Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
jaringan
Sarkoma
tulang
yang
tersering
adalah
osteosarcoma,
BAB II
Tinjauan Pustaka
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
2.1.1 Klasifikasi
Tumor tulang Tumor tulang dapat dibedakan menurut jenis jaringan asalnya atau
sifat neoplastiknya
2.1.2 Distribusi tumor tulang
Tumor tulang mempunyai distribusi lokasi spesifik. Osteosarkom dan
kondrosarkoma biasanya timbul di metafisis tulang panjang terutama sendi lutut,
sedangkan sarcoma ewing paling sering mengenai diafisis tulang. Pada tumor
jinak, tumor sel raksasa paling sering terjadi di daerah epifisi, kista tulang
aneurisma pada metafisis tulang, sedangkan displasi fibrosa sering timbul pada
diafisis tulang.
2.1.3 Gambaran klinis
A. Nyeri
Nyeri adalah gejala tersering tumor tulang, terutama tumor ganas. Bila bukan
kerena oleh fraktur patologis, biasnya nyeri timbul secara perlahan. Pada awalnya
nyeri hanya timbul pada saat istirahat kemudian intesitasnya meningkat sehingga
menggangu tidur dan menyebar kesendi didekatnya. Nyeri ini sering disalah
artikan sebagai arthritis karena trauma. Nyri akibat tumor tulang biasanya sangat
hebat hingga hanya bias diatasi dengan analgesik golongan narkotika. Di daerah
tulang belakang dekat pleksusu saraf, penekanan oleh tumor dapat menimbulkan
nyeri radikuler bahkan hingga paralisis.
B. Massa
Gejala kedua paling sering terjadi adalah timbulnya massa. Pada tumor jinak,
kondisi ini dapat terjadi pada waktu yang lama tanpa menimbulkan gejala yang
lain. Massa disebabkan oleh bagian tumor yang menembus tulang (ekstraskeletal)
atau bias karena ekspansi tulang. Pada stadium lanjut, masssa dpat menimbulkan
perubahan pada kulit, yaitu kulit menjadi tegang dan mengkilat, pembuluhdrah
lebih menonjol dan kebiruan, timbul striae atau ulkus.
C. Keterbatasan pergerakan
Tumor yang muncul didekat sendi seperti tumor sel raksasa, kista tulang
aneurisma, osteoblastoma, kondroblastoma dan osteosarkoma, dapat menganggu
kisaran gerak sendi. Terbatasnya ROM bukan disebabkan adanya tumor tetapi
sinovitis reaktif.
D. Fraktur patologis
Fraktur terjadi tanpa didahului oleh trauma atau oleh trauma ringan dapat
terjadi akibat destruksi tulang oleh tumor sehingga kekuatan tulang menurun.
Pada tumor tulang jinak, dapat terjadi fraktur patologis tanpa adanya gejala
pendahulu. Pada kasusu tumor ganas biasanya fraktur patologis terjadi pada fase
lanjut ketika pasien telah merasa nyeri dan adanya massa sebelumnya.
2.1.4 Pemeriksaan penunjang
A. Rontgen
Dewasa ini kemajuan dibidang radiologi sangat pesat sehingga banya alternative
yang bias digunakan,tetapi foto rontgen masih mempunyai peranan penting dalam
membantu
penegekakan
memeperlihatkan lokasi
diagnosis
tumor
tulang.
Foto
rontgen
dapat
dengan mudah.
Destruksi
tulang
menggambarkan kecepatan
gambaran
osteoblastik
9radio-opak),
tumor
kondrogenik
pertumbuhan tumor, dapat terjadi ekspansi tulang atau perluasan tumor kejaringan
lunak jika tumor telah menembus korteks tulang.
B. CT-Scan
CT-Scan dapat berguna untuk melihat gambaran keruskan korteks dan trabekula
tulang secara akurat, dan untuk melihat lesi menimal yang tak tampak pada foto
rontgen. CT-Scan terutama berguna untuk mengevaluasi tulang yang strukturnya
kompleks seperti vertebrae, pelvis, scapula dan sakrum. Untuk melihat ekspansi
tumor ke jaringan lunak, CT-Scan kurang baik bila dibandingkan dengan MRI.
Ct_scan juga tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis tumor yang
spesifik. Ct-Scan 3 dimesni dapat memberikan gambarantumor secara
komperhensif dari berbagai proyeksi.
C. MRI
MRI memberikan gambaran yang akurat untuk menentukan keruskan korteks
dan trabekula tulang, tetapi tidak sebaik CT-Scan.MRI lebih
unggul dalam
melihat ekspansi tumor ke jaringan lunak dan lebih akurat untuk melihat struktur
neovaskular terinvasi oleh tumor. Hal ini sangat penting dalam prosedur
penyelamatan ekstrimitas pada tumor ganas tulang.MRI juga sangat berguna
untuk melihat metastasis dekat.
D.Skintigrafi
Skintigrafi merupakan pemeriksaan untuk melihat siklus pergantian tulang
(mineral turnover) yang mencerminkan aktivitas osteoblas. Pemeriksaan ini
menggunakan radio isotop Teknesium-99m metil difosfonat (MDP). Di daerah
yang mengalami peningkatan aktivitas osteoblas (akibat tumor maupun sebab
lain) akan terjadi peningkatan ambilan Teknesium-99m MDP, yang tampak
sebagai bayang hitam pada foto. Pemeriksaan ini sangat sensitif namun tidak
spesifik untuk tumor. Skintigrafi sangat baik bila dikombinasikan dengan
pemeriksaan penunjang lain.
E.PET Scan
Teknik diagnostik yang memungkinkankita melihat perubahan biokimia dan
fisiologi untuk menilai aktivitas metabolik dan perfusi sistem organ. Pet terutama
digunakan untuk mendeteksi tumor primer atau metastasis pada tulang. PET lebih
sensitif dibanding dengan MRI dan CT, tetapi kurang spesifik karena kondisi lain
seperti infeksi dan inflamasi juga bisa memberikan gambaran yang sama.
2.2. Sarkoma Tulang dan jaringan lunak
Tumor yang tumbuh di tulang dan jaringan lunak memiliki karakteristik pola
perilaku biologis karena umumnya berasal dari mesenchymal dan lingkungan
anatominya. Pola-pola yang unik menjadi dasar dalam penentuan staging dan
strategi pengobatan saat ini. Secara histologis, sarkoma dapat dibagi menajadi low
grade, intermediate grade, dan high grade. Pembagian ini didasarkan pada
morfologi tumor, pleomorfisme, atypia, mitosis, dan nekrosis.
Sarkoma membentuk massa padat yang tumbuh secara sentrifugal, dengan
bagian perifer dari lesi lebih kurang matur. Bertentangan dengan kapsul pada
tumor jinak yang terdiri dari sel normal, sarkoma pada umumnya deutupi oleh
zona reaktive atau pseudokapsul. Ini terdiri dari sel-sel tumor dan zona
fibrovaskular jaringan
reaktif dengan
Tidak ada satu acuan sistem staging yang universal pada sarkoma tulang dan
jaringan lunak. Beberapa sistem baik dalam penentuan strategi operasi sedangkan
sistem lainnya baik dalam penentuan prognosis. Sistem staging yang pada
umumnya digunakan pada sarkoma tulang dan jaringan lunak adalah yang
dikembangkan oleh American joint Commite on Cancer. Sistem staging ini
mengacu pada sistem yang diciptakan oleh Enneking.
Sistem staging klasik oleh Eneking mengacu pada tiga faktor, yaitu histological
Grade(G), letak (T), dan ada tidaknya metastase (M). Letak dapat dibagi menjadi
intrakompartemen (A) atau ekstrakompartemen(B) informasi ini di dapat melalui
tindakan preopratif beradasarkan berbagai modalitas modalitas pencitraan.
2.2.1 Osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan keganasan tulang yang angka mortalitasnya tinggi
(harapan hidup 5 tahunnya hanya 20%) berkat perkembangan modalitas dan terapi
adjuvan (kemoterapi dan radioterapi) angka kesembuhan osteosarkoma tanpa
metastasisi mencapai 70%. Osteo sarkom merupakan 215 dari seluruh tumor
ganas tulang. Lebih banyak diderita laki-laki terutama usia 20 tahun. Pada usia 60
tahun insiden osteosarkom kembali meningkat akibat timbulnya osteosarkoma
sekunder yang berasal dari penyakit paget. Osteosarkom sering timbul di daerah
metafisis, terutama di daerah yang pertumbuhannya cepat, yaitu femur distal
(32%) tibia proksimal (16%), dan humerus proksimal.
kemoterapi
(Adjuvant
Chemotherapy)
manajemen.
BAB III
PENYAJIAN KASUS
merupakan
standar
1. Identitas
Nama
Umur
JenisKelamin
Agama
Suku
Alamat
Pekerjaan
: Ny. S
: 64 tahun
: Perempuan
: Islam
: Melayu
: Kel Pajintan, Singkawang Timur.
: tidak bekerja
tidak
: Normosefali
: Konjungtivaanemis (-/-), sclera ikterik (-), pupil isokor
: Otorea (-)
: Rhinorea (-), Deviasi septum (-)
: Stomatitis (-), Lidah berselaput (-),
:Pembesaran Thyroid (-), deviasi trakea (-)
: Status Lokalis
: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
: suara napas dasar vesikuler pada paru kanan dan kiri,
Abdomen
Ekstremitas
perdangan
(-)
warna
kulit
sama
dengan
4. Pemeriksaan Penunjang
22 Desember 2014:
Bilirubin Total: 0.91
SGOT
: 8.3
SGPT
: 11.2
Urea
: 48.6
Creatinine
: 0.6
HB
:10.7
Leukosit
:6.600
Trombosit
;330.000
Hematokrit : 29.8
27 Desember 2014
Alkali fosfatase
: 72
05 januari 2015
USG: Tidak tampak metastasepada hepar, spleen dan para aorta, tidak
tampak asites.
14 Januari 2015
Glucose
SGOT
SGPT
alkaline phospatase
Urea
Creatinine
Kalium
HIV
HbsAg
14 januari 2014
CT scan
: 91
:10.7
:10.7
:63
:35.6
:0.5
:2.16
:non reaktif
: non reaktif
dekstra
dan
m.vastus
intermedius
19 januari 2014
5. Diagnosis
Tumor Tulang maligna dd Rhabdomiosarcoma
6. Usulan Pemeriksaan Lanjutan
7. Penatalaksanaan
Non-Medikamentosa
Perawatan luka post biopsi
Medikamentosa
Operatif
8. Prognosis
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Adsanationam : dubia ad malam
BAB IV
PEMBAHASAN
Os datang dengan keluahan benjolan pada paha kanan yang sudah dirasakan
kurang lebih tujuh bulan. Benjolan awalnya berukuran kecil seperti telur puyuh
tanda-tanda
perdangan (-) warna kulit sama dengan sekitarnnya, kulit diatas massa terasa tipis
dan licin, nyeri tekan (-). Ukuran yang besar, kecepatan pertumbuhan massa yang
cukup cepat, serta massa terba keras dan tidak dapat digerakan menimbulkan
kecurigaan bahwa tumor dapat bersifat ganas. Tempat tumor di anggota gerak
badan mengarahkan tumor dapat berasal dari jaringan muskuloskeletel, sehingga
diperlukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen femur dextra, namun
disayangkan pada kasus ini tidak dapat ditelusuri sebab pasien tidak melakukan
pemeriksaan tersebut. Namun padadata rekam medis dipatkan hasilpemeriksaan
usg pada tanggal 05 januari dimana didapatkan hasil bahwa tidak terdapat
metastase pada hati dan dicurigai sebagai suatu rhabdomiosarcom.
Jika mempertimbangkan usia pasien 60 tahun masih dapat juga dicurigai
sebagai suatu osteosarcoma sekunder yang memamng puncak insidensinya pada
usia tersebut. Pada pemeriksaan CT scan diapatkan hasil kecurigaan sebuah
keganasan tulang femur pada trochanter mayor dan curiga nekrosis M.vastus
lateralis. Hal ini memperkuat kecurigaan sebuah tumor ganas berupa osteosarcom.
Dan kemudian dilakukan biopsi untuk mengetahui jaringan patologis tumor dan
hingga sekarang sedang menunggu hasil pemeriksaan tersebut untuk membantu
dalam menyusun strategi pengobatan yang tepat untuk pasien.
Prognosis pasien untuk sementara bisa dikatakan buruk sebab angka harapan
hidup 5 tahun osteosarkom cukup buruk. Prognosis osteosarkom berkaitan erat
dengan staging dari tumor tersebut. Diamana pada kasus ini dapat digunakan
sistem staging Eneking, dimana terdiri dari 3 faktor yaitu, histological grade yang
harus menunggu hasil pemeriksaan PA terlebih dahulu, letak (T) dimana massa
tumor sudah berada pada ekstrakompartemen (T2), dan tidak tampak adanya
metastase regional maupun jauh (M0). Sehingga untuk saat ini staging terendah
yang mungkin untuk OS adalah stage IIa.