Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut.( Price, 1962:1213 )
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun
jumlah penderita kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100
penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk
220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di
Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan
terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004)
tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas
(72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang
osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari
seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah
seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka
harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun
setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang
dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika
tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara
penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan
radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15
25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit
ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama
dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
di temukan pada anak laki-laki.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tinjaun teoritis dari Osteosarkoma ?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan osteosarkoma?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memahami tinjauan teoritis osteosarkoma.
2. Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
osteosarkoma.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle,
1999: 244).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 )
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Menurut Smeltzer (2001)
Menurut Smeltzer (2001) tumor muskuloskeletal maligna tumbuh dari
sel jaringan ikat dan penyokong (sarkoma) atau dari elemen sumsum tulang
(mieloma).
a. Tumor yang membentuk tulang (osteogenik)
Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas kedua. Neoplasma ini sering di temukan pada anak, remaja, dan
dewasa muda. Tumor ini tumbuh pada bagian metafisis tulang. Tempat
yang paling sering terserang tumor adalah bagian ujung tulang panjang,
c
d
e
tumor
Keterbatasan gerak
Kehilangan berat badan
Masaa tulang dapat teraba
f
g
h
i
j
k
Nyeri tekan
Ekstremitas yang terdapat tumor tidak dapat digerakkan
Peningkatan suhu kulit di atas massa tumor
Ketegangan vena
Fraktur patologik
Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,
malaise
2.5 Patofisiologi
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma.
Mulai tumbuh bisa di dalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut
sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan. Sendi
bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor ke dalam sendi. Osteosarkoma
mengadakan metastase secara hematogen paling sering ke paru atau pada
tulang lainnya. Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal
dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik
(pembentukan tulang). Tumor ini terdiri dari massa sel-sel kumparan atau
bulat yang berdiferensiasi dengan elemen jaringan fibrosa atau miksomatosa
atau kartilaginosa yang berselang-seling dengan ruangan darah sinusoid.
Tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan
lunak sekitarnya, sehingga menyebabkan pertumbuhan tulang yang abortif/
abnormal (Price, 1998: 1213)
destruksi tulang.
Mielogram
Dilakukan dengan menyuntikkan cairan kontras khusus pada rongga
subarachnoid di daerah tulang belakang untuk menemukan tumor yang
dapat menyumbat aliran cairan sumsum tulang belakang parsial atau
total.
Arteriografi
Dilakukan dengan cara memasukkan zat kontras radioopak melalui arteri.
Setelah diinjeksi area tersebut di foto rongent. Hal ini untuk mengetahui
osteogenik.
Pemeriksaan Urine
pada pemeriksaan urine rutin sering ditemukan memiliki proteinuria,
hematuria mikroskopik, cylidruria, kadang-kadang dapat terlihat tumor
sel plasma.
h. Pemeriksaan Foto Thoraks dan CT Scan Dada
Pemeriksaan foto thoraks dan CT Scan Dada : sebagai prosedur rutin
serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru.
i. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan sumsum tulang: terutama terjadi proliferasi abnormal pada
sel plasma.
2.7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan
tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi
secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi
dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi
adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau
metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin
digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi. Bila terdapat
hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal
intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin,
kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale, 1999).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, dan lain-lain.
3.1.2. Riwayat Kesehatan
a. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
b. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
c. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
3.1.3. Pengkajian Fisik
a. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
c. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
d. Keterbatasan rentang gerak
3.1.4.
Hasil laboratorium/radiologi
a. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan
tulang baru.
b. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari
kortek tulang.
c. Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.
3.2 Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik.
b. Resti cidera b.d resiko frakture (patah tulang)
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
d. Gangguan citra tubuh b.d cacat permanen
e. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan
kinerja peran.
2.
Dx.
Keperawatan
Nyeri
berhubungan
dengan proses
patologik
Tujuan & KH
Intervensi
Tujuan:
1. Kaji status nyeri
Klien mengalami
(lokasi, frekuensi,
pengurangan nyeri
durasi, dan intensitas
KH:
nyeri)
- Mengikuti aturan
farmakologi yang
ditentukan
- Mendemontrasikan 2. Berikan lingkungan
penggunaan
yang nyaman, dan
keterampilan
aktivitas hiburan
relaksasi dan
(misalnya : musik,
aktifitas hiburan
televisi)
sesuai indikasi
3. Ajarkan teknik
situasi individu.
manajemen nyeri
seperti teknik
relaksasi napas
dalam, visualisasi,
dan bimbingan
imajinasi.
4. Kolaborasi: berikan
analgesik sesuai
kebutuhan untuk
nyeri.
Resti cidera b.d Tujuan:
1. Jelaskan pada klien
resiko frakture
tidak terjadi injury
tentang cara
(patah tulang)
(cidera)
mengatasi agar
KH:
tidak terjadi injury
- Klien memahami
2. Batasi aktivitas
instruksi yang
diberikan perawat
Rasional
1. Memberikan data
dasar untuk
menentukan dan
mengevaluasi
intervensi yang
diberikan.
2. Meningkatkan
relaksasi kline.
3. Meningkatkan
relaksasi yang dapat
menurunkan rasa
nyeri klien.
4. Mengurangi nyeri
dan spasme otot
1. Agar klien
memahami cara
menghindari injury
2. Mengurangi injury
10
3.
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan status
hipermetabolik
berkenaan
dengan kanker
Klien dapat
mengontrol
aktivitas
Tujuan :
Mengalami
peningkatan asupan
nutrisi yang adekuat
KH :
- Penambahan berat
badan
- Bebas tanda
malnutrisi
- Nilai albumin
dalam batas
normal ( 3,5 5,5
g% )
1. Catat asupan
makanan setiap
hari.
2. Ukur tinggi, berat
badan, ketebalan
kulit trisep setiap
hari.
4. Kolaborasi : Pantau 4
hasil pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi.
4.
Gangguan citra
tubuh b.d cacat
permanen
Tujuan:
Keluarga dan klien
siap menghadapi
kemungkinan
kecacatan pada
anggota gerak
KH:
- Pasien
menyesuaikan diri
terhadap
kehilangan
anggota gerak.
- Mengalami
peninggkatan
mobilitas
Mengidentifikasi
kekuatan atau
defisiensi nutrisi.
Mengidentifikasi
keadaan malnutrisi
protein kalori
khususnya bila berat
badan dan
pengukuran
antropometrik
kurang dari normal
Memenuhi
kebutuhan
metabolik jaringan.
Asupan cairan
adekuat untuk
menghilangkan
produk sisa.
Membantu
mengidentifikasi
derajat
1. Lakukan
1. Meningkatkan rasa
pendekatan
percaya dengan
langsung dengan
klien.
klien.
2. Membantu dalam
2. Ajarkan
melakukan mobilitas
penggunaan alat
dan meningkatkan
bantu seperti kursi
kemandirian pasien.
roda atau kruk
sesegera mungkin
sesuai dengan
kemampuan pasien.
3. Diskusikan
3. Memberikan
kurangnya
dukungan moril
alternatif
kepada klien untuk
pengobatan.
menerima
pembedahan.
4. Motivasi dan
4. Secara tidak
libatkan pasien
langgsung
dalam aktifitas
memberikan latihan
bermain.
mobilisasi
11
5.
6.
Gangguan harga
diri karena
hilangnya
bagian tubuh
atau perubahan
kinerja peran
Tujuan :
Mengungkapan
perubahan pemahaman
dalam gaya hidup
tentang tubuh,
perasaan tidak
berdaya, putus asa dan
tidak mampu.
KH :
- Mulai
mengembangkan
mekanisme
koping untuk
menghadapi
masalah secara
efektif.
Kurang
Tujuan :
pengetahuan b.d - Keluarga dan
kurangnya
pasien dapat
pengetahuan
memahami
mengenai
tentang prosedur
proses penyakit
dan diagnosis,
dan program
serta hasil yang
terapi.
akan dicapai.
- Keluarga dan
pasien dapat
bekerja sama
dalam
pelaksanaan
prosedur dan
pelakasanaan
terapi.
1. Diskusikan dengan
orang terdekat
pengaruh diagnosis
dan pengobatan
terhadap kehidupan
pribadi pasien dan
keluarga.
2. Motivasi pasien
dan keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
efek kanker atau
pengobatan
3. Pertahankan kontak
mata selama
interaksi dengan
pasien dan keluarga
dan bicara dengan
menyentuh pasien.
1. Tinjau ulang
dengan klien/orang
terdekat tentang
pemahaman
diagnosis,
alternative
pengobatan, dan
sifat harapan.
1. Membantu dalam
memastikan masalah
untuk memulai
proses pemecahan
masalah.
2. Membantu dalam
pemecahan masalah.
3. Menunjukkan rasa
empati dan menjaga
hubungan saling
percaya dengan
pasien dan keluarga
1. Memvalidasi tingkat
pemahaman saat ini,
mengidentifikasi
kebutuhan belajar,
dan memberikan
dasar pengetahuan di
mana klien membuat
keputusan
berdasarkan
informasi.
2. Tentukan persepsi 2. Membantu
klien tentang
identifikasi ide,
kanker dan
sikap, rasa takut,
pengobatan kanker,
kesalahan konsepsi,
tanyakan
dan kesenjangan
pengalaman
pengetahuan tentang
sebelum/sesudah
kanker.
menderita kanker
atau pengalaman
orang lain tentang
kanker.
3. Berikan informasi 3. Membantu penilaian
yang jelas dan
diagnosis kanker,
akurat. Jawab
memberikan
pertanyaan secara
informasi yang
khusus, tetapi tidak
diperlukan.
memaksakan
12
detail-detail yang
tidak penting.
jujur kepada klien.
4. Minta umpan balik 4. Kesalahan konsep
verbal klien, dan
tentang kanker lebih
perbaiki kesalahan
mengganggu
konsep tentang tipe
daripada kenyataan
kanker individu dan
dan mempengaruhi
pengobatan.
penguatan/penuruna
n penyembuhan.
5. Tatap wajah ketika 5. Menimbulkan
berbicara dengan
perhatian, terutama
pasien
pada orang orang
dengan gangguan
perceptual
7.
Koping tidak
efektif
berhubungan
dengan rasa
takut tentang
ketidak tahuan,
persepsi tentang
proses penyakit,
dan sistem
pendukung
tidak adekuat
Tujuan:
Mendemonstrasikan
penggunaan
mekanisme koping
efektif dan partisipasi
aktif dalam aturan
pengobatan
KH :
- Pasien tampak
rileks
- Melaporkan
berkurangnya
ansietas
- Mengungkapkan
perasaan
mengenai
perubahan yang
terjadi pada diri
klien
8..
Berduka
berhubungan
Tujuan :
Keluarga dan klien
1. Motivasi pasien
1. Memberikan
dan keluarga untuk
kesempatan pada
mengungkapkan
pasien untuk
perasaan.
mengungkapkan rasa
takut serta kesalahan
konsep tentang
diagnosis.
2. Berikan lingkungan 2. Membina hubungan
yang nyaman
saling percaya dan
dimana pasien dan
membantu pasien
keluarga merasa
untuk merasa
aman untuk
diterima dengan
mendiskusikan
kondisi apa adanya.
perasaan atau
menolak untuk
berbicara.
3. Pertahankan kontak 3. Memberikan
sering dengan
keyakinan bahwa
pasien dan bicara
pasien tidak sendiri
dengan menyentuh
atau ditolak.
pasien.
4. Berikan informasi
4. Dapat
akurat, konsisten
menurunkan ansietas
mengenai
dan memungkinkan
prognosis.
pasien membuat
keputusan atau
pilihan sesuai realita.
1. Lakukan
1. Meningkatkan rasa
pendekatan
percaya dengan
13
dengan
kemungkinan
kehilangan alat
gerak
siap menghadapi
kemungkinan
kehilangan anggota
gerak.
KH :
- Pasien
menyesuaikan diri
terhadap
kehilangan
anggota gerak
- Mengalami
peninggkatan
mobilitas
langsung dengan
klien.
klien.
2. Diskusikan
2. Memberikan
kurangnya
dukungan moril
alternatif
kepada klien untuk
pengobatan
menerima
3. Ajarkan
pembedahan.
penggunaan alat
3. Membantu dalam
bantu seperti kursi
melakukan mobilitas
roda atau kruk
dan meningkatkan
sesegera mungkin
kemandirian pasien.
sesuai dengan
kemampuan pasien.
4. Motivasi dan
4. Secara tidak
libatkan pasien
langgsung
dalam aktifitas
memberikan latihan
bermain
mobilisasi
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
14
Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti
15
16