You are on page 1of 4

PROPOSAL

MEWASPADAI NARKOTIKA DI SEKOLAH


1. Pendahuluan.
a. Latar Belakang.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, berita tentang narkotika
tidak pernah ada habisnya. Penggerebekan, penangkapan, dan mereka
yang harus menderita HIV/AIDS dan seterusnya. Peredarannya semakin
marak dan meluas dari kota besar ke daerah sekitarnya, dari kalangan
menengah ke kelompok paling bawah, dan dari kelompok remaja ke
anak-anak. Penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya itu tentu
membawa dampak yang luas dan kompleks. Dari sekian banyak
permasalahan yang ditimbulkan sebagai dampak penyalahgunaan
narkotika dan zat adiktif antara lain adalah perubahan perilaku menjadi
perilaku antisosial, gangguan kesehatan, menurunkan produktivitas
kerja secara drastis, mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas,
kriminalitas, dan tindak kekerasan lainnya. Hal ini lebih diperburuk lagi
dengan mudahnya terjadi komplikasi medik berupa kelainan paru,
gangguan fungsi liver, hepatetis, dan penularan HIV/AIDS karena
pemakaian jarum suntik secara bergantian (Dadang Hawari; 2002, hlm.
2).
Jumlah korban yang tewas setiap harinya akibat mengonsumsi narkoba
mencapai 41 orang atau setahun sekitar 15.000 orang (mayoritas
remaja) Indonesia tewas karena penyalahgunaan narkotika Dalam kata
lain, penyalahgunaan narkotika membawa pada kematian yang
mengenaskan dan sia-sia. Secara ekonomi, angka dari Badan Narkotika
Nasional membuat orang terperangah. Kerugian keuangan masyarakat
mencapai Rp 23,6 triliun, Rp 11,36 triliun di antaranya untuk belanja
narkoba.
Kalau tak ada pencegahan serius, dalam lima tahun ke depan
masyarakat dirugikan Rp 207 triliun per tahun, demikian laporan Ketua
Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN) I Made Mangku
Pastika, Kamis (15/3). Angka finansial itu dari segi faktor kerusakan
kurang "bunyi". Kerusakan otak yang diakibatkan tidak bisa
diperbandingkan dengan kerugian finansial. Kerusakan penyalahgunaan
narkoba dari hari ke hari semakin mengerikan, menyangkut gradasi
kerusakan maupun tingkat keluasannya. Daya rusak dan akibatnya tidak
kalah mengerikan dibanding korupsi.
Sejak dibangku sekolah mengkhawatirkannya, target utama pasar
narkotika ini adalah para remaja. Sekretaris Pelaksanan Harian Badan
Narkotika Nasional (BNN) Pranowo Dahlan, dalam acara temu pakar dan
penyuluhan narkotik bagi artis komedi di Jakarta menyatakan bahwa
pelajar yang mengunakan narkotik atau ngedrug justru mendominasi.

b. Perumusan Masalah.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Mengapa anak sekolah menjadi target utama pasar narkoba ?
2. Apa yang seharusnya dilakukan oleh sekolah, orang tua dan lingkungan untuk
mencegah penyalah gunaan narkoba ?
2. Tinjauan Pustaka ( Pengertian )
1.
2.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Semua


istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang
umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya.
Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak dan dewasa.
Dalam periode tersebut terjadi perubahan fisiologis, psikologis, dan nilai-nilai
sosial.

3.

Pengguna Narkoba adalah suatu orang atau kelompok orang yang menyalah
gunakan narkoba hanya untuk kepentingan kesenangan semata.

4.

Pengedar Narkoba adalah suatu orang atau sekelompok orang yang


menyalurkan narkoba kepada pengguna narkoba.

3. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan hipotesa
sebagai berikut Apakah benar target utama pengguna narkoba adalah pelajar ?
4. Merencanakan Design Penelitian/ Metodologi.
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah dengan
pengambilan data dari makalah di internet .
5. Pengambilan Data.
Data hasil penelitian Dadang Hawari juga menunjukkan bahwa 90
persen korban penyalahgunaan narkotika adalah remaja usia sekolah
atau mulai terlibat dengan masalah narkotika pada usia sekolah.
Sementara itu dokter Agus Muharam menemukan fakta bahwa 84
persen para pencandu ternyata berusia antara 16 hingga 23 tahun.
"Bahkan pemakai sebanyak 68 persennya berusia antara 16 hingga 20
tahun. Yang lebih menyedihkan, pemakai pemula ternyata berusia
antara 12 hingga 13 tahun atau pada usia SD," jelasnya.

Untuk tingkat Jawa Tengah, data yang paling mengejutkan adalah


hasil penelitian Badan Narkotika Propinsi (BNP) Jateng terhadap para
siswa sekolah dengan sampel tiga kota yakni Semarang, Surakarta, dan
Purwokerto. Untuk Kota Semarang ditemukan angka penyalahgunaan
narkotika di kalangan siswa mencapai 3,57 persen, Surakarta 2,29
persen dan di Purwokerto mencapai 1,86 persen.
6. Analisis Data/ Validasi.
Mengapa anak sekolah menjadi sasaran utama ?
langkah apa yang dapat ditempuh oleh orang tua, sekolah dan
lingkungan dalam upaya mencegah penyalah gunaan narkoba ?
Masa sekolah yang berada pada masa remaja adalah suatu
fase perkembangan antara masa kanak dan dewasa. Dalam periode
tersebut terjadi perubahan fisiologis, psikologis, dan nilai-nilai sosial.
Karena pesatnya perubahan tersebut, masa remaja merupakan masa
yang rawan yang sering menimbulkan ketegangan, keresahan,
kebingungan, dan rasa tidak aman. Untuk mengatasi keadaan ini,
mereka mencari-cari jawaban. Apabila tidak menemukan sumber
jawaban yang benar mereka akan mendapatkan informasi yang
menyesatkan.Pada sisi lain, kelompok teman sebaya juga sangat
berpengaruh karena dapat menimbulkan tekanan kelompok. Apabila
remaja atau siswa mendapatkan teman kelompok yang menggunakan
narkotika maka kemungkinan besar dia akan terbawa ke dunia narkotika
juga. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja,
karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada
yang mau dikucilkan oleh kelompoknya.
Yang dapat dilakukan oleh sekolah
Sekolah tentu tahu masalah penyalahgunaan narkotika di
kalangan remaja yang boleh jadi itu dilakukan oleh beberapa di antara
para siswa mereka. Oleh karena itu sekolah melakukan programprogram antisipatif untuk mencegahnya. Di antara program-program
pencegahan adalah mengembangkan proses belajar mengajar yang
menjurus pada terbentuknya remaja yang mandiri. Menyediakan pilihan
kegiatan yang bermakna bagi anak (ekstrakurikuler) sehingga mereka
tidak terjerumus kepada kegiatan yang negatif. Sekolah juga
memberikan penyuluhan kepada para siswa tentang bahaya dan akibat
dari penyalahgunaan narkotika melalui guru BP, diskusi maupun
talkshow juga melibatkan siswa dalam perencanaan untuk intervensi
dan pencegahan penyalahgunaan narkotika di sekolah. Program lain
yang cukup penting adalah program waspada narkotika dengan cara
mengenali benar ciri-ciri siswa pengguna narkotika, mewaspadai adanya
tamu tak diundang yang sok akrab dengan para siswa (pengedar).
Program waspada dilanjutkan dengan razia mendadak. Razia tidak
hanya untuk mencegah narkotika tapi juga untuk mencegah siswa
membawa apa saja yang tidak sepatutnya dibawa ke sekolah.

Yang tidak kalah penting adalah usaha sadar untuk menciptakan


suasana lingkungan yang sehat serta membina hubungan yang
harmonis antara semua warga sekolah dan menciptakan suasana belajar
mengajar yang baik dan kondusif untuk perkembangan siswa. Biasanya
para pengedar maupun pemakai di sekolah (jika memang ada) telah
paham betul program-program sekolah sebagai mana tersebut di muka.
Mereka tentu saja mengantisipasinya dengan sebaik yang mereka bisa.
Ada usaha di kalangan mereka untuk menghindari kecurigaan dengan
cara tetap terlihat segar bugar tidak pucat di sekolah, prestasi bertahan,
tidak membuat keributan, rutin membayar SPP, juga memiliki kiat-kiat
khusus bagaimana berkelit jika ada razia. Oleh karena itu, tidak mudah
untuk menangkap basah mereka di sekolah.
7. Kesimpulan.
Secanggih apa pun kiat mereka, ibarat sepandai-pandai tupai
melompat, akhirnya toh jatuh juga. Jurus-jurus jitu menghindari deteksi
sekolah memang mereka kuasai, tapi mengingat sifat narkotik yang
adiktif dan menuntut dosis yang lebih tinggi (toleransi) maka disiplin cari
aman itu akhirnya akan terkuak juga. Sebagai contoh, semula mereka
bisa tetap terlihat segar bugar di sekolah tapi ketika racun narkotika itu
telah menguasai pikiran mereka maka disiplin itu mau tidak akan
terlanggar dengan sendirinya. Begitu juga dengan membayar SPP, pada
akhirnya akan mereka pakai juga untuk membeli barang haram tersebut.
Betapapun cepat atau lambat para penyalahguna itu akan tertangkap
juga, akan tetapi ini tidak berarti bahwa sekolah tak perlu waspada. Jika
muncul indikasi adanya penggunaan narkotika, sekecil apa pun, tindak
lanjut
pengusutan
tetap
harus
dilakukan
untuk
benar-benar
membebaskan sekolah dari narkotika.

You might also like