You are on page 1of 17

PENYUSUNAN KUISONER

Penyusunan kuesioner pada penelitian survei merupakan salah satu tahapan


operasionalisasi; yakni menyusun pertanyaan dan atau pernyataan yang didasarkan pada definisi
operasional dari variabel atau indikator yang telah ditetapkan pada Modul 3. Dalam penyusunan
kuesioner meliputi: rancangan bentuk pertanyaan, rancangan instrumen, lay out kuesioner, dan
pemeriksaan panjangnya kuesioner (Maylor and Blackmon. 2005).
Masalah-Masalah Dasar
Masalah penting yang sering timbul dari penggunaan kuesioner dalam suatu survai
adalah adanya variasi dari responden terutama menyangkut (a) tingkat pendidikan (b) prejudice
(c) perbedaan daerah di mana responden bertempat tinggal (d) latar belakang pekerjaan.
Bagaimanapun juga baiknya pemilihan responden (sample) perbedaanperbedaan
individual tetap ada/muncul. Oleh sebab itu jauh sebelum menyusun suatu Icuesioner kita harus
menyadari hal-hal yang demikian. Dengan adanya perbedaan/variasi dari responden tersebut,
mungkin dalam penggunaan kuesioner akan timbul antara lain hal-hal sebagai berikut:

Responden tidak mengerti pertanyaan: jawaban yang diberikan tidak ada hubungannya
dengan pertanyaan yang diajukan. Pewawancara tidak selalu menyadari tentang hal itu,
karena

nampaknya/

pewawancara

menganggap

masih

logis.

Barangkali

jika

pewawancara memahami benar tentang pertanyaan, dia akan menyadari tidak relevannya

jawaban dengan pertanyaan.


Responden mengerti pertanyaannya, mempunyai informasi (datanya) akan tetapi
mungkin tidak mengetahui mana informasi penting yang hams diingat. Misalnya
pertanyaan tentang " Berapa kali dilakukan fogging setahun yang lalu ? "Responden
mengetahui pertanyaan tersebut tentang fogging akan tetapi tidak mengetahui secara tepat
frekwensi- nya ? Seandainya waktu yang ditanyakan adalah sebulan yang lalu mungkin

dapat dijawab lebih tepat oleh responden.


Responden mengerti pertanyaan, mempunyai

informasi

tetapi

tidak

mau

menjawab/memberikan informasi yang dimaksud. Hal ini umumnya menyangkut


pertanyaan-pertanyaan tentang masalah pribadi misalnya mengenai gaji, pemilikan

misalnya menyimpan emas atau tidak, mempunyai tabungan di Bank dan lain sebagainya.
Responden mengerti pertanyaannya, mau menjawab tetapi tidak mampu untuk
mengemukakan. Ada tiga alasan pokok yaitu pertama responden tidak mampu
menguraikannya. Ke dua, pertanyaannya kurang tepat diajukan kepada responden.
Misalnya responden tidak menangani langsung tentang pelaksanaan fogging di lapangan,

ditanya tentang berapa kali dalam bulan ini telah dilakukan fogging. Ke tiga, responden
tidak mengetahui jawabannya.
Prinsip-Prinsip Pembuatan Kuesioner
Prinsip-Prinsip Pembuatan Kuesioner Pembuatan kuesioner perlu memperhatikan
masalah-masalah yang sering timbul sebagaimana telah diuraikan di atas. Sebagai pedoman
disini diuraikan bagaimana sebaiknya suatu kuesioner yang sedapat mungkin memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Jelas.

Pada umumnya masalah yang timbul menyangkut penggunaan kata-kata yang tepat
supaya responden memahami benar pertanyaan yang diajukan. Ada kalanya hanya karena

satu kata yang ganjil maka jawabannya berbeda dan jauh dari yang diharapkan.
Penggunaan double negative yang merupakan kesalahan. Diusahakan menghindari

membuat pertanyaan misalnya : Tidakkah sebaiknya penderita demam berdarah tidak


Penggabungan beberapa pertanyaan ke dalam satu pertanyaan, misalnya : Mengapa
Saudara lebih menyenangi cara pemberantasan penyakit demam berdarah melalui PSN

dengan menggerakan peran serta masyarakat dari pada fogging atau abatisasi.
Jangan Sampai terdapat pertanyaan yang mengacu ke jawaban sebelumnya tetapi tanpa
menyebutkan secara jelas yang mana. Oleh karena itu sebaiknya pertanyaan-pertanyaan
yang merefer ke jawaban sebelumnya perlu dicantumkan misalnya : Sewaktu Saudara
melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang PSN, apakah Saudara mengalami

hambatan dalam rangka menumbuhkan peran serta masyarakat.


Pertanyaan yang terlalu luas batasannya, misalnya : Beberapa kali Saudara melakukan
supervisi dalam rangka kegiatan program pemberantasan DBD di Puskesmas ? Di sini
batasan waktu terlalu luas, mungkin setahun yang lalu atau bahkan 3 bulan yang lalu.
Sebaiknya diberikan batasan waktu misalnya : Dalam 3 bulan terakhir ini Saudara berapa
kali melakukan supervise dalam rangka program pemberantasan DBD di Puskesmas ?

2. Membantu ingatan responden

Pertanyaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan responden untuk


mengingat kembali hal-hal yang diperlukan untuk menjawab suatu pertanyaan. Cara yang
sering dipakai ialah menggunakan "time line" dengan mengambil suatu peristiwa penting
yang mudah diingat oleh responden. Kemudian setahap demi setahap menuju ke

pertanyaan yang betul-betul diinginkan. Sebagai contoh misalnya ingin menanyakan


berapa kali melakukan supervisi selama 3 bulan terakhir ini ? Diikuti dengan perta- nyaan
di Puskesmas mana melakukan su- pervisi ? Berapa kali melakukan supervisi ?
3. Membuat responden bersedia untuk menjawab

Bagaimanapun baiknya suatu kuesioner akan tidak ada artinya kalau responden tidak mau
atau menolak untuk member jawaban. Hal ini bisa terjadi karena susunan pertanyaan
ataupun kata-katanya kurang tepat. Usahakan jangan menanyakan hal-hal yang sulit atau
bersifat sangat pribadi pada permulaan wawancara. Susunlah pertanyaan dan kalau bisa
menyenangkan responden. Misalnya dengan pertanyaan "Sudah berapa tahun Saudara
tugas di kantor Dinas ini ? Meskipun tidak tercantum dalam kuesioner, interviewer dapat
menambahkan dengan pertanyaan " Sudah cukup lama juga dinas di sini ? dan
seterusnya. Pertanyaan yang sulit yang memerlukan ingatan sebaiknya ditanyakan
menjelang akhir wawancara.

4. Menghindari bias.

Kadang-kadang responden mengetahui jawaban yang sebenarnya dari suatu pertanyaan


tetapi dia menolak atau memberi jawaban yang lain. Paling sering ialah tentang income,
oleh sebab itu di saat menanyakan income atau pengeluaran sebaiknya meminta
ditanyakan jumlah tepatnya tetapi dengan menanyakan dalam bentuk "range". Hal lain
adalah penggunaan kata-kata yang agak muluk dan sekaligus mengundang bias
misalnya : responden akan memberi jawaban karena alasan ekonomi. Pada pertanyaan
kenapa Ibu berobat ke dukun, dari pada menjawab ke dukun murah maka kata-kata
ekonomi lebih disenangi dari pada murah meskipun ke duanya mempunyai arti sama.
Oleh karena itu dalam pertanyaan "multiple choice" jawaban-jawabannya hams
dipikirkan agar tidak mengundang bias.

5. Mudah mengutarakan.

Dalam banyak hal responden mengetahui jawabannya hanya saja mengalami kesulitan
dalam mengutarakan. Dengan bantuan gambar atau rangking kala, responden cukup
hanya menunjuk jawaban mana yang dimaksud dari pada harus menerangkan dengan
kata-kata yang sulit. Contohnya adalah tentang jenis obat yang diminum Sebaiknya
interviewer membawa berbagai macam obat misalnya pit, kapsul atau cairan dan
warnanya untuk ditunjukkan kepada responden. Responden tinggal memilih atau

menunjuk mana yang dia telah minum dan pada harus menerangkan bentuk dan
warnanya dengan kata-kata.
6. Dapat menyaring responden.

Penting

sekali

langkah

untuk

menyaring

responden

sebab

kalau

tidak

pertanyaanpertanyaan tertentu mungkin tidak bias dijawab karena ditanyakan ke


responden yang salah. Misalnya pertanyaan tentang frekwensi supervisi yang dilakukan
dalam rangka pelaksanaan program pemberantasan DBD, ditanyakan kepada orang/
responden yang tidak pernah melakukan supervisi. Sudah barang tentu yang
bersangkutan

tidak

akan/tidak

bisa

menjawab.

Oleh

sebab

itu

untuk

pertanyaanpertanyaan khusus yang hanya ditanyakan kepada responden tertentu harus


didahului dengan pertanyaan-pertanyaan penyaring. Contoh : Apakah Saudara dalam
tahun anggaran ini pernah melakukan supervise dalam kaitannya dengan pelaksanaan
program pemberantasan DBD ? Bila jawabannya " YA " baru ditanyakan mengenai
frekwensi. Sudah berapa kali ? Selanjutnya : Di daerah mana saja ?
Jenis pertanyaan dalam kuisoner
Perbedaaan pertanyaan dalam wawancara dengan pertanyaan dalam kuesioner adalah
dalam wawancara memungkinkan adanya interaksi antara pertanyaan dan artinya. Dalam
wawancara analis memiliki peluang untuk menyaring suatu pertanyaan, menetapkan istilahistilah yang belum jelas, mengubah arus pertanyaan, memberi respons terhadap pandanmgan
yang rumit dan umumnya bisa mengontrol agar sesuai dengan konteksnya. Beberapa diantara
peluang-peluang diatas juga dimungkinkan dalam kuesioner. Jadi bagi penganalisis pertanyaanpertanyaan harus benar-benar jelas, arus pertanyaan masuk akal, pertanyaan-pertanyaan dari
responden diantisipasi dan susunan pertanyaan direncanakan secara mendetail.
Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah :

Pertanyaan Terbuka : pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-pilihan respons


terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka antisipasilah jenis respons yang

muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa diterjemahkan dengan benar.
Pertanyaan Tertutup : pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihanpilihan respons yang tersedia bagi responden.

Langkah langkah dalam pembuatan kuisoner


Menurut Meredith D. Gall (2003) Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun
dan mengelola kuesioner penelitian
1. Menentukan Tujuan penelitian
Mendefinisikan permasalahan

penelitian dan tujuan khusus yang akan dicapai atau

hipotesis yang akan diuji dengan kuesioner merupakan hal penting untuk dipertimbangkan oleh
seorang peneliti sebelum mengembangkan kuesioner, agar memperoleh hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
D.A. de Vaus menyarankan lima jenis pertanyaan yang bisa digunakan untuk bertanya pada diri
sendiri untuk tujuan ini. Beberapa hal di bawah ini berkaitan dengan topik yang disebutkan di
atas dalam hal keterlibatan guru-guru dalam kemajuan peserta didik:

Kerangka berfikir apakah yang menarik bagi Anda? Apakah Anda tertarik pada
keterlibatan guru-guru saat ini dalam kemajuan peserta didik, atau Anda ingin

mempelajari tren dalam keterlibatan mereka selama periode setahun?


Apakah lokasi geografis yang menarik bagi Anda? Apakah Anda ingin para guru belajar
dalam keadaan tertentu di suatu wilayah. Atau apakah Anda ingin membandingkan guru-

guru di lokasi yang berbeda?


Anda tertarik dalam studi deskriptif yang luas atau Anda ingin menentukan dan
membandingkan subkelompok yang berbeda? Misalnya, Anda akan membandingkan SD,
sekolah menengah, dan guru-guru sekolah tinggi, atau akankah Anda belajar menjadi

guru pada umumnya?


aspek dari topik apa yang ingin anda pelajari? Apakah Anda tertarik pada keterlibatan
guru jenis tertentu dalam kegiatan pengembangan peserta didik, apakah keterlibatan
mereka wajib atau sukarela, atau waktu keterlibatan hanya selama beberapa periode

tertentu?
Seberapa abstrak ketertarikan anda? Sebagai contoh, apakah Anda tertarik dalam
pelaporan fakta, atau Anda ingin menafsirkan informasi, menghubungkannya dengan
konteks sosial yang luas, atau mengembangkan teori dari hasil temuan?

2. Menentukan kelompok sampel


Setelah tujuan atau hipotesis telah dinyatakan secara jelas, target populasi dari mana
sampel akan dipilih harus diidentifikasi. Jika peneliti tidak tidak memiliki pengetahuan

mendalam tentang suatu situasi , maka akan terjadi kesalahan pengiriman kuesioner pada
kelompok yang tidak memiliki informasi yang diminta. Contoh : seorang mahasiswa pasca
sarjana ingin mencari data tentang kebijakan keuangan sekolah, kuesioner dikirim kepada
kepala sekolah dari sekolah dasar sampai sekolah menengah. Banyak kuesioner yang
dikembalikan tidak lengkap. Kuesioner ini gagal karena kepala sekolah yang menerima
kuesioner tersebut memiliki sedikit pengetahuan tentang topik ini, sehingga mereka tidak
mampu memberikan informasi yang diminta. Arti-penting dari isi kuesioner kepada
responden yaitu mempengaruhi baik ketepatan dari informasi yang diterima dan tingkat
respon.
3. Merancang kuesioner
Beberapa kuesioner penelitian dilemparkan bersama-sama dalam satu atau dua jam.
Pengalaman mengembangkan beberapa kuesioner

serampangan sebagai pendekatan

penelitian telah menyebabkan penerima kuesioner tersebut banyak bersikap negatif,


kemudian memasukkan dalam kotak sampah dengan sedikit lebih cepat. Anda akan perlu
untuk mengatasi sikap negatif dengan konstruksi hati-hati dan administrasi dari kuesioner
Anda. Panduan untuk Merancang Kuesioner

Menghindari kuesioner yang singkat.


Jangan menggunakan istilah teknis, istilah khusus, atau istilah kompleks yang tidak

dapat dipahami responden.


Hindari menggunakan kata-kata pertanyaan atau daftar pada formulir Anda. Banyak

orang yang bias terhadap istilah-istilah ini.


Membuat kuesioner yang menarik dengan teknik seperti menggunakan tinta berwarna

cerah atau kertas dan pencetakan laser.


Mengatur item sehingga mudah dibaca dan lengkap.
Nomor pada halaman kuesioner dan item.
Masukkan nama dan alamat individu kepada siapa kuesioner harus dikembalikan baik

pada awal dan akhir dari kuesioner, bahkan jika amplop ditujukan diri disertakan.
Kalimat yang singkat, instruksi yang jelas, dicetak dalam huruf tebal dan huruf besar

dan kecil (Kata-kata yang huruf kapital semua sulit untuk dibaca.)
Mengatur kuesioner dalam urutan yang logis. Sebagai contoh, Anda mungkin
kelompok item dengan konten yang sama atau item bersama-sama memiliki pilihan
respon sama.

Ketika pindah ke topik baru, termasuk sebuah kalimat transisi untuk membantu

responden beralih melatih pemikiran mereka.


Mulailah dengan item yang menarik dan tidak terlalu memojokkan.
Kalimat yang sulit ditempatkan dibagian akhir kuesioner.
Jangan menaruh item penting di akhir kuesioner panjang.
Memberikan dasar pemikiran untuk item sehingga responden memahami relevansi

mereka untuk penelitian.


Sertakan contoh bagaimana merespon item yang mungkin membingungkan atau sulit

dipahami.
Hindari beberapa istilah seperti, kebanyakan, dan biasanya, yang tidak memiliki

makna yang tepat.


Setiap item dinyatakan sesingkat mungkin.
Menghindari setiap pernyataan item negatif karena memungkinkan responden salah
mengartikan. Kalimat negatif cenderung diabaikan, dan responden mungkin

memberikan jawaban yang berlawanan dengan pendapat mereka yang sesungguhnya.


Hindari "makna ganda" item seperti itu memerlukan subjek untuk merespon dua
gagasan yang terpisah dengan jawaban tunggal. Sebagai contoh: Meskipun serikat
buruh yang diinginkan dalam bidang lapangan, mereka tidak memiliki tempat dalam

profesi mengajar.
Ketika menggunakan pertanyaan umum bersamaan dengan pertanyaan khusus yang
terkait, maka pertanyaan umum diajukan terlebih dahulu. Jika pertanyaan tertentu
ditanyakan pertama, cenderung untuk mempersempit fokus responden saat menjawab

pertanyaan umum yang berikut.


Hindari bias atau pertanyaan terkemuka. Jika diberikan petunjuk pada responden
untuk jenis jawaban yang lebih disukai, ada kecenderungan untuk memberikan
respon.

4.

Menguji cobakan kuesioner


Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, ujicobakanlah lebih dahulu

kepada sejumlah kecil responden. Ini gunanya untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
alat ukur dimaksud. Selain itu, ini juga bisa digunakan untuk mengetahui kemungkinan
diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah dirumuskan. Selain itu, jika ternyata dalam
uji coba ini terdapat banyak kesalahan, maka peneliti bisa mengubah atau
menyempurkannya.

Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan ujicoba.
Sampel yang diambil untuk keperluan ujicoba haruslah sampel dari populasi di mana
sampel penelitian akan diambil. Dalam ujicoba, responden diberikan kesempatan untuk
memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner yang diujicobakan itu. Situasi ujicoba
dilaksanakan harus sama dengan situasi kapan penelitian sesungguhnya akan
dilaksnakan.
5.

Komunikasi awal dengan sampel


Para peneliti menemukan bahwa menghubungi responden sebelum mengirim

kuesioner akan meningkatkan tingkat respon. Kontak awal yang dilakukan peneliti
mengidentifikasi diri, mendiskusikan tujuan penelitian, dan meminta kerjasama. Kontak
awal dapat dilakukan melalui surat, kartu pos, atau panggilan telepon, tetapi beberapa
bukti menunjukkan bahwa kontak telepon adalah yang paling efektif.
6.

Surat Pengantar Kuesioner


Tujuan utama dalam melakukan survei dengan kuesioner adalah untuk

mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi.

Surat pengantar yang menyertai

kuesioner sangat mempengaruhi tingkat pengembalian, oleh karena itu harus dirancang
dengan hati-hati. Dalam surat pengantar dijelaskan maksud pengedaran kuesioner,
jaminan kerahasiaan jawaban serta ucapan terima kasih kepada responden. Surat harus
singkat, tetapi menyampaikan informasi tertentu. Tujuan penelitian dijelaskan sehingga
memberikan pemahaman pada responden bahwa jawaban dari mereka sangat penting.
Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan kuesioner
tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat mempengaruhi responden dalam
menjawabnya. Misalnya, kata pengantar yang kasar tentu tidak akan mendapat simpati
responden, bahkan mungkin ditolak. Untuk itu, disarankan, gunakan kata-kata yang
sopan, wajar, menghormat, dan jangan terlalu panjang. Cukuplah misalnya, beberapa
kalimat pengantar, tujuan, dan ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk
menjawabnya. Dalam surat pengantar kuesioner harus memuat beberapa point penting
antara lain:

Maksud/tujuan penelitian

7.

Pentingnya penelitian yang dilakukan


Batas waktu dan cara pengembalian
Kesiapan untuk menerima masukan
Penawaarn untuk memberikan informasi hasil penelitian
Ucapan terima kasih kepada responden
Tindak lanjut
Beberapa hari setelah batas waktu yang ditentukan dalam surat pengantar, peneliti

dapat menghubungi responden dengan mengirimkan surat tindak lanjut disertai salinan
kuesioner yang lain. Karena surat pengantar yang pertama tidak berhasil untuk kelompok
non responden. Bila menggunakan pendekatan pribadi pada surat pertama, maka dapat
dicoba menggunakan pendekatan profesional pada surat tindak lanjut pertama.
Keberhasilan surat tindak lanjut terletak pada pendekatan yang diyakini oleh peneliti
bahwa individu yang diharap dapat mengisi kuesioner, tetapi mungkin karena beberapa
kelalaian atau kesalahan dalam riset berakibat hasilnya gagal diamati . Kemudian surat
tindak lanjutnya menyebutkan lagi pentingnya studi dan nilai kontribusi pribadi, dengan
menggunakan kalimat yang berbeda dan memberi penekanan terhadap surat awal.
Sebaiknya menggunakan pendekatan dan bahasa yang agak berbeda untuk meyakinkan
pada responden pentingnya kontribusi dari mereka untuk mengisi kuesioner tersebut.
8.

Menganalisis data kuesioner


Peneliti yang mempelajari penelitian kualitatif pembelajaran pada lembaga

pendidikan tinggi di Amerika mengikuti pendekatan khusus untuk menganalisis data


kuesioner.
Semua jawaban (pilihan) diberi kode dan dimasukkan ke dalam program analisis
ecstatic untuk data kualitatif. Prosedur ini memudahkan penentuan prosentase, mean
(rata-rata), range dan tabulasi silang. Semua komentar dan jawaban tertutup dimasukkan
seluruhnya ke dalam analisis teks ethnograf yang memudahkan pengkodean dan
pemilihan kata-kata responden sehingga polanya dapat dipastikan.
Data kuantitatif dianalisa untuk menghasilkan frekuensi dan prosentase dari pengecekan
setiap kategori jawaban pada pertanyaan tertutup tertentu.

Pada umumnya diasumsikan bahwa kuesioner dan interview yang sesuai atau paling
sesuai untuk riset deskriptif , kenyataanya kuesioner dan interview dapat digunakan untuk
berbagai disain riset.
Glesne dan web menyertakan beberapa komentar dari responden dalam merespon
pertanyaan. Dengan cara ini pembaca mendapatkan gambaran perspektif emic yaitu
perspektif para responden terhadap fenomena yang sedang dipelajari. Contohnya
disertakan komentar dari responden tentang pertanyaan terbuka mengenai ketertarikan
mereka terhadap pengajaran kursus metode riset kualitatif.
Data kuantitatif yang dikumpulkan melalui kuesioner dapat dianalisa dengan
metoda statistik (menggunakan bantuan komputer dengan software program SPSS for
window s versi 10) untuk data kuantitatif, sedang data kualitatif menggunakan tiga jalur
analisis

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan ( Miles dan

Huberman, 1992)
Skala dalam kuisoner
Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap
suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik
tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah sebagai berikut :
Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.
Agar respoden memilih subjek kuesioner. Ada empat bentuk skala pengukuran , yaitu :

Nominal :
Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala
nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua
analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap
klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat lunak yang paling sering anda gunakan ?

1 = Pengolah kata, 2 = Spreadsheet, 3 = Basis Data, 4 = Program e-mail


Ordinal
Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya

kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi.


Skala ordinal sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas
lainnya.

Interval
Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-masing

nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa
ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih
lengkap.

Rasio
Skala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di

antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio
paling jarang digunakan.
Sampel.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harfiah
berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut "statistik" yaitu X untuk
harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk simpangan baku. Alasan perlunya pengambilan
sampel adalah sebagai berikut :

Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.


Lebih cepat dan lebih mudah.
Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
Dapat ditangani lebih teliti.

Pengambilan sampel (sampling) adalah pemilihan sejumlah item tertentu dari seluruh item yang
ada dengan tujuan mempelajari sebagian item tersebut untuk mewakili seluruh itemnya.
Sebagian item yang dipilih disebut sampel-sampel (samples). Sedang seluruh item yang ada
disebut populasi (population).
Cara pengambilan sampel:
1. Pengambilan sampel secara keputusan (judgemental sampling)
Adalah penentuan sampel dan pemilihan masing-masing item sampelnya diambil dengan
dasar keputusan yang masuk akal menurut si pengambil sampel. Di judgemental sampling,
pengetahuan atau opini dan pengalaman si pengambil sampel digunakan untuk menentukan itemitem sampel yang akan dipilih dari populasi.

2. Pengambilan sampel secara statistik (statistical sampling)


Pengambilan sampel didasarkan secara random, sehingga semua itemitem di populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Karena di pengambilan
sampel secara statistik, item-item sampel dipilih secara random, maka disebut juga pengambilan
sampel secara random (random sampling) dan karena semua item-item di populasi mempunyai
kesempatan (probabilitas) yang sama untuk terpilih menjadi item sampel, maka disebut juga
dengan pengambilan sampel secara probabilitas (probability sampling).

Wawancara

Pengertian
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian
(Lerbin,1992 dalam Hadi, 2007) sedangkan menurut Nazir (1988) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)
Wawancara terstruktur biasanya menggunakan pertanyaan khusus yang hampir
sama dengan questionnaire untuk memandu jalannya pertanyaan dan cara tertentu pada
waktu pertanyaan dijawab tetapi pertanyaan dilakukan dengan alur awal sampai akhir
wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti
atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah dipersiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Wawancara Terstruktur
Gambaran umum dari wawancara terstruktur, antara lain :
Wawancara terstruktur mengontrol format wawancara dan pertanyaannya, dan
menyediakan sistem rating mendetail.
Wawancara terstruktur berdasarkan analisis kompetensi
Wawancara terstruktur sangat bisa dipercaya dan mencapai validitas yang baik
Penelitian menyatakan bahwa format pertanyaan dalam wawancara terstruktur tidak kritis
Wawancara terstruktur telah menjadi mata pelajaran dari klaim pekerjaan yang lebih
sedikit wajar, jauh lebih sedikit dibuktikan berhasil.
Wawancara terstruktur mungkin lebih seperti ujian administrasi secara lisan
Wawancara terstruktur telah berkembang pesat sejak mulai di Amerika Utara, dan
sekarang banyak digunakan di Inggris, di pemerintah daerah, sektor keuangan, untuk penjualan,
manufaktur, dan industri hotel. Sebuah survei di Inggris pada tahun 1999 menemukan 83% dari
pengusaha melaporkan menggunakan beberapa derajat struktur dalam wawancara, khususnya
'perilaku' wawancara, juga dikenal sebagai wawancara berbasis kompetensi. Wawancara
terstruktur, sistem struktur setiap bagian dari wawancara:
Pertanyaan pewawancara yang terstruktur, seringkali singkat naskah lengkap
Penilaian pewawancara yang terstruktur disusun dengan skala rating, cek list,dll.
Pewawancara diperlukan untuk menilai setiap jawaban itu segera setelah diberikan, untuk
mencoba membatasi kecenderungan untuk membentuk kesan global pelamar.
Pewawancara tidak menghabiskan waktu untuk bercerita kepada kandidat mengenai
organisasi: hal ini dilakukan terpisah.
Pewawancara tidak dibolehkan membahas calon/kandidat lain disela-sela wawancara.

Dalam

beberapa

sistem,

pewawancara

tidak

diberi

informasi

tentang

calon sebelum wawancara, mereka tidak melihat formulir aplikasi atau CV karena hal ini
membuat bias atau praduga.
Dalam beberapa sistem, pewawancara tidak diperbolehkan untuk mengajukan tindak
lanjut, menyelidik atau mengklarifikasi pertanyaan, dengan alasan bahwa ini
memperkenalkan perbedaan antara wawancara dan pewawancara, sehingga mengurangi
ke-reabilitas-an/keandalan.
Fase terakhir

dari wawancarabertanya kepada orang yang diwawancarai jika dia

memiliki pertanyaankadang-kadang dihilangkan, dalam asumsi dasar bahwa orang


yang diwawancarai bisa bias pewawancara dengan bertanya pertanyaan lucu. (pelamar
memperoleh kesempatan untuk bertanya mengenai pertanyaan dalam beberapa
kesempatan, dimana tidak secara formal dinilai).
Dalam beberapa sistem, pelamar tidak dibolehkan untuk bertanya pertanyaan lebih awal
dalam wawancara,seperti kadang-kadang mereka menggunakan hal ini untuk mengambil
control.kendali, dan memandu wawancara jauh dari bidang yang tidak ingin mereka
bahas.

Pedoman Wawancara
Kesan pertama dari penampilan pewawancara, yang pertama diucapkan dan dilakukan
pewawancara, sangatlah untuk merangsang sikap kerja sama dari pihak responden. Berdasarka
pengalaman Michigan Survey Research Center diketahui, bahwa responden lebih mengingat
pewawancara dan cara dia mewawancarai daripada isi wawancara. Karena itu, segala cara untuk
mendapatkan sambutan simpatik dan sikap kerjasama dari responden sebaiknya dipahami dan
dilatih dengan seksama. Dalam melaksanakan tugas wawancara, pewawancara harus selalu sadar
bahwa dialah yang membutuhkan dan bukan sebaliknya (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,
1989).
Pedoman untuk mencapai tujuan wawancar dengan baik adalah:

berpakaian sederhana, rapi, tanpa perhiasan


sikap rendah hati

sikap hormat kepada responden


ramah dalam sikap dan ucapan (tetapi efisien, jangan terlalu banyak berbasa-basi), dan

disertai dengan air muka yang cerah


sikap yang penuh pengertian terhadap responden dan netral
bersikap seolah-olah tiap responden yang kita hadapi selalu ramah dan menarik
sanggup menjadi pendengar yang baik
Penggunaan metode wawancara biasanya diikuti dengan pedoman untuk melaksanakan

wawancara itu. Pedoman tersebut berisi butir-butir yang akan ditanyakan, cara pencatatan dan
pemberian skor (bila diperlukan) atas jawaban responden. Selain itu, peralatan dan kondisi yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan wawancara juga perlu dispesifikasikan pada pedoman wawancara.
Pada pedoman itu perlu juga dikemukakan persyaratan atau karakteristik subjek yang akan
diwawancarai (Lerbin, 2007). Wawancara biasanya adalah suatu pertukaran lisan yang saling
berhadapan langsung. Orang-orang yang terlibat berada di hadapan yang lainnya dan melisankan
pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan dengan suara keras. Ini memberikan wawancara
sejumlah keuntungan dibandingkan dengan kuesioner, karena (a) para responden memiliki
kemungkinan lebih besar untuk berbicara lebih banyak dibandingkan dengan menulis, (b) orangorang menjadi lebih termotivasi dengan kehadiran orang lain, dan (c) pertukaran-pertukaran lisan
menawarkan lebih banyak peluang-peluang langsung untuk menyelidik, mengklarifikasi
jawaban-jawaban dan memberikan feedback.
Proses-proses yang berhubungan dengan melaksanakan wawancara adalah mensetting
suasananya, mendengarkan, menyelidiki, memotivasi, dan mengendalikan wawancara. Hal-hal
ini melibatkan suatu teknik komunikasi tingkat tinggi, dan panduan-panduan yang relevan.
Komunikasi dua arah umumnya lebih efektif dari komunikasi satu arah. Komunikasi satu
arah dicirikan oleh pesan-pesan yang pada dasarnya berjalan ke satu arah saja, misalnya, dari
pewawancara ke yang diwawancarai. Pengirimnya tidak begitu tertarik pada respon-respon,
pertanyaan-pertanyaan, komentar-komentar, atau reaksi-reaksi dari si penerima. Sebagai
akibatnya, dalam sebuah situasi satu arah si pewawancara tidak merasa bahwa sudah terjadi
saling pengertian atau bahwa pesannya sudah efektif karena tidak ada umpan balik (feedback).
(Banyak orang yang merasa nyaman dengan situasi satu arah karena hal ini efisien dalam hal
menghemat waktu dan mereka tidak harus merasa khawatir tentang reaksi mereka terhadap
pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar).

Hindari keliru mengasumsikan objek sudah tahu dengan pasti hasil-hasil yang mereka
inginkan, si penerima pasti juga tahu. Sehingga, mereka seringkali mengabaikan untuk
memberikan rincian-rincian penjelas. (Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007)

Daftar pustaka
Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007. Designing and Conducting Mixed
Methods Research.Thousand Oaks: SAGE Publications
Lerbin.1992 Dalam Hadi.2007.Pengertian Wawancara
Meredith D.Gall and Joyce P.Gall(2003), Educational Research. Boston USA Peearson
Education, Inc
Miles, B.B., dan A.M. Huberman, 1992, Analisa Data Kualitatif, UI Press Jakarta

Nazir, Moh., 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.


Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed.). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3S
Satriawan,Muhammad(2012),

penyusunan

kuisoner.

http://muhammadsatriawan27.blogspot.com/2012/09/langkah-langkah-penyusunankuesioner.html di akses pada tanggal 4 mei 2015


Indah,2011.

Observasi,wawancara

dan

kuisoner

http://babylucuna.blogspot.com/2011/03/observasi-wawancara-kuisioner-teknik.html
akses pada tanggal 4 mei 2015

di

You might also like