Professional Documents
Culture Documents
dan dapat pula bersifat negatif. Interaksi yang bersifat negatif memberikan
kerugian bagi keduanya.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara Keanekaragaman Biota Dalam Tanah adalah
sebagai berikut:
a. Menghitung populasi dan mengidentifikasi mikrofauna, mesofauna, dan
makrofauna tanah (anesik, epigeik, dan endogeik) pada perbedaan jenis
penggunaan lahan (lahan terbuka, semak dan pohon) di lingkungan
Fakultas Pertanian UNS.
b. Menghitung populasi mikrobia tanah pada perbedaan jenis lahan (lahan
terbuka, semak dan pohon) di lingkungan Fakultas Pertanian UNS.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan peran biota tanah dalam memelihara
kesuburan tanah.
d. Mempelajari pengaruh perbedaan penggunaan lahan terhadap populasi
makrofauna dan mikrobiota tanah.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Tanah Keanekaragaman Biota Dalam Tanah ini
dilaksanakanpada tanggal 31Maret 2015 pukul 11.20 WIB 12.20 WIB
yang bertempatkan di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian
Universitas sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
1. Fauna Tanah
a. Makrofauna
Makrofauna tanah merupakan suatu organisme yang hidup
didalam tanah yang memiliki ukuran yang besar dari 2 mm. Organisme
yang termasuk kedalam makrofauna tanah adalah cacing tanah dan
rayap. Cacing tanah mencerna bahan organik bersama tanah dengan
tanah dengan enzim-enzim pencernaan dalam tubuhnya. Lubang-lubang
yang di buat cacing meningkat aerasi dan drainase tanah. Kedua hal ini
merupakan hal yang penting dalam produksi tanah dan perkembangan
tanah (Sholah 2014).
Kelompok makrofauna tanah (ukuran > 2 mm) terdiri dari
milipida, isopoda, insekta, peranannya dalam proses dekomposisi,
aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur hara, bioturbasi dan
pembentukan struktur tanah. Biomasa cacing tanah telah diketahui
merupakan bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH,
keberadaan
horison
organik,
kelembaban
tanah
dan
kualitas
bersel
tunggal
dan
mikroskopis
disebut
mikrobia
(Madigan 2001).
Makrofauna tanah merupakan kelompok fauna bagian dari
biodiversitas tanah yang berukuran 2 mm sampai 20 mm (Gorny dan
Leszek 2003). Makrofauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas
tanah yang berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah melalui proses imobilisasi dan humifikasi. Dalam
dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah lebih banyak berperan
dalam proses fragmentasi (comminusi) serta memberikan fasilitas
lingkungan (mikrohabitat) yang lebih baik bagi proses dekomposisi
lebih lanjut yang dilakukan oleh kelompok mesofauna dan mikrofauna
tanah serta berbagai jenis bakteri dan fungi (Lavelle et al 2004). Peran
makrofauna tanah lainnya adalah dalam perombakan materi tumbuhan
dan hewan yang mati, pengangkutan materi organik dari permukaan ke
dalam tanah, perbaikan struktur tanah, dan proses pembentukan tanah.
Dengan demikian makrofauna tanah berperan aktif untuk menjaga
kesuburan tanah atau kesehatan tanah (Adianto 2003).
b. Mikrofauna
Fauna yang berasal dari dari tingkat rendah seperti protozoa dan
nematoda yang berukuran kecil disebut mikrofauna tanah, sedang
hewan tingkat tinggi seperti cacing dan hewan yang agak besar, disebut
makrofauna tanah. Mikroflora bersama-sama mikrofauna menyusun
mikrobia tanah. Mikrobia tanah dari berbagai ukuran, sebagian besar
hidup pada lapisan olah tanah sedalam 20-30 cm; semakin ke bawah
baik jenis maupun jumlahnya semakin berkurang (Aak 2007).
Peranan utama mikrofauna di rhizosfer adalah sebagai
pengendali populasi bakteri atau mikroflora di rhizosfer. Peningkatan
populasi protozoa terutama terjadi pada tanaman menahun selama masa
c. Mesofauna
Mesofauna tanah merupakan suatu organisme yang penting
terutama sebagai dekomposer. Organisme yang tergolong dalam
mesofauna yakni yang memiliki ukuran tubuh 0,22-2 mm seperti
mikroarthropoda.Mesofauna selain sebagai dekomposer yang mampu
merombak bahan-bahan organik menjadi anorganik untuk tanaman,
juga memiliki peranan dalam menjaga kesuburan fisika, kimia, dan
biologi tanah atau bisa disebut sebagai bioindikator pada suatu
lingkungan (Sugiyarto 2001).
Keberadaan mesofaua dalam tanah sangat tergantung pada
ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan
hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya
berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan
ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka
perkembangan dan aktifitas mesofauna tanan akan berlangsung baik
dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan
tanah. Dalam sistem tanah, interaksi biota tanah tampaknya sulit
dihindarkan karena biota tanah banyak terlibat dalam suatu jaring-jaring
makanan dalam tanah. Meskipun sebagai penghasil senyawa-senyawa
organik tanah dalam ekosistem tanah, namun tidak berarti fungsi
sebagai subsistem produsen. Tetapi peran ini merupakan nilai tambah
dari
mesofauna
sebagai
subsistem
konsumen
dan
subsistem
karena
kelompok
fauna
tanah
dapat
melakukan
f. Epigeik
Isolasi
dan
mulai
lunak.
Air
rebusan
kentang
disaring
dengan
asam) dengan
nilai
yang
optimum
bagi
pertumbuhan
Lup/kaca pembesar
g. Koran bekas
h. Tabung reaksi
i.
Dryglassky
j.
Petridish
k. Pinset
l.
Bunsen
m. Autoklaf
n. Mikropipet dan cip
o. Botol penggojog
p. Timbangan analitik
q. Vortex
2. Bahan
Bahan
yang
digunakan
dalam
praktikum
acara
Tanah
Air/aquadest
Spirtus
3. Cara Kerja
Cara
kerja
yang
dilaksanakan
dalam
praktikum
acara
2) Mengambil tanah tiap kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm, 20-30 cm.
3) Melakukan handsorting insitu. Specimen cacing tanah dimasukan ke
dalam flakon yang berisi formalin 4%, sedangkan makrofauna lainnya
ke dalam flakon yang berisi alkohol 75%.
4) Setelah di laboratorium, membersihkan spesimen menggunakan air
bersih.
5) Mengidentifikasi, menghitung dan menggambar makrofauna yang
ditemukan.
d. Isolasi mikrobia tanah pada media NA (Nutrient Agar), PDA (Potato
Dextrose Agar) dan SCA (Starch Casein Agar)
1) Mengambil sampel tanah pada setiap penggunaan lahan yang berbeda
(lahan terbuka, semak, dan di bawah tegakan pohon).
2) Menyiapkan botol penggojog berisi 90 ml larutan garam fisiologis
steril. Memasukkan 10 g tanah ke dalam botol secara aseptis
kemudian menggojog hingga homogen.
3) Membuat seri larutan pengenceran sampai 10-5.
4) Menyiapkan media NA, PDA dan SCA dalam petridish, kemudian
melakukan inokulasi secara plate count menggunakan suspensi tanah
pada seri pengenceran 10-4 dan 10-5. Meratakan menggunakan
drygalski. Menginkubasikan pada suhu kamar selama 2 x 24 jam.
Famili :
Grylidae
Kecoa
(Blattodea)
Gambar
Keterangan
5 ekor
Panjang : 0,8 cm
Jumlah kaki : 6
Warna : hitam
1 ekor
Semut
Rangrang
(Oecohylla
smaragdina)
Panjang : 0,3 cm
Jumlah kaki : 6
Warna : merah
3 ekor
Kumbang
Collembola
Panjang : 0,3 cm
Jumlah kaki : 6
Warna : hitam
1 ekor
Semut Hitam
(Dolichederu
s thoracicus)
Panjang : 0,9 cm
Jumlah kaki : 6
Warna : hitam
1 ekor
Lapisan 1
Cacing tanah
(Lumbrecus
terestis)
Keterangan
Panjang : 1-4 cm
Warna : merah
kecoklatan
Tubuh lunak dan
bersegman
Berjalan dengan
perut
48 ekor
Kumbang
(Coconelidae)
Panjang : 0,2 cm
Jumlah kaki : 6
Warna : hitam
Tubuh beruas
1 ekor
Lapisan 2
Panjang : 3 cm
Jumlah kaki : 6
Warna : krem
Berambut
Bersegmen
Bertubuh lunak
Panjang : 1,5-2,5
cm
Warna : merah
kecoklatan
Bertubuh lunak
Bersegmen
Berjalan dengan
perut
1 ekor
Uret/ lundi
(Leppidiota
stigma)
4
Cacing
(Lumbrecus
terestis)
5 ekor
Tabel 1.3 Isolasi Mikrobia tanah pada media NA, PDA, dan SCA
Jumlah
No
Media
Ukuran
Bentuk
Elevasi Margin
koloni
NA 10-4
Titik
Sirkular
Flat
Entire
NA 10-4
Small
Irregular
Raised
Lobate
NA 10-5
PDA 10-4
PDA 10-5
3
11
1
Titik
Besar
Sirkular
Filament
Flat
Raised
Entire
Entire
SCA 10-4
Sirkular
Datar
Entire
SCA 10-5
Small
Sirkular
Raised
Lobate
SCA 10-5
Titik
Irregular
Flat
Undulate
1.
2.
3.
4.
5.
6.
jumlah koloni : 16
jumlah koloni : 5
jumlah koloni : 1
jumlah koloni : 50
jumlah koloni : 80
jumlah koloni : 100
= 2,5101
= 25 x
CFU
Keterangan
Tidak
kontam
Tidak
kontam
Kontam
Kontam
Kontam
Tidak
kontam
Tidak
kontam
Tidak
kontam
= 54
= 5,4
CFU/gram
2. Pembahasan
Mikroba yang terdapat dalam tanah sangatlah banyak jumlahnya
antara lain fungi, bakteri, virus, mikroflora dan aktinomisetes. Masingmasing biota tersebut mempunyai peranannya bagi kesuburan tanah maupun
kesehatan tanah. Misalnya bakteri penambat fosfat yang dapat menyediakan
fosfat bagi tanaman dan bakteri penambat nitrogen yang mampu mengikat
nitrogen bebas dari atmosfer. Menurut Ernawati (2008) grup-grup fauna
tanah yang menguntungkan berperan sebagai saprofagus, geofagus dan
predator. Saprofagus adalah fauna pemakan sisa-sisa organik sehingga
mempercepat proses dekomposisi dan mineralisasi serta meningkatkan
populasi mikroba tanah. Geofagus adalah fauna pemakan campuran tanah
dan sisa bahan organik yang secara tidak langsung dapat meningkatkan
porositas, membantu penyebaran unsur hara, memperbaiki proses hidrilogi
tanah dan meningkatkan pertukaran udara di dalam tanah. Predator yaitu
fauna pemakan organisme pengganggu sehingga sebagai pengendali
populasi hama dan penyakit.
Pitfall trapping atau jebakan penjatuh menurut Tambayong dkk
(2009) adalah salah satu metode yang banyak digunakan untuk mengambil
data serangga yang ada dipermukaan tanah atau serasah. Perangkap pitfall
trap dapat digunakan untuk menangkap serangga yang aktif pada siang
maupun malam hari. Pitfall trap terbuat dari gelas plastik berukuran
memiliki ukuran, bentuk, elevasi, dan margin yang berbeda. Media NA 10-4
yang jumlah koloninya 9 memiliki ukuran titik, bentuk sircular, elevasi flat,
dan margin entire. Variabel pengamatan pada media tersebut sama dengan
isolasi pada media NA 10-5. Sedangkan pada media NA 10-4 dengan 1 koloni
memiliki ukuran yang kecil (small), bentuk irregular, elevasi raised, dan
margin lobate. Isolasi pada media NA 10-4 tersebut tidak mengalami
kontaminasi, sedangkan pada media NA 10-5 mengalami kontaminasi. Isolasi
mikroba tanah pada media PDA 10-4 terjadi kegagalan karena isolat
mengalami kontaminasi sehingga tidak dapat dilakukan pengamatan. Hal
tersebut berbeda dengan media PDA 10-5, dimana isolat dapat dilakukan
pengamatan meskipun dalam kondisi media yang kontam. Jumlah koloni
yang ditemukan pada isolasi media PDA 10 -5 adalah 1 dengan ukuran yang
besar, bentuk filament, elevasi raised, dan margin entire. Isolasi pada media
SCA 10-4 tidak mengalami kontam, variabel yang diamati diperoleh hasil
bahwa jumlah koloni yang ditemukan sebanyak 3 buah dengan bentuk
sircular, elevasi flat, dan margin lobate. Hasil lain ditemukan pada media
SCA 10-5 yang memiliki jumlah koloni 1 buah dengan ukuran seperti titik,
bentuk irregular, elevasi flat, dan margin undulate. Media tersebut tidak
mengalami kontaminasi.
Koloni-koloni yang telah ditemukan pada masing-masing medium
kemudian diidentifikasikan morfologinya yaitu bentuk luar, warna, struktur
dalam koloni, tepi koloni, elevasi serta jumlah koloninya. Masing-masing
media sendiri terdapat keanekaragaman dalam morfologi tersebut. Koloni
bakteri dapat dengan mudah dibedakan dari koloni jamur dengan adanya
penampakan umum berupa lendir dan agak mengkilap sedangkan pada
koloni jamur memiliki hifa. Bakteri dan jamur adalah salah satu contoh
mikroorganisme yang penting dan memiliki bentuk yang beragam.
Mikroorganisme perombak bahan organik ini terdiri atas fungi dan
bakteri. Mikroorganisme perombak bahan organik kondisi aerob terdiri atas
fungi, sedangkan pada kondisi anaerob sebagian besar perombak bahan
organik adalah bakteri. Fungi berperan penting dalam proses dekomposisi
bahan organik untuk semua jenis tanah. Fungi toleran pada kondisi tanah
yang asam, yang membuatnya penting pada tanah-tanah hutan masam. Sisasisa pohon di hutan merupakan sumber bahan makanan yang berlimpah bagi
fungi tertentu mempunyai peran dalam perombakan lignin.
DAFTAR PUSTAKA
Aa Sholah 2014. Makrofauna Tanah dan Mikrofauna Tanah. http://www.
caragampang.com /2014/ 08/ makrofauna tanah dan mikrofauna
-tanah. html. Diakses pada tanggal 11 April 2015.
Aak 2007. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius.
Adianto 2003. Biologi Pertanian Pupuk Kandang, Pupuk Organik dan Insektisida.
Penerbit Alumni. Bandung.
Arief A 2010. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius.
Arthanya 2003. Membangun Sistem Pertanian Berkelanjutan. PAU FMIPA ITB.
Bandung.
Astuti Ar et al 2008. Isolasi dan Identifikasi Jamur Kayu dari Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin di Bengo-Bengo Kecamatan Cenrana Kabupaten
Maros. J Perennial 5(1) : 15-22.
Coleman 2004. Potensi Cacing Tanah Sebagai Alternative Bio-indikator
Pertanian Berkelanjutan. Jakarta: Aksara Jaya.
Edi H dan R D M Simanungkalit 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Bogor:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Enny Widyati 2013. Dinamika Komunitas Mikroba di Rizosfir dan Kontribusinya
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Hutan. J.Tekno Hutan Tanaman 6(2): 5564.
Handyanto 2005. Potensi Diversitas Makrofauna Tanah Sebagai Indicator Kualitas
Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan. Makalah Seminar Nasional
Biologi 2. ITS : Surabaya.
Harry Q, Tri R S, Ari H Y 2013. Keanekaragaman Cacing Tanah (Oligochaeta)
pada Tiga Tipe Habitat di Kecamatan Pontianak Kota. J Protobiont 2(2):
56-62.
Hassink 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Karnado 2012. Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Krista H P et al 2001. Report on Pitfall Trapping of Ant at the Biospecies Sites in
the Nature Reserve of Orange Country, California. California: Science for
a Changing World.
Madigan 2001. Biology of Microorganisms, Prentice Hall, Inc. New Jersey.
Maftuah, Alwi dan Mahrita 2005. Potensi Makrofauna Tanah Sebagai
Bioindikator Kualitas Tanah Gambut. Jurnal Bioscientiae 2 (1): 1-14.
Markantia Z P 2010. Keanekaragaman Makrofauna Tanah pada Berbagai Pola
Agroforestri Lahan Miring di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Surakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS.
Suarakarta.