 :Suatu kondisi dimana risiko teoritis atau terbukti biasanya lebih besar dibanding
dengan keuntungan menggunakan metode tersebut (metode tidak dapat
digunakan)
Kategori 4 :Suatu kondisi dimana memperlihatkan suatu resiko kesehatan yang tidak dapat
diterima jika metode kontrasepsi digunakan (metode tidak dapat digunakan)
1. < 6 bulan postpartum (meneteki), < 21 hari post partum (tidak meneteki)
2. Merokok > 15 batang sehari dengan usia > 35 tahun
3. Berisiko menderita penyakit arteri kardiovaskuler
4. Hipertensi, penyakit pembuluh darah
5. Riwayat/menderita penyakit trombosis vena dalam/emboli paru, pasca bedah besar
dengannimobilisasi yang lama
6. Riwayat/menderita penyakit jantung iskemik, riwayat serangan otak, penyakit katup
jantung dengan komplikasi,hiperlipidemia
7. Nyei kepala diatas 35 tahun atau disertai gejala neurologik fokal
8. Kanker payudara
9. Diabetes dengan neuropati/retinopati/nefropati atau telah menderita selama lebih 20 tahun
atau disertai penyakit vaskuler lainnya
10. Menderita penyakit kandung empedu atau telah terobati secara medis
11. Infeksi akut virus hepatitis, sirosis berat, tumor jinak dan keganasan hati
12. Riwayat kolestasis yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi oral kombinasi
13. Sedang memakai obat rifampicin, griseofulvin, fenintoin, karbamazepin, barbiturat dan
pirimidon.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PIL KOMBINASI
Keuntungan :
Efektivitas dapat dipercaya
Siklus menstruasi jadi teratur
Frekuensi koitus tidak perlu diatur
Berkurangnya keluhan dismenorea
Sangat reversibel
Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium,
tumor jinak mamma (mungkin juga yang ganas), kista ovarium fungsional, penyakit
inflamasi pelvis, aterosklerosis dan artritis rematoid
Pengobatan akne
EFEK SAMPING
Efek samping yang sering timbul pada pemakaian pil kombinasi adalah perdarahan sela dan
hal ini sering dijadikan alasan oleh beberapa akseptor untuk tidak ingin melanjutkan lagi
penggunaan kontrasepsinya. Umumnya perdarahan bercak terjadi pada permulaan
penggunaan pil kontrasepsi dan jarang ditemukan pada penggunaan jangka panjang dan lebih
banyak ditemukan padapenggunaan pil kombinasi dengan dosis estrogen dan gestagen yang
20 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

rendah. Penyebab pasti terjadinya perdarahan sela belum banyak diketahui tapi dari
pengamatan terbukti bahwa komponen gestagen yang berperan terhadap terjadinya
perdarahan sela dimana gestagen menyebabkan pelebaran pembuluh darah vena kecil di
endometrium vena tesebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal.
Efek samping pil kombinasi lainnya dapat terjadi karena pengaruh :
Estrogen
o Rasa mual dan muntah
o Rasa penuh/nyeri pada mamma
o Retensi cairan
o Peningkatan cairan menstruasi
o Keletihan dan iritabilitas
o Keputihan
o Peningkatan sekresi serviks/erosi serviks
Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka biasanya diberikan pil kombinasi dengan
kandungan estrogen yang rendah atau kandungan gestagen yang lebih tinggi dengan
aktivitas androgenik yang rendah.
Gestagen
o Perdarahan tak teratur
o Pengecilan ukuran mamma
o Depresi dan kelelahan
o Penurunan gairah seksual
o Akne dan alopesia
o Sakit kepala
o Kram pada kaki dan kelemahan ligamentum
Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas biasanya diberikan pil kombinasi dengan
kandungan gestagen yang rendah atau yang mengandung estrogen lebih tinggi.
KOMPLIKASI PENGGUNAAN PIL KOMBINASI
1. Tromboemboli vena
Risiko terjadinya tromboemboli vena dalam (profundus) meningkat 3 hingga 11 kali lipat
pada wanita dengan menggunakan kontrasepsi oral. Risiko ini juga meningkat secara
bermakna pada pemakaian kontrasepsi oral sebulan sebelum tindakan pembedahan.
Mekanismenya masih belum jelas, diduga akibat pengaruh estrogen dimana etinilestradiol
mempengaruhi faktor pembekuan dan faktor fibrinolisis serta fungsi trombosit dan
endotel sehingga terjadi peningkatan aktifitas pembekuan dan fibrinolisis. Gestagen
diduga juga punya peranan. Gestagen generasi lama seperti levonorgestrel dan
noretisteron tidak mempunyai pengaruh terhadap risiko trombosis vena tetapi risiko ini
akan meningkat 2 kali lipat dengan penggunaan gestagen generasi baru seperti desogestrel
atau gestoden.
2. Hipertensi
Akseptor pil kombinasi akan mengalami hipertensi secara nyata dan akan kembali
normotensi bila penggunaan pil dihentikan. Diduga akibat pengaruh estrogen dimana
etinilestradiol dapat meningkatkan angiotensinogen dan angiotensin II 3-5 kali kadar
normal, sedang gestagen mempunyai pengaruh minimal terhadap terjadinya hipertensi.
Risiko ini dapat meningkat bila disertai dengan faktor bertambahnya usia dan merokok.
3. Infark jantung
Pil kombinasi dapat meningkatkan risiko terjadinya infark jantung dan dapat diperberat
dengan bertambahnya usia, merokok, obesitas, diabetes dan hipertensi sebelumnya. Hal
ini berkaitan dengan pengaruh gestagen dan dosisnya terhadap metabolisme lemak.
4. Stroke
21 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Risiko terjadinya trombosis serebral meningkat 2-3 kalilipat pada penggunaan pil
kombinasi. Sakit kepalamendadak, migrain, mual dan amnesia merupakan gejalaawal
terjadinya stroke dan apabila gejala ini timbul saatpenggunaan pil kombinasi maka harus
segera dihentikan.
5. Neoplasia
Kaitan kontrasepsi hormonal dengan risiko peningkatantimbulnya neoplasiamasih belum
jelas kalaupun ada peningkatan ini besar kemungkinan sangat kecil.Estrogen dapat
mempengaruhi timbulnya tumor jinakmamma, pertumbuhan mioma uterus dan pada
penggunaanjangka panjang dapat menyebabkan hiperplasia endometrium yang berupa
hiperplasia simpleks, adenomatosa dan hiperplasia atipik. Hal ini jarang dijumpai pada
penggunaan pil kombinasi dengan gestagen yang tinggi.
Estrogen juga berhubungan dengan timbulnya kanker mamma karena kanker mamma jarang
ditemukan pada usia pubertas dan akan meningkat tajam dengan bertambahnya usia tetapi
timbulnya kanker mamma memerlukan waktu 15-20 tahun jadi kesimpulannnya pil
kontrasepsi tidak berperan terhadap terjadinya kanker mamma tetapi pil kontrasepsi
mempercepat pertumbuhan tumor yang telah ada sebelumnya. Gestagen dapat menyebabkan
proliferasi dan hipersekresi kelenjar endoserviks serta dapat menyebabkan metaplasia dan
displasia epitel porsio dan selaput lendir dari serviks. Tetapi kebanyakan para ahli
berpendapat bahwa pil kontrasepsi tidak meningkatkan risiko terkena kanker serviks kecuali
bagi wanita dengan faktor-faktor risiko seperti aktivitas seksual tinggi, hubungan seksual
pada usia muda, paritas tinggi, status sosial dan ekonomi rendah serta adanya infeksi Human
Papiloma Virus (HPV).
Penggunaan pil kontrasepsi lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko terkena tumor hati
jinak, hal ini berhubungan dengan dosis steroid dan usia namun apabila pil kontrasepsi
dihentikan tumor akan menghilang dengan sendirinya. Pil kontrasepsi tidak meningkatkan
risiko terkena kanker hati primer, hal ini terjadi bila telah ada sirosis hati sebelumnya
SUNTIK

Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.

Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.

Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate testosteron.

Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan

Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum untuk
terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.

Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh spermatozoa.

Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk implantasi dari
hasil konsepsi.

Keuntungan

22 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu untuk 6


bulan pertama 3 x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap 12 minggu.

DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150 mg.

Tingkat efektifitasnya tinggi

Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.

Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.

Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.

Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara tidak disuntik ulang,
sedangkan IUD dan implant yang non-bioderdable harus dikeluarkan oleh orang lain.

Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa perlu memberitahukan
kepada siapapun termasuk suami atau keluarga lain.

Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang disebabkan estrogen, antara
lain mual atau efek samping yang lebih serius seperti timbulnya bekuan darah disamping
estrogen juga dapat menekan produksi ASI.

Kerugian

Perdarahan yang tidak menentu

terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan

Berat badan yang bertambah

Sakit kepala

Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan

Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik lagi.

Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka kegagalan 0.7%.

Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.

Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan

23 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Memerlukan biaya yang cukup tinggi.

Saat Pemberian Yang Tepat

Pasca persalinan
o Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu post partum dan
sebelum berkumpul dengan suami.
o Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.

Pasca Abortus
o Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.
o Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.

Interval.
o Hari kelima menstruasi
o Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.

Kontra Indikasi

Tersangka hamil

Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui penyebabnya

Tumor/keganasan

Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, penyakit paru-paru hebat.

Cara Penggunaan
Depo provera atau Depo progestin disuntikan secara intra muscular tiap 12 minggu dengan
kelonggaran batas waktu suntik, biasa diberikan kurang satu minggu.
Efek samping

Gangguan Haid :
o Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan kontrasepsi
suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem.

24 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

o Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan
kontrasepsi suntikan.
o Metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya

Keputihan
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan terasa mengganggu (
jarang terjadi)

Perubahan berat badan


Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah menggunakan
kontrasepsi suntikan

Pusing dan sakit kepala


Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan
dari bagian kepala .Ini biasanya bersifat sementara.

Hematoma
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah kulit.

SUSUK KB (IMPLAN)
Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi membuat getah serviks
menjadi kental dan membuat endometrium tidak sempat menerima hasil konsepsi.
Efek samping Implant
Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implant tidak berbahaya. Yang paling sering
ditemukan adalah gangguan haid yang kejadiannya bervariasi pada setiap pemakaian, seperti
pendarahan haid yang banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian yang tidak haid sama
sekali. Keadaan ini biasanya terjadi 3 6 bulan pertama sesudah beberapa bulan kemudian.
Efek samping lain yang mungkin timbul, tetapi jarang adalah sakit kepala, mual, mulut
kering, jerawat, payudara tegang, perubahan selera makan dan perubahan berat badan.
Keuntungan Implant

Efektifitas tinggi setelah dipasang

25 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan untuk 5 tahun.

Tidak mengandung estrogen

Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan

Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah dan konstant, sehingga terhindar
dari dosis awal yang tinggi.

Dapat mencegah terjadinya anemia

Kerugian Implant

Insersi dan pengeluaran harus dikeluarkan oleh tenaga terlatih.

Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant.

Lebih mahal

Sering timbul perubahan pola haid

Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.

KOYO KB (PATCH)
Ditempelkan di kulit setiap
seringmenimbulkan reaksi alergi.

minggu,

sayangnya

bagi

yang

berkulit

sensitif

Efektivitas suatu metode kontrasepsi biasanya dinyatakan dengan angka z (PI).Angka ini
menunjukkan jumlah kehamilan yang terjadi pada 100 wanita bila menggunakan metode
kontrasepsi tersebut selama 1 tahun.Angka PI yang semakin kecil menandakan semakin
efektifnya metode kontrasepsi tersebut.

KONTRASEPSI STERILISASI
Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau
testis pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh ginekolog (dokter
kandungan). Efektif bila Anda memang ingin melakukan pencegahan kehamilan secara
permanen, misalnya karena faktor usia.
1. Kontap Pada Wanita ( Tubektomi )

26 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan wanita
bersangkutan tidak hamila lagi. Merupakan alat kontrasepsi paling efektif dengan angka
kegagalankurang dari 1%
Keuntungan Tubektomi
Sangat efektif
Permanen
Tidak mempengaruhi proses menyusui
Tidak bergantung pada faktor senggama
Baik bagi klien apabila kehanilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius
Pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan anastesi local
Tidak ada efek samping dalam jangka waktu panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Berkurangnya resiko kanker ovarium
Yang Dapat Menjalani Tubektomi
Usia > 26 tahun
Peritas > 2
Yakin telah mempunyai besar keluarga ayng sesui dngan kehendak
Pada kehamilannya akan menimbulakn resiko kesehatan yang serius
Pascapersalinan
Pascakeguguran
Apham dan secara sukareka setuju dengan prosedur ini
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
Hamil
Perdarahan vaginal yang belum terjelasajn
Infeksi sistemik atau pelvic yang akut
Tidak boleh menjalani proses pembedahan
Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
Belum memberikan persetujuan tertulis
Kapan dilakukan
Setiap waktu selama siklus menstrusi apabila diyakini secara rasional klien tsb tidak
hamil
Hari ke 6 13 siklus menstruasi ( fase proliferasi )
Pasca persalinan
2. Kontap pada pria ( vasektomi )
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghenrtikan kapasitas reproduksi pria dengan
jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi tidak terjadi.
Indikasi
Upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi mengancam atau
gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan
kualitas keluaga.
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi
Infeksi kulit pada daerah operasi
Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
Hidrokel atau varikokel yang besar
Hernia inguinalis
27 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

Filariasis / elephantiasis
Undesensus testikularis
Massa intraskrotalis
Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia

28 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

III.MASALAH KEPENDUDUKAN
Definisi
Masalah kependudukan di indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang
tidak merata. hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas
dan angka mortalitas yang relatif tinggi.
Secara umum ada tiga cara pemecahan masalah :
Pemecahan masalah secara otoritatif, yaitu pemecahan masalah yang dilakukan oleh
pihak berwenang (pejabat, guru, hakim, dll)
Pemecahan masalah secara ilmiah, yaitu pemecahan masalah dengan menggunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah.
Pemecahan masalah secara metafisik, yaitu pemecahan masalah dengan menggunakan
cara-cara yang tidak rasional, contohnya secara gaib dan doa
Masalah - masalahkependudukan di indonesia :
Masalah akibat angka kelahiran
o total fertility rate (tfr) meningkatkan beban pemerintah dalam hal penyediaan
aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan.
o age spesific fertility rate (asfr) pertumbuhan penduduk semakin tinggi
Masalah akibat angka kematian
o bertambahnya angka harapan hidup peran pemerintah dalam menyediakan fasilitas
penampungan
o perlunya perhatian keluarga dan pemerintah dalam penyediaan gizi yang memadai
bagi anak-anak (balita). Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak
terhadap reputasi indonesia dimata dunia
Masalah komposisi jumlah penduduk (penumpukan jumlah penduduk yang tidak
produktif)
o Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Banyaknya beban
tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh sejumlah manusia produktif
yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi dan hayat hidup.
o Aspek pemenuhan gizi, rawan
atau kurang gizi (malnutrition) yang akan
mengganggu pertumbuhan otak bahkan dapat terbelakang mental (mental retardation)
sehingga mengurangi SDM yang akan datang.
o Aspek pendidikan, pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga
diperlukan dukungan kemamppuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila
ekonomi kurang maka fasilitas pendidikan juga sukar untuk dipenuhi.
o Lapangan kerja. Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan
persiapan lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan bom
waktu pencari kerja atau penyedia kerja.
Masalah mobilitas penduduk di indonesia
o Mobilitas antar pulau
o Mobilitas penduduk antar pulau propinsi
o Mobilitas penduduk dari desa ke kota.
Urbanisasi pada dasarnya adalah pertumbuhan penduduk perkotaan yang disebabkan
perpindahan dari desa ke kota, dari kota ke kota serta akibat proses perluasan wilayah
perkotaan.

29 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

IV. Hukum KB Menurut Islam


KB menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), sbb:
KB adalah ikhtiar manusia untuk mengatur kehamilan dalam keluarga secara tidak
melawan hukum agama demi mendapat kesejahteraan keluarga dan bangsa.
Islam membenarkan KB untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, menciptakan anak yang
sehat, cerdas, dan shaleh.
KB harus didasarkan atas kesadaran dan sukarela dengan mempertimbangkan faktor
agama dan adat istiadat.
Penggunaan kontrasepsi tidak dipaksakan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam,
serta harus berdasar kesepakatan suami-istri.
Kontrasepsi dalam rahim dibenarkan jika pemasangan dilakukan oleh tenaga medis
wanita. Jika tenaga medisnya pria, harus didampingi sang suami.
Aborsi dengan cara apapun haram karena merupakan pembunuhan terselubung yang
dilarang Islam, kecuali untuk menyelamatkan jiwa ibu. Vasektomi dan tubektomi juga
dilarang.
KB dapat dipahami sebagai aktivitas individual untuk mencegah kehamilan (manu al-hamli)
dengan berbagai cara dan sarana (alat). Misalnya dengan kondom, IUD, pil KB, dan
sebagainya. KB dalam pengertian kedua diberi istilah tanzhim an-nasl (pengaturan
kelahiran).
KB dalam arti pengaturan kelahiran, yang dijalankan oleh individu (bukan dijalankan karena
program negara) untuk mencegah kelahiran (manu al-hamli) dengan berbagai cara dan
sarana, hukumnya mubah, bagaimana pun juga motifnya (Taqiyuddin An-Nabhani, AnNizham al-Ijtimai fi Al-Islam, hal. 148).
Dalil kebolehannya antara lain hadits dari sahabat Jabir RA yang berkata,Dahulu kami
melakukan azl [senggama terputus] pada masa Rasulullah SAW sedangkan al-Qur`an masih
turun. (HR Bukhari).
Namun kebolehannya disyaratkan tidak adanya bahaya (dharar). Kaidah fiqih
menyebutkan: Adh-dhararu yuzaal (Segala bentuk bahaya haruslah dihilangkan) (Imam
Suyuthi, Al-Asybah wa An-Nazha`ir fi Al-Furu`, [Semarang : Maktabah Usaha Keluarga], hal.
59).
Kebolehan pengaturan kelahiran juga terbatas pada pencegahan kehamilan yang temporal
(sementara), misalnya dengan pil KB dan kondom. Adapun pencegahan kehamilan yang
permanen (sterilisasi), seperti vasektomi atau tubektomi, hukumnya haram. Sebab Nabi SAW
telah melarang pengebirian (al-ikhtisha`), sebagai teknik mencegah kehamilan secara
permanen yang ada saat itu (Muttafaq alaih, dari Saad bin Abi Waqash RA). Wallahu
alam.

30 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

DAFTAR PUSTAKA
Arie. 2010. Menunda kehamilan dengan KB. diakses tanggal 11 November 2010 URL
<http://formulasehat.com/ruangtunggu/menunda-kehamilan-dengan-pil-kb>
Abey. 2008. Soal KB pria tidak boleh ketinggalan. diakses tanggal 11 November 2010 URL
<http://www.e-samarinda.com/forum/lofiversion/index.php?t4879.html>
Bagian SMF Obgin UNHAS. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi.Makssar.
Djuhari, Wiranarta Kusumah. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pengembangan
Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Hunt L. Chester, dkk. 1989. Sosiologi. Edisi 6. Erlangga. Jakarta
Mantra, IB. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Edisi kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
http://www.khilafah1924.org/index.php?
option=com_content&task=view&id=355&Itemid=33
Depkes RI. 1994. Pedoman teknis terpadu audit maternal perinatal di tingkat dati II. Ditjen
Binkesmas. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
WHO. 1999. Reduction of maternal mortality. Geneva: A joint WHO/ UNFPA/ UNICEF/
World bank statement.
WHO. 2003. Maternal mortality in 2000. Department of Reproductive Health and Research
WHO.
UNFPA. 2003. Maternal mortality update 2002, a focus on emergency obstetric care. New
York, UNFPA.
Depkes RI. 1994. Pedoman pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWSKIA). Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
WHO, Depkes RI, FKM UI. 1998. Modul safe motherhood. Kerjasama WHO-Depkes RIFKM UI.
Saifudin AB, dkk. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Bina Pustaka

31 | SKENARIO 2 KEDKOM R.A. WITA FERANI K. - 1102009229

You might also like