Professional Documents
Culture Documents
Responden tidak mengerti pertanyaan: jawaban yang diberikan tidak ada hubungannya
dengan pertanyaan yang diajukan. Pewawancara tidak selalu menyadari tentang hal itu,
karena
nampaknya/
pewawancara
menganggap
masih
logis.
Barangkali
jika
pewawancara memahami benar tentang pertanyaan, dia akan menyadari tidak relevannya
informasi
tetapi
tidak
mau
misalnya menyimpan emas atau tidak, mempunyai tabungan di Bank dan lain sebagainya.
Responden mengerti pertanyaannya, mau menjawab tetapi tidak mampu untuk
mengemukakan. Ada tiga alasan pokok yaitu pertama responden tidak mampu
menguraikannya. Ke dua, pertanyaannya kurang tepat diajukan kepada responden.
Misalnya responden tidak menangani langsung tentang pelaksanaan fogging di lapangan,
ditanya tentang berapa kali dalam bulan ini telah dilakukan fogging. Ke tiga, responden
tidak mengetahui jawabannya.
Prinsip-Prinsip Pembuatan Kuesioner
Prinsip-Prinsip Pembuatan Kuesioner Pembuatan kuesioner perlu memperhatikan
masalah-masalah yang sering timbul sebagaimana telah diuraikan di atas. Sebagai pedoman
disini diuraikan bagaimana sebaiknya suatu kuesioner yang sedapat mungkin memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Jelas.
Pada umumnya masalah yang timbul menyangkut penggunaan kata-kata yang tepat
supaya responden memahami benar pertanyaan yang diajukan. Ada kalanya hanya karena
satu kata yang ganjil maka jawabannya berbeda dan jauh dari yang diharapkan.
Penggunaan double negative yang merupakan kesalahan. Diusahakan menghindari
dengan menggerakan peran serta masyarakat dari pada fogging atau abatisasi.
Jangan Sampai terdapat pertanyaan yang mengacu ke jawaban sebelumnya tetapi tanpa
menyebutkan secara jelas yang mana. Oleh karena itu sebaiknya pertanyaan-pertanyaan
yang merefer ke jawaban sebelumnya perlu dicantumkan misalnya : Sewaktu Saudara
melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang PSN, apakah Saudara mengalami
Bagaimanapun baiknya suatu kuesioner akan tidak ada artinya kalau responden tidak mau
atau menolak untuk member jawaban. Hal ini bisa terjadi karena susunan pertanyaan
ataupun kata-katanya kurang tepat. Usahakan jangan menanyakan hal-hal yang sulit atau
bersifat sangat pribadi pada permulaan wawancara. Susunlah pertanyaan dan kalau bisa
menyenangkan responden. Misalnya dengan pertanyaan "Sudah berapa tahun Saudara
tugas di kantor Dinas ini ? Meskipun tidak tercantum dalam kuesioner, interviewer dapat
menambahkan dengan pertanyaan " Sudah cukup lama juga dinas di sini ? dan
seterusnya. Pertanyaan yang sulit yang memerlukan ingatan sebaiknya ditanyakan
menjelang akhir wawancara.
4. Menghindari bias.
5. Mudah mengutarakan.
Dalam banyak hal responden mengetahui jawabannya hanya saja mengalami kesulitan
dalam mengutarakan. Dengan bantuan gambar atau rangking kala, responden cukup
hanya menunjuk jawaban mana yang dimaksud dari pada harus menerangkan dengan
kata-kata yang sulit. Contohnya adalah tentang jenis obat yang diminum Sebaiknya
interviewer membawa berbagai macam obat misalnya pit, kapsul atau cairan dan
warnanya untuk ditunjukkan kepada responden. Responden tinggal memilih atau
menunjuk mana yang dia telah minum dan pada harus menerangkan bentuk dan
warnanya dengan kata-kata.
6. Dapat menyaring responden.
Penting
sekali
langkah
untuk
menyaring
responden
sebab
kalau
tidak
tidak
akan/tidak
bisa
menjawab.
Oleh
sebab
itu
untuk
muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa diterjemahkan dengan benar.
Pertanyaan Tertutup : pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihanpilihan respons yang tersedia bagi responden.
hipotesis yang akan diuji dengan kuesioner merupakan hal penting untuk dipertimbangkan oleh
seorang peneliti sebelum mengembangkan kuesioner, agar memperoleh hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
D.A. de Vaus menyarankan lima jenis pertanyaan yang bisa digunakan untuk bertanya pada diri
sendiri untuk tujuan ini. Beberapa hal di bawah ini berkaitan dengan topik yang disebutkan di
atas dalam hal keterlibatan guru-guru dalam kemajuan peserta didik:
Kerangka berfikir apakah yang menarik bagi Anda? Apakah Anda tertarik pada
keterlibatan guru-guru saat ini dalam kemajuan peserta didik, atau Anda ingin
tertentu?
Seberapa abstrak ketertarikan anda? Sebagai contoh, apakah Anda tertarik dalam
pelaporan fakta, atau Anda ingin menafsirkan informasi, menghubungkannya dengan
konteks sosial yang luas, atau mengembangkan teori dari hasil temuan?
mendalam tentang suatu situasi , maka akan terjadi kesalahan pengiriman kuesioner pada
kelompok yang tidak memiliki informasi yang diminta. Contoh : seorang mahasiswa pasca
sarjana ingin mencari data tentang kebijakan keuangan sekolah, kuesioner dikirim kepada
kepala sekolah dari sekolah dasar sampai sekolah menengah. Banyak kuesioner yang
dikembalikan tidak lengkap. Kuesioner ini gagal karena kepala sekolah yang menerima
kuesioner tersebut memiliki sedikit pengetahuan tentang topik ini, sehingga mereka tidak
mampu memberikan informasi yang diminta. Arti-penting dari isi kuesioner kepada
responden yaitu mempengaruhi baik ketepatan dari informasi yang diterima dan tingkat
respon.
3. Merancang kuesioner
Beberapa kuesioner penelitian dilemparkan bersama-sama dalam satu atau dua jam.
Pengalaman mengembangkan beberapa kuesioner
pada awal dan akhir dari kuesioner, bahkan jika amplop ditujukan diri disertakan.
Kalimat yang singkat, instruksi yang jelas, dicetak dalam huruf tebal dan huruf besar
dan kecil (Kata-kata yang huruf kapital semua sulit untuk dibaca.)
Mengatur kuesioner dalam urutan yang logis. Sebagai contoh, Anda mungkin
kelompok item dengan konten yang sama atau item bersama-sama memiliki pilihan
respon sama.
Ketika pindah ke topik baru, termasuk sebuah kalimat transisi untuk membantu
dipahami.
Hindari beberapa istilah seperti, kebanyakan, dan biasanya, yang tidak memiliki
profesi mengajar.
Ketika menggunakan pertanyaan umum bersamaan dengan pertanyaan khusus yang
terkait, maka pertanyaan umum diajukan terlebih dahulu. Jika pertanyaan tertentu
ditanyakan pertama, cenderung untuk mempersempit fokus responden saat menjawab
4.
kepada sejumlah kecil responden. Ini gunanya untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
alat ukur dimaksud. Selain itu, ini juga bisa digunakan untuk mengetahui kemungkinan
diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah dirumuskan. Selain itu, jika ternyata dalam
uji coba ini terdapat banyak kesalahan, maka peneliti bisa mengubah atau
menyempurkannya.
Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan ujicoba.
Sampel yang diambil untuk keperluan ujicoba haruslah sampel dari populasi di mana
sampel penelitian akan diambil. Dalam ujicoba, responden diberikan kesempatan untuk
memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner yang diujicobakan itu. Situasi ujicoba
dilaksanakan harus sama dengan situasi kapan penelitian sesungguhnya akan
dilaksnakan.
5.
kuesioner akan meningkatkan tingkat respon. Kontak awal yang dilakukan peneliti
mengidentifikasi diri, mendiskusikan tujuan penelitian, dan meminta kerjasama. Kontak
awal dapat dilakukan melalui surat, kartu pos, atau panggilan telepon, tetapi beberapa
bukti menunjukkan bahwa kontak telepon adalah yang paling efektif.
6.
kuesioner sangat mempengaruhi tingkat pengembalian, oleh karena itu harus dirancang
dengan hati-hati. Dalam surat pengantar dijelaskan maksud pengedaran kuesioner,
jaminan kerahasiaan jawaban serta ucapan terima kasih kepada responden. Surat harus
singkat, tetapi menyampaikan informasi tertentu. Tujuan penelitian dijelaskan sehingga
memberikan pemahaman pada responden bahwa jawaban dari mereka sangat penting.
Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan kuesioner
tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat mempengaruhi responden dalam
menjawabnya. Misalnya, kata pengantar yang kasar tentu tidak akan mendapat simpati
responden, bahkan mungkin ditolak. Untuk itu, disarankan, gunakan kata-kata yang
sopan, wajar, menghormat, dan jangan terlalu panjang. Cukuplah misalnya, beberapa
kalimat pengantar, tujuan, dan ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk
menjawabnya. Dalam surat pengantar kuesioner harus memuat beberapa point penting
antara lain:
Maksud/tujuan penelitian
7.
dapat menghubungi responden dengan mengirimkan surat tindak lanjut disertai salinan
kuesioner yang lain. Karena surat pengantar yang pertama tidak berhasil untuk kelompok
non responden. Bila menggunakan pendekatan pribadi pada surat pertama, maka dapat
dicoba menggunakan pendekatan profesional pada surat tindak lanjut pertama.
Keberhasilan surat tindak lanjut terletak pada pendekatan yang diyakini oleh peneliti
bahwa individu yang diharap dapat mengisi kuesioner, tetapi mungkin karena beberapa
kelalaian atau kesalahan dalam riset berakibat hasilnya gagal diamati . Kemudian surat
tindak lanjutnya menyebutkan lagi pentingnya studi dan nilai kontribusi pribadi, dengan
menggunakan kalimat yang berbeda dan memberi penekanan terhadap surat awal.
Sebaiknya menggunakan pendekatan dan bahasa yang agak berbeda untuk meyakinkan
pada responden pentingnya kontribusi dari mereka untuk mengisi kuesioner tersebut.
8.
Pada umumnya diasumsikan bahwa kuesioner dan interview yang sesuai atau paling
sesuai untuk riset deskriptif , kenyataanya kuesioner dan interview dapat digunakan untuk
berbagai disain riset.
Glesne dan web menyertakan beberapa komentar dari responden dalam merespon
pertanyaan. Dengan cara ini pembaca mendapatkan gambaran perspektif emic yaitu
perspektif para responden terhadap fenomena yang sedang dipelajari. Contohnya
disertakan komentar dari responden tentang pertanyaan terbuka mengenai ketertarikan
mereka terhadap pengajaran kursus metode riset kualitatif.
Data kuantitatif yang dikumpulkan melalui kuesioner dapat dianalisa dengan
metoda statistik (menggunakan bantuan komputer dengan software program SPSS for
window s versi 10) untuk data kuantitatif, sedang data kualitatif menggunakan tiga jalur
analisis
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan ( Miles dan
Huberman, 1992)
Skala dalam kuisoner
Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap
suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik
tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah sebagai berikut :
Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.
Agar respoden memilih subjek kuesioner. Ada empat bentuk skala pengukuran , yaitu :
Nominal :
Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala
nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua
analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap
klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat lunak yang paling sering anda gunakan ?
Interval
Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-masing
nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa
ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih
lengkap.
Rasio
Skala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di
antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio
paling jarang digunakan.
Sampel.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harfiah
berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut "statistik" yaitu X untuk
harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk simpangan baku. Alasan perlunya pengambilan
sampel adalah sebagai berikut :
Pengambilan sampel (sampling) adalah pemilihan sejumlah item tertentu dari seluruh item yang
ada dengan tujuan mempelajari sebagian item tersebut untuk mewakili seluruh itemnya.
Sebagian item yang dipilih disebut sampel-sampel (samples). Sedang seluruh item yang ada
disebut populasi (population).
Cara pengambilan sampel:
1. Pengambilan sampel secara keputusan (judgemental sampling)
Adalah penentuan sampel dan pemilihan masing-masing item sampelnya diambil dengan
dasar keputusan yang masuk akal menurut si pengambil sampel. Di judgemental sampling,
pengetahuan atau opini dan pengalaman si pengambil sampel digunakan untuk menentukan itemitem sampel yang akan dipilih dari populasi.
Wawancara
Pengertian
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian
(Lerbin,1992 dalam Hadi, 2007) sedangkan menurut Nazir (1988) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)
Wawancara terstruktur biasanya menggunakan pertanyaan khusus yang hampir
sama dengan questionnaire untuk memandu jalannya pertanyaan dan cara tertentu pada
waktu pertanyaan dijawab tetapi pertanyaan dilakukan dengan alur awal sampai akhir
wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti
atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah dipersiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Wawancara Terstruktur
Gambaran umum dari wawancara terstruktur, antara lain :
Wawancara terstruktur mengontrol format wawancara dan pertanyaannya, dan
menyediakan sistem rating mendetail.
Wawancara terstruktur berdasarkan analisis kompetensi
Wawancara terstruktur sangat bisa dipercaya dan mencapai validitas yang baik
Penelitian menyatakan bahwa format pertanyaan dalam wawancara terstruktur tidak kritis
Wawancara terstruktur telah menjadi mata pelajaran dari klaim pekerjaan yang lebih
sedikit wajar, jauh lebih sedikit dibuktikan berhasil.
Wawancara terstruktur mungkin lebih seperti ujian administrasi secara lisan
Wawancara terstruktur telah berkembang pesat sejak mulai di Amerika Utara, dan
sekarang banyak digunakan di Inggris, di pemerintah daerah, sektor keuangan, untuk penjualan,
manufaktur, dan industri hotel. Sebuah survei di Inggris pada tahun 1999 menemukan 83% dari
pengusaha melaporkan menggunakan beberapa derajat struktur dalam wawancara, khususnya
'perilaku' wawancara, juga dikenal sebagai wawancara berbasis kompetensi. Wawancara
terstruktur, sistem struktur setiap bagian dari wawancara:
Pertanyaan pewawancara yang terstruktur, seringkali singkat naskah lengkap
Penilaian pewawancara yang terstruktur disusun dengan skala rating, cek list,dll.
Pewawancara diperlukan untuk menilai setiap jawaban itu segera setelah diberikan, untuk
mencoba membatasi kecenderungan untuk membentuk kesan global pelamar.
Pewawancara tidak menghabiskan waktu untuk bercerita kepada kandidat mengenai
organisasi: hal ini dilakukan terpisah.
Pewawancara tidak dibolehkan membahas calon/kandidat lain disela-sela wawancara.
Dalam
beberapa
sistem,
pewawancara
tidak
diberi
informasi
tentang
calon sebelum wawancara, mereka tidak melihat formulir aplikasi atau CV karena hal ini
membuat bias atau praduga.
Dalam beberapa sistem, pewawancara tidak diperbolehkan untuk mengajukan tindak
lanjut, menyelidik atau mengklarifikasi pertanyaan, dengan alasan bahwa ini
memperkenalkan perbedaan antara wawancara dan pewawancara, sehingga mengurangi
ke-reabilitas-an/keandalan.
Fase terakhir
Pedoman Wawancara
Kesan pertama dari penampilan pewawancara, yang pertama diucapkan dan dilakukan
pewawancara, sangatlah untuk merangsang sikap kerja sama dari pihak responden. Berdasarka
pengalaman Michigan Survey Research Center diketahui, bahwa responden lebih mengingat
pewawancara dan cara dia mewawancarai daripada isi wawancara. Karena itu, segala cara untuk
mendapatkan sambutan simpatik dan sikap kerjasama dari responden sebaiknya dipahami dan
dilatih dengan seksama. Dalam melaksanakan tugas wawancara, pewawancara harus selalu sadar
bahwa dialah yang membutuhkan dan bukan sebaliknya (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,
1989).
Pedoman untuk mencapai tujuan wawancar dengan baik adalah:
wawancara itu. Pedoman tersebut berisi butir-butir yang akan ditanyakan, cara pencatatan dan
pemberian skor (bila diperlukan) atas jawaban responden. Selain itu, peralatan dan kondisi yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan wawancara juga perlu dispesifikasikan pada pedoman wawancara.
Pada pedoman itu perlu juga dikemukakan persyaratan atau karakteristik subjek yang akan
diwawancarai (Lerbin, 2007). Wawancara biasanya adalah suatu pertukaran lisan yang saling
berhadapan langsung. Orang-orang yang terlibat berada di hadapan yang lainnya dan melisankan
pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan dengan suara keras. Ini memberikan wawancara
sejumlah keuntungan dibandingkan dengan kuesioner, karena (a) para responden memiliki
kemungkinan lebih besar untuk berbicara lebih banyak dibandingkan dengan menulis, (b) orangorang menjadi lebih termotivasi dengan kehadiran orang lain, dan (c) pertukaran-pertukaran lisan
menawarkan lebih banyak peluang-peluang langsung untuk menyelidik, mengklarifikasi
jawaban-jawaban dan memberikan feedback.
Proses-proses yang berhubungan dengan melaksanakan wawancara adalah mensetting
suasananya, mendengarkan, menyelidiki, memotivasi, dan mengendalikan wawancara. Hal-hal
ini melibatkan suatu teknik komunikasi tingkat tinggi, dan panduan-panduan yang relevan.
Komunikasi dua arah umumnya lebih efektif dari komunikasi satu arah. Komunikasi satu
arah dicirikan oleh pesan-pesan yang pada dasarnya berjalan ke satu arah saja, misalnya, dari
pewawancara ke yang diwawancarai. Pengirimnya tidak begitu tertarik pada respon-respon,
pertanyaan-pertanyaan, komentar-komentar, atau reaksi-reaksi dari si penerima. Sebagai
akibatnya, dalam sebuah situasi satu arah si pewawancara tidak merasa bahwa sudah terjadi
saling pengertian atau bahwa pesannya sudah efektif karena tidak ada umpan balik (feedback).
(Banyak orang yang merasa nyaman dengan situasi satu arah karena hal ini efisien dalam hal
menghemat waktu dan mereka tidak harus merasa khawatir tentang reaksi mereka terhadap
pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar).
Hindari keliru mengasumsikan objek sudah tahu dengan pasti hasil-hasil yang mereka
inginkan, si penerima pasti juga tahu. Sehingga, mereka seringkali mengabaikan untuk
memberikan rincian-rincian penjelas. (Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007)
Daftar pustaka
Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007. Designing and Conducting Mixed
Methods Research.Thousand Oaks: SAGE Publications
Lerbin.1992 Dalam Hadi.2007.Pengertian Wawancara
Meredith D.Gall and Joyce P.Gall(2003), Educational Research. Boston USA Peearson
Education, Inc
Miles, B.B., dan A.M. Huberman, 1992, Analisa Data Kualitatif, UI Press Jakarta
penyusunan
kuisoner.
Observasi,wawancara
dan
kuisoner
http://babylucuna.blogspot.com/2011/03/observasi-wawancara-kuisioner-teknik.html
akses pada tanggal 4 mei 2015
di