Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum tujuan setiap perusahaan adalah untuk mencari laba.
Tujuan ini akan terealisasi apabila perusahaan tersebut meningkatkan
produksinya tentunya dengan diimbangi dengan usaha peningkatan volume
penjulan. Dan salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan
penjualan angsuran. Dengan demikian pihak-pihak internal dari perusahaan
tersebut harus mengetahui seluk beluk dari penjualan angsuran baik
strateginya maupun cara pencatatannya. Oleh kerena itu dengan makalah ini
kami sebagai penyusun bermaksud memberikan gambaran kepada pembaca
mengenai
penjulan
angsuran
ini
baik
gambaran
umumnya
sampai
BAB II
PEMBAHASAN
PENJUALAN ANGSURAN
A. Gambaran Umum
1. Pengertian dan Masalah Penjualan Angsuran
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilaksanakan dengan
perjanjian dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap. Profit adalah
salah satu tujuan umum setiap perusahaan dan salah satu langkah untuk
mewujudkannya adalah dengan meningkatkan volume penjualan dengan
penjualan yang pembayarannya secara bertahap. Hal ini akan menarik bagi
para konsumen karena akan mendapatkan keringanan dalam pembayarannya.
Namun penjualan dengan metode ini akan didampingi oleh resiko yang
besar karena pembayarannya dilakukan beberapa priode di masa yang akan
datang sehingga menimbulkan ketidak pastian.
Secara garis besar masalah yang timbul dalam hal ini dapat dibagi 2,
yaitu
1) Masalah Non-akuntansi
2) Masalah Akuntansi
Masalah Non-akuntansi yaitu bagaimana menghindari resiko
terjadinya adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya. Adapun
langkah-langkah untuk mengidentifikasi resiko semacam ini adalah :
Tanggal
Keterangan
1-1-1991
31-12-1991
31-12-1992
31-12-1993
31-12-1994
Uang muka
Angsuran ke-1
Angsuran ke-2
Angsuran ke-3
Angsuran ke-4
Jumlah
Jumlah
Rp. 2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
Rp. 12.500.000
Tanggal
1-1-1991
31-12-1991
31-12-1992
31-12-1993
31-12-1994
Jumlah
Pembayaran
Rp
(100%)
Keterangan
Uang muka
Angsuran ke-1
Angsuran ke-2
Angsuran ke-3
Angsuran ke-4
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
12.500.000
Harga
pokok
Rp
(80%)
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
10.000.000
Laba kotor
Rp
(20%)
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
2.500.000
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
Persediaan ..................................................
xxxx
xxxx
xxxx
Aktiva .........................................................
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
Persediaan ........................................................
xxxx
xxxx
xxxx
Persediaan ..................................................
xxxx
Pembelian ...................................................
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
Laba kotor yang diperoleh dari penjualan tunai dan kredit biasa.
i. Laba kotor penjualan angsuran yang direalisir selama tahun
yang bersangkutan, baik yang berasal dari penjualan tahun
yang bersangkutan maupun tahun-tahun sebelumnya.
D. Tukar Tambah
Dalam hal ini sebagai uang mukanya berupa barang bekas yang serupa
dengan barang yang diangsur pembayarannya. Untuk menarik pembeli
biasanya dihargai lebih barang tersebut sehingga harga jualnya terlalu tinggi
oleh karena itu perlu dicatat berdasarkan nilai realisasi bersihnya saja.
Besarnya itu tentunya tidak boleh lebih dari harga pokok penggantinya.
Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilai
realisasi bersih adalah sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran
biaya perbaikan sebelum dijual, biaya pemasaran dan laba normal. Selisih
antara nilai bersih dengan nilai yang disepakati dikelompokkan dalam
rekening cadangan kelebihan harga.
Transaksi yang berhubungan dengan tukar tambah pencatatannya
adalah :
1. Untuk mencatat penjulan :
Piutang penjulan angsuran ............................
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
Dengan demikian saldo piutang penjualan angsuran terdiri atas dua unsur,
yaitu harga pokok penjulan angsuran dan laba kotor yang belum
direalisasi. Besarnya harga pokok penjualan angsuran yang belum diterima
pembayarannya adalah sama dengan saldo piutang penjualan angsuran
dikurangi dengan saldo laba kotor belum direalisir atas penjualan angsuran
yang dibatalkan tersebut. Besarnya laba atau rugi pembatalan penjualan
angsuran dapat dihitung dengan rumus :
L = TNRS (PPA LBBR)
Keterangan :
L
: Laba/rugi penjualan
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penjualan angsuran adalah penjualan berang dagangan dengan
pembayaran secara berangsur. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan volume
penjualan yang akhirnya meningkatkan laba yang didapatkan, karena metode
penjualan ini memberikan kemudahan kepad konsumen dalam pembayaran
barang yang dibelinya, sehingga konsumen tertarik untuk melakukan
pembelian.
Namun disisi lain perusahaan menghadapi kemungkinan terjadinya
kerugian karena adanya pembeli yang tidak melaksanakan kewajibannya,
untuk menghadapi semacam itu perusahaan perlu berhati-hati dalam
penjualannya. Pembeli perlu diseksi terlebih dahulu dan membuat perjanjian
yang mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan kewajibannya.
Permasalahan dari penjualan angsuran ini tidak terbatas pada hal
diatas tetapi juga masalah perhitungan besarnya bunga dan angsuran beserta
pencatatannya. Untuk pembayaran bunga perusahaan dapat menerapkan 2
dasar perhitungan, yaitu bunga dihitung dari sisa pinjaman dan dari pokok
pinjaman, sedangkan perhitungan angsuran pokok pinjaman dapat dilakukan
dengan sistem angsuran tetap dan sistem anuitet.
B. Saran-saran
Kami sebagai penyusun mengharapkan dengan adanya makalah ini
dapt memberikan gambaran dari seluk beluk penjualan angsuran, sehingga
teman-teman pembaca dapat mengetahui dan menerapkan isi dari makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Widayat, Utoyo. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesi 1999.
Suparwoto L. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi satu. Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada 1991.