You are on page 1of 19

Laporan Portofolio

ANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN 6 BULAN


DENGAN DEMAM TIFOID

Oleh:
dr. Dikahayu Alifia Anugrah

Pendamping:

dr. Tri Uni Musanada

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


RSUD SUNAN KALIJAGA
DEMAK
2015

LAPORAN KASUS
ANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN 6 BULAN
DENGAN DEMAM TIFOID

Yang dipersiapkan dan disusun oleh


dr. Dikahayu Alifia Anugrah

Telah diajukan, dikoreksi, dan


dinyatakan telah memenuhi syarat laporan internsip

Demak,

Februari 2015

Dokter Pendamping Internship RSUD Sunan Kalijaga Demak

dr. Tri Uni Musanada

BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. Efrain

Umur

: 7 Tahun 11 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Bolo 3/2, Demak

No. CM

: 094997

Tanggal masuk

: 21 Februari 2015

Tanggal pemeriksaan : 21 Februari 2015


IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah

: Tn. A

Umur Ayah

: 29 Tahun

Pekerjaan Ayah

: Petani

Pendidikan Ayah

: SMP

Nama Ibu

: Ny. S

Umur Ibu

: 26 tahun

Pekerjaan ibu

: Buruh

Pendidikan ibu

: SMP

B. DATA DASAR
I. ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Alloanamnesa dengan Ibu penderita di bangsal Dahlia, RSUD Sunan Kalijaga Demak pada
tanggal 22 Februari 2015 pukul 08.00.
1. Keluhan Utama : Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Demak dengan keluhan demam. Demam sejak 5 hari
yang lalu. Demam tinggi sepanjang hari memberat pada saat malam hari disertai nyeri perut
dan muntah terkadang. Pasien juga mengeluh nyeri seluruh badan. Pasien sering berkeringat
dingin. Pasien belum BAB 5 hari. Pasien sering jajan sembarangan di luar.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat penyakit serupa : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang sedang sakit serupa
5. Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah penderita bekerja sebagai petani sedangkan Ibu penderita bekerja sebagai buruh.
Pembayaran biaya RS menggunakan BPJS PBI.
Kesan : sosial ekonomi kurang.
6. Riwayat Prenatal dan Posnatal
Saat mengandung penderita, ibu periksa kehamilan di bidan lebih dari 5x dan disuntik
TT 1x. Riwayat penyakit selama kehamilan disangkal. Riwayat perdarahan saat
kehamilan disangkal. Riwayat pernah keguguran disangkal. Riwayat sakit panas selama
kehamilan disangkal. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan yaitu vitamin dan
tablet penambah darah dari bidan.
Setelah melahirkan ibu memeriksakan penderita ke bidan, keadaan anak saat periksa
sehat.
7. Riwayat Persalinan
- Persalinan

: lahir spontan ditolong bidan

- Usia dalam kandungan

: cukup bulan

- Berat badan lahir

: 2900 g

- Panjang badan lahir

: 46 cm

Kesan: neonatus, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, partus spontan.


8. Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B

: lahir, usia 1 bulan, usia 6 bulan

Polio

: lahir, usia 2 bulan, usia 4 bulan, usia 6 bulan

BCG

: usia 2 bulan

DTP

: usia 2 bulan, usia 4 bulan, usia 6 bulan

Campak

: usia 9 bulan

Kesan

: imunisasi lengkap

9. RiwayatGizi

0 6 bulan :ASI semau anak + 10x sehari

6 bulan 9 bulan : ASI berhenti dan di ganti susu, minum 3 botol sehari. Bubur nasi,
sayur, dan lauk lunak (telur/ati/ikan) 3x sehari @ mangkok kecil tidak habis
dimakan. Ati dan ikan jarang diberikan

bulan

tahun

susu

formula,

nasi,

sayur,

dan

lauk

lunak

(telur/ati/ikanjaranglengkap) 3x sehari tapi sering tidak dihabiskan

2 tahun sekarang : makan makanan keluarga lengkap (nasi, lauk pauk, sayur, buah
dan susu)

10. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Berat badan lahir 2900 g, panjang badan lahir 46 cm. Berat badan sekarang 25 kg,
tinggi badan sekarang 120 cm.
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak dalam batas normal sesuai usia.

II. PEMERIKSAAN FISIK ( tgl. 22 Februari 2015, pukul 08.30 WIB )


Status Present:
Jenis kelamin

: Laki-laki

Usia

: 7 tahun 11 bulan

Berat badan

: 25 kg

Tinggi badan

: 120 cm

Keadaan umum :

Kompos mentis, lemah

Tanda Vital
Heart rate

: 90 x/menit

Nadi

: isi dan tegangan cukup

RR

: 24 x/menit

Temperatur

: 38,6 C

Kepala

: mesocephal

Rambut

: hitam, tidak mudah dicabut, mudah dipilah

Mata

: palpebra oedem (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),


pupil isokor 2 mm, reflek cahaya (+/+), reflek kornea (+/+)

Hidung

: nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)

Telinga

: sekret (-), ukuran dan bentuk mormal

Mulut

: kering (-), sianosis (-), lidah kotor (+)

Tenggorokan

: T1-T1, hiperemis (-)

Leher

: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Thorax
Paru

:
Inspeksi

: simetris, retraksi (-)

Palpasi

: fremitus raba kanan sama dengan kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapang (posisi terlentang)

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan: wheezing


(-/-) dan ronki (-/-)

Kesan : Paru dalam batas normal


Jantung

Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial linea


midclavicula sinistra

Perkusi

: batas apex jantung tidak melebar

Auskultasi

: gallop (-), bising sistolik (-)

Kesan : Jantung dalam batas normal


Abdomen

:
Inspeksi

: DD // DP

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Palpasi

: supel, nyeri tekan (+) ulu hati, massa (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba

Perkusi
Ekstremitas
Akraldingin
Sianosis
Capillary refill
Oedem
Genitalia

:timpani
Superior
-/-/<2
-/-

Inferior
-/-/-/-

: Perempuan, tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
SEROLOGI
WIDAL
TYO
TYH

21/02

22/02

23/02

Satuan

Rujukan

11.4
24.3
6.5
154
4.5

12
20
7.3
276

11.8
28
6.6
247

g/dl
%
ribu/l
ribu/l
juta/l

11-16
31-45
4.0-10.0
150 450
3.60 4.80

1/80
1/60

1/400
1/300

Negatif
Negatif

IV. DAFTAR MASALAH


MasalahAktif

Tanggal

MasalahPasif

Demam Tifoid

19/01/2015

Kesan sosial ekonomi


kurang

V. DIAGNOSIS BANDING
Febris 5 Hari
DD Demam Tifoid
DD Demam Berdarah Dengue
DD Malaria
DD ISPA
VI. DIAGNOSIS KERJA
o

Diagnosis Utama

: Demam Tifoid

Diagnosis Gizi

: Gizi Cukup

Diagnosis Sosial Ekonomi

: Kurang

Diagnosis Imunisasi

: Imunisasi dasar lengkap

Diagnosis Perkembangan: Perkembangan sesuai umur

VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa:
Edukasi
Medikamentosa:

Inf RL 20 tpm makro

Inj Ceftriaxon 1x1 g IV

P.O. Parasetamol syr 3 x 2 Cth

VIII. MONITORING
Keadaan Umum
Tanda vital (nadi, pernafasan, suhu)
IX. PROGNOSIS
Qua ad vitam

: bonam

Qua ad sanam

: bonam

Qua ad fungsionam : bonam


X. EDUKASI
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien, penyakit yang diderita
pasien, dan program terapi yang akan dilaksanakan pada pasien.
2. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien harus istirahat tirah baring dan
tidak melakukan aktivitas.
3. Minum obat secara teratur yang diberikan sesuai anjuran dokter dan control teratur
bila diperbolehkan pulang.
4. Memberikan makan makanan tinggi karbohidrat dan tinggi protein

XI. FOLLOW UP
Tgl
S
O

21 Februari 2015
Demam
KU : compos mentis, sakit sedang
Vital Sign:
N :110 x/menit
Rr :24 x/menit
t :37,8 0C

22 Februari 2015
Demam
KU : compos mentis, sakit sedang
Vital Sign:
N :124 x/menit
Rr :28 x/menit
t
:38,3 0C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)


Leher : KGB tidak >>
Cor :
I : IC tdk tampak,
P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS ,
tidak kuat angkat
P : batas jantung tidak melebar
A : BJ I-II int N, regular, bising (-).
Pulmo :
I : pengembangan dada kiri = kanan.
P : fremitus raba kiri = kanan
P : Sonor (+/+)
A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)
Abdomen :
I : DP//DD
A : BU (+) N
P : Tympani, LS = 8 cm
P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak teraba

Mata : CA (-/-), SI (-/-)


Leher : KGB tidak >>
Cor :
I : IC tdk tampak,
P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , tidak
kuat angkat
P : batas jantung tidak melebar
A : BJ I-II int N, regular, bising (-).
Pulmo :
I : pengembangan dada kiri = kanan.
P : fremitus raba kiri = kanan
P : Sonor (+/+)
A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)
Abdomen :
I : DP//DD
A : BU (+) N
P : Tympani, LS = 8 cm
P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak teraba

Ekstremitas :

Ekstremitas :

Akral dingin

Oedema

Akral dingin

Oedema

Ass

Demam Tifoid

Demam Tifoid

Terapi

Bed rest
Infus RL 20 tpm makro
Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 g IV
P.O. Parasetamol Syr 3x2 Cth

Bed rest
Infus RL 20 tpm makro
Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 g IV
P.O. Parasetamol Syr 3x2 Cth

Ulang Darah Rutin

Ulang Darah Rutin

Plan

Tgl
S
O

23 Februari 2015
Demam
KU : compos mentis, sakit sedang
Vital Sign:
N :124 x/menit
Rr :28 x/menit
t :39 0C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Leher : KGB tidak >>

24 Februari 2015
Demam (-)
KU : compos mentis, sakit sedang
Vital Sign:
N :98 x/menit
Rr :24 x/menit
t
:36,8 0C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Leher : KGB tidak >>

Cor :
I : IC tdk tampak,
P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS ,
tidak kuat angkat
P : batas jantung tidak melebar
A : BJ I-II int N, regular, bising (-).
Pulmo :
I : pengembangan dada kiri = kanan.
P : fremitus raba kiri = kanan
P : Sonor (+/+)
A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)
Abdomen :
I : DP//DD
A : BU (+) N
P : Tympani, LS = 8 cm
P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak teraba

Cor :
I : IC tdk tampak,
P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , tidak
kuat angkat
P : batas jantung tidak melebar
A : BJ I-II int N, regular, bising (-).
Pulmo :
I : pengembangan dada kiri = kanan.
P : fremitus raba kiri = kanan
P : Sonor (+/+)
A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)
Abdomen :
I : DP//DD
A : BU (+) N
P : Tympani, LS = 8 cm
P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak teraba

Ekstremitas :

Ekstremitas :

Akral dingin

Oedema

Akral dingin

Oedema

Ass

Demam Tifoid

Demam Tifoid

Terapi

Bed rest
Infus RL 20 tpm makro
Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 g IV
P.O. Parasetamol Syr 3x2 Cth

Bed rest
Infus RL 13 tpm makro
Injeksi Ceftriaxone 1 x 1g IV
P.O. Parasetamol Syr 3x2 Cth

Plan
Ulang Darah Rutin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Demam Tifoid (Tifus abdominalis, Enteric fever, Eberth disease) adalah


penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi pada usus halus
(terutama di daerah illeosekal) dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih,
gangguan saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.
B. ETIOLOGI
Penyakit Demam Tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhi
yang mana merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora, bersifat aerob.
S. typhi mempunyai tiga macam antigen, yaitu:

Antigen O = Ohne Hauch = Somatik antigen (tidak menyebar)

Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil

Antigen Vi = Kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
O antigen terhadap fagositosis
Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut.

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala Demam Tifoid pada anak-anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari, selama dalam masa
inkubasi dapat ditemukan gejala prodromal, yaitu: anoreksia, letargia, malaise,
nyeri kepala, batuk tidak berdahak, bradikardi.

Kemudian menyusul gejala-gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :


1. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris


remittent dan tidak terlalu tinggi. Pada minggu I, suhu tubuh cenderung
meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore
hari dan malam hari. Dalam minggu II, penderita terus berada dalam keadaan
demam. Dalam minggu III suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada
akhir minggu III.
2. Gangguan saluran cerna
Pada mulut didapatkan nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah- pecah
(rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih kotor (coated tongue)., ujung dan
tepinya

kemerahan.

Pada

abdomen

dapat

dijumpai

adanya

kembung

(meteorismus). Hepar dan lien yang membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya terdapat juga konstipasi pada anak yang lebih tua dan remaja, akan
tetapi dapat juga normal bahkan terjadi diare pada anak yang lebih muda.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun berupa apatis sampai somnolen.
Disamping gejala-gejala diatas yang biasa ditemukan mungkin juga dapat ditemukan
gejala-gejala lain:

Roseola atau rose spot; pada punggung, perut bagian atas dan dada bagian bawah
dapat ditemukan rose spot (roseola), yaitu bintik-bintik merah dengan diameter 2-4
mm yang akan hilang dengan penekanan dan sukar didapat pada orang yang berkulit
gelap. Rose spot timbul karena embolisasi bakteri dalam kapiler kulit. Biasanya
ditemukan pada minggu pertama demam.

Bradikardia relatif: kadang-kadang dijumpai bradikardia relatif yang biasanya


ditemukan pada awal minggu ke II.

D. PATOGENESIS dan PATOFISIOLOGI

Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui fecal-oral


transmittion melalui orang ke orang maupun melalui perantaraan makanan dan
minuman yang tidak higienis yang terkontaminasi dengan feses atau urine,
sesampainya di lambung sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung,
dan sebagian lagi masuk usus halus. Penyakit yang timbul tergantung pada
beberapa faktor, antara lain: (1) jumlah organisme yang ditelan, (2) kadar keasaman
dalam lambung. Untuk dapat menimbulkan infeksi, diperlukan S. typhi sebanyak
105-109 yang tertelan. Sesampainya di lambung sebagian kuman akan dimusnahkan
oleh asam lambung. Namun tidak semua bakteri tersebut mati. Jumlah bakteri yang
mampu bertahan hidup bergantung pada keasaman lambung tersebut. Bakteri yang
mampu bertahan hidup masuk ke dalam lumen usus, lalu mengadakan perlekatan
pada mikrovili dan menyerang epitel hingga mencapai lamina propria. Melalui plak
peyeri pada ileum distal bakteri masuk ke dalam KGB mesenterium dan mencapai
aliran darah melalui duktus torasikus menyebabkan bakteriemia pertama yang
asimptomatis.
Kemudian kuman akan masuk kedalam organorgan sistem retikuloendotelial
(RES) terutama di hepar dan limpa sehingga organ tersebut akan membesar disertai
nyeri pada perabaan. Dari sini kuman akan masuk ke dalam peredaran darah,
sehingga terjadi bakteriemia kedua yang simptomatis (menimbulkan gejala klinis).
Disamping itu kuman yang ada di dalam hepar akan masuk ke dalam kandung
empedu dan berkembang biak disana, lalu kuman tersebut bersama dengan asam
empedu dikeluarkan dan masuk ke dalam usus halus. Kemudian kuman akan
menginvasi epitel usus kembali dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong
pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan perforasi usus yang menimbulkan gejala peritonitis.
Pada masa bakteriemia, kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan
kimianya sama dengan antigen somatik (lipopolisakarida). Endotoksin sangat
berperan membantu proses radang lokal dimana kuman ini berkembang biak yaitu
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat
termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan terjadinya demam. Sedangkan
gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.

Bagan Patofisiologi Demam Tifoid

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan yang menyokong diagnosis.
Pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif,
neutropenia pada permulaan sakit. Mungkin juga terdapat anemia dan
trombositopenia ringan.
2. Pemeriksaan untuk membuat diagnosis.
a. Deteksi S. Typhi

Kultur merupakan pemeriksaan baku emas namun sensitifitasnya rendah.


Hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Hasil negatif palsu dapat terjadi
bila jumlah spesimen sedikit, waktu pengambilan spesimen tidak tepat atau
telah mendapat pengobatan antibiotik.
Keterlibatan biakan strain Salmonella biasanya merupakan dasar untuk
diagnosis.

Biakan darah terutama pada minggu ke-1 samapai ke-2 dari perjalanan penyakit.

Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4

Biakan sumsum tulang merupakan metode yang paling sensitif

Kultur tinja biasanya positif pada minggu ke-3 sampai ke-5

b. Deteksi DNA S.typhi


Metode yang digunakan yaitu PCR dimana DNA S.typhi dilipat
gandakan. Metode PCR dapat mendeteksi DNA bakteri baik yang hidup
maupun mati. Hasil positif tidak selalu menunjukkan adanya infeksi aktif,
sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi karena terdapat
beberapa zat yang dapat menghambat reaksi
c. Tes Widal
Tes Widal merupakan pemeriksaan serologis yang pertama kali
diperkenalkan dan masih banyak digunakan. Uji widal klasik mengukur
antibodi terhadap antigen O dan H S typhi. Diagnosis Demam Tifoid
ditegakkan bila kenaikan titer S. Typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali titer
fase akut ke fase konvalesens. Deteksi anti O dan anti H dalam serum tidak
selalu menunjukkan adanya infeksi S.typhi. S.typhi memiliki beberapa antigen
O dan H yang sama dengan Salmonella lain, sehingga peningkatan titer tidak
spesifik untuk S.typhi. Anti O dan H negatif tidak menyingkirkan adanya
infeksi. Hasil negatif palsu dapat disebabkan antibodi belum terbentuk karena
spesimen diambil terlalu dini atau antibodi tidak terbentuk akibat defek
pembentukan antibodi.

F. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar pasien Demam Tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah
baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian
antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar
pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul
penyulit dapat dilakukan dengan seksama.
Pengobatan yang diberikan yaitu:
1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta
2. Perawatan yang baik untuk hindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah dan
anoreksia.
3. Pemberian antipiretik bila suhu tubuh > 38,5 C.
4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan banyak gas.
5. Antibiotika:
Kloramfenikol; masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan
penderita Demam Tifoid. Dosis yang diberikan 100 mg/kgBB/hari dibagi 4x
pemberian selama 10-14 hari. Dosis maksimal 2 g/hari. Hari pertama setengah
dosis dulu, selanjutnya diberikan sesuai dosis diatas, karena kalau diberi dalam
dosis yang penuh maka kuman akan banyak yang mati dan sebagai akibatnya
endotoksin meningkat dan demam akan bertambah tinggi. Kloramfenikol tidak
boleh diberikan bila jumlah leukosit < 2000/ ul.
Selain itu dapat juga diberikan:
Ampislin; dengan dosis 100-200 mg/kgBB/hari dibagi 4 x pemberian secara
oral atau suntikan IV selama 14 hari.
Amoksilin; dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 x yang memberikan
hasil yang setara dengan kloramfenikol walaupun penurunan demam yang lebih
lama.

Kotrimoxazol (trimethoprim 80 mg + sulphametoxazole 400 mg); dengan


dosis 10 mg/kgBB/hari dibagi 2 x pemberian.
Pada kasus-kasus Demam Tifoid yang disebabkan S.typhi yang resisten terhadap
berbagai obat diatas (MDR= MultiDrug Resistance), terdiri atas:
Seftriakson; dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 10
hari.
Sefiksim; dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis
selama 14 hari.
Golongan kuinolon; Siprofloksasin, 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis atau
ofloksasin, 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai untuk
pengobatan. Demam biasanya turun dalam 5 hari. Lama pengobatan 2-10 hari.
6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya: pemberian
cairan intravena untuk penderita dehidrasi dan asidosis. Pemberian antipiretik masih
kontroversial, di satu pihak demam diperlukan untuk efektifitas respon imun dan
pemantauan keberhasilan pengobatan, namun di pihak lain ketakutan akan terjadinya
kejang dan kenyamanan anak terganggu, sering membutuhkan antipiretik. Dianjurkan
pemberian bila suhu di atas 38,5C. Pemberian kortikosteroid dianjurkan pada
Demam Tifoid berat, misalnya bila ditemukan status kesadaran delir, stupor, koma,
ataupun syok. Deksamethason diberikan dengan dosis awal 3 mg/kgBB, diikuti
dengan 1 mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari.
G. Komplikasi
Komplikasi tipoid dapat terjadi pada :
1. Intestinal (usus halus) :
Umumnya jarang terjadi, tapi sering fatal, yaitu:
a. Perdarahan usus.

Bervariasi dari mikroskopik sampai terjadi melena dan kalau sangat berat
dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda syok: berupa penurunan
suhu tubuh dan tekanan darah yang drastis.
b. Perforasi usus.
Timbul pada minggu ketiga atau setelah itu dan sering terjadi pada distal
ileum. Apabila hanya terjadi perforasi tanpa peritonitis hanya dapat ditemukan
bila terdapat udara dalam rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan
terdapat udara bebas (free air sickle) diantara hati dan diafragma pada foto
rontgen abdomen yang dibuat dalam posisi tegak.
c. Peritonitis
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang (defense muskular) dan nyeri tekan.
2. Ekstraintestinal
Miokarditis dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan STT pada EKG, syok kardiogenik, infiltasi lemak maupun nekrosis pada jantung.
Hepatitis tifosa asimtomatik dapat dijumpai pada kasus Demam Tifoid dengan
ditandai peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok. Ikterus dengan atau
tanpa disertai kenaikan kadar transaminae, maupun kolesistitis akut juga dapat
dijumpai, sedang kolesistitis kronis yang terjadi pada penderita setelah mengalami
Demam Tifoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu dan fenomena pembawa
kuman (karier).

DAFTAR PUSTAKA

Behrman RE, dkk . Typhoid Fever. Nelson textbook of pediatrics. 17th edition: WB Saunders
Co. 2005: 916-919
Behrman RE, dkk. Demam Enterik. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15. Volume 2. 2006 :
970-973
Current : Medical Diagnosis & Treatment. Forty-third edition. McGraw-Hill . 2005 : 13621363
Demam Tifoid. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Cipto
Mangunkusumo. 2007 : 173 -176
Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2008 :368-375
Yuliani, Rita dan Suriadi. Asuhan Keperawtan pada Anak. Edisi 2. 2001. Jakarta: Sagung
Seto
http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/
http://www.medicinenet.com/typhoid_fever/article.htm
http://www.who.int/topics/typhoid_fever/en/
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview
http://www.mayoclinic.com/health/typhoid-fever/DS00538
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra020201

You might also like