You are on page 1of 184

BAB II

ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGI LAKTASI

I. 1 ANATOMI PAYUDARA
Payudara adalah tumpukan kelenjar, lemak, dan jaringan fibrosa yang posisinya diatas
muskulus pektoralis yang berada pada dinding dada, dilekatkan pada dinding dada oleh
ligament Cooper. Lapisan jaringan lemak berada disekitar kelenjar payudara dan meluas
diseluruh payudara (University Of Rochester Medical Center, 2008).

Gambar 1. Anatomi payudara


(Sumber : University of Virginia School of Medicine Breastfeeding Training Course. 2014.
Available at: http://www.breastfeedingtraining.org/index.cfm?fuseaction=main.userHome)
Keterangan :
1. Chest wall
2. Pectoralis muscle
3. Lobules : Divisions in the breast (N=15-20 lobes) separated by connective tissue
4. Papilla Mammae (nipple) : Elevated skin in the center of the areola containing
multiple openings for milk ejection
5. Areola Mammae : Circular pigmented area which surrounds the nipple
1

6. Milk Ducts : Transportation system for milk release and ejection


7. Fat
8. Skin

1.

2.

3.

4.

Gambar 2. Anatomi payudara


(Departemen Kesehatan RI. 2007)
Menurut Arianto (2009), payudara berfungsi memproduksi Air Susu Ibu, terdiri dari :
Lobulus-lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI. Setiap payudara terdapat 15-20
lobus jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukran payudara, setiap
lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alvoeli. Kelenjar ini bersama-sama
membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveoli
dan asinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnyaselama masa menyusui.
Tubulus atau duktus yang menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu
(nipple). Setiap alveoli memberikan makanan ke dalam duktus laktiferus yang
mengalirkan keluar melalui puting susu. Sebagai hasilnya, terdapat 15-20 saluran puting
susu. Dibelakang puting susu duktus laktiferus agak membesar sampai membentuk
penyimpana kecil yang disebut lubang-lubang laktiferus (lactiferous sinuses). Setiap
lubang berdiameter 2-4 mm.
Puting susu. Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan
ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang
kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh
darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan
putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali
putting susu tersebut.
Areola Mammae. Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini
tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya
kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka
warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini
akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula. Pada
2

5.
6.

daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang
membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan
menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di
kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air
susu.
Jaringan penghubung yang berada disekitar lobules dan duktus.
Lemak.

Arteri adalah pembawa darah yang kaya oksigen dari jantung ke dinding dada dan
payudara, sedangkan vena menghambil darah untuk oksigenasi kembali ke jantung. Arteri
Axillaris membentang dari ketiak dan mensuplai darah pada bagian luar payudara, sedangkan
arteri mamaria interna membentang kebawah dari leher dan mensuplai darah pada payudara
bagian dalam (University Of Rochester Medical Center, 2008).
Secara anatomis, setiap kelenjar mammae yang matang atau payudara terdiri dari 15
sampai 25 lobus. Lobus-lobus tersebut tersusun secara radial dan satu sama lain dipisahkan
oleh jaringan lemak yang jumlahnya bervariasi. Masing-masing lobus terdiri dari beberapa
lobulus, yang selanjutnya terdiri dari sejumlah besar alveoli. Masing-masing alveolus
mempunyai duktus kecil yang saling bergabung membentuk duktus yang lebih besar untuk
tiap lobus seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3. Duktus-duktus laktiferus tersebut membuka
secara terpisah pada papila mammae, dengan orifisium yang kecil tetapi jelas. Epitel
sekretorik alveolus mensintesis berbagai konstituen susu. (Cunningham FG, Leveno KJ,
Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010)

GAMBAR 1-3 llustrasi gambar alveolus dan sistem duktus. Perhatikan serat mioepitel (M)
yang mengelilingi permukaan luar alveolus. Sekresi dari elemen glandular dikeluarkan ke
dalam lumen alveolus (A) dan disemprotkan oleh sel mioepitel ke dalam sistem duktus (D),
yang dikeluarkan melalui papila mammae. Aliran darah ke alveolus ditunjukkan oleh panah
kanan atas dan drainase vena ditunjukkan oleh panah di bawahnya. (Digambar kembali dari
Dr. "John C. Porter). (Cunningham FG, et all. 2010. hal 650)
Petugas kesehatan harus tahu beberapa kelainan anatomis dan fisiologik yang bisa
menghambat keberhasilan menyusui. Pada saat hamil seorang ibu harus dipersiapkan untuk
menyusui. Anamnesis dan pemeriksaan payudara yang teliti harus dilakukan, antara lain
meliputi perencanaan ibu untuk menyusui anaknya, riwayat menyusui sebelumnya,
operasi/tindakan bedah lain pada payudara. Selain itu pemeriksaan payudara terutama bentuk
puting sangatlah penting, untuk menentukan puting normal, datar atau justru terbenam. Puting
sangatlah penting, untuk menentukan puting normal, datar atau justru terbenam. Puting yang
tidak normal dan tidak diantisipasi sebelumnya dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan
menyusui. Apabila ditemukan puting datar atau terbenam, cara yang dianjurkan adalah
menyusui segera setelah melahirkan. Beberapa bayi dapat menyusui dengan baik pada puting
datar atau terbenam asalkan dia tidak mendapatkan puting buatan (artifical) segera setelah
lahir. Dalam kasus ini bantuan tenaga kesehatan atau konsultan laktasi sangat diperlukan.
(Maria M. 2011)
I. 2
FISIOLOGI LAKTASI
Laktasi mempunyai dua pengertian. Pertama adalah pembentukan air susu dan kedua
adalah periode sesudah persalinan, saat ASI diberikan. Pada kehamilan terjadi perubahan
pada payudara karena proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel pembuat air susu karena
pengaruh hormon laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron.
Perubahan juga oleh karena bertambahnya vaskularisasi payudara. (Soetjiningsih, 2013)
Payudara mulai berkembang pada saat pubertas. Perkembangan ini distimulasi oleh
ekstrogen yang berasal dari siklus seksual wanita bulanan; ekstrogen merangsang
pertumbuhan kelenjar mamaria payudara. Selain itu, pertumbuhan yang jauh lebih besar
terjadi selama keadaan kadar ekstrogen yang tinggi pada kehamilan, dan kemudian hanya
jaringan kelenjar saja yang berkembang sempurna untuk pembentukan air susu. (Guyton,
2007)
Pertumbuhan sistim duktus selama kehamilan, sejumlah besar ekstrogen disekresikan
oleh plasenta sehingga sistim duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan,
stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di dalam stroma.
(Guyton, 2007)
Sedikitnya juga terdapat 4 hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistim
duktus: hormon pertumbuhan, prolaktin, glokokortikoid adrenal, dan insulin. Masing-masing
hormon ini diketahui memainkan paling sedikit beberapa peranan dalam metabolisme protein,
yang menjelaskan fungsi hormon-hormon tersebut dalam perkembangan kelenjar payudara.
(Guyton, 2007)
Perkembangan akhir payudara menjadi organ yang menyekresi air susu juga
memerlukan progesteron. Sekali sistim duktus sudah berkembang, progesteron (bekerja
secara sinergik dengan ekstrogen, juga dengan semua hormon-hormon lain yang baru saja
disebutkan di atas) menyebabkan pertumbuhan lobulus payudara, dengan pertunasan
alveolus, dan perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli. Perubahan-perubahan ini
analog dengan efek sekresi progesteron pada endometrium uterus selama pertengahan akhir
siklus seksual wanita. (Guyton, 2007)
Walaupun ekstrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar
payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah
4

sekresi sesungguhnya dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin mempunyai efek yang
berlawanan pada sekresi air susu yaitu meningkatkannya. Hormon ini disekresikan oleh
kelenjar hifofisis anterior ibu, dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke
lima kehamilan sampai kelahiran bayi, di mana pada saat ini meningkat 10 sampai 20 kali
dari kadar normal saat tidak hamil. (Guyton, 2007)
Selain itu, plasenta menyekresi sejumlah besar human chorionic somatomammotropin,
yang mungkin mempunyai sifat laktogenik, jadi menyokong prolaktin dari hipofisis ibu
selama kehamilan. Walaupun begitu, karena efek supresi dari ekstrogen dan progesteron,
hanya beberapa mililiter cairan saja yang disekresikan setiap haro sampai bayi dilahirkan.
Cairan yang disekresikan selama beberapa hari terakhir sebelum dan beberapa hari pertama
setelah kelahiran disebut kolostrum; kolostrum ini terutama mengandung protein dan laktosa
dalam konsentrasi yang sama seperti air susu, tetapi kolostrom tersebut hampir tidak
mengandung lemak, dan kecepatan maksimal pembentukannya adalah 1/100 kecepatan
pembentukan air susu selanjutnya. (Guyton, 2007)
Segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi ekstrogen dan progesteron dari
plasenta yang tiba-tiba memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hifofisis ibu
untuk mengambil peran dalam memproduksi air susu, dan dalam 1 sampai 7 hari kemudian,
kelenjar payudara mulai menyekresikan air susu dalam jumlah besar sebagai pengganti
kolostrum. Sekresi air susu ini memerlukan sekresi pendahuluan yang adekuat dari sebagian
besar hormon-hormon ibu lainnya, tetapi yang penting dari semuanya adalah hormon
pertumbuhan, kortisol, hormon paratiroid dan insulin. Hormon-hormon itu diperlukan untuk
menyediakan asam amino, asam lemak, glukosa, dan kalsium yang diperlukan untuk
pembentukan air susu. (Guyton, 2007)
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sewaktu tidak
hamil. Akan tetapi setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke
hipotalamus akan menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10 sampai 20 kali lipat
yang berlangsung kira-kira 1 jam. Prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk
memperthankan kelenjar mammaria agar menyekresikan air susu kedalam alveoli untuk
periode laktasi berikutnya. (Guyton, 2007)
Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau dihambat karena hipotalamus atau hifofisis,
atau bila laktasi tidak dilakukan terus-menerus, payudara akan kehilangan kemampuannya
untuk memproduksi air susu dalam waktu 1 minggu atau lebih. Akan tetapi, produksi air susu
dapat berlangsung terus selama beberapa tahun bila anak terus mengisap, walaupun
kecepatan pembentukan air susu normalnya berkurang sangat banyak setelah 7 sampai 9
bulan. (Guyton, 2007)
Hipotalamus memegang peran penting dalam mengatur sekresi prolaktin, seperti peran
hipotalamus pada hampir semua hormon-hormon hipofisis anterior lainnya. Akan tetapi,
pengaturan ini berbeda pada satu aspek; hipotalamus terutama merangsang pembentukan
semua hormon yang lain, tetapi terutama menghambat pembentukan prolaktin. Akibatnya,
kerusakan pada hipotalamus atau penghambatan pada sistim portal hipotalamus-hipofisis
sering akan meningkatkan pembentukan prolaktin tetapi menekan sekresi hormon-hormon
hipofisis lainnya. (Guyton, 2007)
Oleh karena itu, diyakini bahwa sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior diatur secara
keseluruhan dan hampir keseluruhan oleh sebuah faktor penghambat yang dibentuk di dalam
hipotalamus dan ditranspor ke hipofisis anterior melalui sistim portal hipotalamus-hipofisis.
Faktor ini disebut hormon penghambat prolaktin. Hampir dapat dipastikan bahwa hormon ini
sama dengan dopamin katekolamin, yang diketahui disekresi oleh saraf arkuatus dari
hipotalamus dan dapat menurunkan sekresi prolaktin sebanyak 10 kali lipat (Guyton, 2007).
5

Pada saat bayi mengisap puting, impuls saraf berjalan dari puting susu ke hipotalamus
untuk merangsang produksi faktor pelepas prolaktin, kemudian diteruskan ke hipofifise dan
lebih jauh merangsang produksi aktif prolaktin, seiring dengan penghisapan di puting susu,
oksitosin dilepas dari hipofisis posterior yang menyebabkan sinus mengumpulkan kelenjar
mamae (payudara) berkontraksi dan mendorong air susu ke arah puting sampai ke mulut bayi.
Proses ini disebut dengan refleks letdown. Tanpa reflek ini bayi yang menghisap terus
menerus hanya dapat memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan dalam
payudara. Oleh karena itu, refleks letdown berperan dalam pembentukan air susu ibu yang
baru (University Of Rochester Medical Center, 2008).
Pada bulan kelima kolostrom telah dibentuk karena pengaruh hormon laktogen dan
prolaktin. Produksinya tidak banyak karena dihambat oleh hormon estrogen. Setelah plasenta
lahir, kadar estrogen dan progesteron turun, sedangkan prolaktin tinggi dan tidak ada lagi
hambatan oleh estrogen. Karenanya sekresi air susu segera timbul. Dengan menyusui dini,
hormon prolaktin dipicu lepas dari hipofise sehingga sekresi air susu dari kelenjar
diperlancar.
Endokrinologi Laktasi
Mekanisme humoral dan neural tepat yang terlibat dalam laktasi bersifat kompleks.
Progesteron, estrogen, dan laktogen plasenta, serta prolaktin, kortisol, dan insulin, tampak
berperan secara bersama-sama menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan struktur
penghasil ASI. Dengan terjadinya kelahiran, terdapat penurunan yang besar dan tiba-tiba
kadar progesteron dan estrogen. Penurunan ini menghentikan pengaruh penghambatan
progesteron terhadap produksi -laktalbumin oleh retikulum endoplasma kasar. Peningkatan
-laktalbumin menstimulasi laktose sintase untuk meningkatkan laktosa susu. Terhentinya
progesteron juga menyebabkan efek prolaktin tidak terhambat terhadap stimulasi produksi laktalbumin. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)
Intensitas dan durasi laktasi selanjutnya dikontrol, terutama oleh stimulus berulang
menyusui. Prolaktin penting untuk laktasi, dan wanita yang menderita nekrosis hipofisis
Sindrom Sheehan tidak menghasilkan ASI. Walaupun kadar prolaktin plasma menurun
setelah kelahiran ke kadar yang lebih rendah daripada selama kehamilan, namun tiap bayi
mengisap akan menaikkan kadarnya. Agaknya stimulus dari payudara membatasi pelepasan
dopamin (prolactin inhibiting factor) dari hipotalamus, dan ini selanjutnya menginduksi
peningkatan sekresi prolaktin sementara. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,
Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)
Neurohipofisis menyekresikan oksitosin secara pulsatif. Ini menstimulasi pengeluaran
ASI dari payudara dengan menyebabkan kontraksi sel mioepitel di alveolus dan.duktus kecil
(lihat Gambar 1.3). Ejeksi susu, atau letting down merupakan refleks yang dimulai terutama
oleh pengisapan, yang menstimulasi neurohipofisis untuk melepaskan oksitosin. Refleks
tersebut bahkan dapat ditimbulkan oleh tangisan bayi dan dapat dihambat oleh kecemasan ibu
atau stres. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010.
Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)
Proses laktasi akan melibatkan unsur hormonal di dalam tubuh manusia. Setelah
memasuki usia kehamilan 16 minggu, wanita hamil sudah mulai memproduksi ASI, tetapi
produksi ASI tidak berlanjut karena tertahan oleh kehamilannya. Ketika bayi lahir dan
plasenta keluar, hormon yang mempengaruhi ASI akan mejadi aktif, apabila tindakan IMD
dilakukan. Adanya hisapan bayi pada puting payudara hormon prolaktin yang akan masuk ke
dalam aliran darah dan menimbulkan refleks prolaktin yang berperan dalam produksi ASI.
Sebagian besar prolaktin membuat payudara memproduksi ASI yang berikutnya. Beberapa
6

hal tentang prolaktin adalah lebih banyak prolaktin yang diproduksi pada malam hari, maka
menyusui pada malam hari sangat penting untuk mempertahankan laktasi, prolaktin
membuat ibu rileks bahkan kadang mengantuk, maka biasanya ibu dapat beristirahat
meskipun menyusui malam hari, hormon yang berkaitan dengan prolaktin menekan
pematangan sel telur, maka menyusui dapat membantu menunda kehamilan. 10, 13
Hipofisis posterior akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan masuk ke dalam
aliran darah dan menimbulkan refleks oksitosin untuk kontraksi otot yang ada di sekeliling
saluran ASI, sehingga ASI yang sudah diproduksi akan dapat dikeluarkan. Kelelahan maupun
masalah-masalah psikologis pada ibu daoat menghambat kerja oksitosin seperti
kekhawatiran ibu, khawatir mengenai pekerjaannya, perselisihan dengan pasangan ataupun
anggota keluarga yang lain. Sebaliknya rasa bahagia menjadi seorang ibu, senang dapat
berdekatan dengan bayi dan hal lain yang menyenangkan ibu akan memicu pengeluaran
oksitosin.10,13
I. 3

PROSES PEMBENTUKAN ASI

Menurut Roesli (2000) ASI diproduksi dari hasil kerja gabungan antara hormon dan
refleks. Selama kehamilan terjadi perubahan hormon yang berfungsi menyiapkan jaringan
kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Pada waktu bayi menghisap ASI akan terjadi 2 refleks
yang akan menyebabkan ASI keluar pada' saat yang tepat dengan jumlah yang tepat pula. Dua
refleks tersebut yaitu refleks prolaktin dan refleks let down. (Soetjiningsih, 2013)
1. Refleks Prolaktin
Kelenjar hipofisa bagian depan yang terdapat pada dasar otak menghasilkan
hormon prolaktin. Prolaktin akan merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.
Prolaktin akan keluar apabila terjadi pengosongan ASI dari gudang ASI. Makin banyak
ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka semakin banyak ASI yang
diproduksi. Perangsangan payudara dari hisapan bayi sampai pembuatan ASI disebut
refleks pembentukan/produksi ASI atau disebut refleks prolaktin (Roesli, 2000).
Menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus
berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan
progesteron sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang
merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor
yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior)
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat
dalam keadaan-keadaan seperti : stres atau pengaruh psikis; anestesi; operasi; rangsangan
7

puting susu; hubungan seksual; obat-obatan transqulizer hipotalamus seperti reserpin,


klorpromazin, fenotiazid. Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran
prolaktin adalah : gizi ibu yang jelek, obat-obatan seperti ergot, l-dopa.(Soetjiningsih,
2013)

Gambar 3. Refleks prolaktin (1)


(Departemen Kesehatan RI. 2007)

Gambar 4. Refleks prolaktin (2)


(Dikutip dari Jelliffe DB 1978 dalam Soetjiningsih 2013)

2. Refleks let down (milk ejection reflex)/ Oksitosin


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang
berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neuro hipofise (hipofise posterior) yang
8

kemudian dikeluarkanlah oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju
uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari
organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel
mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari
alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi. .(Soetjiningsih, 2013) Bayi tidak akan mendapat cukup
ASI jika mengandalkan refleks prolaktin saja tetapi harus dibantu oleh refleks oksitosin.
Bila refleks ini tidak bekerja bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai walaupun
produksi ASI cukup (Roesli, 2000).
Rangsangan sensorik (indera
sentuhan) dari puting
Oksitosin dalam darah

Bayi menyusu

Gambar 5. Refleks Oksitosin (1)


(Departemen Kesehatan RI. 2007) Merangsang rahim
kontraksi

Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Oksitosin dapat mulai berfungsi
sebelum bayi menyusu, bila ibu memikirkan untuk menyusui. (Maria M. 2011)

Gambar 6. Refleks let down (2)


(Dikutip dari Jelliffe DB, 1978 dalam Soetjiningsih, 2013)
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah : melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi. Faktorfaktor yang menghambat refleks let down adalah : stres seperti keadaan bingung/pikiran
kacau, takut dan cemas. .(Soetjiningsih, 2013)

Gambar 7. Faktor-faktor yang menghambat dan membantu refleks oksitosin


(Departemen Kesehatan RI. 2007)

I. 4

TANDA DAN SENSASI REFLEKS OKSITOSIN AKTIF

Ibu mungkin mengamati:


Sensasi diperah atau gelenyar (tingling sensation) di dalam payudara sesaat sebelum
menyusui atau pada waktu proses menyusui berlangsung.
10

ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya
menangis.
ASI menetes dari payudara sebelah, bila bayi menyusu pada payudara yang lain.
ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui.
Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah selama
menyusui di Minggu pertama.
Hisapan yang lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwa ASI mengalir ke
dalam mulut bayi.
Bila ada stres dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari refleks
let down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang
menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit
kemungkinannya untuk dapat mencapai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak
sempurnyanya refleks let down maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli
yang secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat
abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan stres lagi bagi
seorang ibu sehingga stres akan bertambah. .(Soetjiningsih, 2013)
Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak puas.
Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stres bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak
puas ini akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan cara menambah kuat
isapannya sehingga tidak jarang dapat menimbulkan luka-luka pada puting susu dan
sudah barang tentu luka-luka ini akan dirasakan sakit oleh ibunya yang juga akan
menambah stresnya tadi. Dengan demikian akan terbentuk satu lingkaran setan yang
tertutup (circulus vitiosus) dengan akibat kegagalan dalam menyusui. (Soetjiningsih,
2013)

Gambar 8. Akibat kegagalan refleks let down


(Dikutip dari Jellife DB, 1978 dalam Soetjiningsih, 2013)
I. 5

PEMELIHARAAN PENGELUARAN AIR SUSU


11

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin
dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan
dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Proses menyusui memerlukan
pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan
akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya
proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan
isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti
pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena
diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai
sejak minggu pertama kelahiran. (Soetjiningsih, 2013)
Pengeluaran prolaktin dihambat oleh faktor-faktor yang menghambat pengeluaran
prolaktin yang belum jelas bahannya, namun beberapa bahan seperti dopamin, serotonin,
katekolamin, TSH dihubungkan ada sangkut pautnya dengan pengeluaran prolaktin.
(Soetjiningsih, 2013)
Pengeluaran oksitosin ternyata di samping dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh
suatu reseptor yang terletak pada sistem duktus. Bila duktus melebar atau menjadi lunak
maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras
keluar air susu dari alveoli. Jadi peranan prolaktin dan oksitosin mutlak perlu disamping
faktor-faktor lain selama proses menyusui. Interaksi hormon-hormon dan faktor-faktor yang
mengatur pemeliharaan selama menyusui dapat dilihat di bawah ini. (Soetjiningsih, 2013)

12

Gambar 9. Interaksi hormon-hormon dan faktor lainnya dalam proses menyusui.


(Dikutip dari Lawrence RA 1980 dalam Soetjiningsih, 2013)

13

Gambar 10. Zat Inhibitor (penghambat) dalam ASI (Departemen Kesehatan RI. 2007)
Keterangan : Bila payudara tetap penuh ASI, maka produksi ASI berhenti

I. 6

PENGENDALIAN PRODUK ASI DI DALAM PAYUDARA


Mungkin akan timbul pertanyaan mengapa kadang-kadang satu payudara berhenti
menghasilkan ASI, sementara payudara satunya terus menghasilkan ASI- meskipun oksitosin
pada prolaktin sama-sama mengalir ke kedua payudara. Gambar 10 menunjukkan
penyebabnya. (Departemen Kesehatan RI. 2007)
Ada suatu zat di dalam ASI yang dapat mengurangi atau mencegah (inhibit) produksi
ASI. Bila ada banyak ASI tertinggal di dalam satu payudara, zat pencegah atau inhibitor
tersebut menghentikan sel-sel pembuat ASI agar tidak memproduksi lagi. Penghentian ini
membantu melindungi payudara yang di dalamnya masih tertinggal banyak ASI dari bahaya
efek pemenuhan. Hal ini jelas diperlukan bila bayi meninggal atau berhenti menyusu untuk
alasan lainnya. Bila ASI dikeluarkan, baik melalui hisapan bayi atau diperah, inhibitor juga
turut dikeluarkan. Payudara akan memproduksi ASI. Penjelasan di atas membantu memahami
mengapa:
- Bila bayi berhenti menyusu dari satu payudara, payudara tersebut berhenti
memproduksi ASI.
- Bayi lebih banyak menyusu pada satu payudara, payudara tersebut menghasilkan lebih
banyak ASI dan ukurannya menjadi lebih besar dibanding payudara satunya.
- Agar satu payudara terus menghasilkan ASI, maka ASI yang ada di dalamnya harus
dikeluarkan.
- Bila bayi tidak dapat menyusu dari salah satu atau kedua payudara, ASI harus
dikeluarkan dengan cara diperah untuk memungkinkan produksi ASI berlanjut.
(Departemen Kesehatan RI. 2007)

14

BAB II
AIR SUSU IBU (ASI)

II. 1

AIR SUSU IBU (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena
mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. (Prasetyono, 2009) Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal
untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk
membangun penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan
fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir,
serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai zat
anti infeksi, mengurangi kejadian eksim atopik, dan proses menyusui menguntungkan ibunya
dengan terdapatnya lactational infertility, hingga memperpanjang child spacing (IDAI, 2008).
Sejak lahir, bayi seharusnya hanya diberi ASI saja sampai usia 6 bulan yang disebut
ASI Eksklusif. Selanjutnya pemberian ASI d iteruskan hingga anak berusia 2 tahun, dengan
penambahan makanan lunak atau padat yang disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
yang sesuai dengan umur bayi. (Depkes RI, 2002)
II. 2

KOMPOSISI ASI

15

Images courtesy Rebecca Behre, RNC, IBCLC, Gritman Medical Center, Moscow,
Idaho
Gambar 2.1 Komposisi ASI
(Edwards RA, Anderson PO, Lenell A, Sylvia LM, Casale JP. 2014.
http://www.northeastern.edu/pharmcarebftutorial/expanding-the-pharmacists-role-inbreastfeeding-continuing-pharmacy-education-cpe-online-tutorial/module-1-breastfeedingbackground/what-is-in-breast-milk)

MANUSIA

SAPI

FORMULA
Konstan

Bervariasi

16

0.9%

1.5%

Gambar 2.2 Perbedaan komposisi dalam susu yang berbeda


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II.2.1 KARBOHIDRAT
Air susu ibu (ASI) merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan karbohidrat
mineral. Ibu yang menyusui dapat dengan mudah menghasilkan 600 ml susu per hari, dan
berat badan ibu sewaktu hamil tidak mempengaruhi
kuantitas atau kualitasnya.
(Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam :
Twickler DM, Wendel GD)
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah setiap hari
menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah
7:4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi
yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian
pemberian ASI akan semakin sukses (Baskoro 2008).
Karbohidrat dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel
syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel saraf. Selain itu karbohidrat memudahkan
penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat
pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang
menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi (Baskoro
2008).
ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASS (6,5-7
gram%). Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa. Di dalam usus halus
laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim lactase. Produksi enzim
lactase pada usus halus bayi kadang-kadang belum mencukupi, untungnya lactase terdapat
dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus besar, dimana laktosa ini akan difermentasi
oleh flora usus (bakteri baik pada usus) yaitu laktobasili, menjadi asam laktat. (Maria M.
2011) Adanya asam laktat ini memberikan suasanan asam di dalam usus bayi. Dengan
suasana asam di dalam usus bayi ini memberikan beberapa keuntungan :
a. Penghambatan pertumbuhan bakteri yang patologis
b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan
mensintesis vitamin
c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat
d. Memudahkan absorpsi dari mineral misalnya kalsium, fosfor dan magnesium
(Soetjiningsih, 2013)
Laktosa ini juga relatif tidak larut sehingga waktu proses digesti di dalam usus bayi
lebih lama tetapi dapat diabsorpsi dengan baik oleh usus bayi. Selain laktosa yang merupakan
17

7% dari total ASI juga terdapat glukosa, galaktosa dan glukosamin. Galaktosa ini penting
untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis. Oleh karena pembentukan mielin di medula
spinalis dan sintesis galaktosida di otak membutuhkan galaktosa. Glukosamin merupakan
bifidus faktor, di samping laktosa, jadi ini memacu pertumbuhan Laktobasilus bifidus yang
sangat menguntungkan bayi. (Soetjiningsih, 2013)
II.2.2 PROTEIN
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein
ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem
pencernaan bayi, yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey (zat yang
membantu penyerapan dan metabolisme protein ke dalam pembuluh darah dalam 20-40
menit) dan kasein (zat yang membantu penyerapan dan metabolisme protein ke dalam
pembuluh darah dalam 2-4 jam) dalam ASI adalah 65:35 sedangkan dalam PASI 20:80.
Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem
pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi.
(Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI,
2008). Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan buang air besar
dengan feses berbentuk cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila
bayi diberikan PASI (Baskoro 2008).
Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein 30%, dengan
variasi komposisi whey : kasein adalah 90:10 pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan,
60-40 pada ASI matur (hari ke-11 sampai 240) dan 50:50 setelah hari ke-240. Pada susu sapi
perbandingan whey : kasein adalah 18:82. Protein whey tahan terhadap suasana asam dan
lebih mudah diserap sehingga akan mempercepat pengosongan lambung. Selain itu protein
whey mempunyai fraksi asam amino fenilalanin, tirosin, dan metionin dalam jumlah lebih
rendah disbanding kasein, tetapi dengan kadar taurin lebih tinggi. Komponen utama protein
whey ASI adalah alfa-laktalbumin, sedangkan protein whey pada susu sapi adalah
betalaktoglobulin. Laktoferin, lisozim, dan sIgA adalah merupakan bagian dari protein whey
yang berperan dalam pertahanan tubuh. (Maria M. 2011)
Air susu bersifat isotonik terhadap plasma dan setengah dari nilai tekanan osmotik
ditimbulkan oleh laktosa. Asam amino esensial diambil dari darah, dan asam amino nonesensial sebagian berasal dari darah atau disintesis di kelenjar mammae, Sebagian besar
protein susu bersifat unik dan mencakup -laktalbumin -laktoglobulin, dan kasein.
(Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam :
Twickler DM, Wendel GD)
ASI mengandung asam amino esensiil taurin yang tinggi, yang penting untuk untuk
pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. (Soetjiningsih, 2013) Taurin adalah sejenis asam
amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan
berperan penting untuk proses maturasi sel otak. (Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan ASS mengandung juga betalaktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Kadar methionin
dalam ASI lebih rendah dari ASS (Air Susu Sapi), sedangkan sistin lebih tinggi. Hal ini
sangat menguntungkan karena enzim sistationase yaitu enzim yang akan mengubah
methionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah atau tidak ada. Sistin ini merupakan asam
amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi. Kadar tirosin dan fenilalanin pada
ASI rendah, suatu hal yang sangat menguntungkan untuk bayi terutama bayi prematur karena
pada bayi prematur kadar tirosin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
18

otak. Kadar poliamin dan nukleotid yang sangat penting untuk sintesis protein pada ASI lebih
tinggi jika dibandingkan dengan ASS. (Soetjiningsih, 2013)
IgA
Lactoferrin
Lysozyme

PROTEIN

Lakto
Globulin

WHEY

Lactal
bumin

MUDAH DICERNA
Gambar 2.3. Perbedaan
kualitas protein dalam susu yang berbeda SULIT DICERNA
(Departemen Kesehatan
Direktorat Bina
35% RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat80%
Gizi Masyarakat, 2011)
Kasein
Kasein
GUMPALAN
II.2.3 LEMAK
Asam lemak disintesis di alveoli dari glukosa dan disekresikan melalui proses
seperti apokrin (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
2010 Dalam : Twickler DM, Wendel GD). Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah
kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh
bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 menit pertama isapan akan
berbeda dengan 10 menit kemudian, kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari
kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang
diperlukan (Baskoro 2008).
Jenis lemak yang ada dalam ASI adalah lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh
sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase. Lemak dalam
bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA dalam ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel
jaringan otak (Baskoro 2008). Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan
untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Di samping itu, DHA dan AA dalam tubuh dapat disintesa dari substansi
pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6
(asam linoleat). (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang
Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila
dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga
menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi
dan perbandingannya dengan PASI yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang
19

tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak
bayi (Baskoro 2008).
Kadar lemak dalam ASI dan ASS relatif sama, merupakan sumber kalori yang
utama bagi bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan sumber asam
lemak esensiil. Keistimewaan lemak dalam ASI jika dibandingkan dengan ASS adalah :
a.
Bentuk emulsi lebih sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung enzim
lipase yang memecah trigliserida menjadi digliserida dan kemudian menjadi
monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi.
b. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8x dalam ASS. Asam lemak tidak jenuh
yang terdapat dalam kadar yang tinggi yang terpenting adalah :
Rasio asam linoleat : oleat yang cukup akan memacu absorpsi lemak dan
kalsium, dan adanya garam kalsium dari asam lemak ini akan memacu
perkembangan otak bayi dan mencegah terjadinya hipokalsemia.
Asam lemak rantai panjang (arachidonic dan docadexaenoic) yang berperan
dalam perkembangan otak
Kolesterol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan
diperkirakan juga berfungsi dalam pembentukan enzim untuk metabolisme
kolesterol yang akan mengendalikan kadar kolesterol di kelak kemudian hari
(mencegah arteriosklerosis pada usia muda)
Asam palmitat terdapat dalam bentuk yang berlainan dengan asam palmitat
dari ASS. Asam palmitat dari ASS dapat bereaksi dengan kalsium, menjadi
garam Ca-palmitat yang akan mengendap dalam usus dan terbuang bersama
feses (Soetjiningsih, 2013)
Kurang lebih 50% energi yang terkandung pada ASI berasal dari lemak,7 atau kurang
lebih 40 g/L. Lemak dalam ASI ada dalam bentuk butiran lemak yang absorpsinya
ditingkatkan oleh BSSL (bile salt-stimulated lipase). Asam lemak yang terkandung pada ASI
kaya akan asam palmitat, asam oleat, asam lineleat dan asam alfa linolenat. Trigliserida
adalah bentuk lemak utama pada ASI, dengan kandungan antara 97% - 98%. ASI sangat kaya
asam lemak esensial yaitu asam lemak yang tidak bisa diproduksi tubuh tetapi sangat
diperlukan untuk pertumbuhan otak. Asam lemak esensial tersebut adalah asam linoleat 817%, asam linoleat 0,5-1,0%, dan derivatnya yaitu sam arakidonat 0,5-0,7% dan asam
dekosaheksanoat (DHA) 0,2-0,5%. (Maria M. 2011)
Lemak pada ASI didapatkan pada hindmilk (susu akhir). Bayi mendapatkan kebutuhan
energinya sebagian besar dari lemak. Karena itu bayi harus menyusu sampai payudara kosong
baru pindah ke payudara satunya apabila bayi masih menginginkannya. Menghentikan bayi
yang sedang menyusu akan mengirangi lemak yang didapatkan, dengan demikian bayi tidak
mendapat cukup energi. 11 Selain itu menghentikan bayi menyusu sebelum payudara kosong
bisa menyebabkan hipergalaktia. Hipergalaktia bisa muncul karena ibu memberikan ASI
dengan waktu sebentar (5-10 menit) kemudian pindah ke payudara lain. Akibatnya
pengosongan payudara tidak optimal dan bayi mendapat sejumlah besat foremilk yang banyak
mengandung laktosa dan sedikit hindmilk. Akibat lain hipergalaktia adalah timbulnya
malabsorpsi, pembentukan gas yang berlebihan, dan terjadinya gagal tumbuh pada bayi
karena bayi hanya mendapatkan sedikit lemak. (Maria M. 2011)

20

Gambar 2.4. Perbedaan Lemak Dalam Susu Yang Berbeda


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II.2.4

MINERAL

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi
bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI
merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi
oleh diet ibu. (Baskoro 2008) Rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal
bagi penyerapan kalsium. (Arisman, 2010) Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi,
tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta
mengganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang
merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung,
gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme (Baskoro 2008).
Fe dan Ca paling stabil, tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Garam organik yang terdapat
dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Yang
terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar Cu, Fe dan Mn yang merupakan bahan untuk
pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya
dalam ASI cukup. (Soetjiningsih, 2013)

21

Gambar 2.5. Kadar zat besi dalam susu


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II.2.5 KARNITIN
Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan
untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi
terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini
lebih tinggi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi
yang mendapat susu formula (Hegar et al, 2008).
II.2.6 VITAMIN
Semua vitamin kecuali K ditemukan pada ASI, namun dalam jumlah yang berbeda.
(Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam :
Twickler DM, Wendel GD)
a.
Vitamin K
Vitamin K adalah salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan.
Kadar vitamin K dalam ASI hanya seperempat dari kadar dalam susu formula. Bayi yang
hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walaupun angka kejadian perdarahan
ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya
dalam bentuk suntikan (Hegar et al, 2008). (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth
JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010 Dalam : Twickler DM, Wendel GD)
b. Vitamin D
Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak
perlu dikhawatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat
tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Pemberian ASI ekslusif ditambah
dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita
penyakit tulang karena kekurangan vitamin D (Hegar et al, 2008). Kandungan vitamin D
22

rendah 22 IU/mL, dan suplementasi bagi neonatus direkomendasikan oleh American


Academy of Pediatrics (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong
CY. 2010 Dalam : Twickler DM, Wendel GD)
c.

Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding eritrosit.
Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Keuntungan ASI
adalah memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi
awal (Hegar et al, 2008).
d. Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. ASI tidak hanya mengandung vitamin A
dalam jumlah tinggi, tetapi juga memiliki bahan baku dalam jumlah tinggi yaitu beta karoten.
Hal ini merupakan penjelasan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh
kembang dan daya tahan tubuh yang baik (Hegar et al, 2008).
e. Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat dan
vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar
vitamin-vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan vitamin B2 cukup tinggi dalam ASI
tetapi kadar vitamin B6, vitamin B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi
kurang. Vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistem saraf maka ibu yang
menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup didapat dari
makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian (Hegar et al, 2008).
f. Vitamin B
Golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik, kadarnya kurang dalam
ASI. (Soetjiningsih, 2013)

Gambar 2.6. Vitamin-vitamin dalam susu yang berbeda


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
23

II.2.7 ZAT KEKEBALAN TUBUH


ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Didalam ASI secara
garis besar didapatkan 2 macam kekebalan yaitu :
a. Faktor kekebalan non spesifik : faktor pertumbuhan laktobasilus bifidus, laktoferin,
lisozim (muramidase), dan laktoperosidase
b. Faktor kekebalan spesifik : sistem komplemen, seluler (macrofag, limfosit, dan lekosit
polimorfonuklear), imunoglobulin
Whey adalah serum susu dan telah menunjukkan kandungan interleukin-6 yang besar.
Hal ini sangat berkaitan dengan produksi IgA lokal oleh payudara. Prolaktin tampak
disekresikan secara aktif ke dalam ASI. Faktor pertumbuhan epidermis (EGF-epidermal
growth factor) telah diidentifikasikan pada ASI, dan karena tidak dihancurkan oleh enzim
proteolitik lambung, maka komponen ini dapat diabsorbsi untuk mendukung pertumbuhan
dan pematangan mukosa usus neonatus. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,
Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 650)
Kandungan zat aktif lain dalam ASI yang terutama bekerja untuk fungsi kekebalan
tubuh adalah komponen protein (-laktalbumin, -laktoglobumin, kasein, enzim, faktor
pertumbuhan, hormon, laktoferin, lisozim, sIgA, dan imunoglobulin lain), nitrogen non
protein (-amino nitrogen, keratin, kreatinin, glukosamin, asam nukleat, nukleotida, poliamin,
urea, asam urat), karbohidrat (laktosa, oligosakarida, glikopeptida, faktor bifidus), lemak
(vitamin larut dalam lemak A, D, E, K-,karotenoid, asam lemak, fosfolipid, sterol dan
hidrokarbon, trigliserida), vitamin yang larut dalam air (biotin, kolin, folat, inositol, niasin,
asam pantotenat, riboflavin, thiamin, vitamin B12, vitamin B6, vitamin C), mineral dan ion
(bikarbonat, kalsium, khlorida, sitrat, magnesium, fosfat, kalium, natrium, sulfat), trace
mineral (kromium, kobalt, copper, fluorid, iodine, mangaan, molybdenum, nickel, selenium
dan seng), serta sel (sel epithelial, leukosit, limfosit, makrofag, dan neutrofil).5 Sehingga
dapat dimngerti dengan mendapatkan ASI, bayi mendapatkan kekebalan terhadap berbagai
penyakit seperti radang paru-paru, radang telinga, diare, dan juga mengurangi risiko alergi.
(Maria M. 2011)
II. 3

UNSUR UNSUR LAIN DALAM ASI

Laktokrom, kreatin, kreatinin, urea, xanthin, amonia dan asam sitrat. Substansi
tertentu di dalam plasma darah ibu, dapat juga berada dalam ASI misalnya miyak volatil dari
makanan tertentu (bawang merah), juga obat-obatan tertentu seperti sulfonamid, salisilat,
morfin dan alkohol, juga elemen-elemen anorganik misalnya As, Bi, Fe, I, Hg dan Pb.
(Soetjiningsih, 2013)
II. 4

KALORI DALAM ASI

Kalori dari ASI relatif rendah, hanya 77 kalori/100 ml ASI. Sembilan puluh persen
berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein. (Soetjiningsih, 2013)
II. 5

PENGARUH WAKTU PADA KOMPOSISI ASI

ASI yang pertama kali diisap oleh bayi (menit pertama) dibandingkan ASI pada menit
terakhir adalah berbeda. ASI menit pertama lebih cepat encer, kemudian akan lebih kental,
24

ASI pada menit terakhir mengandung lemak 4-5x dan protein 1 lebih banyak dibandingkan
dengan ASI menit-menit pertama. (Soetjiningsih, 2013)
Bila bayi tersebut menyusu selama 15 menit, maka :

5 menit pertama mendapatkan :


o 60% total volume ASI
o 60% total protein ASI
o 60% total karbohidrat ASI
o 40% total lemak ASI
o 50% total energi ASI

5 menit kedua mendapatkan :


o 25% total volume ASI
o 25% total protein ASI
o 25% total karbohidrat ASI
o 33% total lemak ASI
o 25% total energi ASI

5 menit terakhir adalah sisanya


Dikatakan bahwa, volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu.

Tahun pertama : 400-700 ml/24 jam

Tahun kedua : 200-400 ml/24 jam

Sesudah itu : sekitar 200 ml/24 jam


Telah terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada konsentrasi protein dari ASI
antara bulan ke-6 sampai tahun ke-2 dari masa laktasi meskipun konsentrasi lemak bervariasi
luas. Kemungkinan kenaikan total lemak disebabkan menurunnya volume ASI.
(Soetjiningsih, 2013)

ENERGY

PROTEIN

Vit A

Vit C

100
%
Kebutuhan
perhari
yang
dipenuhi oleh 500 50
ml ASI

9
5

38
%

31
%

4
5
%

Gambar 2.7. Komposisi ASI Pada Tahun Kedua


25

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina


Gizi Masyarakat, 2011)

Gambar 2.8. Energi ASI Pada Tahun Kedua


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)

II. 6

PENGARUH INDIVIDU TERHADAP KOMPOSISI ASI

Ibu yang cemas akan lebih sedikit mengeluarkan ASI dibandingkan dengan ibu yang
tidak cemas. Juga ibu yang umurnya muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan
dengan ibu-ibu yang sudah tua. Pada kenaikan jumlah paritas ada sedikit perubahan produksi
ASI walaupun tidak bermakna. (Soetjiningsih, 2013)
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi :
II.6.1 KOLOSTRUM
Setelah melahirkan, payudara mulai menyekresi kolostrum suatu cairan yang
berwarna kuning lemon tua. Cairan ini biasanya keluar dari papila mammae pada hari kedua
pasca melahirkan. Dibandingkan dengan air susu biasa, kolostrum mengandung lebih banyak
mineral dan asam amino. Kolostrum juga mengandung lebih banyak protein, sebagian
besarnya adalah globulin, namun sedikit gula dan lemak. Sekresi berlanjut selama kira-kira 5
hari dengan berubah secara perlahan menjadi air susu matang selama 4 minggu berikutnya.
Kolostrum mengandung
antibodi dan immunoglobulin A (Ig) yang dikandungnya
memberikan per lindungan bagi neonatus dan patogen enterik. Faktor pertahanan tubuh
lainnya yang ditemukan dikolostrum dan susu mencakup komplemen makrofag, limfosit,
laktoferin laktoperoksidase, dan lisozim. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,
Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD. hal 649)
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus
kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresi oleh
26

kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dari masa laktasi dan
merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekonium usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
(Baskoro 2008). Kolostrum berwarna kekuning-kuningan, dan lebih kental karena banyak
mengandung protein dan vitamin A, E dan K serta beberapa mineral seperti Natrium dan Zn.
Selain itu kolostrum juga mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk melindungi
bayi dari penyakit infeksi. (Depkes RI, 2002) Walaupun jumlah kolostrum sedikit, namun
sudah memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang
tetapi harus diberikan kepada bayi. (Roesli, 2000)
Kolostrum kaya zat antibodi seperti : (a) faktor bifidus, (b) SigA, IgM, IgG; (c) faktor
antistafilokokkus, (d) laktoferin, (e) laktoperoksidase, (f) komplemen : C3, C4, (g) interferon,
(h) lisozim, (i) protein pengikat B12, (j) limfosit, (k) makrofag, (l) faktor lipid, asam lemak,
dan monogliserida. Jumlah kolostrum yang tersekresi bervariasi antara 10-100 cc (rata-rata
30cc) sehari. (Arisman, 2010)
Faktor Bifidus adalah faktor spesifik pemacu pertumbuhan Lactobacilus bifidus
bakteri yang dianggap dapat mengganggu kolonisasi bakteri patogen didalam saluran cerna.
Secretory Immunoglobulin A (SIgA) dianggap berkemampuan mengikat protein asing
bermolekul besar seperti virus, bakteri, dan zat toksit. Pengikat ini bertujuan untuk
penyerapan sehingga tidak membahayakan bayi. Laktoferin merupakan protein pengikat zat
besi agar tidak dapat digunakan oleh bakteri untuk bertumbuh kembang. Lisozim ialah enzim
yang bekerja menghancurkan bakteri dengan jalan merobek dinding sel , yang secara tidak
langsung meningkatkan keefektifan antibodi. Leukosit sebagian berfungsi mencegah
enterokolitis nekotrikan, penyakit mematikan yang lazim menjangkiti bayi berberat badan
lahir rendah. Makrofag selain menyekresi SIgA dan Interferon juga berfungsi untuk
memangsa organisme lain. Komplemen Laktoperoksidase dan faktor antistreptokokus
merupakan faktor pertahanan yang membantu menurunkan insidensi infeksi. (Arisman, 2010)
Kesediaan zat- zat ini menyiratkan bahwa masalah yang mungkin timbul pada bayi
yang mengisap kolostrum tidak akan separah pada bayi yang diberi susu formula. Sayangnya
di lingkungan budaya tertentu pemberian kolostrum justru ditabukan. Kisah ini terbaca dalam
hasil survey Kesehatan Indonesia tahun 1992: Wanita Indonesia yang memberikan kolostrum
baru menyentuh angka 51%. Pemberian cairan jernih kental kekuningan ini meningkat seiring
dengan peningkatan pendidikan Ibu. Di Jawa dan Bali nilai ini terpaku pada angka 50%
sementara didaerah lain bervariasi antara 52-55%. Di pulau Jawa sendiri, Jawa Timur 40%,
Jawa Tengah 49% dan Jakarta 68% (Wanita berpendidikan tinggi memang lebih banyak
bermukim di Jakarta sensus 1990). Secretory IgA yang terkandung dalam Kolostrum
berkemampuan mengikat allergen potensial sekaligus mencegah penyerapannya.
Itulah sebabnya mengapa bayi premium ASI jarang mengalami alergi. Pemberian susu
formula dapat berarti memajankan bayi pada alergen dalam jumlah besar, sementara SIgA
tidak tersedia. Pemajanan alergen secara dini cenderung meningkatkan resiko terjadi reaksi
alergi, terutama pada keluarga yang mempunyai riwayat alergi. Sebaliknya pemberian ASI
secara eksklusif selama beberapa minggu setelah lahir akan menurunkan risiko menderita
eksim atopik di tahun pertama kehidupan disamping tentu saja menjalin keakraban (inilah
salah satu kelebihan pemberian ASI yang tak tergantikan karena media pertama bayi
mengenali lingkungan adalah melalui ibu). (Arisman, 2010)
Berikut adalah ciri-ciri kolostrum (Baskoro 2008) :
a.
Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.
b.
Cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI
mature.
27

c.

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature, tetapi berlainan dengan
ASI mature dimana protein yang utama adalah casein pada kolostrum protein yang
utama adalah antibodi, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap
infeksi.
Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI mature yang dapat memberikan
perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI mature.
Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58 kalori/100 ml kolostrum.
Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi
atau lebih rendah.
Bila dipanaskan menggumpal, ASI mature tidak.
pH lebih alkalis dibandingkan ASI mature.
Lemaknya lebih banyak mengandung kolestrol dan lecitin dibandingkan ASI mature.
Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi
kurang sempurna, yang akan menambah kadar antibodi pada bayi.

Kolostrum mempunyai beberapa manfaat penting bagi bayi :

Sebagai obat yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena
dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi. (Depkes RI, 2002)

Membersihkan saluran pencernaan dengan mengeluarkan tinja pertama yang berwarna


gelap yang disebut mekonium. (Ramaiah, 2006)

Mencegah bayi menjadi kuning (jaundice) dengan membersihkan bilirubin dari


saluran cerna. Bilirubin adalah pigmen orange-kekuningan didalam hati yang terutama
terbentuk dari pecahnya hemoglobin dalam sel-sel darah merah setelah mereka
menyelesaikan masa hidupnya. Meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
menyebabkan tubuh berwarna kuning. (Ramaiah, 2006)

Tabel 1. Komposisi dan kegunaan KOLOSTRUM


KANDUNGAN
KEGUNAAN
Kaya Antibiotik
- Melindungi terhadap alergi dan
infeksi
Banyak Sel darah putih
- Melindungi terhadap infeksi
Pencahar
- Membersihkan
meconium,
membantu mencegah bayi kuning/
icterus
Faktor-faktor pertumbuhan
- Membantu usus berkembang lebih
matang, mencegah alergi dan
keadaan tidak tahan (intoleransi)
Kaya Vitamin A
- Mengurangi keparahan infeksi,
mencegah penyakit mata

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina


Gizi Masyarakat, 2011)
II.6.2 ASI PERALIHAN (TRANSISI) (Ramaiah, 2006)

28

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature. Disekresi dari hari
keempat sampai hari kesepuluh masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI
mature baru akan terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima.
Berikut adalah ciri-ciri air susu masa peralihan (Baskoro 2008) :
a.
Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin
tinggi.
b.
Volume semakin meningkat.
c.
Kadar energi ASI pada transisi lebih rendah dibandingkan susu mature yaitu 67
kcal/100 cc.
d.
ASI matang (mature)
ASI yang disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya
relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ketiga sampai minggu kelima
ASI komposisinya baru konstan. Air susu mature merupakan cairan putih kekuningkuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan caroten.
Berikut adalah ciri-ciri air susu mature (Baskoro 2008):
a.
Tidak menggumpal bila dipanaskan.
b.
Volume: 300 850 ml/24 jam
c.
Terdapat faktor anti mikrobaterial, yaitu:
1.
Sel (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T).
2.
Enzim (lysozime, lactoperoxidese).
3.
Protein (lactoferrin, B12 binding protein).
4.
Faktor resisten terhadap staphylococcus.
5.
Complement ( C3dan C4).
Setelah beberapa hari, tubuh ibu memproduksi susu matang (mature milk) dengan komposisi:
(Nikita, 2009)
Foremilk: adalah ASI yang encer yang diproduksi pada awal proses menyusui dengan kadar
air tinggi dan mengandung banyak protein, laktosa serta nutrisi lainnya tetapi rendah lemak;
Hindmilk: adalah ASI mengandung tinggi lemak yang memberikan banyak zat tenaga/energi
dan diproduksi menjelang akhir proses menyusui.

29

Gambar 2.8 Perbedaan Kolostrum, Fore Milk dan Hind Milk

Gambar 2.9. Gambaran Perbedaan komposisi kolostrum dan ASI matang


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang),
sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi menghisap, lebih banyak ASI
30

yang diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI


berkurang. Jadi menyusui yang baik adalah sesering dan selama yang bayi inginkan.
Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand. Sedangkan komposisi nilai gizi
ASI dan kolostrum secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Komposisi Kolostrum dan ASI (Setiap 100 ml)


No
Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI
1.
Energi
Kkal
58.0
70
2.
Protein
G
2.3
0.9
3.
Kasein
Mg
140.0
187.0
4.
Laktosa
G
5.3
7.3
5.
Lemak
G
2.9
4.2
6.
Vitamin A
Ug
151.0
75.0
7.
Vitamin B1 Ug
1.9
14.0
8.
Vitamin B2 Ug
30.0
40.0
9.
Vitamin B12 Mg
0.05
0.1
10
Kalsium
Mg
39.0
35.0
11.
Zat besi (Fe) Mg
70.0
100.0
12.
Fosfor
Mg
14.0
15.0
Sumber: Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC,1980 dalam
Nikita, 2009
Keunggulan ASI (Depkes RI, 2007)
a)
ASI (Kolostrum) mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernafasan akut.
b)
ASI meningkatkan kecerdasan anak dibandingkan yang tidak mendapatkan ASI.
c)
ASI mengandung energi dan zat-zat gizi lainnya yang paling sempurna serta cairan
hidup yang sesuai dengan kebutuhan bayi hingga berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, ASI
masih dibutuhkan hingga anak berusia 2 tahun.
d)
ASI bersih, sehat, aman, mudah dicerna dan selalu tersedia dengan suhu yang sesuai.
Let food be your medicine demikian kata Hippocrates, Bapak Kedokteran
Dunia. Ungkapan itu sangat tepat untuk ASI yang diberikan kepada seorang bayi. ASI dapat
menjadi obat khususnya untuk diare yang diderita si kecil. Ini hanyalah salah satu manfaat
dari ASI bagi bayi. Masih banyak lagi manfaat lain dari ASI, bahkan bagi sang ibu.
II. 7

MANFAAT ASI

II.7.1 BAGI BAYI


1. ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling
sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI
sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 6 bulan.
Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan
sampai usia 2 tahun atau lebih (Roesli 2000).
31

ASI adalah makanan ideal untuk neonatus. ASI memberikan nutrien yang spesifik
sesuai usia serta faktor imunologis dan substansi antibakteri (American College of
Obstetricians and Gynecologists, 2007). ASI juga mengandung faktor-faktor yang berperan
sebagai sinyal biologis untuk meningkatkan pertumbuhan sel dan diferensiasi. (Cunningham
FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM,
Wendel GD, hal 651)
2.

ASI meningkatkan daya tahan tubuh


Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari ASI matang (mature).
Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari diare. Pada suatu
penelitian di Brazil Selatan bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal
karena diare 14,2 kali lebih banyak daripada bayi yang diberi ASI eksklusif. ASI juga akan
menurunkan kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi
(Roesli 2000).
Bayi yang diberi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan
lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya
berat (Roesli 2000).
ASI mengandung zat anti infeksi. Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI
kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen
E. Coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang
merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Lysozim,
enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. Coli dan salmonella) dan virus. Jumlah
lysozim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. Sel darah putih pada ASI pada 2
minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu : Bronchus-Asociated
Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT)
antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi
jaringan payudara ibu. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus.
Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan. (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q.
Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)

32

Gambar 2.10. Perlindungan terhadap infeksi


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)

33

Gambar 2.11 Resiko Penyakit berdasarkan Tidak Mendapat ASI Bagi Bayi
(Edwards RA, Anderson PO, Lenell A, Sylvia LM, Casale JP. 2014.
http://www.northeastern.edu/pharmcarebftutorial/expanding-the-pharmacists-role-inbreastfeeding-continuing-pharmacy-education-cpe-online-tutorial/module-1-breastfeedingbackground/what-is-in-breast-milk)

3.

ASI meningkatkan kecerdasan


Zat yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali
terdapat pada susu sapi antara lain :
A. Taurin, yaitu suatu bentuk protein yang hanya terdapat di ASI
B. Laktosa, merupakan karbohidrat utama ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu
sapi.
C. Asam lemak rantai panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6), merupakan asam lemak
utama ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.
Mengingat hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberi
ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal pula. Menurut hasil
penelitian terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi prematur yang diberikan
34

ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 poin lebih tinggi)
dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI (Roesli 2000).
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3
point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point
lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa anak yang
mendapat ASI mengalami peningkatan kecerdasan pada masa dewasa. (Cunningham FG,
Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM,
Wendel GD, hal 651)
4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih
sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat
mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan
terlindung dan disayang inila h yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Roesli 2000).
5.

Mengurangi resiko obesitas


Bayi yang diberi minum ASI harus bekerja keras menghisap puting susu, sedangkan bayi
peminum susu botol pasif saja menanti tetesan susu dari botol. Dampaknya karena harus
bekerja, bayi yang minum ASI akan segera berhenti menghisap jika dia telah merasa
kenyang. Sebaliknya bayi peminum susu botol tidak akan berhenti meneguk susu kecuali
botolnya telah kosong, hal yang cepat mengarah ke obesitas (Arisman, 2010).
6.

Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas
yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna. (Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
Keuntungan Psikologi Menyusui
Ikatan Emosi :
1. Kedekatan hubungan kasih sayang antara ibu dan anak
2. Ibu lebih puas secara emosional
3. Bayi jarang menangis
4. Ibu berperilaku lebih menyayangi
5. Meniadakan keinginan untuk menyiksa atau menelantarkan bayinya
Perkembangan
Bayi ASI lebih baik perkembangan kecerdasannya
(berdasarkan tes kecerdasan pada masa kanak-kanak)

35

ASI

MENYUSUI

Zat bergizi yang


lengkap
Mudah dicerna,
diserap secara
efisien
Melindungi
terhadap infeksi

Membantu bonding
dan perkembangan
Membantu
menunda
kehamilan baru
Melindungi
kesehatan ibu

Biaya lebih rendah dibanding


pemberian asupan buatan
Gambar 2.12 Keuntungan Menyusui
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II.7.2 BAGI IBU
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah
melahirkan akan berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin
yang berguna untuk penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat
berhenti (Roesli 2000).
2.

Mengurangi terjadinya anemia


Mengurangi kemungkinan terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi, karena
menyusui dapat mengurangi perdarahan (Roesli 2000).
3.

Menjarangkan kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama
ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama
setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan (Roesli 2000).
4.

Mengembalikan berat badan dan besarnya rahim ibu hingga lebih cepat normal
Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak
yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih
cepat kembali ke berat badan sebelum hamil (Roesli 2000). Menyusui berhubungan dengan
penurunan berat pascapartum. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD, hal 651)
Efisiensi konversi energi yang terkandung dalam makanan menjadi energi susu sebesar
rata-rata 80% dengan kisaran 76-94%. Dari sini dapat diperkirakan besaran energi yang
diperlukan untuk menghasilkan 100cc susu yaitu sekitar 85 kkal (80-90 kkal). Simpanan
lemak selama hamil dapat memasok energi sebanyak 100-200 kkal per hari. Berarti untuk
menghasilkan 850 cc ASI (rata-rata volume ASI di negara sedang berkembang) diperlukan
36

energi sekitar 750kkal. Penambahan kalori selama menyusui hanya 550 kkal/hari.
Kekurangan 250 kkal, diambil dari cadangan kalori wanita (simpanan lemak selama hamil).
Seandainya tiap ibu menyusui anak selama paling sedikit 4 bulan saja, dia akan kehilangan
250x30x4 kkal = 45.000 kkal yang setara (9kkal terkandung dalam 1 gr lemak) dengan 5kg
lemak. Ditambah dengan materi yang dikeluarkan ketika melahirkan (janin 3,4 kg, plasenta
0,45 kg, cairan amnion 0,9 kg, darah 0,6 kg (kehilangan darah pada persalinan normal ratarata 500cc)), berat wanita akan menyusut sebanyak 10,35 kg. Dengan demikian, keteraturan
memberikan ASI akan membantu penurunan berat badan.(Arisman, 2010)
Perhitungan diatas didasarkan pada asumsi bahwa kegiatan fisik wanita tidak berubah.
Seandainya dia secara teratur juga melakukan senam selama 15 menit (atau bahkan lebih)
sehari, penyusutan kalori akan lebih besar lagi. Berat badan sebagian ibu menyusui akan
berkurang sekitar 0,5-1,0 kg/perbulan. Kehilangan berat yang diperkenankan tidak melebihi
2kg/bulan. (Arisman, 2010)
Perangsangan puting susu oleh isapan bayi akan menambah sekresi oksitosin ke dalam
darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak,
penyebab gendut, kembali ke ukuran sebelum hamil. Dengan bantuan senam, proses
pelangsingan dapat dipercepat. Penjelasan ini jika digabung dengan keterangan sebelumnya
dapat digunakan untuk membantah sebagian ibu yang enggan menyusui bahwa memberi ASI
akan merusak bentuk tubuh. yang terjadi justru sebaliknya, mempercepat pelangsingan.
(Arisman, 2010)
Contoh kasus seperti yang dikutip dalam Arisman (2010) : Seorang Ibu menyusui
bayinya secara eksklusif dengan niat agar berat badannya kembali ke ukuran sebelum hamil.
Dia ingin tahu berapa lama berat badan normalnya bisa kembali coba jelaskan?
Jawaban: Prinsip Pengurangan berat badan (BB) dimasa menyusui ialah memberikan
ASI secara eksklusif dan melakukan olahraga sebisanya (bergantung pada kemauan dan
kesanggupan ibu yang bersangkutan) . ASI eksklusif diartikan sebagai pemberian ASI selama
4-6 bulan secara terus menerus tanpa jeda susu formula atau makanan selain ASI. Keinginan
untuk mengembalikan BB ke bilangan sebelum hamil berarti upaya menghabiskan bobot
pertambahan BB selama kehamilan berlangsung yaitu berat yang tersisa setelah bayi lahir.
Materi yang dilahirkan berbobot sekitar 4,95 Kg. Materi yang terlahir ini terdiri atas janin 3,4
Kg, Plasenta 0,45 Kg, cairan amnion 0,9 Kg dan darah (kehilangan darah pada persalinan
normal rata-rata 500 cc) 0,6 Kg. Sementara pertambahan BB selama hamil (dianggap) sekitar
12 Kg. Sisa BB (tertimbunsebagai lemak) ialah 7,05 Kg. Meski dianjurkan penambahan
asupan kalori sebesar 500 Kkal (dengan efisiensi konversi energi sebesar 80- 90 %) selama
penyusuan energi sebesar ini tetap saja tidak cukup untuk memproduksi ASI yang akan
diberikan eksklusif selama 24 jam. Untuk menghasilakan air susu sebanyak 100 cc
dibutuhkan 85 Kkal. Ibu menyusui yang berstatus gizi baik berkemampuan menyekresikan air
susu sebanyak 750 cc. Produksi ASI sevolume tersebut memerlukan energi sekitar (750/100 x
85) 637 Kkal (dibulatkan).
Dengan demikian telah terjadi kekurangan energi sebanyak 637- 450 (konversi energi
dianggap 90% : artinya energi tambahan sebesar 500 Kkal itu akan menjelma menjadi energi
dalam ASI hanya sebanyak 450 Kkal )= 187 Kkal yang setara dengan (187/9) 21 gr lemak
(dibulatkan). Jika si Ibu berniat memperbanyak pembakaran lemak dan berketetapan hati
untuk melakukan olahraga, jumlah kalori yang terbuang jelas akan lebih banyak dan
kecepatan BB pun dipercepat. Olah raga yang dianjurkan akan lebih baik berupa gerakan fisik
yang tertali dengan pekerjaan rumah tangga.
Menyapu akan menghabiskan energi sebanyak 2,0 Kkal semenit, mengepel lantai
memerlukan energi sebesar 3,4 Kkal semenit, dan menyikat lantai 4,0 Kkal semenit. Jika si
Ibu berkenan mengerjakan kegiatan itu tentu saja sembari mengasuh si bayi selama 30 menit
37

sehari berarti sejumlah 282 Kkal energi akan terkuras dari tubuhnya yang setara dengan
(282/9) 31 gr lemak (dibulatkan ). Jika kegiatan fisik dipadukan dengan pemberian ASI
eksklusif dalam sehari akan terbuang sebanyak 52 gr lemak. Menjawab pertanyaan diatas, BB
akan kembali ke BB semula setelah (7,05 Kg/ 52 gr) 135hari. Seandainya si Ibu mempunyai
banyak waktu untuk berolah raga pengembalian BB pun cepat terwujud. (Arisman, 2010)
5.

Mengurangi kemungkinan menderita kanker dan penyakit arteri koroner


Baik bagi ibu dan bayi, manfaat menyusui kemungkinan berlaku dalam jangka
panjang. Misalnya, wanita yang menyusui mempunyai risiko yang lebih rendah menderita
kanker payudara. Di samping itu, wanita pada-Nurses's Health Study yang menyusui selama
paling kurang dua tahun berturut-turut mempunyai risiko menderita penyakit arteri koroner
23 persen lebih rendah. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD, hal 651)
Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif kemungkinan menderita kanker payudara
dan indung telur berkurang. Beberpa penelitian bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat
melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker
payudara akan berkurang sampai sekitar 25% . Beberapa penelitian menemukan juga bahwa
menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian
ini menunjukkan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui
berkurang antara 20-25% (Roesli 2000). Baik bagi ibu dan bayi, manfaat menyusui
kemungkinan berlaku dalam jangka panjang. Misalnya, wanita yang menyusui mempunyai
risiko yang lebih rendah menderita kanker payudara. Di samping itu, wanita pada-Nurses's
Health Study yang menyusui selama paling kurang dua tahun berturut-turut mempunyai risiko
menderita penyakit arteri koroner 23 persen lebih rendah. (Cunningham FG, Leveno KJ,
Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD, hal
651)
6. Ekonomis
Dengan pemberian ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula. Selain itu
pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi, misalnya biaya jasa dokter,
biaya untuk pembelian obat, bahkan mungkin biaya perawatan di rumah sakit (Roesli 2000).

7.

Tidak merepotkan dan hemat waktu


ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga
tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu
botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari. Apalagi kalau persedian susu habis
pada malam hari maka kita harus repot mencarinya (Roesli 2000).
8.

Portable
Mudah dibawa kemana-mana (portable)sehingga saat berpergian tidak perlu membawa
berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak
atau menghangatkan susu. ASI dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan
siap dimakan/minum, serta dalam suhu yang selalu tepat (Roesli 2000).
9.

Memberi kepuasan bagi ibu


Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasaan, kebanggaan
dan kebahagian yang mendalam (Roesli 2000).
38

II.7.3 BAGI KELUARGA


Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya.
Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu botol. Tidak perlu biaya dan waktu
untuk merawat dan mengobati anak yang sakit karena pemberian susu botol. Mengurangi
biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan ibu.
II.7.4 BAGI NEGARA
Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi. Mengurangi subsidi untuk Rumah
Sakit. Mengurangi devisa untuk membeli susu botol. Menurunkan angka absensi pekerja
sehingga dapat meningkatkan produktifitas. Mendukung program Keluarga Berencana (KB).
Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa. (Prasetyono, 2009)
II. 8

WAKTU PEMBERIAN ASI / DURASI DAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI

Pengosongan perut bayi yang telah mengonsumsi ASI berlangsung sekitar 1.5 jam.
Frekuensi normal pemberian ASI pada bayi yang baru lahir adalah 10-12 kali setiap hari.
Seiring dengan pertambahan umur bayi, frekuensi pemberian ASI bergantung pada
persediaan ASI (Brown et al. 2005). Bayi berusia 4 hari membutuhkan ASI setiap 2 jam
selama 15-20 menit untuk satu payudara. Ketika bayi berusia 3-6 bulan frekuensi pemberian
ASI berkurang hingga mencapai 7-8 kali sehari. Bayi yang diberi ASI lebih sering meminta
makan dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula karena protein dan lemak
pada ASI lebih mudah diserap oleh sistem pencernaan bayi (Perkins & Vannais 2004).
Sebaiknya bayi disususi secara nir-jadwal (on demand),karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain (kencing kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu
menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan 1 payudara sekiar 5 sampai 7 menit
dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan
menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nir-jadwal, sesuai
kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja di luar rumah
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam
hari akan memacu produksi ASI. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Ibu harus berusaha menyusui sampai payudara
terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. selama masa menyusui sebaiknya ibu
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudar4 tetapi tidak terlalu ketat.
(Haryono R, Setianingsih S. 2014)

Gambar 2.11. Kutang [BH) yang baik untuk ibu menyusui. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)
39

Lama Waktu Menyusui Yang Benar Disatu Payudara


Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang
tak teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
II. 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI

Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah: (Andreas, 2008)
a.

Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara
langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat
cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi
jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada
akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja
dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah
1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring
nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan
tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1
butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan,
maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu
juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang
sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber
protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga
diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
b.

Ketentraman Jiwa dan Pikiran


Pembuatan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam
keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan
emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam, reflek yang
menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:

Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara
ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini
diteruskan ke hipofisa melalui nervus vagus, terus kelobus anterior.
Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai
pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.

Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)


Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara
ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala
bayi ke payudara ibu disebut: rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis
menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali
terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan
pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak
cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah
dan semakin mengganggu let down reflex.
c.

Pengaruh persalinan dan klinik bersalin


40

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan
memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih
menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada
dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian.
Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini
memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu
sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin
dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.
d.

Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.


Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil
yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI
bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi
yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau
spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.
e.
Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan
mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.
Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat
dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.
II. 10 VOLUME ASI
Produksi ASI akan meningkat segera setelah lahir sampai usia 4 sampai 6 minggu dan
setelah itu produksinya akan menetap. Produksi ASI pada hari pertama dan kedua sangat
sedikit tetapi akan meningkat menjadi 500 cc pada hari ke-5, 600 sampai 690 cc pada
minggu kedua dan kurang lebih 750 cc pada bulan ke-3 sampai ke-5. Produksi ASI ini akan
menyesuaikan kebutuhan bayi (on demand). Jika saat itu bayi mendapat tambahan makanan
dari luar (misalnya susu formula), maka kebutuhan bayi akan ASI berkurang dan berakibat
produksi ASI akan turun. Produksi ASI 750-1000ml/hari menghasilkan energi 510 615
kkal/hari, energi yang diperlukan bayi dengan berat badan 5 6 kg. Volume ASI pada
minggu pertama setelah melahirkan tampak pada gambar 5.

Gambar 2.12. Volume ASI pada minggu pertama kelahiran. Tampak volume ASI pada
hari 1 sekitar 60-80ml/hari, tetapi akan meningkat pesat menjadi 600 ml/hari pada
hari ke-4 setelah melahirkan. Bayi mempunyai cadangan sampai 3 hari pertama,
sehingga volume yang sedikit pada hari ke1 dan ke-2 setelah lahir tidak menjadi
41

masalah bagi bayi. (Sumber Neville 1991) (Neville MC, Allen JC, Archer PC. 1991 dalam
Maria M. 2011)
Produksi ASI akan menyesuaikan kebutuhan bayi, oleh karenanya sangat dianjurkan
untuk menyusui secara on-demand, artinya sesuai dengan keinginan bayi. Suatu penelitian di
Rusia dengan memberikan 4 perlakuan berbeda pada bayi baru lahir mempelihatkan hasil
seperti pada gambar 2. Kelompok 1 bayi dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 25-120
menit etelah lahir dan skin-to-skin contact, bayi tidak memakai baju, dan setelah itu dilakukan
rawat gabung, bayi dan ibu dalam 1 kamar sehingga bayi menyusui sesuka bayi (on-demand).
Kelompok II dilakukan IMD 25-120 menit setelah melahirkan tetapi bayi sudah dibungkus
selimut sesuai kebiasaan tradisional di Rusia, selanjutnya dilakukan rawat gabung. Kelompok
III tidak dilakukan IMD dan tidak dilakukan rawat gabung. Kelompok IV tidak dilakukan
IMD tetapi dilakukan rawat gabung. Tampak bahwa rerata volume ASI terbanyak adalah
pada kelompok IMD skin-to-skin contact dan dilakukan rawat gabung sehingga bayi dapat
menyusu on-demand. Rerata volume ASI adalah 300 ml/hari pada multipara (ibu yang
melahirkan kkedua kali atau lebih) dan 250 ml untuk primipara (ibu yang melahirkan pertama
kali). Sedangkan kelompok III yang tidak dilakukan IMD dan room-in mempunyai volume
yang paling sedikit. (Bystrova K, Widstrom Am, Matthiesen AS, Ransjo-Arvidson AB,
Welles-Nystrom B, Vorontsov I, et al. 2007. dalam Maria M. 2011)

Gambar 2.13. Perbedaan volume ASI pada hari ke-4 pada primipara (ibu yang
melahirkan pertama kali) dan multipara (ibu yang melahirkan anak ke-2 atau lebih)
pada 4 kelompok perlakuan yang berbeda. Kelompok I Inisiasi Menyusui Dini (IMD
dengan skin-to-skin contact; Kelompok II IMD tanpa skin-to-skin contact; Kelompok III
tidak dilakukan IMD dan room-in Kelompok IV Tidak dilakukan IMD tetapi room-in.)
(Bystrova K, Widstrom Am, Matthiesen AS, Ransjo-Arvidson AB, Welles-Nystrom B,
Vorontsov I, et al. 2007. dalam Maria M. 2011)
Rerata volume ASI pada ibu yang menyusui bayi usia 1 6 bulan secara eksklusif on
demand mendapatkan hasil sebagai berikut : (Kent JC, Mitoulas LR, Cregan MD, Ramsay
DT, Doherty DA, Hartmann PE. 2006. dalam Maria M. 2011)
1. Bayi menyusu 10 12 kali dalam sehari
2. Rata-rata produksi ASI adalah 800 ml/hari
3. Produksi ASI setiap kali menyusui adalah 90 ml/kali, yang dihasilkan 2 payudara.
4. Pada umumnya bayi akan menyusu pada payudara pertama sebanyak 75 ml dan
dilanjutkan 50 ml pada payudara kedua.
5. Menyusui pada malam hari.
Selama 3 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI eksklusif akan kembali ke berat badan
lahir paling tidak pada usia 2 minggu, dan tumbuh sesuai atau bahkan di atas grafik sampai
usia 3 bulan. Penurunan berat badan bayi selama 2 minggu pertama kehidupan tidak boleh
melebihi 10%.20 Bayi yang lahir dengan berat badan rendah lebih lambat kembali ke berat
badan lahir semula, dibandingkan bayi dengan berat badan lahir normal. (Maria M. 2011)
42

Pada bulan bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada payudara ibu
hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai menghisap payudara, maka produksi ASI
bertambah secara cepat, dalam kondisi normal ASI diproduksi sebanyak 10 - 100 cc pada
hari hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke-10 sampai ke-14. Bayi
yang sehat selanjutnya mengkonsumsi sebanyak 700 800 cc ASI perhari. Namun kadang
kadang ada yang mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter perhari dan
tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu pada
tingkat yang berat baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume
ASI. Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500 700 cc pada 6
bulan pertama usia bayi, 400 600 cc pada 6 bulan kedua dan 300 500 cc pada tahun kedua
usia anak (Prasetyono, 2009).
Beberapa faktor ditemukan berhubungan secara nyata dengan keputusan ibu
untuk melakukan praktek ASI eksklusif. Faktor karakteristik ibu seperti suku, umur, tingkat
pendidikan, dan agama serta jenis kelamin bayi berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk
melakukan ASI eksklusif, namun sulit untuk dirubah dalam waktu singkat maupun pada
tingkat individu. Faktor lain seperti pengetahuan akan manfaat ASI, informasi dari tenaga
kesehatan, serta riwayat menyusui lebih berpotensi untuk dirubah (Foo et al. 2005).
II. 11 FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI antara lain :
1. Usia Ibu
Usia dapat mempengaruhi cara berfikir, bertindak, dan emosi seseorang. Usia yang lebih
dewasa umumnya memiliki emosi yang lebih stabil dibandingkan usia yang lebih muda. Usia
ibu akan mempengaruhi kesiapan emosi ibu. Usia ibu yang terlalu muda ketika hamil bisa
menyebabkan kondisi fisiologis dan psikologisnya belum siap menjadi ibu. Hal ini dapat
mempengaruhi kehamilan dan pola pengasuhan (Hurlock 1995 dalam Adwinanti 2004).
Usia ibu menjadi faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap prediksi
keberlangsungan ASI sampai 6 bulan pada ibu-ibu di Singapura (Foo et al. 2005). Beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa semakin muda usia ibu, semakin rendah tingkat durasi
pemberian ASI. Usia ibu yang lebih muda berhubungan nyata dengan pemberian ASI hanya
sampai bayi usia 2 bulan (Ertem, Votto & Leventhal 2001 dalam Adwinanti 2004).
2. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu
Campbell (2002) menyatakan bahwa pendidikan formal sangat penting karena dapat
membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Semakin tinggi tingkat
pendidikan formal akan semakin luas wawasan berpikirnya, sehingga akan lebih banyak
informasi yang diserap. Adwinanti (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu tentang
ASI. Hasil penelitian terhadap ibu-ibu di Singapura juga menyatakan terdapat hubungan yang
positif antara tingkat pendidikan ibu dengan durasi pemberian ASI (Foo et al. 2005).
Sementara itu, terdapat hasil penelitian yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
pendidikan ibu dengan cara pemberian ASI dengan dugaan tingkat pendidikan yang semakin
tinggi tidak disertai dengan pengetahuan tentang cara menyusui yang baik dan benar serta
kemampuan dalam penerapannya (Zai 2003 dalam Adwinanti 2004). Kurangnya informasi
dan pengetahuan mengenai manfaat ASI, manajemen laktasi dan hal-hal berkaitan dengan
pemberian ASI juga dapat mempengaruhi pola pemberian ASI. (Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
43

3. Pekerjaan Ibu
Ibu yang tidak bekerja memiliki durasi pemberian ASI lebih lama dibandingkan
dengan ibu yang bekerja. Sebanyak 31% dari ibu bekerja memberikan ASI sampai bayi usia 6
bulan dan hanya 20% ibu bekerja yang memberikan ASI sampai bayi usia 6 bulan (Ong et al.
2005). Kesulitan dalam menyeimbangkan antara pekerjaan dan pemberian ASI menjadi
alasan utama ibu bekerja untuk berhenti memberikan ASI pada bayinya (Foo et al. 2005). Hal
ini didukung oleh teori bahwa para ibu yang mulai bekerja sering mulai menghentikan
pemberian ASI karena harus berpisah dengan bayinya. Ibu-Ibu tersebut sebenarnya dapat
terus memberikan ASI secara eksklusif pada 6 bulan pertama dan melanjutkan ASI sampai
sekurang-kurangnya 2 tahun dengan cara memerah ASI (Gibney et al. 2005).
Depkes RI telah menetapkan kebijakan PP-ASI Pekerja Wanita agar ibu yang
bekerja dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif selama 6 bulan dan
dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. Salah satu strategi yang digunakan dalam
kebijakan tersebut adalah mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi
pekerja wanita melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak pengusaha (Depkes RI
2004).
4. Perubahan sosial budaya
Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya. Kenaikan tingkat partisipasi wanita
dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan
masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. Meniru
teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol. Persepsi masyarakatkan
gaya hidup mewah membawa dampak menurutnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya
pandangan bagi kalangan terentu bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan terbaik. Hal
ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau meniru orang lain, atau tanya untuk prestise.
Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. Budaya modern dan perilaku masyarakat
yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air
susu buatan sebagai jalan keluarnya. (Roesli 2000)
5. Faktor psikologis
a. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan. Padahal
setiap ibu yang mempunyai bayi selalu mengubah payudara, walaupun menyusui atau tidak
menyusui.
b. Tekanan batin.
Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi sehingga
dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan
mengurangi menyusui. (Roesli 2000)
6. Faktor fisik ibu
Alasan yang cukup sering basi ibu untuk menyusui adalah karena ibu sakit, baik
sebentar maupun lama. Tetapi. sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan
berhenti menyusui. Dari jauh lebih berbahaya untuk mulai memberi bayi makanan buatan
daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit. (Roesli 2000)
7. Faktor petugas kesehatan
Masyarakat kurang mendapat pengetahuan atau dorongan tentang manfaat
pemberian ASI dari petugas kesehatan. (Roesli 2000) Selain itu juga kurangnya dukungan
44

dari tenaga kesehatan dan tempat bekerja dapat mempengaruhi pola pemberian ASI.
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008)
8. Meningkatnya promosi susu kaleng/formula sebagai pengganti ASI.
Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan
distribusi susu buatan menimbulkan tumbuhnya kesediaan menyusui dan lamanya baik di
desa dan perkotaan. Distibusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus dan bahkan
meningkat titik hanya di televisi, radio dan surat kabar melainkan juga ditempat-tempat
praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di Indonesia. (Roesli 2000)
9. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang
menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng
Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk meningkatkan gizi
bayi, seringkali menyebabkan salah arah dan meningkatkan pemberian susu botol. Prornosi
ASI yang efektif haruslah dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di sekolahsekolah kedokteran yang menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2 tahun atau
lebih. (Roesli 2000)
10. Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin
Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini
mungkin setelah lahir. Namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat
dilaksanakan menyusui dini. (Roesli 2000)
11. Faktor keluarga, masyarakat dan tempat kerja
Kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitarnya termasuk tempat kerja
juga dapat mempengaruhi pola pemberian ASI. Keberhasilan menyusui juga ditentukan oleh
bantuan dan dukungan terus menerus kepada ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan.
Suami, keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja memegang peranan penting dalam
keberhasilan ibu menyusui.
Hampir semua ibu dapat menyusui bila dibantu untuk memperoleh rasa percaya diri
serta diberi informasi mengenai teknik menyusui yang benar. (Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
Peranan suami dan keluarga sangat besar dalam mendukung keberhasilan ibu
menyusui ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun antara lain
dengan :
Membantu membangun rasa percaya diri istrinya agar mau dan mampu menyusui
Khususnya dalam hal inisiasi menyusui dini, sebaiknya suami juga ikut hadir dan
memberi dukungan kepada istri saat melahirkan
Berbagi peran sebagai orang tua dengan ikut merawat dan menjaga bayinya.
Memastikan istri mendapat gizi yang baik dan istirahat yang cukup
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008)
12. Faktor pemerintah dan organisasi kemasyarakatan
Lemahnya perangkat hukum dalam upaya pengawasan dan pelaksanaan peraturan
yang berkaitan dengan PP ASI dapat mempengaruhi pola pemberian ASI. Selain itu juga
kurangnya pemberian prioritas terhadap pembangunan SDM yang berkualitas turut
45

mempengaruhi pemberian ASI. (Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kementerian Kesehatan RI, 2008)
13. Faktor lain
Ada beberapa bagian keadaan yang tidak memungkinkan ibu untuk menyusui
bayinya walaupun produksinya cukup, seperti :
a. Berhubungan dengan kesehatan seperti adanya penyakit yang diderita sehingga dilarang
oleh dokter untuk menyusui, yang dianggap baik untuk kepentingan ibu (seperti : gagal
jantung, Hb rendah).
b. Masih seringnya dijumpai di rumah sakit (rumah sakit bersalin) pada hari pertama
kelahiran oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya, walaupun sebagian besar daripada ibuibu yang melahirkan di kamar mereka sendiri, hampir setengah dari bayi mereka diberi susu
buatan atau larutan glukosa.
Di kota-kota besar di dunia ditemukan adanya kecenderungan menurunnya angka
ibu menyusui anaknya yang dilewati dengan kecenderungan memberikan susu botol sebagian
besar disebabkan oleh gaya hidup mewah.
Banyak diantara penduduk kota menikmati standar hidup setingkat dengan keluarga
masyarakat yang hidup mewah di negara barat, misal pengusaha, pedagang, pejabat, petugas
dan para pemimpin politik. Para dokter dan petugas kesehatan yang memelihara gaya hidup
ini bersemangat ntuk menganjurkan dan menggalakkan praktek-praktek yang dianggap maju
dan modem. Kecenderungan memberikan pemberian ASI ini disebabkan gaya hidup tersebut.
Tabel 3. Ringkasan perbedaan antara jenis-jenis susu
ASI
SUSU SAPI
SUSU FORMULA
Pencemaran bakteri Tidak ada
Mungkin ada
Mungkin
ada
bila
dicampurkan
Faktor-faktor
anti Ada
Tidak ada
Tidak ada
infeksi
Faktor-faktor
Ada
Tidak ada
Tidak ada
pertumbuhan
Protein
Jumlahnya
Terlalu
Sebagian disesuaikan
tepat
dan banyak, sukar
mudah dicerna dicerna
Lemak
Asam lemak Kurang asam Kurang asam lemak
essensial
lemak
essensial,
tidak
cukuptermasuk essensial, tidak mengandung lipase
DHA dan AA, mengandung
mengandung
lipase
lipase
untuk
mencerna
Zat besi
Jumlahnya
Jumlahnya
Ditambah eksta, tidak
sedikit, diserap sedikit, tidak diserap dengan baik
dengan baik
diserap dengan
baik

46

Vitamin-vitamin

Cukup

Tidak cukup Vitamin-vitamin


mengandung
ditambahkan
vitamin A dan
C

Air

Cukup

Diperlukan
tambahan

Mungkin memerlukan
tambahan

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

Gambar 2..14. Ringkasan perbedaan komponen dalam susu yang berbeda


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)

47

Gambar 13. BAHAYA PEMBERIAN SUSU FORMULA (Departemen Kesehatan RI


Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
II. 12 ASI EKSKLUSIF
ASI Eksklusif adalah memberikan ASI saja kepada bayi sejak bayi lahir (satu jam
pertama), tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
tanpa makanan pendamping ASI (MPASI) makanan tambahan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali vitamin, mineral dan obat. (Baskoro 2008)
Menurut WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK
Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 telah menetapkan rekomendasi
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Prasetyono, 2009).
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi hingga berusia 6 ulan.
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), walaupun proporsi
bayi yang pernah mendapat ASI cukup tinggi yaitu 95,7% (SDKI 2007), namun proporsi ASI
eksklusif pada bayi 0 - 6 bulan masih rendah yaitu 32,4% (SDKI 2007), demikian juga
dengan proporsi bayi mendapat ASI sekitar 1 jam setelah lahir yaitu 43,9% (SDKI 2007).
(Kementerian kesehatan RI, 2010) Sementara jumlah bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu
formula meningkat dari 16,7 % (SDKI 2002-2003) menjadi 27,9 % (SDKI, 2007).
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008) Tidak memberikan kolostrum merupakan salah satu kebiasaan
merugikan yang sering ditemukan. Pemberian ASI dapat menurunkan kematian neonatal
hingga 55-87% (The Lancet Neonatal Survival 2005). (Kementerian kesehatan RI, 2010)
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan dan perkembangannya. ASI
memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama
kehidupannya. Pemberian ASI eksklusif juga mengurangi tingkat kematian bayi yang
disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru,
serta mempercepat pemulihan bila sakit. (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q.
Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
48

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa


kehidupan balita, antara lain disebabkan oleh kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan,
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) terlalu dini atau terlalu lambat, MPASI tidak
cukup mengandung energi dan zat mikro terutama mineral besi dan seng, perawatan bayi
yang kurang memadai, dan yang tidak kalah pentingnya adalah ibu tidak berhasil memberi
ASI Eksklusif kepada bayinya. (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi
Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
Bayi yang sehat, lahir dengan membawa cukup cairan di dalam tubuhnya. Kondisi ini
akan tetap terjaga bahkan dalam cuaca panas sekalipun, bila bayi diberi ASI secara eksklusif
siang dan malam. Namun kebiasaan memberi cairan pada bayi selama 6 bulan pertama, masih
banyak dilakukan, dimana akan berakibat buruk pada gizi dan kesehatan bayi.
Kebiasaan memberi air putih dan cairan seperti teh, air manis, jus dan madu kepada
bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama, umum dilakukan masyarakat. Kebiasaan ini
seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan dengan alasan yang berbeda sesuai nilai-nilai
budaya yang ada di masyarakat. Alasan yang paling sering dikemukakan adalah
menghilangkan rasa haus, mencegah dan mengobati pilek dan sembelit serta menenangkan
bayi sehingga bayi tidak rewel. (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi
Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
Nilai-nilai budaya turut ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman
tambahan untuk bayi, sebagai contoh dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa
bayi baru lahir sebaiknya diberi cairan misalnya madu atau air putih. Oleh karena itu, ibu-ibu
perlu mendapat informasi dan diyakinkan untuk merubah perilaku yang dapat membuat
pemberian ASI eksklusif menjadi norma baru atau nilai budaya dalam masyarakat.
Disamping itu ibu juga membutuhkan bantuan dan dukungan terus menerus untuk
keberhasilan menyusui eksklusif selama 6 bulan. (Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
Masalah lain yang dapat menjadi kendala keberhasilan menyusui, khususnya ASI
eksklusif 6 bulan adalah ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin, yang menyebabkan
penggunaan susu formula, sehingga menggantikan pemberian ASI. Jatah cuti hamil yang
hanya 3 bulan, jarak rumah-tempat kerja yang umumnya jauh dan tidak tersedianya Ruang
ASI di tempat kerja untuk memerah air susu serta tempat penyimpanannya hingga jam pulang
kerja, menambah daftar hambatan menyusui eksklusif bagi perempuan yang bekerja.
Meskipun dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, telah mengakomodasi
pemberian kesempatan kepada tenaga kerja yang masih menyusui untuk menyusui bayinya,
namun hal ini belum diterapkan di semua tempat kerja. (Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)

Tabel 4. Kriteria Definisi Pemilihan Tata Cara Pemberian Makan Bayi


Tata cara
Yang dibutuhkan
Yang diijinkan
Yang tidak
pemberian
diterima bayi
diterima bayi
diijinkan diterima
makan
bayi
ASI eksklusif ASI (termasuk ASI ORS, drops, sirup Selain
yang
perasan dan donor (vitamin,
mineral, disebutkan
ASI)
obat-obatan)
ASI
ASI (termasuk ASI Beberapa cairan (air, Selain
yang
predominan
perasan dan donor minuman
berbahan disebutkan
(susu
ASI) sebagai sumber dasar air, jus buah), selain ASI, cairan
nutrisi yang dominan cairan ritual, dan berbahan
dasar
49

ASI
komplementer

ASI (termasuk ASI


perasan dan donor
ASI) dan makanan
padat atau semi-padat

ASI

ASI (termasuk ASI


perasan dan donor
ASI)

Susu botol

Minuman
apapun
(termasuk ASI) atau
makanan semi-padat
yang disajikan dalam
botol

ORS, drops atau sirup


(vitamin,
mineral,
obat-obatan)
Selain
yang
disebutkan: makanan
atau
minuman
termasuk susu selain
ASI dan susu formula
Selain
yang
disebutkan: makanan
atau
minuman
termasuk susu selain
ASI dan susu formula
Selain
yang
disebutkan: makanan
atau
minuman
termasuk susu selain
ASI dan susu formula

makanan)

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

(WHO, 2009)

Gambar 2.2. ISTILAH PEMBERIAN MAKANAN BAYI (Departemen Kesehatan RI


Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

50

ISTILAH-ISTILAH UNTUK PEMBERIAN MAKANAN BAYI


Menyusui eksklusif:
Menyusui eksklusif berarti tidak memberi bayi makanan atau minuman lain termasuk
air putih, di samping menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes;
ASI perah juga diperbolehkan)
Menyusui pre dominan:
Menyusui pre dominan berarti menyusui bayi, tapi juga memberi sedikit air atau
minuman berbasis air, misalnya teh.
Menyusui penuh:
Menyusui penuh berarti menyusui eksklusif atau pre dominan.
Pemberian minum dengan botol:
Pemberian minuman dengan botol berarti memberi minuman bayi dari botol, apapun
isi botol termasuk ASI perah.
Pemberian susu formula:
Pemberian susu formula berarti memberi minuman bayi dengan susu formula, dan
sama sekali tidak menyusu.
Menyusui parsial:
Menyusu parsial berarti menyusui bayi ditambah makanan buatan, baik itu susu
formula, bubur atau makanan lainnya.
Pemberian makanan pendamping ASI tepat waktu:
Pemberian makanan pendamping ASI tepat waktu artinya memberi bayi makanan lain
di samping menyusui ketika saatnya tepat, kira-kira setelah usia 6 bulan.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
II. 13 MANFAAT ASI EKSKLUSIF
Manfaat ASI Eksklusif bagi bayi antara lain dengan ASI Eksklusif bayi akan
mendapatkan antibody yang dikandung dalam ASI, sehingga bayi dapat terhindar dari infeksi,
dengan ASI bayi jarang menderita gastroenteritis, mencegah bayi untuk menjadi obesitas,
mencegah bayi untuk menderita kejang oleh karena hipokalsemia. Hal ini karena di dalam
ASI tersebut mengandung nutrient yang sesuai untuk bayi seperti lemak sebagai sumber
kalori utama dalam ASI, lactose sebagai karbohidrat utama, kasein dan asam lemak omega 3
(DHA) sebagai kadar protein, garam, mineral serta vitamin yang ditemukan secara alamiah
ada di dalam ASI. Dimana kandungan ini tidak ada dalam susu formula. ASI juga
mengandung zat protektif, sehingga bayi yang mendapat ASI jarang menderita penyakit, serta
mempunyai efek psikologis yang besar-interaksi yang timbul antara ibu dan bayi pada saat
menyusui akan menimbulkan rasa aman bagi bayi.

51

BAB III
PEMBERIAN ASI UNTUK BAYI LAHIR
DARI IBU BERMASALAH

BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN HIV


Peningkatan kasus HIV-AIDS pada perempuan menyebabkan pemberian ASI pada
ibu dengan HIV-AIDS perlu mendapat perhatian khusus. Tingginya kasus HIV-AIDS saat ini,
sangat berpengaruh bagi perempuan, karena perempuan ternyata lebih rentan tertular HIV.
Hasil studi menunjukkan bahwa kemungkinan perempuan dan remaja putri tertular HIV
adalah 2,5 kali dibandingkan laki-laki dan remaja putra. Depkes RI melaporkan bahwa
sampai bulan Desember 2008, terdapat 16.110 kasus AIDS di Indonesia. Dari jumlah
tersebut, 50,82 % kasus HIV dan AIDS terdapat pada kalangan usia muda (20-29 tahun) dan
24,6 % adalah perempuan dan remaja putri (usia reproduksi). (Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
Penularan virus HIV dari ibu ke anaknya dapat terjadi melalui 3 (tiga) cara, yaitu
selama kehamilan (5-10%), selama persalinan (10-20%) dan melalui ASI (10-15%). Resiko
terbesar penularan HIV dari ibu ke bayi terjadi ketika persalinan. Resiko akan semakin tinggi
ketika kadar HIV (viral load) di darah ibu tinggi pada menjelang ataupun saat persalinan.
Resiko penularan HIV juga dari pemberian ASI kepada bayinya, ketika kadar HIV di air susu
ibu tinggi. Antara 10-20% bayi yang dilahirkan dari ibu HIV+ ditularkan melalui pemberian
ASI (hingga 18 bulan atau lebih). (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q.
Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008) Literatur lain menyebutkan
risiko penularan HIV melalui ASI sekitar 15-20 %. (Kemenkes, 2010)
HIV terdapat di dalam ASI, tetapi konsentrasinya jauh lebih kecil dibandingkan
dengan HIV di dalam darah. Faktor yang mempengaruhi tingkat resiko penularan HIV
melalui pemberian ASI yaitu : (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi
Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)

a. Umur bayi
Resiko penularan ASI akan lebih besar pada bayi yang baru lahir. Antara 50-70 % dari
semua penularan HIV melalui ASI terjadi pada usia enam bulan pertama bayi. Setelah
tahun kedua umur bayi, resiko penularan menjadi lebih rendah.
b. Luka di mulut bayi
Bayi yang memiliki luka di mulutnya memiliki resiko untuk tertular HIV lebih besar
ketika diberikan ASI
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko penularan HIV dari ibu ke bayi selama
masa menyusui : (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang
Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
a. Ibu baru terinfeksi HIV
b. Ibu memberikan ASI dalam periode yang lama
Lama pemberian ASI akan meningkatkan resiko penularan HIV dari ibu ke bayi. Paa 5
bulan pertama diperkirakan resiko penularan 0,7% per bulan. Antara 6-12 bulan, resiko
52

sebesar 0,5% per bulan dan antara 13-24 bulan, resiko bertambah sebesar 0,3% per bulan.
Dengan demikian, memperpendek masa pemberian ASI dapat mengurangi resiko bayi
terinfeksi HIV.
c. Ibu memberikan makanan campuran (mixed feeding) untuk bayi
Bayi yang diberi ASI eksklusif kemungkinan memiliki resiko terinfeksi HIV lebih
rendah dibandingkan bayi yang mengkonsumsi makanan campuran (mixed feeding) yaitu
ASI dicampur dengan susu formula dan makanan padat lainnya. Hal ini diperkirakan
karena air dan makanan yang terkontaminasi akan merusak usus bayi yang mendapatkan
makanan campuran, sehingga HIV dari ASI bisa masuk ketubuh bayi. (Kementerian
Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup
Perempuan. 2008)
Sangat tidak dianjurkan untuk menyusui campur (mixed feeding) karena akan
meningkatkan kemungkinan bayi terinfeksi HIV. Bila menyusui campur, perlindungan
ASI terhadap bayi dari penyakit infeksi menjadi tidak maksimal, sementara virus HIV
ditransmisikan melalui ASI ditambah dengan kemungkinan infeksi lain yang dibawa oleh
susu formula. Bila ASI saja, perlindungan akan optimal untuk infeksi yang dibawa oleh
ASI. Bila susu formula saja, bayi tidak memiliki risiko menerima infeksi yang dibawa
oleh ASI. (Kementerian kesehatan RI. 2010)
d. Ibu memiliki masalah pada payudara, seperti mastitis, abses, luka di puting payudara
Risiko penularan HIV diperbesar dengan adanya lecet pada payudara ibu dengan HIV
(menjadi 65%). (Kementerian kesehatan RI. 2010)
e. Bayi memiliki luka di mulut
Dalam hal pemberian ASI kepada anaknya, tetap harus dihargai hak seorang ibu
untuk menyusui. Oleh karena itu, ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan konseling untuk
membantu mereka dalam membuat keputusan, apakah akan memilih memberi susu formula
kepada bayinya atau memberi ASI eksklusif. Konselor adalah orang yang diberikan pelatihan
tentang HIV-AIDS dan pemberian makanan untuk bayi, sehingga konselor tersebut mampu
memberikan kepercayaan diri kepada sang ibu terhadap pilihannya. (Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Apabila ibu memilih untuk memberikan ASI,
dianjurkan untuk ASI Eksklusif selama 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi diberi susu formula,
dan ASI dihentikan. Ibu perlu diberi informasi mengenai manajemen laktasi (cara menyusui
yang baik dan benar). (Kemenkes, 2010)
Menghadapi resiko penularan HIV melalui ASI, WHO merekomendasikan bahwa
bayi dari ibu HIV positif tidak diberikan ASI, jika susu formula memenuhi persyaratan
AFASS yaitu :
Acceptable (mudah diterima) berarti tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu
untuk memberikan susu formula untuk bayi
Feasible (mudah dilakukan) berarti ibu dan keluarga punya waktu, pengetahuan
dan ketrampilan yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula
kepada bayi
Affordable (harga terjangkau) berarti ibu dan keluarga mampu memberi susu
formula
Sustainable (berkelanjutan) berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan
malam selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan
distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya
Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula harus disimpan secara benar,
higienis dengan kadar nutrisi yang cukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan
53

yang bersih, serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu formula untuk
masyarakat luas pada umumnya.
Jika satu dari prasyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka dianjurkan memberikan ASI
eksklusif selama maksimal 3 (tiga) bulan dan kemudian segera harus dihentikan jika susu
formula telah memenuhi persyaratan AFASS. (Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
Persyaratan AFASS harus dipenuhi apabila ibu ingin memilih memberikan Susu
Formula Eksklusif. Literatur lain menjelaskan tentang persyaratan AFASS sebagai berikut :
(Kementerian kesehatan RI. 2010)
1. Dapat dijamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang baik di tingkat keluarga dan
masyarakat DAN
2. Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu menyediakan susu formula dalam jumlah
yang cukup untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal DAN
3. Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu menyediakan susu formula secara bersih dan
cukup sering sehingga aman dan risikonya rendah untuk terjadi diare dan malnutrisi
DAN
4. Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu memberikan susu formula secara eksklusif
sampai 6 bulan DAN
5. Keluarga mendukung DAN
6. Ibu atau pengasuh bayi yang lain dapat mengakses pelayanan kesehatan anak yang
komprehensif.
7. Apabila persyaratan AFASS terpenuhi sebelum 6 bulan, bagi ibu yang memberikan
ASI dapat memilih antara meneruskan ASI eksklusif sampai 6 bulan atau beralih ke
Susu Formula Eksklusif.
8. Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan campuran (mixed feeding) untuk
bayi dari ibu HIV positif, yaitu ASI bersamaan dengan susu formula dan makanan
minuman lainnya (lihat butir ke-4 diatas).
9. Apapun pilihan ibu tentang pemberian makanan bayi, perlu diberikan dukungan.
Jadi, Ibu dengan positif HIV sebaiknya tidak menyusui bila terdapat susu pengganti
ASI yang memenuhi syarat AFASS (acceptable, feasible, affordable, sustainable dan
safe). Menyusui bukan merupakan kontraindikasi bagi ibu dengan infeksi HIV, walaupun
diduga bahwa puting lecet atau berdarah dapat meningkatkan risiko penularan.(Maria M.
2011)
Prinsip pemberian ASI dan obat antiretroviral (ARV) atau tidak memberikan ASI
sama sekali. Apabila ASI tidak diberikan maka pemenuhan makanan/minuman bayi dipenuhi
dari susu formula (bila bayi kurang dari 6 bulan) atau susu formula dan makanan pendamping
ASI MPASI apabila bayi berumur lebih dari 6 bulan. (WHO, 2010. dalam Maria M. 2011)
Pedoman pemberian makanan bayi pada HIV menurut WHO tahun 2010 adalah
sebagai berikut: (WHO, 2010. dalam Maria M. 2011)
Ibu dengan HIV negatif atau status HIV belum diketahui
o Berikan ASI eksklusif sampai 6 bulan. MPASI mulai diberikan usia 6 bulan,
sementara ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih.
o Apabila status HIV belum diketahui, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium.
Ibu dengan HIV positif dan bayi dengan HIV negatif/status HIV belum diketahui
o Berikan ASI eksklusif sampai 6 bulan. MPASI mulai diberikan usia 6 bulan,
sementara ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih.
o Hentikan ASI kapan saja apabila kebutuhan nutrisi dari sumber lain (susu
formula/MPASI) sudah bisa memenuhi kebutuhan bayi. Menghentikan pemberian
54

ASI harus dilakukan secara bertahap dalam waktu 1 bulan. Tidak diperbolehkan untuk
menghentikan ASI tiba-tiba. Untuk ibu yang sudah memutuskan memberikan ASI
eksklusif, penghentian ASI sebelum 6 bulan sudah tidak dianjurkan lagi.
o Ibu yang mendapat ARV harus tetap melanjutkan ARV sampai 1 minggu setelah
pemberian ASI benar-benar dihentikan.
Ibu dengan HIV positif dan bayi dengan HIV positif
o Berikan ASI eksklusif sampai6 bulan. MPASI mulai diberikan usia 6 bulan, sementara
ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih.
Makanan/minuman sebagai pengganti ASI apabila anak tidak mendapatkan ASI eksklusif :
(WHO, 2010. dalam Maria M. 2011)
1. Untuk bayi kurang dari 6 bulan :
Susu formula dengan syarat AFASS terpenuhi dan memenuhi prosedur pembuatan
susu formula dengan benar.
ASI perah yang dipanaskan 63oC
2. Untuk bayi lebih dari 6 bulan :
Susu formula dengan syarat AFASS terpenuhi dan memenuhi prosedur pembuatan
susu formula dengan benar.
Susu binatang dengan dipikirkan pemberian suplementasi mikronutrien. Untuk anak
kurang dari 12 bulan susu binatang harus direbus dulu.
Pemberian MPASI yang adekuat 4 5 kali sehari.
Sebagai tambahan pemberian ARV pada ibu yang memutuskan untuk menghentikan
menyusui harus tetap dilanjutkan sampai 1 minggu setelah pemberian ASI benar-benar
dihentikan. Selain itu konseling menyusui tetap harus diberikan untuk menghindari muatan
virus yang berlebihan pada ASI seperti pada keadaan mastitis atau mastitis subklinis. (WHO,
2010. dalam Maria M. 2011)
BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN TUBERKULOSIS
Jika ibu menderita Tuberkulosis paru aktif dan diobati selama kurang dari 2 bulan sebelum
melahirkan, atau terdiagnosis menderita Tuberkulosis sesudah melahirkan:
Yakinkan ibu bahwa ASI aman diberikan pada bayinya. Lakukan tindak lanjut
terhadap bayinya tiap 2 minggu untuk menilai kenaikan berat bayi.
Obat yang diminum ibunya seperti INH, Rifampisin, Ethambutol, aman untuk Breast
Feeding. Tapi pemberian PAS pada ibu, hati hati karena efek pada bayinya.
(Kementerian kesehatan RI. 2010)
Pada dasarnya ibu yang menderita tuberculosis bisa menyusui bayinya. Tabel dibawah ini
berisi ringkasan tindakan yang perlu dilakukan ibu dan bayi untuk keberhasilan menyusui.
Tabel 1. Tatalaksana menyusui pada ibu dengan tuberkulosis (Maria M. 2011)
Tuberkulosis aktif yang didiagnosis
Tuberkulosis aktif yang
sebelum persalinan
didiagnosis sesudah persalinan
> 2 bulan sebelum
< 2 bulan
< 2 bulan
> 2 bulan
sebelum
sesudah
sesudah
BTA negatif
BTA positif
Berikan
Berikan OAT Berikan OAT Berikan OAT Berikan
OAT
OAT pada pada ibu
pada ibu
pada ibu
pada ibu
ibu
Berikan ASI Berikan ASI
Berikan ASI
Berikan ASI
Berikan ASI
55

Tidak perlu Berikan


profilaksis
profilaksis
untuk bayi
dengan INH
selama
6
bulan
Imunisasi
Imunisasi
BCG
saat BCG setelah
lahir
selesai
profilaksis

Berikan
profilaksis
dengan
INH
selama 6 bulan

Berikan
profilaksis
dengan
INH
selama 6 bulan

Berikan
profilaksis
dengan
INH
selama 6 bulan

Imunisasi BCG Imunisasi BCG Jika BCG belum


setelah selesai setelah selesai diberikan
saat
profilaksis
profilaksis
lahir, imunisasi
BCG
setelah
selesai
profilaksis

PENGELOLAAN BAYI BARU LAHIR DENGAN IBU HEPATITIS B


Ibu yang menderita hepatitis akut atau test serologis HBsAg positif, dapat menularkan
hepatitis B pada bayinya. Yakinkan ibu untuk tetap menyusui dengan ASI, apabila Vaksin
Hepatitis B (VHB) sudah diberikan (Rekomendasi CDC), tapi apabila ada luka pada puting
susu dan ibu mengalami Hepatitis Akut, sebaiknya tidak diberikan ASI. (Kementerian
kesehatan RI. 2010) Jadi ibu dengan HbsAg positif tetap boleh memberikan ASI. Sesuai
dengan rekomendasi WHO, bayi sebaiknya mendapatkan HBIg (Hepatitis B Imunoglobulin)
0,5 ml dan imunisasi Hepatitis B yang pertama dengan dosis 0,5 ml yang diberikan selama 12
jam. (Maria M. 2011)

KONTRAINDIKASI MENYUSUI
Menyusui dikontraindikasikan pada wanita yang menggunakan narkoba atau tidak
mengontrol konsumsi alkoholnya, mempunyai bayi dengan galaktosemia; terinfeksi human
immunodeficiency virus (HIV); menderita tuberkulosis aktif yang tidak diobati;
menggunakan obat-obatan tertentu; atau sedang menjalani pengobatan kanker payudara
(American College of Obstetricians and Gynecologists, 2007). Menyusui cukup lama telah
diketahui sebagai cara penularan HIV. Nduati, dkk. (2000) (dalam Cunningham FG, Leveno
KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010) secara acak memberikan susu formula
atau ASI pada ibu-bayi dengan HIV seropositif di Kenya. Pada umur 2 tahun, tingkat infeksi
virus pada bayi yang mendapat ASI adalah 37 persen dibandingkan 21 persen pada bayi yang
mendapat susu formula. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD)
Infeksi virus lainnya tidak mempunyai kontraindikasi untuk menyusui. Misalnya, infeksi
sitomegalovirus ibu, baik virus atau antibodi yang terdapat pada ASI. Dan walaupun virus
hepatitis B diekskresikan pada ASI, menyusui tidak dikontraindikasikan jika imunoglobulin
hepatitis B diberikan pada bayi ini. Infeksi hepatitis C ibu tidak dikontra-indikasikan karena
terdapat 4 persen risiko penularan baik pada bayi yang mendapat ASI maupun susu formula
(Centers for Disease Control and Prevention, 1998). Wanita dengan virus herpes simpleks
aktif dapat menyusui bayinya jika tidak ada lesi pada payudara dan jika dilakukan cuci tangan
sebelum menyusui. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong
CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD)
Maria M. (2011) menyebutkan bahwa kontraindikasi mutlak bagi bayi untuk
mendapatkan ASI adalah bayi yang menderita kelainan metabolic bawaan (KMB)
galaktosemia klasik dan maple syrup disease (MSUD). Adapun bayi yang menderita
56

phenylketonuria (PKU) boleh mendapatkan ASI dengan pengawasan yang sangat ketat
terhadap kadar fenilalanin dalam darah.
Menurut Maria M. (2011) ibu dengan positif HIV sebaiknya tidak menyusui bila
terdapat susu pengganti ASI yang memenuhi syarat AFASS (acceptable, feasible, affordable,
sustainable dan safe). Menyusui bukan merupakan kontraindikasi bagi ibu dengan infeksi
HIV, walaupun diduga bahwa puting lecet atau berdarah dapat meningkatkan risiko
penularan.
Sedangkan kontraindikasi sementara pada seorang ibu untuk memberikan ASI
menurut WHO (2009) ibu yang menderita herpes simpleks tipe-1 di daerah payudara,
mendapat pengobatan psikotropika, opioid, iodium, dan kemoterapi. Sedangkan ibu yang
menderita mastitis, abses payudara, hepatitis B, hepatitis C, dan tuberculosis boleh
memberikan ASI.

BAB IV
KONSELING LAKTASI

Sebelum menasihati ibu, amati cara ibu menyusui bayinya untuk menilai proses menyusui.
Kemudian nasihati sesuai dengan masalah yang ditemukan.
8.1 MENILAI PROSES MENYUSUI
Penilaian proses menyusui membantu kita menentukan apakah seseorang ibu memerlukan
bantuan atau tidak, dan bagaimana cara membantunya. Kita dapat mempelajari banyak
tentang beberapa baik atau buruk kegiatan menyusui berlangsung melalui pengamatan,
sebelum mengajukan pertanyaan. Ini merupakan bagian yang sama pentingnya dengan jenisjenis pemeriksaan lain dalam praktik klinis, seperti mencari tanda-tanda dehidrasi, atau
menghitung seberapa cepat nafas anak. Ada beberapa hal yang dapat diamati ketika seorang
bayi sedang tidak menyusu. Hal lainnya hanya bisa diamati jika bayi sedang menyusu.
57

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tabel 16. Cara Menilai Proses Menyusui
CARA MENILAI PROSES MENYUSUI
1. Apa yang kita bisa lihat tentang ibu?
2. Bagaimana cara ibu menggendong bayi?
3. Apa yang bisa kita lihat tentang bayi?
4. Bagaimana respons bayi?
5. Bagaimana cara ibu meletakkan bayi pada payudara?
6. Bagaimana cara ibu memegang payudara selama menyusui?
7. Apakah bayi terlihat melekat dengan baik pada payudara?
8. Apakah bayi menyusu dengan efektif?
9. Bagaimana kegiatan menyusui berakhir?
10. Apakah bayi tampak puas?
11. Bagaimana kondisi payudara ibu?
12. Bagaimana proses menyusui dirasakan oleh ibu?
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
a. Tubuh bayi merapat ke tubuh
ibu menghadap ke payudara
Perhatikan face to face dari
ibu

b. Tubuh bayi jauh dari tubuh


ibu, posisi leher menoleh ke
samping
Tidak ada kontak mata antara
ibu dan bayi

A
B
Gambar 20. Pengamatan bagaimana cara ibu menggendong bayi
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tanyakan:
Butir 1: Apa yang bisa kita lihat tentang kedua ibu tersebut?Bagaimana perasaan
ibu A dan ibu B? Bagaimana hal ini dapat mempengaruhi proses menyusui?

JAWAB :
Ibu A duduk nyaman, santai, dan tampak bahagia serta senang terhadap bayinya. Ibu mendekap erat
bayinya, menghadap payudaranya, dan menyangga seluruh tubuh bayi. Ibu memandangi bayinya,
58

menimang dan menyentuh bayi dengan penuh kasih sayang. Pastikan ibu dan bayi menggambarkan
dengan jelas 4 butir kunci posisi yang baik termasuk bonding, dll.
Ibu B duduk gelisah, tampak sedih dan tidak memberi perhatian pada bayinya. Ibu mendekap
bayinya dengan renggang dan tidak rapat, leher bayi terputar dan ibu tidak menyangga seluruh
tubuh bayi. Ibu tidak memandangi bayi atau menimangnya tetapi ibu menggoyang atau memaksa
bayi beberapa kali supaya mau menyusu.

Perasaan senang dan nyaman Ibu A akan membantu proses menyusui


Perasaan sedih dan tidak nyaman Ibu B membuat proses menyusui menjadi lebih sulit
Menyentuh dan berbicara dengan bayi ibu A merupakan tanda-tanda keeratan hubugan yang
penuh kasih sayang (bonding)
Tidak memandang, menyentuh dengan kasih sayang atau berbicara kepada bayi ibu B
merupakan tanda tidak terjadi bonding yang baik.
Butir 3: Apa yang bisa kita lihat tentang bayi?
JAWAB :
Kita dapat memperhatikan kondisi bayi tampak :
o Perkiraan berat badan (kecil, normal atau besar)
o Kondisi kesehatan secara umum dan kecukupan cairan (status hidrasi)
o Gizi baik atau buruk
o Keaktifan bayi secara umum (tanggap, mengantuk, atau tidak sadar)
o Tampak tidak normal (ada celah bibir atau cacat)
Cari tanda-tanda adanya kondisi yang dapat mengganggu menyusui:
Hidung tersumbat
Kesulitan bernapas
Sariawan
Kuning
Dehidrasi
Tali lidah pendek (tongue tie)
Bibir atau langit-langit sumbing
Butir 4: Bagaimana respons bayi atau tanda apa yang dapat kita lihat?
Kita mungkin akan melihat respon bayi seperti ini :
Jika bayi masih muda: bayi akan mencari puting susu ketika siap menyusu. Bayi mungkin
memalingkan kepala ke kiri ke kanan, membuka mulut, menjulurkan lidah ke bawah dan ke
depan dan menggapai payudara.
o JAWAB : hal ini menunjukkan bayi lapar dan ingin menyusu
Jika bayi lebih tua: bayi menoleh dan menggapai payudara dengan tangannya.
o JAWAB : Kedua respons tersebut menunjukkan bayi ingin menyusu.
Jika bayi menangis, memundurkan kepala atau berpaling dari ibunya
o JAWAB : Respons ini menunjukkan bahwa bayi tidak ingin menyusu dan ada masalah
dengan menyusui.
Jika bayi tenang saat menyusu serta rileks dan puas sesudahnya atau tidak mau menyusu lagi
o JAWAB : Hal ini adalah tanda-tanda bayi mendapatkan CUKUP ASI.
Jika bayi gelisah dan melepaskan payudara atau menolak menyusu.
o JAWAB : Hal ini bisa berarti bayi tidak melekat dengan baik dan tidak berhasil
mendapatkan ASI.
59

Butir 5: Bagaimana cara ibu meletakkan bayinya pada payudara? Bagaimana hal ini mempengaruhi
menyusui?
Cari tanda-tanda berikut:
Ibu berusaha mendorong putingnya ke mulut bayi.
Ibu mungkin mencondongkan tubuhnya ke arah bayi atau menjepit putingnya.
o Cara ini membuat bayi lebih sulit melekat pada payudara.

Ibu mendekatkan bayi ke payudaranya.


Ibu mungkin menyangga payudara dengan tangannya dan kalau perlu menyesuaikan bentuk
payudara dengan menekankan ibu jari di atas payudaranya.
o Cara ini bermanfaat untuk bayi.

Butir 6: Bagaimana cara ibu memegang payudara selama menyusui?


Cari tanda-tanda berikut:
Ibu memegang payudaranya terlalu dekat dengan areola.
o Cara ini lebih menyulitkan bayi menghisap. Mungkin cara ini juga akan menyumbat
saluran atau pembuluh ASI sehingga lebih menyulitkan bayi mendapatkan ASI.
Ibu menahan payudara dengan jarinya agar tidak menutupi hidung bayi
o Cara ini tidak perlu dilakukan.
Ibu memegang payudara dengan cara seperti pegangan gunting.
Pegangan gunting (kadang disebut pegangan rokok) adalah saat ibu menjepit puting dan
areola dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.
o Cara ini bisa mempersulit bayi memasukkan payudara ke dalam mulutnya. Tekanan
jari ibu bisa menyumbat saluran ASI.
Ibu menyangga seluruh payudara dengan menaruh telapak tangannya di dinding dada.
o Cara ini biasanya membantu bayi menghisap secara efektif terutama bila ibu
memiliki payudara besar.
Gambar 18. bagaimana cara ibu memegang payudaranya?
a. Meletakkan jari jarinya pada
b. Memegang payudara terlalu dekat
dinding dada sehingga jari
dengan puting
telunjuknya membentuk topangan
di bawah payudara

Gambar 21. Pengamatan bagaimana cara ibu memegang payudaranya


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

60

Informasi lanjutan
Bayi gulping saat menelan
Gulps adalah suara menelan dengan keras, saat banyak cairan tertelan sekaligus.
Tanda ini menunjukkan bayi mendapat banyak ASI. Hal ini kadang berarti ibu ASI berlebih
(oversupply), dan bayinya mendapat terlalu banyak ASI terlalu cepat. ASI berlebih kadang menjadi
penyebab kesulitan menyusui. (Lihat Sesi 21 Menangis)
Butir 7: Apakah bayi terlihat melekat dengan baik pada payudara?
Tanyakan:
Mana tanda-tanda pelekatan yang baik yang bisa dilihat?
Lebih banyak areola di atas mulut bayi daripada di bawahnya.
Mulut bayi terbuka lebar (Tanda ini penting bila payudara besar, tapi tidak
begitu penting jika payudara kecil).
Bibir bawah bayi berputar keluar.
Dagu bayi menyentuh payudara.
Pipi bayi membulat, atau menghadap ke payudara ibunya.
Payudara tampak membulat selama menyusui.
Tanyakan:

Mana tanda-tanda pelekatan kurang baik yang kita lihat?


Lebih banyak areola di bagian bawah mulut bayi daripada di bagian atasnya,
atau sama saja antara atas dan bawah.
Mulut bayi tidak terbuka lebar (terutama jika payudara besar).
Bibir bayi mengarah ke depan atau bibir bawahnya memutar ke dalam.
Dagu bayi tidak menyentuh payudara.
Pipi bayi tegang atau tertarik ke dalam sewaktu menyusu.
Payudara kelihatan meregang atau tertarik selama menyusui.

(a)
(b)
Gambar 1 (a) Bayi melekat dengan baik pada payudara, (b) bayi melekat kurang baik pada
payudara.
Butir 8: Apakah bayi menyusu dengan efektif?
Cari tanda-tanda berikut ini:
Bayi melakukan hisapan lambat dan dalam.
Ini adalah tanda penting bayi mendapatkan ASI. Bayi melekat dengan baik pada payudara
dan menyusu secara efektif.
Bayi biasanya melakukan beberapa hisapan cepat untuk memulai refleks oksitosin.
Kemudian begitu ASI mulai mengalir dan mulut bayi terisi ASI, hisapannya menjadi lebih
dalam dan lambat. Kemudian bayi berhenti menghisap sejenak dan mulai lagi dengan
beberapa hisapan cepat.

Bayi melakukan hisapan dangkal dan cepat terus menerus.


Ini adalah tanda bayi kurang mendapatkan ASI. Ia melekat kurang baik dan tidak menyusu
secara efektif.
61

Bayi menelan sampai terlihat atau terdengar tegukannya.


Bila bayi menelan berarti ia mendapatkan ASI. Kadang terdengar tegukan; kadang lebih
mudah melihatnya.

Bayi membuat suara kecapan ketika menghisap.


Ini adalah tanda bayi melekat kurang baik.

Bayi mencegluk ketika menelan.


Ceglukan adalah suara tegukan yang sangat keras ketika sejumlah besar cairan tertelan
sekaligus.
Ini adalah tanda bayi mendapatkan banyak ASI. Ceglukan ini kadang juga berarti ibu memiliki
pasokan ASI berlebih dan bayi mendapatkan ASI terlalu banyak dalam waktu yang terlalu
cepat.
Kelebihan pasokan kadang menyebabkan kesulitan menyusui.

Butir 9: Bagaimana kegiatan menyusui berakhir?


Butir 10: Apakah bayi terlihat puas?
Cari tanda-tanda berikut:
Bayi melepaskan sendiri payudara, tampak puas dan mengantuk.
Ini menunjukkan bayi sudah mendapatkan semua kebutuhan dari satu payudara. Dalam
keadaan seperti ini mungkin bayi masih ingin atau tidak ingin melanjutkan menyusu pada
payudara yang satunya lagi.
Ibu melepaskan bayi dari payudara sebelum bayi selesai.
Kadang ketika bayi berhenti menyusu sebentar, ibu cepat-cepat melepaskan bayi dari
payudara karena bayi sudah selesai menyusu lagi, atau karena ibu mengira bayi ingin
menghisap dari payudara yang satunya lagi.
Tanyakan : berapa lama sebaiknya menyusui berlangsung?
Jawab : durasi yang pasti tidaklah penting. Lamanya waktu (durasi) yang pasti tidaklah
penting, lama kegiatan menyusui sangat bervariasi. Namun jika kegiatan menyusui
berlangsung terlalu lam (lebih dari setengah jam) atau terlalu pendek (kurang dari 4 menit),
mungkin ada masalah, kemungkinan pada perlekatan. Meski begitu, di hari-hari pertama
setelah persalinan atau pada bayi berat badan lahir rendah, kegiatan menyusui mungkin
berlangsung sangat lama dan ini normal.
Butir 11: Bagaimana kondisi payudara ibu?
Perhatikan ukuran, bentuk payudara serta puting ibu:
Semua payudara baik untuk menyusui, tapi ibu mungkin khawatir payudaranya tidak memiliki
ukuran yang baik. Akibatnya ibu kurang percaya diri akan kemampuannya untuk menyusui.
Kadang bentuk puting mempersulit bayi melekat pada payudara.
Cari dan tanyakan tanda-tanda refleks oksitosin aktif:
ASI menetes atau memancar dari payudara ibu.
Ini menunjukkan bahwa ibu memiliki refleks oksitosin yang aktif. Apabila ASI tidak mengalir
keluar bukan berarti refleks oksitosin ibu tidak aktif.
Nyeri pada rahim selama menyusui pada beberapa hari pertama.
Ini disebut nyeri susulan (afterpains). Nyeri ini merupakan tanda adanya refleks oksitosin
aktif.
Cari juga tanda-tanda berikut:
62

Payudara yang penuh sebelum menyusui dan menjadi lembek setelah menyusui
menunjukkan bahwa hisapan bayi menyebabkan ASI keluar.
Payudara yang sangat penuh atau terus-menerus bengkak, mungkin menunjukkan bahwa
hisapan bayi tidak mengeluarkan ASI secara efektif.
Kulit puting dan payudara tampak sehat.
Kulit kemerahan atau retakan yang menunjukkan adanya masalah.
Puting tampak teremas saat bayi melepaskan payudara, atau ada garis membelah pada
ujung puting atau membelah pada sisi puting merupakan tanda pelekatan yang tidak baik.

Butir 12: Bagaimana proses menyusui dirasakan oleh ibu?


Tanyakan pada ibu bagaimana rasanya menyusui:
Jika ibu merasa nyaman dan menyenangkan berarti bayi melekat dengan baik. Jika ibu merasa tidak
nyaman atau merasa sakit, bayi mungkin tidak melekat dengan baik.

LEMBAR BANTUAN PENGAMATAN MENYUSUI


Nama ibu
Nama bayi

: _______________ Tanggal
: _______________ Umur bayi

: ______________
: ______________

Tanda menyusui berjalan baik:

Tanda mungkin ditemukan kesulitan:

UMUM IBU
Ibu tampak sehat
Ibu tampak rileks dan nyaman
Terlihat tanda bonding Ibu-bayi

Ibu tampak sakit atau depresi


Ibu tampak tegang dan tidak nyaman
Tidak ada kontak mata ibu-bayi

UMUM BAYI
Bayi tampak sehat
Bayi tampak mengantuk atau sakit
Bayi tampak tenang dan rileks
Bayi tampak gelisah atau menangis
Bayi mencari payudara (rooting) bila Bayi
tidak
mencari
payudara
lapar
(rooting)
PAYUDARA
Payudara tampak sehat
Puting keluar dan lentur
Terasa nyaman, tak nyeri
Payudara ditopang dengan baik oleh
jaru2 yang jauh dari puting

Payudara tampak merah, bengkak


Puting datar/terbenan
Payudara atau puting nyeri
Payudara ditopang dengan jari2 di
areola

POSISI BAYI
Kepala dan badan bayi dalam garis lurus
Bayi dipeluk dekat badan ibu
Seluruh badan bayi ditopang
Bayi mendekat ke payudara, hidung
berhadapan dengan puting

Leher dan kepala bayi terputar


Bayi tidak dipeluk dekat badan ibu
Hanya leher dan kepala bayi ditopang
Bayi mendekat ke payudara, bibir
bawah/dagu berhadapan dg puting

PELEKATAN BAYI
63

Tampak lebih banyak areola diatas bibir


Mulut bayi terbuka lebar
Bibir bawah terputar keluar
Lebih banyak areola dibawah bibir
Dagu bayi menempel pada payudara
Mulut bayi tak terbuka lebar
Bibir bawah terputar ke dalam
Dagu bayi tidak menempel payudara
MENGHISAP
Hisapan lambat, dalam dengan istirahat
Pipi membulat waktu menghisap
Bayi melepaskan payudara waktu selesai
Ibu merasakan tanda2 refleks oksitosin

Hisapan dangkal dan cepat


Pipi tertarik ke dalam waktu
menghisap
Ibu melepaskan bayi dari payudara
Tidak tampak tanda oksitosin yg jelas

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
8.2 MENGKAJI RIWAYAT MENYUSUI
Jika seorang ibu minta bantuan, kita perlu memahami situasinya. Ketika tidak dapat
mempelajari semua yang perlu diketahui hanya dengan mengamati, mendengarkan dan
mempelajari. Kita juga perlu mengajukan beberapa pertanyaan. Mengkaji riwayat berarti
mengajukan pertanyaan yang relevan dengan cara yang sistematis. Kita akan menggunakan
formulir khusus, Formulir Kajian Riwayat Menyusui untuk membantu mengingat pertanyaan
yang akan diajukan. Saat pertama belajar menggunakan formulir tersebut, kita perlu
menanyakan semua pertanyaan yang tertulis. Jika sudah sering berlatih, kita akan memahami
pertanyaan mana yang relevan untuk ibu. Jika tidak perlu mengajukan semua pertanyaan.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
CARA MENGKAJI RIWAYAT MENYUSUI :
Gunakan selalu nama ibu dan nama bayi (jika ada).
Mintalah ibu menceritakan tentang dirinya dan bayinya dengan caranya sendiri.
Lihat Kartu Menuju Sehat Anak (KMS).
Ajukan pertanyaan terpenting.
Hindari ucapan yang bersifat mengkritik.
Usahakan tidak mengulang pertanyaan
Sediakan waktu untuk mempelajari hal yang sulit dan sensitif.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Gunakan selalu nama ibu dan nama bayi (jika ada)
Sapa ibu dengan cara yang baik dan ramah. Perkenalkan diri dan tanyakan nama ibu serta
nama bayinya. Ingat dan gunakan nama-nama itu, panggil ibu dengan cara apa saja yang
sesuai budaya setempat.
Minta ibu bercerita dengan caranya sendiri tentang diri dan bayinya
Biarkan ibu menceritakan dulu apa yang ia rasa penting. Kita dapat mempelajari hal lain
yang diperlukan selanjutnya.
64

Gunakan keterampilan mendengarkan dan mempelajari untuk mendorong ibu bercerita


lebih banyak lagi.
Lihat kartu tumbuh kembang anak atau Kartu Menuju Sehat (KMS)
Kartu ini mungkin memberi fakta penting dan menghemat beberapa pertanyaan.
Ajukan pertanyaan yang akan membantu ibu mengungkapkan fakta terpenting
Kita perlu mengajukan pertanyaan, termasuk beberapa pertanyaan tertutup, tapi usahakan
tidak bertanya terlalu banyak.
Formulir Riwayat Menyusui adalah panduan ke arah fakta yang mungkin perlu dipelajari.
Putuskan apa yang perlu diketahui dari masing-masing kelompok pada keenam kelompok
pertanyaan.
Hindari ucapan yang bersifat mengkritik
Ajukan pertanyaan dengan sopan.
Jangan bertanya: Kenapa ibu memberi susu botol?
Lebih baik: Apa yang membuat ibu memutuskan untuk memberikan (nama) susu botol?
Gunakan keterampilan membangun percaya diri dan memberi dukungan.
Terima apa yang ibu katakan dan puji apa yang ia lakukan dengan baik.
Usahakan tidak mengulang pertanyaan
Usahakan tidak menanyakan fakta yang telah disampaikan baik oleh ibu maupun yang
tertulis pada KMS. Jika ingin mengulangi sebuah pertanyaan, katakan lebih dulu: Maaf
ibu, bolehkah saya memastikan pertanyaan yang saya pahami? dan kemudian sebagai
contoh, Ibu tadi bilang (nama bayi) bulan lalu kena diare dan radang paru-paru?
Sediakan waktu untuk mempelajari hal yang lebih sulit dan sensitif
Beberapa hal lebih sulit ditanyakan, tapi hal tersebut dapat membantu mengungkapkan
perasaan ibu, apakah ibu benar-benar ingin menyusui bayinya.
- Apa yang telah ibu dengar dari orang lain tentang menyusui?
- Apakah ibu harus mengikuti aturan tertentu?
- Apa kata ayah ibu? Ibunya? Ibu mertuanya?
- Apakah waktu itu ibu menginginkan kehamilan ini?
- Bahagiakah ibu punya bayi sekarang? Bagaimana dengan jenis kelaminnya?

Beberapa ibu memberitahukan hal tersebut secara spontan. Ibu lainnya bercerita jika
peserta berempati dan menunjukkan bahwa peserta memahami perasaan ibu. Ibu lainnya
butuh waktu lebih lama. Bila ibu sulit mengungkapkan dan tanyakan kemudian, atau di hari
lain, mungkin di suat tempat lebih pribadi.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

FORMULIR KAJIAN RIWAYAT MENYUSUI


Nama ibu
Nama bayi
Tanggal lahir
Alasan berkontribusi
1. Makanan
Menyusui
bayi
Berapa sering
Siang
Sekarang:
(tanyakan
semua butir)

Lamanya menyusui
Waktu terlama antara menyusui
(lamanya ibu meninggalkan
65

Malam

2. Kesehatan
dan perilaku
bayi
(tanyakan
semua butir)

3. Kehamilan,
persalinan,
pemberian
makanan
awal

bayi)
Satu payudara atau keduanya
Makanan tambahan (dan air)
Apa yang diberikan
Mulai kapan
Berapa banyak
Dengan cara apa
Berat badan lahir
Prematur
Buang air kecil (lebih/kurang
dari 6 kali per hari)
Kotoran
(lunak
dan
kuning/cokelat; atau keras atau
hijau; frekuensi)
Kebiasaan
makan
(selera,
memuntahkan)
Kebiasaan tidur
penyakit
Perawatan
kehamilan
(hadir/tidak)
Persalinan
Rawat-gabung

Empeng
Ya/tidak

Berat sekarang
Pertumbuhan
Kembar

Kelainan
Mendiskusikan soal menyusui?
Ada kontak dini ( - 1 jam
pertama)
Kapan pertama menyusui

Pemberian makanan menyusui


Apa yang diberikan?
Cara memberikannya
Sampel formula yang diberikan
kepada Ibu
Bantuan
pascalahir
untuk
menyusui

4. Kondisi ibu
dan
Keluarga
Berencana
5. Pengalaman
pemberian
makan bayi
sebelumnya
6. Situasi
keluarga dan
sosial

Umur
Kondisi kesehatan
Metode KB
Jumlah bayi sebelumnya
Berapa yang disusui
Pemakaian botol

Kondisi payudara
Motivasi untuk menyusui
Minum alkohol, morokok,
kopi, obat lainnya
Pengalaman baik atau buruk
Alasannya

Situasi pekerjaan
Pendidikan
Situasi ekonomi
Sikap ayah bayi terhadap
menyusui
Sikap anggota keluarga terhadap
menyusui
Bantuan perawatan anak
66

Apa kata yang lainnya tentang


menyusui
Gambar 22. Formulir Kajian Riwayat Menyusui
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
PRAKTEK MENGKAJI RIWAYAT MENYUSUI
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Cara melakukan praktek mengkaji riwayat menyusui
Selama latihan ini, praktikan akan bekerja dalam kelompok kecil, bergantian
menjadi konselor yang sedang membuat kajian riwayat seorang ibu
menggunakan Formulir Kajian Riwayat Menyusui. Ketika memerankan ibu akan
disertakan sebuah kartu berisi riwayat ibu dan bayi.
Jika sebagai konselor:
- Sapa ibu dan tanyakan keadaannya. Gunakan nama dan nama bayinya.
- Buat kajian lengkap tentang riwayat menyusui Ibu, menggunakan Formulir Kajian
Riwayat Menyusui.
- Cobalah mengajukan pertanyaan yang paling relevan, dan tanyakan sesuatu dari masingmasing bagian formulir tersebut.
- Ajukan satu atau dua pertanyaan terbuka tentang menyusui untuk memulai pembicaraan.
- Ajukan pertanyaan kepada ibu dari semua bagian Formulir Riwayat Menyusui, dan
lihatlah KMS bayi untuk mempelajari situasinya.
- Kita dapat membuat catatan singkat pada formulir tersebut, tapi usahakan tidak
membiarkan hal itu sebagai hambatan.
- Gunakan keterampilan dalam mendengarkan dan mempelajari.
- Praktekkan semua keterampilan konseling lainnya, gunakan DAFTAR CEKLIST
KETERAMPILAN KONSELING untuk mengingatkan.
o Gunakan keterampilan mendengar dan mempelajari, dan usahakan tidak
mengajukan terlalu banyak pertanyaan.
o Gunakan keterampilan membangun rasa percaya diri dan memberi dukungan, dan
hindarkan terlalu banyak memberi nasihat.
o Nilailah proses menyusui.
- Jangan memberi informasi, saran, atau memberi nasihat apa pun.
- Jika ibu mempunyai masalah menyusui, cobalah tentukan penyebabnya, dan bagaimana
menolong ibu.
8.3 KONSELING LAKTASI
8.3.1 MENDENGARKAN DAN MEMPELAJARI
Konseling adalah cara kerja sama dengan orang di mana konselor berusaha
memahami perasaan ibu, serta membantu ibu memutuskan apa yang akan dilakukan.
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan bagaimana seseorang sebagai konselor akan
mendiskusikan dengan ibu menyusui dan bagaimana perasaan ibu. (Departemen Kesehatan
67

RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat,


2011)
Konseling tidak hanya bermanfaat pada situasi menyusui saja.
Keterampilan konseling juga berguna saat berbicara dengan pasien atau klien dalam
situasi lain. Kita juga merasakan manfaatnya saat bersama keluarga dan teman-teman atau
bersama kolega di tempat kerja. Praktikkan beberapa teknik konseling dengan mereka dan
hasilnya akan mengejutkan dan bermanfaat. (Departemen Kesehatan RI Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Dua sesi pertama tentang keterampilan konseling adalah tentang mendengarkan dan
mempelajari
Seorang ibu menyusui mungkin tidak mudah menggunakan perasaan, terutama jika
ibu malu dan terhadap orang yang belum ia kenal. Kita memerlukan keterampilan
mendengarkan dan membuat ibu merasa bahwa konselor menaruh perhatian terhadapnya.
Ini akan mendorong ibu berbicara lebih banyak, dan mungkin akan lebih kecil kemungkinan
ibu tutup mulut dan diam. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

Berikut ini akan diuraikan tentang keterampilan mendengarkan dan mempelajari.


Keterampilan 1. Mendengarkan komunikasi non-verbal
Komunikasi non-verbal berarti menunjukkan sikap kita melalui gerakan tubuh,
ekspresi dan apa saja kecuali bicara. Komunikasi non-verbal yang bermanfaat membuat ibu
merasa kita menaruh perhatian padanya, sehingga membantunya berbicara. (Departemen
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, 2011)
Keterampilan 2. Mengajukan pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka biasanya sangat membantu. Untuk menjawab pertanyaan
seperti ini, ibu harus memberi beberapa informasi. Pertanyaan terbuka biasanya dimulai
dengan Bagaimana? Apa? Kapan? Di mana? Mengapa? Misalnya, Bagaimana Ibu
memberi makanan bayi?
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Pertanyaan tertutup biasanya kurang bermanfaat. Pertanyaan semacam ini
memberitahu ibu jawaban yang diharapkan dan ibu dapat menjawab dengan Ya atau
Tidak. Pertanyaan tertutup biasanya dimulai dengan kata Apakah ibu.....? atau Apakah
waktu itu dia...? atau Sudahkah dia...? atau Apakah sekarang dia...? Misalnya,Apakah
Ibu menyusui anak bungsu ibu?
Bila ibu menjawab Ya terhadap pertanyaan tersebut, konselor masih belum tahu
apakah ibu menyusui secara eksklusif atau memberikan juga susu formula. Untuk memulai
sebuah percakapan, pertanyaan terbuka yang bersifat umum sering kali berguna. Misalnya:
Bagaimana menyusuinya, Bu?
Untuk menunjukkan percakapan, pertanyaan terbuka yang lebih spesifik akan
bermanfaat. Misalnya: Berapa jam setelah lahir bayi Ibu pertama kali menyusu? Kadang
68

mungkin perlu mengajukan pertanyaan tertutup, akan bermanfaat untuk memastikan sebuah
fakta misalnya: Apakah Ibu memberi bayi Ibu makanan atau minuman lain?
Ketika ibu menjawab Ya, konselor dapat melanjutkan dengan pertanyaan terbuka.
Untuk mengetahui lebih banyak. Contoh: Apa yang membuat Ibu memutuskan melakukan
itu? atau Apa yang ibu berikan padanya?
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Contoh pertanyaan tertutup dan terbuka :
Pertanyaan tertutup
Apakah Ibu menyusui bayi?
Untuk dijawab:
1. Apakah bayi Ibu tidur dengan ibu?

Pertanyaan terbuka
Bagaimana ibu memberi makan bayi?

1. Bagaimana ibu dan bayi ibu tidur?/


Dengan siapa ibu tidur?
2. Apakah ibu sering berjauhan 2. Berapa lama ibu meninggalkan bayi
dengan bayi?
ibu?
3. Apakah puting Ibu lecet?
3. Mengapa
puting
ibu
lecet?/
Bagaimana keadaan payudara ibu?
4. Apa saja yang diminum atau 4. Bagaimana
pemberian
dimakan oleh bayi Ibu?
makan/minum bayi ibu?
5. Apakah anak ibu sehat?
5. Bagaimana keadaan/kesehatan anak
ibu?
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Latihan Mengajukan pertanyaan terbuka:
Kasus : Bapak Y dan Ibu M menjawab J, bayi mereka yang berumur 3 bulan ke klinik.
Mereka ingin bicara dengan konselor karena berat badan J tidak bertambah.
Instruksi :
Tulisan dua pertanyaan terbuka yang akan konselor tanyakan kepada Bapak Y dan Ibu M.
Kedua pertanyaan tersebut harus pertanyaan yang tidak bisa mereka jawab dengan ya dan
tidak saja.
Jawaban :
.....................................................................................................................................................
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Keterampilan 3. Menggunakan respon dan gerakan tubuh yang menunjukan perhatian.
Cara lain untuk mendorong ibu bicara adalah dengan menggunakan gerak tubuh
dengan gerakan mengangguk dan tersenyum dan memberi respons sederhana seperti:Mmm
atau Oooh. Respons tersebut menunjukkan pada ibu bahwa konselor memberi perhatian.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Keterampilan 4. Mengatakan kembali (refleck back) apa yang dikatakan ibu.
69

Mengatakan kembali berarti mengulang apa yang ibu katakan pada konselor untuk
menunjukkan bahwa konselor telah mendengarkan dan mendorong ibu bicara lebih banyak.
Usahakan untuk mengatakan dengan agak berbeda. Contohnya, jika ibu mengatakan: Bayi
saya menangis terus tadi malam kita dapat mengatakan: Tangisan bayi membuat ibu
bangun semalaman? (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Latihan keterampilan Mengatakan kembali apa yang ibu katakan
Cara mengerjakan latihan ini:
Pernyataan 1-5 adalah pernyataan yang mungkin ibu katakan. Di sebelah kanan
pernyataan 1-3 ada tiga respon. Beri tanda pada respons yang mengatakan kembali apa yang
dikatakan pernyataan tersebut. Untuk pernyataan 4 dan 5, mengarang sendiri respons yang
mengatakan kembali apa yang ibu katakan. (Departemen Kesehatan RI Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Contoh:
Ibu saya bilang bahwa ASI saya a. Ibu mengira ASI ibu cukup?
kurang.
b. Mengapa ia begitu?
c. Orangtua ibu bilang pasokan ASI
ibu kurang?
Untuk dijawab:
1. Bayi saya sering buang air besar a. Tiap hari buang air besar banyak?
kadang 8 kali sehari.
b. Buang air besar seperti apa?
c. Apakah ini terjadi setiap hari, atau
hanya beberapa hari?
2. Bayi
sepertinya
tidak
mau a. Apa bayi pernah diberi susu botol?
menyusu dari saya.
b. Sejak kapan bayi menolak?
c. Sepertinya bayi menolak menyusu?
3. Saya sudah mencoba memberi a. Mengapa
ibu
mencoba
makan lewat botol, tapi dia
menggunakan botol?
memuntahkan.
b. Ia menolak menghisap dari botol?
c. Apa ibu sudah mencoba memakai
gelas?
1. Kadang bayi tidak buang air besar a. ........................................................
selama 3-4 hari.
b. ........................................................
c. ........................................................
2. Suami saya mengatakan, bahwa a. ........................................................
bayi kami sekarang sudah cukup b. ........................................................
umur untuk disapih.
c. ........................................................
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Latihan keterampilan Mengatakan kembali apa yang ibu katakan
Kasus :

70

Konselor bertemu Ibu C di pasar bersama bayinya yang berusia 2 bulan. Konselor memuji
betapa bayinya tampak sehat, dan menanyakan kabar mereka berdua. Ibu C mengatakan Oh,
kami baik-baik saja. Tapi bayi saya perlu susu botol kalau sore.
Instruksi :
Apa yang perlu dikatakan untuk mengatakan kembali apa yang Ibu C katakan dan untuk
mendorongnya agar bercerita lebih banyak?
Jawaban :
.....................................................................................................................................................
Keterampilan 5. Berempati - menunjukkan kita paham perasaan ibu.
Berempati berarti menunjukkan bahwa kita memahami perasaan seseorang.
Contohnya: Jika ibu mengatakan bayi saya sering sekali minta disusui, saya jadi merasa
Capek sekali kita dapat mengatakan: Ibu merasa sangat lelah ya? Ini menunjukkan, kita
mengerti ibu merasa lelah, sehingga kita berempati.
Jika direspon dengan pertanyaan yang menyangkut fakta, misalnya: berapa kali bayi
ibu menyusu? Apa lagi yang ibu berikan padanya? Berarti kita tidak berempati.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Latihan keterampilan Berempati menunjukkan bahwa kita memahami perasaan ibu
Cara melakukan latihan:
Pernyataan 1-5 adalah hal yang mungkin ibu katakan. Di sebelah pernyataan 1-3 ada tiga
jawaban yang dapat dipilih. Garis bawahi kata-kata dalam pernyataan ibu yang menunjukkan
sesuatu yang ibu rasakan. Tandai respons yang paling berempati. Untuk pertanyaan 4 dan 5,
garis bawahi kata-kata yang menggambarkan perasaan perasaan, lalu karang sendiri respons
empati. Nomor 6 adalah Latihan Kasus Cerita Pendek Pilihan.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Contoh:
Bayi saya sering sekali minta menyusu a. Seluruhnya berapa kali bayi ibu
di malam hari, saya jadi merasa capek.
minum?
b. Apa bayi membangunkan ibu tiap
malam?
c. Capek sekali ya bu menyusui
malam-malam.
Untuk dijawab:
1. Puting saya sakit sekali, saya akan a. Sakitnya membuat Ibu ingin
memberi susu botol.
berhenti menyusui?
b. Apakah ibu memberi susu botol
sebelumnya?
c. Oh, jangan begitu, ibu tak perlu
71

2. ASI saya kelihatannya encer sekali, a.


saya yakin ini tidak bagus.
b.
c.
3. Tidak ada ASI di payudara saya, a.
dan bayi saya sudah satu hari
umurnya
b.
c.
4. Seharian ASI saya merembes dari a.
payudara di tempat kerja
memalukan sekali.
b.
c.
5. Perut saya sakit sekali kalau bayi a.
saya sedang menyusu.
b.
c.

berhenti menyusui karena nyeri


puting.
Itu namanya susu awal, selalu
kelihatan agak encer.
Ibu kuatir tentang tampilan ASI
ibu?
Yah, berapa berat bayi Ibu?
Ibu gelisah karena ASI sebelum
keluar?
Apa bayi sudah mulai menyusui?
Biasanya ASI perlu berapa hari
untuk keluar?
Saya memahami pasti ibu merasa
malu
.....................................................
.....................................................
Sakit selalu ya perut ibu saat
menyusui?
.......................................................
......................................................

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Latihan kasus keterampilan Berempati menunjukkan bahwa kita memahami
perasaan ibu
Kasus :
Ibu E membawa bayinya S berkunjung kepada konselor. Ibu kelihatan cemas dan berkata, S
sangat sering menyusu, tapi tetap kelihatan kurus.
Instruksi :
Apa yang sebaiknya dikatakan Ibu E untuk berempati terhadap perasaannya?
Jawaban :
.....................................................................................................................................................
Keterampilan 6. Hindari kata-kata yang menghakimi
Kata-kata yang menghakimi adalah kata-kata seperti: benar, salah, baik, buruk,
bagus, cukup, tepat. Jika kita menggunakan kata-kata tersebut ketika berbicara dengan ibu
mengenai kegiatan menyusui, terutama saat mengajukan pertanyaan, konselor bisa membuat
ibu merasa dirinya salah, atau ada yang salah dengan bayinya. Namun, kadang perlu memakai
kata menilai bagus untuk membangun kepercayaan diri ibu. (lihat bagian Membangun
Percaya Diri dan Memberi Dukungan)
72

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tabel 17. Kata kata yang menghakimi
Normal
Cukup
Masalah

Baik

Bagus
Buruk
Jelek

Betul
Tepat
Benar
Salah

Memadai
Tak memadai
Memuaskan
Berlebihan

Gagal
Kegagalan
Berhasil
Sukses

Terlalu
banyak
menangis
Tidak senang
Senang
Rewel
Kolik

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tabel 18. Menggunakan & menghindari kata-kata yang menghakimi
Kata-kata
Pertanyaan menghakimi
Pertanyaan tidak
menghakimi
menghakimi
Baik
Apakah
bayi
menyusu Bagaimana
bayi
ibu
dengan baik?
menyusu?
Normal
Apakah buang air besar Seperti apa buang air besar
normal?
putra ibu?
Cukup
Apakah pertambahan berat Berapa
kenaikan/
badannya cukup?
pertambahan berat badannya?
Masalah
Apakah ibu punya maslah Bagaimana menyusuinya?
menyusui?
Banyak
Apakah bayi ibu terlalu
menangis
banyak menangis pada
malam hari?
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
KOMUNIKASI NON-VERBAL YANG BERMANFAAT
Usahakan kepala sama tinggi
Beri perhatian
Singkirkan penghalang
Sediakan waktu
Gambar 23. Komunikasi Non-Verbal yang Bermanfaat
Sentuh dengan wajar
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
KETERAMPILAN MENDENGARKAN DAN MEMPELAJARI
Menggunakan komunikasi non-verbal
Mengajukan pertanyaan terbuka

73

Menggunakan respons dan gerakan tubuh yang menunjukkan


perhatian
Mengatakan kembali yang ibu katakan

Gambar 24. Keterampilan Mendengarkan dan Mempelajari


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)

PRAKTIK
MENDENGARKAN DAN MEMPELAJARI; MENILAI PROSES MENYUSUI

Selama praktik, praktikan akan bekerja dalam kelompok kecil, dan


secara bergiliran bicara dengan seorang ibu, sementara anggota kelompok
lainnya mengamati. Praktikan mempraktikkan bagaimana menilai dan
mengamati menyusui, dan enam keterampilan mendengarkan dan mempelajari
dari uraian sebelumnya.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)

KESALAHAN YANG HARUS DIHINDARI


Jangan katakan praktikan tertarik dengan menyusui.
Sikap ibu bisa menjadi akan berubah. Ibu mungkin akan merasa tak bebas
membicarakan susu botol. Sebaiknya katakan peserta tertarik dengan makan
dan minum bayi atau bagaimana bayi makan dan minum.
Jangan menasihati atau memberi ibu bantuan.
Dalam Praktik, jika seorang ibu tampak memerlukan bantuan, sebaiknya
memberitahu fasilitator atau staf klinik atau bangsal.
Hati-hati, jangan sampai formulir menjadi penghalang.
Praktikan yang berdialog dengan ibu sebaiknya tidak membuat catatan
sambil bicara. Praktikan memang perlu menunjukkan formulir untuk
mengingat apa yang harus dilakukan. Tapi jika ingin membuat catatan,
sebaiknya lakukanlah setelah itu. Praktikan lain yang mengamati dapat
membuat catat.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
Menggunakan Keterampilan Komunikasi yang Baik
74

Lakukan konseling bagi ibu dengan keterampilan komunikasi sebagai berikut:


Tanya

: Ajukan pertanyaan dan dengarkan jawaban ibu dengan seksama. Anda


akan mengetahui apa saja yang telah dilakukan dengan benar dan apa yang
masih perlu diubah.

Puji

: Jika ibu telah bertindak benar.

Nasihati

: Batasi nasihat kepada ibu untuk hal yang benar-benar tepat. Gunakan
bahasa yang dimengerti ibu.

Cek pemahaman : Ajukan pertanyaan untuk mengetahui apa yang telah dipahami ibu dan
apa yang perlu dijelaskan lebih lanjut. Hindari pertanyaan yang
jawabannya ya atau tidak
(Kementerian Kesehatan RI. 2010)
Tabel 19. CekList Ketrampilan Konseling
CEKLIST KETERAMPILAN KONSELING
Mendengarkan dan mempelajari
Menilai proses menyusui
Komunikasi non verbal
Umum ibu
Mengajukan pertanyaan terbuka
Umum bayi
Respons
yang
menunjukkan Payudara
perhatian
Posisi bayi
Mengatakan kembali
Pelekatan bayi
Empati
Menghindari
kata-kata
yang
menghakimi
Percaya diri dan dukungan
Mengkaji riwayat menyusui
Terima apa yang ibu katakan
Pemberian makan bayi sekarang
Puji apa yang sudah benar
Kesehatan dan perilaku bayi
Beri bantuan praktis
Kehamilan,
persalinan
dan
Beri informasi relevan
pemberian makanan awal
Gunakan bahasa sederhana
Kondisi ibu dan KB
Beri satu atau dua alasan
Pengalaman pemberian makanan
bayi yang sebelumnya
Situasi keluarga dan sosial
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
8.3.2 MATERI KONSELING LAKTASI
Anjuran pemberian ASI eksklusif untuk bayi muda
Makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan adalah ASI. Menyusui
secara eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI, tidak diberi tambahan makanan atau cairan
lain. Berikan ASI sesuai keinginan bayi paling sedikit 8 kali sehari, pagi, siang, sore maupun
malam. (Kementerian kesehatan RI. 2010)
75

Pada hari-hari pertama setelah kelahiran apabila bayi dibiarkan menyusu sesuai
keinginannya dan tidak diberikan cairan lain maka akan dihasilkan secara bertahap 10 100
mL ASI per hari. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14. Bayi sehat akan
mengkonsumsi 700-800 mL ASI per hari (kisaran 600-1000 mL). Setelah 6 bulan pertama
produksi ASI akan menurun menjadi 400-700 mL sehingga diperlukan makanan pendamping
ASI. Setelah 1 tahun, produksi ASI hanya sekitar 300-500 mL sehingga makanan padat
menjadi makanan utama. (Kementerian kesehatan RI. 2010)
Pada bayi, terdapat 3 jenis refleks yang berhubungan dengan proses menyusu, yaitu:
Refleks mencari puting susu (rooting reflex)
BBL akan menoleh ke arah pipi yang disentuh. Bayi akan membuka mulutnya apabila
bibirnya disentuh dan berusaha untuk mengisap benda yang disentuhkan tersebut.
Refleks mengisap (suckling reflex)
Rangsangan puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan refleks mengisap. Isapan ini
akan menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi,
sehingga sinus laktiferus di bawah areola tertekan dan ASI terpancar keluar.
Refleks menelan (swallowing reflex)
ASI di dalam mulut bayi akan didorong oleh lidah ke arah faring, sehingga menimbulkan
refleks menelan. (Kementerian kesehatan RI. 2010)

76

Gambar 25. Refleks-refleks pada bayi


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak langsung ibu-bayi dan
anjurkan untuk menyusui bayinya sesering mungkin untuk merangsang produksi ASI
sehingga mencukupi kebutuhan bayi. Yakinkan ibu dan keluarganya bahwa kolostrum (susu
beberapa hari pertama kelahiran) adalah zat bergizi dan mengandung zat-zat kekebalan tubuh.
Minta ibu untuk memberi ASI sesuai dengan keinginan atau tanda dari bayinya. Biarkan bayi
menyusu pada satu payudara hingga puas atau bayi melepas sendiri puting susu ibu (sekitar
15-20 menit).
Berikan payudara sisi lainnya hanya bila bayi masih menunjukkan tanda ingin
menyusu. Jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi menyusu akan mengurangi jumlah
nutrisi yang diterima bayi dan akan menurunkan produksi susunya. Anjurkan ibu untuk
bertanya mengenai cara pemberian ASI dan kemudian beri jawaban lengkap dan jelas.
Pesankan untuk mencari pertolongan bila ada masalah dengan pemberian ASI.
(Kementerian kesehatan RI. 2010)

A. CARA MENYUSUI YANG BENAR


Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga menyusui efektif.
Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam)
Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya berpindah ke sisi lain setelah mengosongkan
payudara yang sedang disusukan.
Keuntungan pengosongan payudara adalah:
Mencegah pembengkakan payudara
Meningkatkan produksi ASI
Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal dan akhir)

a. MENYENDAWAKAN BAYI
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dan lambung supaya bayi
tidak muntah setelah menyusu.
Cara menyendawakan bayi
1. Bayi digendong tegak bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan, atau
2. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan
(Haryono R, Setianingsih S. 2014)

b. POSISI MENYUSUI
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan
mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan
dan dukungan jika ibu memerlukan, terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia
sangat muda. Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan rasa nyaman selama ibu
77

menyusui bayinya dan juga akan membantu bayi melakukan isapan yang efektif. (Haryono R,
Setianingsih S. 2014)
Menurut Maria M. (2011) tanda-tanda bahwa posisi menyusui yang benar adalah :
Badan bayi rapat dan menghadap ke payudara
Kepala dan badan bayi lurus
Dagu bayi menyentuh payudara
Badan belakang bayi ditopang (terutama pada bayi baru lahir)
Ibu merasa santai dan nyaman.
Macam-macam posisi Menyusui (Haryono R, Setianingsih S. 2014)
a. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

b. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

c. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

d. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

78

e. Posisi menyusui bayi baru lahir sambil tiduran yang benar

f. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh


Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu
sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak

g. Posisi menyusui pada bayi kembar


Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui
bersamaaq di payudara kiri dan kanan.

h. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

79

Amati selalu ibu menyusui sebelum kita membantunya.


Sediakan waktu untuk melihat apa yang ibu lakukan sehingga kita dapat memahami
ibu dengan jelas. Jangan tergesa-gesa meminta ibu melakukan sesuatu yang berbeda.
Biarkan bantuan hanya jika ibu mengalami kesulitan.
Beberapa ibu dan bayi merasa puas menyusui dengan posisi yang mungkin terasa
menyulitkan bagi orang lain. Hal ini terutama terjadi pada bayi yang umurnya lebih dari 2
bulan. Tidak perlu mengubah posisi bayi bila bayi mendapatkan ASI secara efektif dan
ibunya merasa nyaman.
Biarkan ibu melakukannya sendiri sesering mungkin.
Hati-hati agar tidak mengambil alih bayi dari ibu. Jelaskan apa yang kita ingin
dilakukan oleh ibu. Bila memungkinkan simulasikan dengan badan kita sendiri apa yang kita
maksud.
Pastikan ibu memahami yang kita lakukan, sehingga ibu dapat melakukannya sendiri.
Tunjukkan kita adalah membantu ibu mengatur posisi bayinya. Tidak ada gunanya
kita bisa membuat bayi menyusu tapi ibu tidak bisa melakukannya.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
CARA MEMBANTU IBU YANG SEDANG DUDUK
Sapa ibu perkenalkan diri dan tanyakan nama ibu dan nama bayinya. Tanyakan
keadaannya dan ajukan satu atau dua pertanyaan terbuka tentang menyusui.
Amati proses menyusui.
Tanyakan kepada ibu apakah kita dapat melihat cara (nama bayi) menyusu dan minta
ibu meletakkan bayi di payudara dengan cara yang biasa ibu lakukan. Amati proses
menyusui selama beberapa menit.
Jelaskan apa yang mungkin bisa membantu mengurangi rasa sakit dan tanya apakah
ibu mau melihat kita mencontohkannya. Katakan sesuatu yang bisa memotivasi
semangat ibu, misal:
(sebut nama bayi) benar-benar suka ASI, ya?
Lalu katakan:
menyusui mungkin tidak begitu sakit kalau (nama bayi) memasukan payudara lebih
banyak ke dalam mulutnya waktu menyusu. Ibu mau saya contohkan caranya?
Bila ibu setuju kita dapat membantu.
Pastikan ibu duduk dalam posisi nyaman dan rileks.
Posisi menyusui yang benar adalah:
Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung bersandar dan kaki
tidak menggantung.
Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar hidung bayi tidak
tertutup.
Duduklah, sehingga kita merasa nyaman, rileks dan dalam posisi yang mudah untuk
memberi bantuan.
Jelaskan kepada ibu cara memeluk bayinya. Tunjukan apa yang perlu dilakukan.
Pastikan kita menjelaskan 4 butir kunci berikut ini:
80

1.
2.
3.
4.

Kepala dan badan bayi berada dalam satu garis lurus.


Wajah bayi harus menghadap payudara dengan hidung berhadapan dengan puting.
Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya.
Jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga seluruh badan bayi bukan hanya kepala
dan bahu.
Tunjukan kepada ibu cara menyangga payudara dengan telapak tangan untuk
menyusukan kepada bayi:
- Ibu harus meletakkan jari-jarinya di dinding dada di bawah payudara, sehingga jari
telunjuk membentuk topangan di bagian dasar payudara.
- Ibu dapat menekan lembut payudaranya dengan ibu jari. Cara ini dapat memperbaiki
bentuk payudara sehingga mempermudah bayi untuk melekat dengan baik. Sebaiknya
ibu tidak memegang payudara terlalu dekat ke puting.
Jelaskan bagaimana ibu harus menyentuh bibir atas bayi dengan puting ibu sehingga
bayi membuka mulut (lihat gambar ).

Gambar 26. Puting ibu menyentuh bibir bayi. Bayi membuka mulutnya dan
menjulurkan lidahnya ke depan.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

Jelaskan bahwa ibu harus menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, sebelum
membawakan bayi ke payudara. Mulut bayi perlu membuka lebar untuk memasukan
payudara sepenuh mulutnya.
Jelaskan atau tunjukan kepada ibu cara mendekatkan bayi ke payudara dengan cepat,
ketika mulut bayi sedang terbuka lebar.
- Ibu harus mendekatkan bayi ke payudara. Bukannya mendekatkan badan atau
payudaranya ke bayi.
- Ibu harus mengarahkan bibir bawah bayi ke bawah puting, sehingga dagu bayi akan
menyentuh payudara.
Perhatikan bagaimana reaksi ibu.
(Praktikan yang berperan sebagai ibu harus mengatakan wah, rasanya lebih baik!)
Bila ibu tidak mengatakan apapun, tanyakan bagaimana perasaannya saat bayi menyusu.
Cari semua tanda pelekatan yang baik (kita tak dapat melihatnya pada boneka). Bila
pelekatan kurang baik, coba lagi.

(Kementerian kesehatan RI. 2010) (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina


Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
81

Gambar 27: Posisi menyusui yang baik


Sumber: WHO breastfeeding training course. Participant Manual 1993.
Posisi menyusui:
1. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan hanya leher dan bahunya saja.
2. Kepala dan tubuh bayi lurus
3. Badan bayi menghadap ke dada ibunya
4. Badan bayi dekat ke ibunya.
Posisi menyusui yang diuraikan di atas adalah posisi dimana ibu telah memiliki
kemampuan untuk duduk dan melakukan mobilisasi secukupnya. Masih ada beberapa posisi
alternatif lain yang disesuaikan dengan kemampuan ibu setelah melahirkan anaknya,
misalnya posisi berbaring telentang, miring kiri atau miring kanan dsb. Posisi ibu berbaring
telentang dan setengah duduk mungkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini. (Kementerian
kesehatan RI. 2010)
CARA MEMBANTU IBU YANG BERBARING
Bantu ibu untuk berbaring dengan posisi nyaman dan santai. Sebaiknya ibu tidak
bertumpu pada sikunya, karena akan menyulitkan bayi melekat pada payudara.
Tunjukan kepada ibu cara memeluk bayi.
Penting sekali menjelaskan empat butir kunci yang sama persisi dengan Ketiak ibu
duduk.
Bila ibu tidak menyangga payudara, ibu dapat memeluk bayinya dengan lengan atas.
Posisi-posisi lain ibu dapat menyusui:
Ibu dapat menyusui dengan berbagai posisi berbeda, misalnya berdiri. Penting bagi ibu untuk
tetap nyaman dan santai; dan bagi bayi untuk bisa memasukkan cukup payudara ke dalam
mulutnya, sehingga bayi dapat menyusu secara efektif.
Beberapa posisi bermanfaat yang mungkin dapat ditunjukkan kepada ibu adalah:
- Posisi di bawah lengan.
- Memeluk bayi dengan lengan yang berlawanan dengan payudara.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

82

Gambar 28 A. Ibu menyangga bayi


Gambar 28 B. Ibu menyangga
di bawah lengan
dengan lengan yang berlawanan
Berguna untuk:
dengan payudara
- Bayi kembar
Berguna untuk:
- Saluran ASI tersumbat
- Bayi kecil
- Kesulitan meletakkan bayi
- Bayi sakit
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

Gambar 29. Ibu sedang menyusui sambil berbaring


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
CARA MEMBANTU IBU MENGATUR POSISI BAYINYA

Beri salam kepada ibu dan dan tanyakan bagaimana menyusui.


Nilailah proses menyusuinya.
Jelaskan apa yang mungkin bisa dibantu, dan tanyakan apakah ibu menghendaki kita
mencontohkannya.
Pastikan ibu merasa nyaman dan rileks.
Duduklah dalam posisi nyaman dan sopan.
Jelaskan cara memegang bayinya, dan tunjukkan kepada ibu bila perlu.
4 butir penting dalam memegang bayi adalah:
- Kepala dan badan bayi lurus;
- Wajah bayi menghadap payudara ibu dan hidungnya berhadapan dengan puting;
- Menyangga seluruh badan bayi (jika bayi baru lahir)
Tunjukkan kepada ibu cara menyangga payudaranya:
- Jari-jari diletakkan pada dinding dada di bawah payudara;
- Jari telunjuk menyangga payudara;
- Ibu jari di atas payudara;
Jari-jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan puting
Jelaskan atau tunjukkan cara membantu bayi melekat:
- Sentuh bibir bayi dengan puting ibu;
- Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar;
- Gerakkan bayi ke payudara dengan cepat, arahkan bibir bawahnya ke bawah puting;
83

Perhatikan respons ibu dan tanyakan bagaimana rasanya menyusui sekarang.


Carilah tanda-tanda pelekatan yang baik.
Bila pelekatan kurang baik, coba lagi.

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Posisi menyusui yang benar akan membantu bayi untuk melekat dengan baik pada
payudara ibu. Keberhasilan menyusui tidak bisa lepas dari pelekatan dan posisi menyusui
yang benar. (Maria M. 2011)

Bayi melekat dengan baik pada payudara ibunya


payudara ibunya

Bayi tidak melekat dengan baik pada

Gambar 30. Perlekatan menyusu yang baik dibandingkan yang salah


Sumber: WHO/CDR/93.5

Pelekatan yang baik

Pelekatan kurang baik

Gambar 31. Perlekatan yang baik dan kurang baik saat menyusu
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tanda-tanda perlekatan menyusu yang baik
Dagu bayi menempel payudara ibu
Mulut bayi terbuka lebar
Bibir bawah bayi membuka keluar
Areola bagian atas ibu tampak lebih banyak

84

Gambar 3. Bayi melekat dengan benar pada payudara ibu (good attachment)
(Power Ng, Slusser W.1997 dalam Maria M. 2011)
Apabila posisi menyusu dan perlekatan ke payudara benar maka bayi akan mengisap
dengan efektif. Tanda bayi mengisap dengan efektif adalah ; bayi mengisap secara
dalam, teratur yang diselingi istirahat.Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar
suara bayi menelan. (Kementerian kesehatan RI. 2010)
AKIBAT PELEKATAN YANG TIDAK BAIK
Pelekatan mulut bayi pada payudara yang salah bisa berakibat puting lecet dan luka.
Posisi yang salah bisa menyebabkan pengeluaran ASI tidak lancar. Keduanya bisa berakibat
insufisiensi laktasi sekunder. (Maria M. 2011)
Nyeri dan kerusakan puting

Puting lecet
Puting retak

ASI tidak dikeluarkan dengan efektif

Payudara bengkak

Bayi tidak puas ingin menyusu


lebih lama

Bayi frustrasi, menolak menyusu

Pasokan ASI berkurang

Gambar 32. Penyebab perlekatan yang kurang baik


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Payudara kurang memproduksi ASI

Berat badan bayi tidak naik

Tabel 20. Sebab-sebab pelekatan yang kurang baik


Penggunaan asupan botol
Sebelum menyusui dimantapkan
Sebagai tambahan setelah menyusui
Ibu tidak pengalaman
Bayi pertama
85

Kesulitan fungsional

Kurang terampil mendukung

Pemberian asupan botol sebelumnya


Bayi kecil atau lebih lemah
Puting dan sekitarnya kurang lentur
Payudara bengkak
Terlambat mulai menyusui
Kurang bantuan tradisional dan
dukungan masyarakat
Dokter, perawat, bidan tidak dilatih
memberi bantan.

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
B. MENGAJARI IBU CARA MENINGKATKAN PRODUKSI ASI.
Kegagalan seorang ibu memberikan ASI secara eksklusif antara lain disebabkan ibu
merasa produksi ASI-nya sedikit. ASI akan keluar lebih banyak jika payudara mendapatkan
rangsang yang lebih lama dan lebih sering. Anda perlu mengajari ibu cara meningkatkan
produksi ASI. (Kementerian kesehatan RI. 2010)
MENGAJARI IBU CARA MENINGKATKAN PRODUKSI ASI
Cara untuk meningkatkan ASI adalah dengan menyusui sesering mungkin.
Menyusui lebih sering akan lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi.
Menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian
. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya.
Jika bayi telah tidur lebih dari 2 jam, bangunkan dan langsung disusui.
(Kementerian kesehatan RI. 2010)
MENYUSUI PADA UMUMNYA AKAN BERHASIL BILA:

Ibu merasa senang tentang dirinya

Bayi melekat dengan benar pada payudara sehingga ia menyusu secara


efektif.

Bayi menyusu sesering dan selama ia mau.

Lingkungan mendukung kegiatan menyusui.

(Kementerian kesehatan RI. 2010)


Ibu harus membiarkan bayinya lebih sering menyusu untuk merangsang
payudaranya. Jika bayinya tidak sering menyusu, ASI-nya tidak akan bertambah, apapun
yang ibu lakukan. Makan lebih banyak tidak dengan sendirinya meningkatkan pasokan ASI.
Namun, jika kekurangan gizi, ibu perlu makan lebih banyak untuk membangun kekuatan dan
energinya. Jika ibu tidak kekurangan gizi, makanan dan minuman hangat yang bergizi bisa
membantunya merasa percaya diri dan nyaman. (Departemen Kesehatan RI Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
86

Banyak ibu menyusui merasa lebih haus daripada biasanya, terutama menjelang . Ibu
harus minum untuk menghilangkan dahaga. Meski begitu, minum lebih banyak dari yang
diinginkan tidak meningkatkan pasokan ASI. Minum terlalu banyak kadang bisa mengurangi
pasokan ASI. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Di masyarakat, sebagian ibu telah mengenal beberapa jenis lactogogue. Lactogogue
adalah makanan, minuman atau jamu-jamuan khusus yang diyakini orang bisa meningkatkan
pasokan ASI. Lactogogue tidak bekerja seperti obat, tetapi bisa membantu. (Departemen
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, 2011)
CARA MEMBANTU IBU MENINGKATKAN PASOKAN ASI
Cobalah membantu ibu dan bayi di rumah bila mungkin.
Diskusikan dengan ibu penyebab kurangnya pasokan ASI.
Jelaskan apa yang ibu perlukan untuk meningkatkan pasokan ASI-nya. Jelaskan bahwa
hal itu membutuhkan kesabaran dan keteguhan.
Gunakan semua cara yang telah dipelajari ntuk membangun percaya diri. Bantu ibu
merasa mampu menghasilkan ASI lagi atau meningkatkan pasokan ASI. Coba kunjungi
lebih sering dan bicara dengannya upayakan setiap hari.
Pastikan ibu cukup makan dan minum.
Jika ada lactogogue di daerah tersebut, dorong ibu memakainya.
Dorong ibu untuk lebih banyak istirahat, dan mencoba rileks saat menyusui.
Jelaskan bahwa ibu harus menjaga bayi selalu dekat dengannya, banyak lakukan kontak
kulit, dan melakukan sendiri sebanyak mungkin untuk bayinya. Para nenek bisa
membantu mengambil alih tanggung jawab lain tetapi mereka tidak boleh merawat bayi
saat ini. Di lain waktu mereka boleh merawat bayi lagi.
Jelaskan bahwa yang terpenting adalah membiarkan bayi lebih sering menyusu,
setidaknya 10 kali dalam 24 jam, atau lebih kalau bayi mau.
Ibu harus mencoba menyusui dua jam sekali.
Ibu harus membiarkan bayi menyusu kapan pun bayi terlihat berminat.
Ibu harus membiarkan bayi menyusu lebih lama dari sebelumnya.
Ibu harus selalu bersama bayi dan menyusui di malam hari.
Kadang paling mudah menyusui kalau bayi sedang mengantuk.
Pastikan bayi melekat dengan benar pada payudara.
Diskusikan cara memberi susu lainnya, sambil ibu menunggu ASI-nya keluar, dan
bagaimana cara mengurangi pemberian susu lain seiring bertambahnya ASI. Untuk
jumlahnya, lihat bagian tentang JUMLAH SUSU UNTUK BAYI YANG TIDAK
DAPAT MENYUSU.
Tunjukkan pada ibu cara memberi makanan lain lewat cangkir, bukan dari botol. Ibu tidak
boleh memberikan empeng.
Jika bayi menolak menyusu payudara yang kosong, bantu ibu menemukan cara untuk
memberi susu pada bayi saat bayi sedang menyusu payudara. Misalnya, menggunakan
pipet atau alat bantu menyusui.
Untuk memulai, ibu harus memberi seporsi penuh susu formula sesuai berat badan bayi
atau jumlah yang sama seperti yang dikonsumsi bayi sebelumnya. Segera setelah ASI
keluar sedikit, ibu dapat mengurangi jumlah total sehari sebanyak 30-60 ml tiap hari.
Periksa peningkatan berat badan bayi dan pengeluaran air seni, untuk memastikan bayi
mendapat cukup ASI.
Jika bayi kurang mendapat susu, jangan kurangi susu formula selama beberapa hari.
87

Jika perlu, tingkatkan jumlah susu formula selama satu-dua hari. Beberapa ibu mampu
mengurangi jumlah susu formula lebih dari 30-60 ml tiap hari.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Galactogogue
Galactogogue merupakan salah satu material yang dapat meningkatkan produksi
atau aliran ASI. Galactogogue dikenal dalam bentuk makanan, tumbuh-tumbuhan herbal
dan obat-obatan. Bingel dan Farnsworth dalam penelitiannya mengenai potensi tumbuhtumbuhan sebagai galactogogue pada tahun 1995 mencatat ada sebanyak 400 jenis
tumbuhan yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses laktasi antara lain blessed
thistle, fennel, fenugreek, raspberry, dan sauropus androgynus atau di Indonesia dikenal
dengan nama daun katuk. Zuppa AA, Sindico, Orchi C, Carducci C, Cardiello V, Romagnoli C,
et al. 2010 dalam Maria M. 2011)
Diduga daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI berdasarkan efek hormonal dari
kandungan kimia sterol yang bersifat estrogenic dan berpengaruh dalam meningkatkan
metabolism glukosa untuk sintesis laktosa sehingga produksi ASI meningkat. Dari sekian
banyak produk pelancar ASI, daun katuk merupakan bahan yang paling banyak digunakan.
Daun katuk dipasarkan dalam bentuk ekstrak yang mengandung konsentrat tinggi yaitu
setara dengan 5500 mg rempah kering. Anjuran pemakaian produk pelancar ASI berbahan
dasar daun katuk adalah 3 kali sehari dalam bentuk kapsul. (Maria M. 2011)
Fennel lebih dikenal sebagau daun seledri. Secara medis telah digunakan dalam
pengobatan penyakut saluran cerna dan mempunyai efek estrogenic yang ringan. Seledri
juga dapat diberikan pada bayi yang mengalami kolik, baik secara langsung pada bayi atau
melalui ibu yang menyusui bayinya. Galactogogue berbahan herbal yang lain adalah
Medicago saliva yang dikenal juga sebagai kecambah. Peranannya sebagai pelancar ASI
berkaitan dengan kandungan gizinya yang sangat lengkap seperti kalsium, potassium, zat
besi, seng, vitamin A, B, B6, c, E, dan K. Medicago saliva mengandung fitoestrogen yang
berfungsi menyeimbangkan hormon estrogen, oksitoksin, dan prolaktin selama masa
menyusui. (Maria M. 2011)
Beberapa obat-obatan mempunyai efek berupa peningkatan laktasi. Metoklopramid
meningkatkan produksi ASI dengan cara menghambat pelepasan dopamine pada sistem saraf
pusat dan menghambat sekresi prolaktininhibitory factor (PIF) sehingga meningkatkan kadar
prolaktin. Metoklopramid biasa digunakan sebagai anti emetik. Walaupun dari hasil
pengukuran didapatkan kadar metoklopramid lebih tinggi pada ASI dibandingkan kadar
dalam darah ibu, tetapi pada bayi kadarnya hampir tidak terukur dan tidak dilaporkan adanya
efek samping. Bahan ini juga tidak mengubah komposisi ASI. Penelitian dengan membanding
pemberian metoklopramid 20 mg rutin setiap hari dibandingkan placebo pada ibu setelah
melahirkan didapatkan adanya peningkatan kadar prolaktin pada hari ke empat dan
terpeliharanya proses laktasi, sedangkan ibu yang mendapatkan placebo mengalami
kegagalan dalam proses laktasi. Efek samping obat ini antara lain rasa tidak nyaman, lelah
dan diare pada ibu. Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu yang mempunyai riwayat epilepsi
atau sedang menggunakan pengobatan antikinvulsan atau anti depresan, riwayat hipertensi
dan alergi terhadap metoklopramid. Dosis pemakaian 30-45 mg perhari dibagi dalam 3-4
dosis. Biasanya dipakai dalam waktu 7 sampai 14 hari kemudian dilakukan tapering off
dalam 5 7 hari. (Kauppila A, Arvel P, Koivisto M. 1993; Lewis PJ, Devenish C, Kahn C.
1990; dalam Maria M. 2011)
Domperidon juga merupakan anti emetik dan mempunyai kemampuan meningkatkan
produksi ASI dengan cara sebagai antagonis dopamin. Domperidon mempunyai kemampuan
88

yang lebih rendah dalam melalui sawar darah otak ibu sehingga mempunyai efek samping
ekstrapiramidal yang lebih rendah. Pemakaian domperidon akan meningkatkan kadar
prolaktin dalam darah ibu dan merupakan satu-satunya Galactogogue yang telah diteliti
secara randomized controlled trial dengan hasil aman dan efektif. Dosis harian 10 sampai 20
mg sebanyak 3 4 kali sehari. Digunakan selama 3 sampai 8 minggu. Respon positif
biasanya didapatkan dalam 3 sampai 4 hari, akan tetapi ada beberapa yang berespons setelah
pemakian 2 3 minggu. (Wan EW, Davey K, page-Sharp M, Hartmann PE, Simmer K, Ilett
KF, 2008 dalam Maria M. 2011)
Moloco dan B12 adalah salah satu produk perusamahan farmasi yang mengandung
vitamin B12 dan ekstrak plasenta 15 mcg. Obat ini bekerja dengan cara merangsang aktivitas
kelenjar yang memproduksi ASI. Pemakaian jangka panjang tidak merugikan bayi maupun
ibunya. (Maria M. 2011)
Lama waktu untuk relaktasi
Jangka waktu yang dibutuhkan agar pasokan ASI seorang ibu meningkat sangat
bervariasi. Akan membantu jika ibu sangat termotivasi, dan jika bayinya sering menyusu.
Tapi ibu tidak boleh cemas jika waktu yang diperlukan lebih lama daripada yang
diperkirakan. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Jika sesekali bayi masih menyusu, pasokan ASI meningkat dalam beberapa hari, tetapi
jika bayi sudah berhenti menyusu, perlu 1-2 minggu atau lebih sebelum jumlah ASI
mencukupi. Relaktasi lebih mudah jika bayi masih sangat muda (kurang dari 2 bulan)
daripada jika bayinya lebih tua (di atas 6 bulan). Namun, relaktasi dimungkinkan pada usia
berapa saja. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Relaktasi lebih mudah jika bayi baru saja berhenti menyusu, daripada kalau bayi
sudah lama berhenti menyusu. Namun, relaktasi dimungkinkan kapan saja. Ibu yang
bertahun-tahun tidak menyusui dapat menghasilkan ASI, lagi, bahkan sekalipun sudah
menopause. Misalnya, seorang nenek dapat menyusui cucunya. (Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
2011)

Gambar 33. Memakai alat bantu menyusui


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

CARA MEMBANTU IBU MEMAKAI ALAT BANTU


Tunjukkan kepada ibu cara:
Memakai pipa lambung, serta cara memakai cangkir untuk wadah susu. Jika tidak ada
pipa yang sangat halus, gunakan pipa terbaik yang tersedia.
89

Membuat lubang kecil pad sisi pipa, dekat ujung bagian yang masuk ke mulut bayi
(sebagai tambahan selain lubang di ujung pipa).
Menyiapkan secangkir susu (ASI perah atau susu formula) yang berisi sejumlah susu
yang dibutuhkan bayi untuk satu kali pemberian (lihat halaman 135).
Meletakkan salah satu ujung pipa pada putingnya, sehingga bayi menyusu payudara dan
pipa secara bersamaan.
Rekatkan pipa di tempatnya pada payudara.
Meletakkan ujung pipa yang lain di dalam cangkir berisi susu.
Membuat simpul pada pipa jika pipanya terlalu besar, atau memasang penjepit kertas pada
pipa, atau penjepitnya dengan jari. Cara ini akan mengendalikan aliran susu sehingga bayi
tidak selesai menyusu terlalu cepat.
Mengontrol aliran susu, sehingga bayi menyusu selama kurang lebih 30 menit tiap kali
menyusu, jika mungkin. (Meninggikan cangkir membuat susu mengalir lebih cepat,
merendahkan cangkir membuat susu mengalir lebih lambat).
Membiarkan bayi menyusu kapan saja ia mau bukan hanya ketika ibu sedang
menggunakan alat bantu.
Membersihkan dan mensterilkan pipa alat bantu dan cangkir, tiap kali ibu menggunakannya.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Cara lain memberi susu kepada bayi sambil bayi menyusu ke payudara
Cara menggunakan alat suntik (spuit)
Gunakan spuit ukuran 5 ml atau 10 ml. Pasang sepotong pipa halus ke adaptornya,
kira-kira memanjang 5 cm. Sebagai contoh, sepotong irisan dari pipa halus, mencakup ujung
adaptor dari pipa tersebut. Jelaskan bahwa ibu mengukur sejumlah susu untuk sekali
pemberian dalam sebuah cangkir kecil. Ibu mengisi alat suntik dengan susu dari cangkir. Ibu
meletakkan ujung pipa ke sudut mulut bayi, dan perlahan menekan susu keluar sementara
bayi menyusu payudara. Ibu mengisi ulang alat suntik dan meneruskan sampai bayi selesai
diberi makan. Ibu sebaiknya mencoba agar pemberian makan berlangsung selama 30 menit
(sekitar 15 menit untuk tiap payudara). (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Cara meneteskan susu ke payudara
Teteskan ASI perah ke payudara dan puting, menggunakan sendok atau pipet/dropper
atau cangkir kecil. Atur posisi bayi pada payudara sehingga ia bisa menjilat tetesan susu.
Pelan-pelan, masukkan puting ke dalam mulutnya, dan bantu bayi melekat pada payudara.
Cara ini mungkin perlu diteruskan selama 3-4 hari sebelum bayi bisa menyusui dengan kuat.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
LATIHAN : RELAKTASI
Cara mengerjakan latihan:
Gunakan informasi JUMLAH SUSU UNTUK BAYI YANG TIDAK DAPAT
MENYUSU untuk menghitung jumlah susu yang bayi perlukan. Gunakan informasi CARA
90

MEMBANTU IBU MENINGKATKAN PASOKAN ASI untuk menentukan cara


mengurangi pemberian susu buatan sementara ibu berelaktasi.
Contoh:
Ibu A meninggal segera setelah bayinya lahir. Ibunya A (neneknya bayi) akan
mengurus bayi tersebut dan ia ingin menyusui cucunya. Nenek tersebut dahulu menyusui
semua anaknya dan anaknya yang terkecil berusia 12 tahun. Bayi A kini berusia 4 minggu
dan beratnya 4,5 kg. Nenek tersebut akan memberikan susu buatan dengan alat bantu,
sementara ia menunggu ASI-nya keluar.
Berapa jumlah total susu buatan yang harus diberikan ibunya A tiap hari kepada bayi
pada awalnya? Setiap hari bayi membutuhkan 150 ml/kg/BB/hari. Jadi bayi memerlukan total
(150 4.5) = 675 ml susu tiap hari. Setelah beberapa hari, ketika ibunya A mulai
menghasilkan sedikit ASI, ia akan mulai mengurangi jumlah susu buatan sebanyak 30 ml
setiap hari.
Berapa banyak susu yang akan diberikannya pada hari pertama ia mengurangi
jumlahnya? Ia akan memberi susu sebanyak (675-30) ml = 645 ml.
Berapa banyak susu yang akan ia berikan pada hari berikutnya?
Ia akan memberi
susu sebanyak (645-30) ml = 615 ml.
Untuk dijawab:
Bayi berusia 2 bulan sudah diberi susu botol selama satu bulan. Ia jadi kena diare
yang sangat parah, dan susu formula membuat diarenya makin parah. Ibunya menyusui
dengan baik selama 4 minggu pertama, dan ingin relaktasi. Bayi itu tampak kepingin
menyusu payudara. Bayi akan diberi ASI perah donor dengan cangkir, sementara pasokan
ASI ibunya bertambah. Volume ASI perah donor akan dikurangi sebanyak 30 ml per hari.
Berat bayi 4 kg.
Berapa banyak ASI perah donor yang akan diberikan kepada bayi tiap hari pada
mulanya? 600 ml, 150 ml + 4 kg, 600 ml
Berapa banyak ASI perah yang akan diberikan kepada bayi pada hari pertama kita
mengurangi jumlahnya?
Berapa banyak ASI perah yang akan diberikan pada hari kesepuluh setelah
mengurangi jumlah tersebut?
Berapa hari yang dibutuhkan sejak mulai mengurangi jumlah tersebut sampai sama
sekali berhenti memberi ASI perah?
C. MENGATASI MASALAH PEMBERIAN ASI PADA BAYI.
Lihat Bab Problem Laktasi

D. MENGATASI MASALAH PEMBERIAN ASI PADA IBU


Lihat Bab Problem Laktasi

E. MEMERAH ASI
Memerah ASI berguna untuk:
- Mengurangi bengkak (engogerment);
- Mengurangi sumbatan atau ASI statis;
- Memberi ASI perah sementara bayi belajar menyusu dari puting yang terbenam;
91

Memberi ASI perah kepada bayi yang mengalami kesulitan dalam koordinasi
menyusu;
Memberi ASI perah kepada bayi yang menolak menyusu, sementara bayi belajar
menyukai proses menyusu;
Memberi ASI perah kepada BBLR yang tidak bisa menyusu;
Memberi ASI perah kepada bayi sakit, yang tidak dapat menyusu dengan cukup;
Mempertahankan pasokan ASI ketika ibu dan bayinya sakit;
Meninggalkan ASI untuk bayi ketika ibu bekerja;
Mencegah ASI menetes sewaktu ibu jauh dari bayinya;
Membantu bayi melekat pada payudara yang penuh;
Memerah ASI langsung ke mulut bayi;
Mencegah puting dan areola menjadi kering dan lecet.

MERANGSANG EFEK OKSITOSIN


Refleks oksitosin saat ibu memerah mungkin tak sebanyak bila ibu menghisap. Ibu
perlu mengetahui cara membantu refleks oksitosin, atau ibu akan merasa kesulitan memerah
ASI-nya. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
CARA MERANGSANG REFLEKS OKSITOSIN
Bantu ibu secara psikologis:
Bangkitkan rasa percaya dirinya.
Cobalah mengurangi sumber-sumber nyeri dan kecemasannya.
Bantu ia membangun pikiran dan perasaan positif tentang bayinya.
Bantu ibu secara praktis. Bantu ibu untuk:
Duduk tenang dan sendirian atau dengan teman yang mendukung. Beberapa ibu dapat
memerah dengan mudah dalam kelompok ibu lain yang juga memerah ASI.
Mendekap bayi dengan kontak kulit jika memungkinkan. Ibu dapat mendekap bayi di
pangkuannya sambil memerah. Jika tidak memungkinkan, ibu bisa memandangi bayinya.
Jika ini tidak memungkinkan juga, kadang hanya dengan menatap foto bayinya pun bisa
membantu.
Minum minuman hangat yang menenangkan.
Tidak dianjurkan ibu minum kopi karena mengandung kafein.
Menghangatkan payudaranya.
Sebagai contoh: ibu dapat menempelkan kompres hangat, atau air hangat, atau mandi
pancuran air hangat.
Merangsang puting susunya.
Ibu dapat menarik dan memutar putingnya secara perlahan dengan jari-jarinya.
Memijat atau mengurut payudaranya dengan ringan.
Beberapa ibu merasa terbantu bila mereka mengurut hati-hati dengan ujung jari atau
dengan sisir.
Meminta seseorang membantu memijat punggungnya.
Ibu duduk, bersandar ke depan, melipat lengan di atas meja depannya, dan meletakkan
kepala di atas lengannya. Payudara tergantung lepas, tanpa pakaian. Pembantu memijat di
sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu. Menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu jari
menunjuk ke depan, tekan kuat-kuat membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil dengan
92

kedua ibu jarinya. Pada saat bersamaan, ia memijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang
belakang, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2 atau 3 menit (gambar berikut).
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

Gambar 34. Seorang pembantu memijat punggung ibu untuk merangsang refleks
oksitosin (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
E.1 KAPAN MEMERAH ASI
Memerah ASI mudah dilakukan jika payudara dalam keadaan terasa penuh tetapi
tidak keras, lebih sulit jika payudara sedang bengkak dan nyeri (ibu hendaknya mulai
memerah ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dan tidak menunggu sampai
payudara penuh. (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang
Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008)

Berapa sering seharusnya ibu memerah ASI?


Untuk memantapkan proses menyusui, untuk memberi ASI kepada BBLR atau bayi sakit:
Ibu sebaiknya sudah memerah pada hari pertama, bila mungkin dalam empat
jam setelah persalinan. Pada awalnya mungkin ibu hanya dapat memerah
beberapa tetes kolostrum, tapi ini membantu mulai memproduksi ASI sama
seperti menyusunya bayi segera setelah persalinan membantu memulai produksi
ASI. Ibu harus memerah sebanyak ibu bisa dan sesering ingin menyusu
Sebaiknya minimal 3 jam, termasuk di malam hari. Bila ibu hanya memerah beberapa
kali, atau bila ada interval yang lama di antara waktu memerah, ibu mungkin tidak akan
mampu memproduksi cukup ASI.
Untuk menjaga pasokan ASI agar bisa diberikan kepada bayi sakit:
Ibu harus memerah sekurangnya tiap 3 jam.
Untuk meningkatkan pasokan ASI, jika produksi menurun setelah beberapa Minggu:
Perahlah sangat sering selama beberapa hari (tiap - 1 jam), dan sekurangnya tiap 3 jam
pada malam hari.
93

Untuk meninggalkan ASI untuk bayi selama ibu pergi bekerja:


Perahlah sebanyak mungkin sebelum pergi bekerja. Juga penting memerah ASI di tempat
kerja guna menjaga pasokan ASI-nya (lihat Ibu Bekerja).
Untuk mengurangi gejala, seperti payudara bengkak, atau merembes di tempat kerja:
Perahlah hanya sebanyak yang dibutuhkan.
Untuk menjaga agar puting tetap sehat:
Perah beberapa tetes ASI untuk dioleskan pada puting susu setelah mandi.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
E. 2 CARA MENGELUARKAN/MEMERAH ASI
Belajar memerah ASI adalah cara yang baik untuk semua ibu, sehingga ibu tahu apa
yang harus dilakukan bila kebutuhan dalam hal tersebut muncul. Cara
paling
praktis
memerah ASI adalah dengan tangan tidak memerlukan peralatan, sehingga ibu dapat
melakukannya kapan saja dan di mana saja. Dengan teknik yang baik cara ini sangat efisien.
Mudah saja memerah dengan tangan jika payudara dalam keadaan lunak. Akan lebih sulit jika
payudara bengkak atau perih. Karenanya ajarkan ibu memerah dengan tangan pada hari
pertama atau hari kedua setelah persalinan. Banyak ibu yang sanggup memerah sejumlah ASI
dengan menggunakan teknik yang agak aneh. Jika teknik itu cocok baginya biarkan ibu
melakukannya begitu. Tapi jika mengalami kesulitan memerah ASI dalam jumlah cukup ajari
ibu teknik yang lebih efektif.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Memerah ASI dapat dilakukan dengan tangan, dengan pompa manual maupun pompa
elektrik. Di tempat kerja, dianjurkan memerah ASI dengan tangan dan pompa manual.
Memerah ASI dengan tangan adalah cara paling baik, cepat, efektif dan ekonomis. Cara ini
hanya memerlukan sedikit peralatan sehingga pekerja perempuan dapat dengan mudah
memerah ASI dimana saja dan kapan saja.
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008)
E.2.1 MEMERAH ASI DENGAN TANGAN
Langkah-langkah :
Sterilkan wadah dengan air mendidih
Cuci tangan dengan benar sebelum menyentuh payudara dan wadah ASI
Ibu tenang dan santai, duduk atau berdiri dengan nyaman dan pikirkan sang bayi atau
dengarkan rekaman suara atau pandangi foto bayi
Pegang cangkir yang bersih untuk menampung ASI.
Condongkan badan ke depan dan sangga payudara dengan tangan.
Lakukan pijitan ringan di sekeliling payudara, pegang wadah dekat payudara
Letakkan ibu jari pada batas atas areola mamae dan letakkan jari telunjuk pada batas
areola bagian bawah.
Tekan-peras areola dengan ibu jari dan telunjuk ke dalam ke arah dinding dada tanpa
menggeser letak kedua jari tadi lalu longgarkan tekanan
94

Pijat daerah di antara kedua jari tadi ke arah depan sehingga akan memerah dan
mengeluarkan ASI. Jangan menekan, memijat atau menarik puting susu karena ini
tidak akan mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan rasa sakit.
Tampung ASI pada wadah yang telah disiapkan
Setelah pancaran ASI berkurang, pindahkan posisi ibu jari dan telunjuk tadi dengan
cara berputar pada sisi-sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan.
Ulangi gerakan tekan-peras-longgarkandi sekeliling areola dari semua sisi.
Lakukan hal yang sama pada setiap posisi sampai payudara kosong.
Kegiatan menekan dan melepaskan ini tidak boleh menyakiti kalau sampai sakit,
berarti tekniknya salah.
Awalnya mungkin tidak ada ASI keluar, tetapi setelah menekan beberapa kali, ASI
mulai menetes. ASI mungkin mengalir bercucuran bila refleks oksitosinnya aktif
Hindari memijat atau meluncurkan jari-jarinya pada permukaan kulit.
Hindari meremas puting. Menekan atau menarik puting susu tidak bisa memerah ASI.
Hal ini sama seperti bila bayi hanya menghisap puting.
Memerah satu payudara sekurangnya 3-5 menit hingga alirannya melambat; kemudian
memerah sisi satunya; dan kemudian mengulangi memerah keduanya, ibu dapat
memakai tiap tangan untuk tiap payudara, dan menukarnya bila kedua tangannya
lelah.
Jelaskan bahwa memerah ASI secara memadai membutuhkan waktu 20-30 menit,
khususnya pada hari-hari pertama ketika ASI yang dihasilkan hanya sedikit. Penting
sekali untuk tidak mencoba memerah dalam waktu singkat.
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008; Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2007)

Gambar 35. Cara Memerah ASI


Sumber: Handy, 2010
E.2.2 MEMERAH ASI DENGAN POMPA
Memerah ASI dengan pompa akan membantu pada saat payudara penuh, bengkak dan
nyeri. Sebaliknya, tidak terlalu mudah bila payudara dalam keadaan lembek. Pompa yang
sebaiknya digunakan adalah pompa yang bersih dan higienis. Selama ini yang banyak
digunakan adalah pompa karet, walau sesungguhnya pompa ini kurang cocok untuk memerah
ASI, karena sukar dibersihkan sehingga ASI yang terkumpul sering terkontaminasi bakteri
95

patogen. Oleh karena itu jika memungkinkan menghindari penggunaan pompa ini.
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008)

Gambar 36. Pompa karet


Pompa ini tidak mungkin efisien, dan mudah terkontaminasi (Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
POMPA PAYUDARA
Jika sukar memerah payudara dengan tangan, ibu dapat memakai pompa payudara.
Pompa karet
Pompa karet (lihat Gambar 32) sangat tidak efisien, terutama bila payudara dalam
keadaan lembek. Pompa ini tidak cocok untuk mengumpulkan ASI untuk bayi. Pompa ini
sukar dibersihkan dengan baik. ASI mungkin terkumpul dalam pompa karet dan sulit
membersihkannya. ASI yang terkumpul di sana sering terkontaminasi. Pompa ini bermanfaat
terutama untuk mengurangi pembengkakan, saat pemerahan ASI dengan tangan sulit
dilakukan. Itulah sebabnya pompa ini sering disebut penyembuh payudara.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
Pompa spuit
Pompa spuit lebih efisien dibanding pompa karet, dan lebih mudah dibersihkan dan
disterilkan.
Cara memakai pompa spuit:
Pasang batang penghisap di dalam silinder bagian luar.
Pastikan bahwa tutup karetnya dalam kondisi baik.
Pasang corong pada puting.
Pastikan seluruh keliling corong menyentuh kulit, untuk menciptakan keadaan hampa
udara.
Tarik silinder luar ke bawah. Puting akan tersedot ke dalam corong.
Kembalikan silinder luar ke posisi semula, dan kemudian tarik ke bawah lagi.
Bila ASI berhenti mengalir, lepaskan ruang hampa udara, tuang ASI ke luar silinder, dan
kemudian ulangi prosedur ini.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)

96

Gambar 37. Pompa spuit


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)

Metode botol hangat untuk memerah ASI


Inilah teknik untuk menyembuhkan pembengkakan yang parah, saat payudara sangat
nyeri, dan puting tegang, sehingga pemerahan dengan tangan sulit dilakukan.
Sebuah botol yang sesuai, sebagai berikut:
- Terbuat dari kaca, bukan plastik;
- Ukuran 1-3 liter tidak kurang dari 700 ml;
- Berleher lebar sekurangnya berdiameter 2 cm, bila mungkin 4 cm sehingga puting
dapat masuk ke dalamnya dengan mudah.
Kita juga membutuhkan:
- Sepanci air panas untuk menghangatkan botol;
- Sedikit air dingin, untuk mendinginkan leher botol;
- Selembar kain tebal, untuk memegang botol panas.
Tuang sedikit air panas ke dalam botol untuk menghangatkan botol tersebut. Kemudian isi
botol ini dengan air panas sampai hampir penuh. Jangan mengisi botol terlalu cepat
karena botol akan pecah.
Biarkan botol berdiri beberapa menit untuk menghangatkannya.
Bungkus botol dengan kain, dan tuangkan air panas kembali ke dalam panci.
Dinginkan leher botol dengan air dingin, luar-dalam. (Jika tidak didinginkan, akan
membuat kulit puting melepuh).
Tempelkan mulut botol pada puting, pastikan sekelilingnya menyentuh kulit puting untuk
menciptakan keadaan hampa udara. Untuk demonstrasi ini, gunakan bagian lembut tangan
dan lengan bawah.
Pegang botol baik-baik. Setelah beberapa menit seluruh botol mendingin, dan
menciptakan hisapan lembut, yang menarik puting ke dalam leher botol. Kadang ketika
seorang ibu pertama kali merasakan hisapan botol, ia terkejut dan melepaskannya.
Petugas mungkin harus mulai lagi.
Kehangatan botol membantu refleks oksitosin, dan ASI mulai mengalir, dan terkumpul ke
dalam botol. Pertahankan posisi botol selama ASI masih mengalir.
Tuangkan ASI dari botol, dan ulangi bila perlu, atau lakukan langkah yang sama untuk
payudara yang satu lagi. Setelah beberapa saat, nyeri akut pada payudara akan berkurang,
dan perahan dengan tangan atau kegiatan menyusui mungkin bisa dilakukan lagi.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)

A
97

B
Gambar 38. Metode botol hangat
A. Masukkan air panas ke dalam botol.; B. Tuangkan air keluar botol.; C. Ibu menempelkan
botol hangat pada puting
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
E. 3 CARA MENYIAPKAN WADAH UNTUK ASI PERAH
Gunakan cangkir, gelas , botol atau kendi bermulut lebar (hindari wadah dari plastik yang
tidak aman bagi kesehatan)
Cuci cangkir tersebut dengan sabun dan air (bisa dilakukan sehari sebelumnya)
Tuangkan air mendidih ke dalam cangkir tersebut, dan biarkan beberapa menit. Air
mendidih akan membunuh sebagian besar bakteri
Bila telah siap memerah ASI, buang air yang ada di dalam cangkir tersebut.
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008)
F. CARA MENYIMPAN ASI
ASI yang diperah harus disimpan dengan hati-hati agar terhindar dari kontaminasi
bakteri dan sekaligus menghentikan pertumbuhan bakteri. ASI pada refrigerator berakibat
pada berkurangnya kualitas ASI. Kualitas ASI perah akan tetap terjaga pada suhu dibawah
4C. (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan
Kualitas Hidup Perempuan. 2008)
ASI yang telah ditampung di cangkir atau gelas bertutup, dapat disimpan dengan cara
sebagai berikut:
Pada suhu kamar/di udara terbuka (26C), tahan disimpan selama 6-8 jam
Disimpan di termos es, tahan selama 24 jam.
Disimpan dalam lemari pendingin suhu 5-10C , tahan sampai 3 hari.
Disimpan dalam lemari pendingin suhu 0-4C, tahan sampai 8 hari
Jika suhu meningkat di atas 4C setelah 3 hari, gunakan dalam waktu 6 jam atau dibuang
Disimpan dalam lemari pembeku (freezer) suhu -18C, waktu maksimum 6 bulan
Bila lemari es 1 pintu tahan sampai 2 minggu
Bila lemari es 2 pintu/khusus freezer tahan sampai 3 bulan
ASI Perah Beku Sebelumnya
Dikeluarkan dari freezer, sudah tidak beku dan disimpan di lemari pendingin, waktu
maksimum 12 jam
Dikeluarkan dari freezer, sudah tidak beku dan dikeluarkan dari lemari pendingin,
gunakan segera
(www.breastfeedingnetwork.org.uk dalam Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan. 2008; Kementerian kesehatan
RI. 2010)
98

Gambar 4. Penyimpanan ASI (Maria M. 2011)


G. CARA MEMBERIKAN ASI SETELAH DISIMPAN
Memberikan ASI yang disimpan dapat dilakukan oleh semua orang tidak harus ibu bayi.
Caranya adalah:

Cuci tangan sebelum memegang cangkir/gelas bertutup berisi ASI.


ASI yang disimpan pada suhu kamar, dapat segera diberikan sebelum masa simpan
berakhir (8 jam).
ASI yang disimpan di termos atau lemari es, terlebih dahulu harus dihangatkan. Idealnya
mencairkan ASI beku di dalam lemari pendingin. Jika diperlukan segera, coba cairkan
99

ASI beku dengan air dingin kemudian air hangat yang mengalir atau rendam cangkir yang
berisi ASI dalam mangkok berisi air hangat. Tunggu sampai ASI mencapai suhu kamar.
Jangan memanaskan ASI di atas api/kompor atau microwave.
Gunakan segera ASI perah beku yang sudah dicairkan dan buang bila tidak dihabiskan
Jika ASI berbau jangan digunakan
Ketika disimpan, lemak susu mungkin terpisah. Kocok pelan-pelan sebelum digunakan
Beberapa bayi menolak minum ASI ini, khususnya pada awal diberikan ASI perah
simpan. Coba berikan ASI dengan sendok yang bersih atau cangkir.
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008)
H. CARA MEMBERIKAN ASI DENGAN CANGKIR
WHO lebih menganjurkan penggunaan cangkir dibandingkan dot untuk memberikan
minum kepada bayi. Bahkan cangkir ini dapat diterima dengan baik oleh bayi
prematur.(Maria M. 2011) Telaah dari Cochrane collaboration tahun 2008 tentang
Penggunaan cangkir dibandingkan berbagai metode suplementasi enteral lain pada bayi yang
belum bisa diberikan ASI secara penuh mendapatkan hasil sebagai berikut : tidak didapatkan
perbedaan insiden menyusui dan tidak menyusui antara bayi yang mendapatkan cangkir dan
mendapat susu botol. Perbedaan ini tidak didapatkan pada saat bayi pulang dari rumah sakit
(RR 0,82 ; 95% CI 0,62-1,09), pada usia 3 bulan (RR 0,88 ; 95% CI 0,76-1,03) dan 6 bulan
(RR 0,91 ; 95% CI 0,78-1,05). Bayi yang mendapat cangkir menjalani perawatan lebih lama
disbanding yang mendapat susu botol, dan lebih banyak susu yang tumpah pada penggunaan
cangkir/sendok dibandingkan penggunaan dot. Tetapi risiko terjadi infeksi karena peralatan
yang tidak steril lebih mudah terjadi pada susu botol. Sebaliknya telaah Cochrane
collaboration tahun 2010 tentang penggunaan cangkir untuk bayi prematur didapatkan bahwa
penggunaan susu botol secara signifikan menurunkan insiden menyusui pada saat bayi pulang
dari rumah sakit (RR 0,75 ; 95% CI 0,61-1,09). Dan seperti telaah sebelumnya pada bayi
cukup bulan, penggunaan cangkir akan memperpanjang waktu rawat inap sampai 10 hari.
Adapun penggunaan cara lain seperti selang nutrisi enteral masih memerlukan bukti
penelitian lebih lanjut.21 Sebagai kesimpulan penggunaan dot/botol berisiko untuk
menganggu proses menyusui yang mungkin disebabkan pola menyusu puting dan botol yang
berbeda hanya pada 4 minggu pertama kehidupan dimana pola menyusu bayi saat itu belum
mantap. ( Flint A. New K, Davies MW. 2008; Collins CT, Makrides M, Gillis J, McPhee AJ.
2010. dalam Maria M. 2011)
Keunggulan penggunaan cangkir :
Cangkir mudah dibersihkan dengan sabun dan air bersih, jika tidak mungkin
merebusnya
Cangkir tidak akan dibawa-bawa kemana-mana dalam waktu cukup lama, sehingga
kurang memberi waktu bagi bakteri untuk berkembang biak
Bayi tidak dapat minum sendiri dari cangkir, sehingga pasti akan ada orang yang
memegang bayi, memperhatikan bayi, menatap bayi (kontak mata) dan berinteraksi
dengan bayi. Hal yang dibutuhkan bagi perkembangan kecerdasan intelegensia
(melalui kontak mata) dan kecerdasan emosional bayi.
Minum dari cangkir tidak menggantikan kegiatan menghisap pada kegiatan menyusu,
sehingga bayi tetap akan bersemangat untuk menyusu. Ketika ibu kembali dari
bekerja bayi akan sangat ingin menyusu karena kebutuhan untuk menghisap belum
terpenuhi. Hal ini akan merangsang produksi ASI sehingga ibu tetap dapat
menghasilkan ASI dalam jumlah yang banyak.
100

Penggunaan cangkir untuk memberikan ASI perah kepada bayi akan melatih bayi
mengendalikan seberapa banyak ASI yang diteguknya.
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan Kualitas
Hidup Perempuan. 2008)
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian susu dengan cangkir adalah:
Mulai dengan 80 ml/kg BB/hari. Selanjutnya ditingkatkan volume 10-20 ml/kg BB/hari.
Hitung masukan cairan dalam 24 jam, bagi menjadi 8 kali pemberian
Untuk bayi sakit atau kecil, berikan setiap 2 jam.
(Kementerian kesehatan RI. 2010)
PEMBERIAN ASI DENGAN CANGKIR
Ajari ibu cara memberi minum bayi dengan cangkir.
Ukur jumlah ASI dalam cangkir.
Posisikan bayi pada posisi setengah tegak di pangkuan ibu.
Posisikan cangkir di bibir bayi.
Letakkan cangkir pada bibir bawah secara perlahan.
Sentuhkan tepi cangkir sedemikian rupa hingga ASI menyentuh bibir bayi.
Jangan tuangkan ASI ke mulut bayi
Bayi akan bangun, membuka mulut dan mata, kemudian akan mulai minum
Bayi akan mengisap ASI dan ada sedikit yang tumpah.
Bayi kecil akan memasukkan susu ke mulutnya dengan lidahnya.
Bayi menelan ASI
Bayi akan selesai minum bila sudah menutup mulut atau pada saat sudah tidak tertarik lagi
terhadap ASI
. Bila bayi tidak menghabiskan ASI yang sudah ditakar.
Berikan minum dalam waktu lebih lama.
Ajari ibu untuk menghitung jumlah ASI yang diminum dalam 24 jam, tidak hanya
sekali minum
Apabila ibu tidak bisa memerah ASI dalam jumlah cukup untuk beberapa hari pertama
atau tidak bisa menyusui sama sekali, gunakan salah satu alternatif :
Berikan ASI donor.
Berikan susu formula
Bayi mendapatkan minum dengan cangkir secara cukup, apabila bayi menelan sebagian
besar ASI dan menumpahkan sebagian kecil serta berat badannya meningkat.
(Kementerian kesehatan RI. 2010)

101

Gambar 39. Memberi ASI dengan cangkir


Sumber: WHO 2006, ENCC
I. RELAKTASI
Relaktasi adalah sebuah proses untuk kembali menyusui. Beberapa kondisi dapat
menyebabkan bayi tidak mendapatkan ASI, seperti: bayi diberi susu formula sejak lahir tanpa
indikasi medis, bayi sakit sehingga tidak mampu atau tidak ada kesempatan untuk menyusu,
ibu berhenti menyusui karena sakit atau bayi adalah anak adopsi. Umumnya bayi tidak
mendapatkan ASI karena kurangnya informasi dan keterampilan yang diberikan kepada ibu
tentang menyusui. (Kementerian kesehatan RI. 2010)
Relaktasi dapat dimulai kapan pun. Bila bayi masih sesekali menyusu, dengan
relaktasi produksi ASI akan meningkat dalam beberapa hari sehingga bayi tidak lagi
membutuhkan susu formula atau MP-ASI sebelum waktunya. Bila bayi telah berhenti
menyusu, relaktasi akan merangsang kembalinya produksi ASI dalam waktu 1-2 minggu.
Semakin muda bayi, semakin cepat produksi ASI kembali dapat memenuhi kebutuhan bayi.
(Kementerian kesehatan RI. 2010)
Langkah relaktasi:
(Kementerian kesehatan RI. 2010)
1.
2.
3.
4.

Bangun komunikasi 2 arah dengan ibu dan keluarga, cari penyebab bayi tidak menyusu
Diskusikan keuntungan menyusui dan kerugian susu formula atau kerugian MP-ASI yang
diberikan sebelum usia 6 bulan
Bangun rasa percaya diri ibu dan beri dukungan
Berikan langkah-langkah untuk kembali menyusui secara bertahap:
Bila bayi menggunakan botol dan kempeng, hentikan penggunaan botol dan kempeng.
ASI perah / susu formula diberikan dengan gelas.
Ajarkan ibu mengenali tanda-tanda bayi ingin menyusu dan minta ibu untuk
meletakkan bayi pada payudara setiap kali bayi ingin menyusu.
Lihat cara ibu memposisikan dan melekatkan bayi pada payudara, bila perlu perbaiki
dan beri arahan.
Bila bayi menolak menyusu pada payudara karena belum ada ASI yang keluar, maka
bayi dapat dirangsang untuk melekat pada payudara dengan meneteskan ASI perah /
102

susu formula pada puting susu.


Bila bayi telah dapat melekat dengan baik pada payudara namun produksi ASI belum
dapat memenuhi kebutuhan bayi, maka ASI perah atau susu formula dapat diberikan
dengan bantuan selang yang dilekatkan pada payudara seperti pada gambar. ASI perah
/ susu formula sejumlah yang diperlukan bayi diletakkan dalam gelas. Selang NGT
halus (no.5) dilekatkan pada payudara sedemikian rupa sehingga ujung selang yang
halus sejajar dengan ujung puting, sementara ujung selang yg besar terendam susu di
dalam gelas. Sebelum & sesudah digunakan pastikan selang dan gelas telah
dibersihkan dengan air matang hangat. ASI perah / susu formula dalam gelas
dikurangi secara bertahap (kurangi 30-60 ml tiap harinya), seiring dengan
meningkatnya produksi ASI sehingga pada akhirnya bayi kembali menyusu
sepenuhnya.

Gambar 40. Cara memberikan ASI perah/susu formula tambahan untuk merangsang
produksi ASI
Sumber : Kementerian kesehatan RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal
Esensial : Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar
J. PERAWATAN PAYUDARA
Lihat Bab Pemeriksaan dan Perawatan Payudara
K. PERSIAPAN ANTENATAL UNTUK MENYUSUI
Dengan ibu dalam kelompok:
Jelaskan manfaat menyusui.
Beri informasi sederhana dan relevan tentang cara menyusui.
Jelaskan apa yang akan terjadi setelah persalinan.
Diskusikan pertanyaan ibu
Dengan ibu secara perorangan:
Tanyakan pengalaman menyusui sebelumnya.
Tanyakan bila ibu punya pertanyaan atau kekhawatiran tertentu.
Periksa payudara ibu, bila ia mencemaskannya.
Bangun percaya diri ibu dan jelaskan bahwa petugas kesehatan akan membantunya.

103

FAILURE TO THRIVE WHILE BREASTFED

Maternal Cause

Poor Let Down

Poor
Production

Strees,
anxiety

Hyperthyroidis
m

Some drugs

Excessive
anthihistamine
use

Hypertensio
n
Smoking

Intant Cause

Insulficient
development of
alveor tissue
Excessive
calfenie use

High Energy
Requitmen

High Energy
Requitmen
High Energy
Requitmen

Low net intake

Vomiting and
diamhea
Malabsorptio
n
Infection

High Energy
Requitmen

Poor intake

Poor suck
nergy
Contented
Requitmen
Sleepy
nature
Infrequent
feeding
Some
craniofacial
abnormalities

lllness

Poor diet
Retained
placental
Iragment
Fatigue

Gambar 41. Alur diagnostik Penyebab kegagalan menyusui


(Mahan LK, Stump SE, 2000)
L. KUNCI MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI
I. PERIODE PERINATAL
1. Dukungan keluarga.
104

2.
3.
4.
5.

Dukungan dan penerangan yang jelas dari profesi kesehatan.


Pendidikan ibu dan keluarganya.
Pemeriksaan buah dada yang lengkap dan terarah.
Persiapan buah dada dan puting susu:
a. Jangan memakai sabun atau bahan pembersih lainnya pada puting susu dan areola,
cukup memakai air saja.
b. Perawatan puting susu.
c. Pemakaian kutang yang sesuai.
6. Nutrisi yang adekuat:
a. 300-500 kalori ekstra setiap hari dan peningkatan konsumsi protein per hari dari 46
sampai 76 gram (keduanya dapat dilakukan dengan mudah dengan meningkatkan
masukan susu dari 2 sampai 4 gelas sehari).
b. Penambahan berat badan yang cukup dan sesuai dengan umur kehamilan.
c. Tambahan 30-60 mg preparat Fe dam 400-700 mg asam folat setiap hari.
d. Jangan membatasi asupan makanan!
e. Tidak perlu mengurangi garam, makanlah garam yodium secukupnya.
f. Jangan menggunakan diuretika.
7. Kesehatan umum yang baik.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
II. PERIODE SEGERA SETELAH MELAHIRKAN
1. Ibu dan bayi dalam keadaan sadar/bangun.
2. Bayi segera disusukan (di ruang bersalin ataupun di ruang perawatan ibu).
3. Rawat gabung dengan bayi berpakaian seperlunya (jangan terlalu tebal!).
4. Menyusui tanpa jadwal/sesuai dengan keinginan bayi.
5. Usahakan refleks-refleks menyusui yang optimal.
6. Jangan menggunakan susu botol!
7. Hindarkan pemakaian puting tiruan atau pelindung puting!
8. Gunakan kedua payudara setiap menyusui yang dimulai secara bergantian pada
penyusuan yang berikutnya!
9. Perawatan payudara dan puting susu yang terus menerus:
a. Pengeringan puting oleh udara sudah cukup.
b. Hanya mempergunakan air saja untuk membersihkan puting susu dan areola.
c. Memakai kutang yang sesuai untuk menyusui.
10. Menjaga kesehatan fisik dan rohani.
11. Kecukupan gizi dan hidrasi ibu:
a. Tambahkan 500 kalori.
b. Kecukupan asupan kalsium.
c. Banyak minum (8-12 gelas/hari)
d. Vitamin yang cukup.
e. Makanlah makanan yang bergizi tidak perlu berpantang makanan.
f. Janganlah memikirkan diet pelangsing!
12. Beristirahat yang cukup terutama bila bayi sedang tidur.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
III. LATE POSTPARTUM PERIOD
1. 5-7 hari sesudah dipulangkan kembali ke klinik laktasi untuk evaluasi.
2. Kunjungan rumah oleh pekerja sosial.
105

3. Hubungan per telepon untuk masalah yang timbul (kalau mungkin)


4. Adanya teman/keluarga yang dapat membantu ibu.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
SUMBER: San Diego Lactation Clinic, University of Californi, San Diego Medical
Center, 1983 dalam Soetjiningsih, 2013
Langkah 10 dari Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui adalah:
Mengupayakan terbentuk Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada
kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/ Sarana Pelayanan
Kesehatan. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Beberapa ibu berhenti menyusui atau memulai pemberian makanan tambahan pada
Minggu-minggu pertama.
Kesulitan paling sering muncul selama periode ini. Akan tetapi, beberapa ibu diizinkan
meninggalkan rumah sakit dalam satu atau dua hari setelah persalinan, sebelum ASI keluar
dan sebelum proses menyusui terbentuk. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Bahkan pelayanan rumah sakit yang baik pun tidak mampu mencegah semua kesulitan
tersebut.
Mereka tidak dapat menjamin bahwa ibu akan melanjutkan kegiatan menyusui secara
eksklusif. Maka, penting sekali untuk memikirkan apa yang terjadi pada ibu setelah mereka
pulang ke rumah. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Sumber bantuan yang mungkin untuk ibu menyusui, termasuk:

Keluarga dan teman-teman yang mendukung.


Ini sering kali merupakan sumber dukungan yang paling penting. Dukungan masyarakat
sering kali membantu jika tradisi menyusui kuat dan anggota keluarga tinggal
berdekatan.
Akan tetapi, beberapa pola pikir tradisional bisa jadi keliru. Banyak ibu, terutama di
perkotaan hanya mendapat sedikit dukungan. Atau, ibu mungkin memiliki teman atau
relasi yang justru mendorong ibu untuk memberi susu botol.

Kontrol pertama pasca persalinan, dalam 1 Minggu sepulang dari rumah.


Kontrol ini sebaiknya meliputi pengamatan terhadap proses menyusui dan diskusikan
tentang proses menyusui. Petugas kesehatan dapat membantu ibu yang mengalami
kesulitan ringan sebelum masalah tersebut menjadi masalah serius.

Kontrol rutin pasca persalinan pada Minggu keenam.


Kontrol ini sebaiknya juga mencakup pengamatan terhadap proses menyusui dan juga
tentang keluarga berencana (Lihat Sesi 31, Gizi, kesehatan dan kesuburan wanita)
106

Bantuan berkesinambungan oleh pelayanan kesehatan.


Setiap kali petugas kesehatan berhubungan dengan ibu dan anak di bawah usia 2 tahun,
ia sebaiknya mendukung menyusui. (Lihat Sesi 28, Mempertahankan menyusui).

Bantuan dari petugas kesehatan masyarakat.


Petugas kesehatan masyarakat sering kali berada dalam posisi yang baik untuk
membantu ibu menyusui karena mungkin mereka tinggal di dekatnya. Petugas
kesehatan bisa menemui ibu lebih sering dan menyediakan lebih banyak waktu,
daripada petugas kesehatan yang bertugas di fasilitas kesehatan. Mungkin akan
bermanfaat jika memberi pelatihan keterampilan konseling menyusui kepada petugas
kesehatan masyarakat.

Kelompok pendukung menyusui

KELOMPOK-KELOMPOK PENDUKUNG MENYUSUI


- Kelompok bisa diprakarsai oleh petugas kesehatan; oleh sebuah kelompok ibu yang
sudah ada; oleh sekelompok ibu yang merasa menyusui itu penting; atau oleh para ibu
yang bertemu di klinik antenatal atau fasilitas persalinan dan ingin terus berinteraksi dan
membantu satu sama lain.
- Kelompok ibu menyusui bisa mengadakan pertemuan setiap 1-4 minggu, sering kali
dirumah salah satu dari mereka, atau di man saja. Mereka dapat memilih topik untuk
didiskusikan, mislanya Keuntungan menyusui atau mengatasi kesulitan menyusui.
- Mereka berbagi pengalaman dan membantu satu sama lain dengan dorongan dan ide-ide
praktis mengenai cara-cara mengatasi masalah menyusui. Mereka mempelajari lebih
banyak tentang cara kerja dan tubuh ibu.
- Kelompok tersebut perlu dilatih oleh seseorang yang memiliki cukup informasi tentang
menyusui. Mereka memerlukan seseorang yang dapat mengoreksi pemikiran yang keliru
dan menyarankan solusi atas berbagai kesulitan menyusui. Hal ini akan membantu
kelompok tersebut selalu berpikir positif dan tidak banyak mengeluh. Orang yang
dimaksud bisa saja seorang praktisi kesehatan, sampai salah seorang di dalam kelompok
tersebut telah belajar cukup banyak untuk menjalankan peran si praktisi kesehatan
tersebut.
- Kelompok tersebut memerlukan sumber informasi yang dapat mereka jadikan rujukan
jika mereka memerlukan bantuan. Sumber informasi tersebut bisa saja seorang petugas
kesehatan yang telah terlatih tentang konseling menyusui yang dapat mereka temui
setiap saat. Kelompok tersebut juga memerlukan bahan-bahan terbaru untuk menambah
wawasan mereka seputar menyusui. Petugas kesehatan yang menjadi rujukan kelompok
dapat membantu mereka memperoleh informasi tersebut.
- Ibu juga dapat saling membantu pada kesempatan lain, bukan hanya pada saat
pertemuan. Mereka dapat saling mengunjungi bila merasa cemas, stres atau tidak tahu
apa yang harus dilakukan.
- Kelompok-kelompok pendukung menyusui dapat menyediakan sumber kontak yang
penting bagi ibu-ibu yang terisolasi secara sosial.
- Mereka bisa menjadi sumber dukungan yang membangun percaya diri para ibu dalam
hal menyusui serta dukungan yang mengurangi kecemasan.
- Mereka juga dapat memberi bantuan tambahan yang diperlukan seorang ibu dari sesama
ibu seperti dirinya, yang tidak bisa diberikan petugas kesehatan.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
107

APA YANG HARUS DILAKUKAN SEBELUM IBU PULANG DARI TEMPAT


PERSALINAN ?
Cari tahu bantuan apa yang ibu peroleh di rumah.
Bila mungkin, bicarakan dengan anggota keluarga tentang kebutuhan ibu.
Atur jadwal kontrol pasca persalinan dalam minggu pertama, termasuk pengamatan
proses menyusui (disamping pemeriksaan rutin di minggu ke enam)
Pastikan ibu mengetahui cara menghubungi petugas kesehatan dalam hal proses
menyusui, jika diperlukan.
Jika ada kelompok pendukung menyusui di lingkungan tempat.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
M.

MEMBANGUN PERCAYA DIRI DAN MEMBERI DUKUNGAN

Seorang ibu menyusui mudah kehilangan rasa percaya diri. Disamping pengaruh
desakan keluarga dan teman-temannya, hal ini dapat mendorong ibu untuk memberi bayi susu
formula yang sebenarnya tidak diperlukan. Oleh sebab itu kita perlu keterampilan ini untuk
membantu ibu merasa percaya diri dan positif tentang dirinya. Rasa percaya diri dapat
membantu ibu berhasil menyusui dan juga membantunya menolak desakan dari orang lain.
Sangat penting untuk tidak membantu ibu merasa telah melakukan kesalahan.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Ibu mudah percaya bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya atau air susunya,
atau bahwa ia telah berbuat kesalahan. Hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri ibu.
Sangat penting menghindari mengatur apa yang harus dilakukan ibu menyusui.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Bantulah setiap ibu untuk memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi dirinya dan
bayinya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri. Berikut ini adalah catatan tentang
keterampilan membangun percaya diri dan memberi dukungan.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Keterampilan 1. Menerima apa yang ibu pikirkan dan rasakan
Kadang ibu memikirkan sesuatu yang keliru yang kita tidak setuju. Bila kita tidak
sependapat dengannya, atau mengkritiknya, kita akan membuat ibu merasa bahwa ia keliru.
Hal ini akan menurunkan percaya diri. Bila kita setuju dengan ibu, kita akan kesulitan bila
ingin menyarankan sesuatu yang berbeda. Lebih baik bila kita terima apa yang ibu pikirkan.
Menerima berarti memberi respons dengan cara yang netral, dan bukan menyetujui atau tidak
menyetujui. Mengatakan kembali dan respons sederhana yang menunjukkan perhatian
merupakan cara yang berguna untuk menunjukkan penerimaan, sebaik manfaat keterampilan
mendengar dan mempelajari.
Kadang ibu merasa sangat cemas tentang sesuatu yang kita tahu bukan masalah serius.
Bila kita katakan seperti Jangan khawatir, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kita
membuat ibu merasa dirinya keliru karena kesal. Ini membuat ibu merasa kita tidak
108

memahaminya, dan menurunkan percaya dirinya. Bila kita terima bahwa ibu kesal, ini
membuat ibu merasa hal itu wajar sehingga tidak menurunkan rasa percaya dirinya.
Berempati merupakan satu cara yang berguna untuk menerima apa yang ibu rasakan.
Keterampilan 2. Mengenali dan memuji apa yang ibu dan bayi lakukan dengan benar
Sebagai tenaga kesehatan, kita dilatih menemukan masalah. Kita hanya melihat apa
yang dianggap orang salah mengerjakannya, dan mencoba mengoreksinya.
Sebagai konselor, kita harus mencari tahu apa yang telah dilakukan dengan benar
oleh ibu dan bayi. Kemudian kita sebaiknya memuji atau menunjukkan persetujuan atas
perbuatan yang baik itu. Memuji perbuatan yang baik memiliki keuntungan seperti berikut:
- Membangun percaya diri ibu;
- Mendorong ibu terus melanjutkan perilaku baiknya;
- Membuat ibu lebih mudah menerima saran berikutnya.
Keterampilan 3. Memberi bantuan praktis
Kadang bantuan praktis lebih baik dari pada mengatakan sesuatu.
Contoh:
- Saat ibu merasa lelah atau kotor atau tak nyaman;
- Saat ibu lapar atau haus;
- Saat ibu sudah banyak mendapatkan nasihat;
- Saat kita ingin menunjukkan dukungan dan penerimaan;
- Saat ibu punya masalah sederhana.
Beberapa cara memberi bantuan praktis di antaranya sebagai berikut:
- Membantu membuat ibu merasa bersih dan nyaman;
- Mempermudah ibu menggendong bayi, dengan bantal atau dengan kursi yang lebih
pendek atau nyaman.
- Memberi ibu minuman hangat, atau sesuatu untuk dimakan.
- Menggendong bayi, sementara ibu menyamankan diri, atau mencuci muka atau ke toilet.
Respons mana yang lebih tepat?
Sebaiknya ibu membiarkan bayi menyusu sekarang, supaya ASI keluar.
Biar saya coba membuat ibu nyaman dulu, dan nanti akan saya bawakan minum ya
Keterampilan 4. Memberi sedikit informasi relevan
Informasi relevan adalah informasi yang berguna untuk ibu SEKARANG.
Saat memberi ibu informasi, ingatlah hal-hal berikut:
- Sampaikan hal-hal yang dapat ibu lakukan hari ini, bukan dalam beberapa Minggu ke
depan.
- Mencoba memberi ibu hanya satu atau dua informasi pada saat itu, terutama bila ibu
sedang capek, dan sudah banyak sekali menerima nasihat.
- Memberi informasi dengan cara yang positif, agar tak terdengar seperti kritikan, atau
membuat ibu berpikir bahwa dia telah melakukan hal yang salah. Hal ini terutama sangat
penting bila kita ingin mengoreksi pendapat yang keliru.
- Menunggu sampai kita berhasil membangun percaya diri ibu, dengan menerima apa yang
ibu katakan, dan memuji apa yang telah ibu lakukan dengan baik. Kita tak perlu terburuburu memberinya informasi baru atau mengoreksi pendapat yang keliru.
109

Keterampilan 5. Menggunakan bahasa sederhana


Menggunakan istilah yang sederhana dan umum, untuk menjelaskan sesuatu kepada
ibu. Ingatlah bahwa sebagian besar orang tidak mengerti istilah-istilah teknis yang digunakan
petugas kesehatan.
Keterampilan 6. Memberi satu atau dua saran, bukan perintah
Hati-hati untuk tidak menyuruh atau memerintah ibu melakukan sesuatu. Hal ini
tidak menolong ibu untuk merasa percaya diri. Sebaliknya, saat kita memberikan konseling
kepada ibu, sarankan apa yang dapat ia lakukan. Lalu ibu dapat memutuskan apakah ia akan
mencobanya atau tidak,. Hal ini memberi ibu perasaan menguasai keadaan, dan
membantunya untuk merasa percaya diri.

KETERAMPILAN PERCAYA DIRI DAN DUKUNGAN


Menerima apa yang ibu pikirkan dan rasakan
Mengenali dan memuji apa yang dilakukan dengan benar oleh ibu dan bayi
Memberikan bantuan praktis
Memberikan sedikit informasi yang relevan
Menggunakan bahasa sederhana
Memberikan santau atau dua saran, bukan perintah
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

LATIHAN MEMBANGUN PERCAYA DIRI


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
LATIHAN 1. Menerima apa yang ibu PIKIRKAN.
Contoh 1-3 adalah pikiran yang keliru, yang mungkin dipercaya oleh ibu. Di sebelah
masing-masing pikiran yang keliru tersebut ada tiga respons. Satu setuju dengan pemikiran,
satu tidak setuju, dan satu menerima tanpa bersikap setuju atau tidak setuju.
Instruktur akan membacakan pemikiran-pemikiran yang keliru. Bergantian membaca
respons dan katakan apakah respons tersebut setuju, tidak setuju, atau menerima pikiran
tersebut.
Contoh 1-3
Instruktur membaca
Praktikan membaca
1. Saya memberi minum air, karena Oh, tidak perlu! ASI mengandung
cuaca panas sekai.
banyak air?
Ya, mungkin bayi membutuhkan
minuman ekstra di cuaca begini.
Ibu merasa kadang-kadang bayi
perlu minum air?
2. Saya belum bisa menyusui selama ASI tidak terlalu bagus setelah
dua hari ini, jadi ASI saya basi,
beberapa hari.
110

Ibu khawatir kalau ASI-nya basi?


Tapi ASI tidak akan pernah basi
selama di payudara
3. Bayi saya diare, jadi tidak baik Ibu tidak mau memberi si kecil
menyusui sekarang.
ASI saat ini?
Menyusui saat bayi diare itu
benar-benar aman, kok.
Seringkali lebih baik berhenti
menyusui waktu bayi kena diare.
Contoh 4-10 ada beberapa pemikiran keliru, yang ditulis sebagai pernyataan oleh ibu.
Tidak ada respons tertulis di sampingnya. Instruktur membacakan masing-masing pemikiran
yang keliru. Praktikan bergantian memberi respons yang menerima apa yang ibu katakan,
tanpa harus tidak setuju atau setuju.
Contoh 4-10
Instruktur membacakan:
4. saya perlu memberinya susu
formula karena sekarang umurnya
sudah dua bulan. ASI saya
sekarang tidak cukup lagi buat
dia.
5. Saya hamil lagi, jadi saya
sebaiknya
segera
berhenti
menyusui.
6. Saya tidak bisa menyusuinya pada
beberapa hari pertama, soalnya
saya tidak punya ASI.
7. ASI yang pertama keluar tidak
bagus buat bayi. Saya tidak bisa
menyusuinya sampai ASI pertama
keluar semua.
8. Saya tidak bisa makan makanan
pedas bisa membuat bayi saya
rewel.
9. Saya tidak pernah membiarkannya
menghisap lebih dari 10 menit,
nanti puting saya lecet.
10. ASI saya tidak cukup, karena
payudara saya kecil.

LATIHAN 2. Menerima apa yang ibu RASAKAN


Bagaimana mengerjakan latihan:
Setelah cerita A, B, dan C di bawah ini, tersedia 3 respon.
Beri tanda pada respons yang menunjukkan penerimaan terhadap apa yang ibu rasakan.
Untuk cerita D, buatlah respons yang menunjukkan penerimaan.
111

Contoh:
Bayi laki-laki Ibu P sedang pilek, hidung tersumbat, dan terlihat kesulitan menyusu. Ketika
menceritakan soal ini, Ibu P menangis.
Beri tanda pada respons yang menunjukkan kita memahami perasaan ibu P.
a. Jangan khawatir bayi ibu akan baik-baik saja.
b. Ibu tidak perlu menangis- dia akan segera sembuh, kok.
c. Memang bingung kalau bayi sakit, iya kan.
Untuk menjawab:
Cerita A.
Ibu M menangis. Dia mengatakan payudaranya menjadi lembek lagi, jadi ASI-nya pasti
berkurang, padahal bayinya baru berumur tiga Minggu.
a. Jangan menangis- saya yakin ASI Ibu masih banyak.
b. Saya mengerti, Ibu benar-benar sedih karena ini.
c. Payudara memang sering jadi lembek pada saat ini tapi itu bukan berarti ASI ibu
berkurang!.
Cerita B
Ibu D terganggu sekali. Bayinya kadang tidak buang air besar (BAB) selama satu atau
dua hari. Saat BAB, bayinya mengangkat lutut dan mengejan sampai wajahnya merah padam.
Tinjanya lembek dan kuning kecoklatan.
a. Ibu tidak perlu merasa terganggu- keadaan ini sangat normal untuk bayi.
b. Beberapa bayi tidak BAB selama 4 sampai 5 hari.
c. Ibu benar-benar terganggu ya kalau dia tidak BAB.
Cerita C
Ibu S menangis. Dia melepas pakaian bayinya, dan menunjukkan bintik-bintik merah pada
pantat bayinya, yang tampak seperti ruam popok.
a. Ibu sangat sedih gara-gara ruam popok, ya kan?
b. Banyak bayi mengalami ruam seperti ini- kita bisa segera menyembuhkannya kok.
c. Jangan menangis, ini tidak serius.

Cerita D.
Ibu M kelihatan sangat cemas. Dia yakin bayinya sakit parah. Lidahnya penuh dengan bintik
putih, yang menurut kita sariawan. Kita tahu ini tidak serius dan mudah mengobatinya.
Tuliskan apa yang akan dikatakan kepadanya, untuk menunjukkan betapa Saudara
memahami kecemasannya.

LATIHAN 3. Memuji apa yang ibu dan bayi kerjakan dengan baik
Bagaimana mengerjakan latihan:
Untuk cerita E, F, dan G dibawah ini, ada 3 respon. Semua respons itu adalah
pernyataan yang mungkin akan disampaikan kepada para ibu dalam cerita tersebut.
Beri tanda untuk respons yang memuji apa yang ibu dan bayinya lakukan dengan
baik, untuk membangun percaya diri ibu. (kita bisa memberi informasi lainnya nanti)
112

Untuk cerita H dan I, buat respons yang memuji apa yang dilakukan dengan baik oleh ibu dan
bayi.
Contoh:
Seorang ibu menyusui bayinya yang berusia 3 bulan, dan memberinya sari buah. Bayi
menderita diare ringan.
Beri tanda pada respons yang memuji apa yang ibu lakukan.
a. Ibu sebaiknya menghentikan pemberian sari buah mungkin itu yang menyebabkan
diare.
b. Bagus sekali ibu menyusuinya- ASI bisa membantu bayi itu sembuh.
c. Lebih baik bayi tidak diberi apapun kecuali ASI sampai mereka berusia 6 bulan.
Untuk dijawab:
Cerita E
Seorang ibu mulai memberi susu botol kepada bayinya di siang hari sementara ia pergi
bekerja. Dia menyusui bayinya begitu sampai di rumah, tapi bayinya tampak tak ingin
menyusu sebanyak sebelumnya.
a. Ibu amat bijaksana mau menyusui kapan saja ibu sampai di rumah.
b. Lebih baik ibu memberi susu buatan pakai cangkir, jangan pakai botol.
c. Bayi sering berhenti menyusu apabila ibu mulai memberinya susu botol.
Cerita F.
Seorang ibu dari bayi berusia 3 bulan mengatakan bahwa bayinya terus menangis diwaktu
malam, dan ibu itu berpikir bahwa ASI-nya berkurang. Padahal bayinya bertambah berat
dengan baik bulan lalu.
a. Banyak bayi menangis pada waktu seperti itu tak perlu dikhawatirkan.
b. Dia tumbuh dengan baik dan itu hanya karena ASI saja.
c. Biarkan saja dia menyusu lebih sering itu akan segera meningkatkan pasokan ASI.
Cerita G.
Seorang anak usia 15 bulan masih menyusu, mendapat bubur cair, kadang teh dan roti. Dia
belum ditimbang selama 6 bulan terakhir, badannya terlihat kurus dan menyedihkan.
a. Dia memerlukan makanan yang lebih seimbang.
b. Bagus sekali ibu terus menyusuinya di usia sekarang, dan juga memberinya makanan
lain.
c. Ibu sebaiknya memberi bayi lebih dari sekedar ASI dan bubur cair usianya sekarang.
Cerita H.
Seorang bayi berusia 4 bulan sepenuhnya diberi susu botol, dan menderita diare. KMS
menunjukkan berat lahirnya 3,5 kg, dan bayi itu hanya bertambah 200 gram berat badannya
selama dua bulan terakhir. Botol susunya berbau asam.
Cerita I.
Ibu N datang ke klinik untuk mempelajari cara menyapih R, bayinya berumur 3 bulan. Dia
akan segera kembali bekerja. Tapi R menolak botol, karena itu ibu N minta nasihat. R adalah
bayi yang sehat dan sangat aktif.
LATIHAN 4. Memberi sedikit informasi yang relevan
113

Bagaimana mengerjakan latihan:


Di bawah ini adalah daftar enam ibu dengan bayi dari berbagai usia. Di sebelahnya ada juga 6
buah informasi ( a, b, c, d, e, dan f) yang mungkin ibu perlukan; tapi informasi tersebut tidak
bersebelahan dengan ibu yang paling membutuhkannya. Cocokkan masing-masing informasi
dengan ibu dan bayi, sehingga informasi tersebut PALING RELEVAN PADA WAKTU ITU.
Di akhir penjelasan tentang masing-masing ibu ada enam huruf. Lingkari huruf yang
mewakili informasi yang paling relevan baginya. Sebagai contoh, jawaban yang paling benar
untuk Ibu 1 adalah huruf yang diberi tanda kurung.
Untuk Ibu 7 dan 8, buat kalimat dengan informasi yang relevan.
Untuk dijawab:
1.
2.
3.

4.
5.

6.

Ibu 1-6
Ibu kembali bekerja.
abcdef
Ibu dengan bayi usia 12 bulan
abcdef
Ibu yang mengira ASI-nya terlalu
encer
abcdef
Ibu yang berpikir ASI-nya kurang
abcdef
Ibu dengan bayu usia 2 bulan
yang disusui eksklusif
abcdef
Ibu baru melahirkan yang ingin
memberi bayinya makan pralaktal
abcdef

Informasi
a. ASI awal biasanya kelihatan lebih
encer, dan ASI akhir lebih putih.
b. Menyusui eksklusif adalah yang
terbaik sampai bayi berusia 6 bulan
c. Menyusui
lebih
sering
menghasilkan ASI lebih baik
d. Kolostrum adalah satu-satunya
yang bayi perlukan saat ini
e. Menyusui waktu malam baik untuk
bayi dan membantu meningkatkan
produksi ASI
f. Menyusui
tahun

penting sampai

dua

Ibu 7:
Seseorang ibu yang melahirkan sehari yang lalu dengan kondisi payudara yang lembek
dengan menginginkan ASI-nya keluar:
Hisapan bayi ibu akan membantu keluarnya ASI lebih banyak
Ibu 8:
Seorang ibu dengan bayi usia 5-6 bulan yang sehat, yang menyusui eksklusif:
Bayi di usia ini biasanya siap diberi makan pendamping dan tetap diberi ASI sampai
usia 2 tahun

LATIHAN 5. Memberi informasi dengan cara positif


Bagaimana mengerjakan latihan:

114

Di bawah ini ada beberapa pemikiran keliru, termasuk beberapa pemikiran yang
berasal dari Latihan 7, serta apa yang akan dikatakan untuk menerima apa yang
dipikirkan ibu.
Berilah informasi dengan cara positif yang tak terdengar mengkritik.
Contoh:
Seorang ibu berkata : Saya tidak punya cukup ASI, karena payudara saya kecil.
Terima apa yang ibu katakan:
Mm. Ibu sering khawatir dengan ukuran payudaranya
Beri informasi yang benar dengan cara positif:
Ibu, payudara yang lebih besar hanya berisi lebih banyak lemak. Bagian
payudara yang menghasilkan ASI sama saja jumlahnya di semua payudara.
Untuk dijawab:
1. Seorang ibu berkata: Saya tidak membiarkannya menyusu lebih dari 10 menit, karena
akan menyebabkan puring saya lecet
Terima apa yang ia katakan:
Ooh, ibu khawatir.
Berikan informasi yang benar dengan cara positif:
Kalau bayi cukup banyak memasukkan payudara ke mulutnya, puting ibu akan lecet.
2. Seorang ibu berkata: Saya beri dia air minum, karena sekarang cuaca panas sekali.
Terima apa yang ia katakan:
Ibu merasa bayi sering kali perlu minum?
Berikan informasi yang benar dengan cara positif:
Ibu, ASI sudah banyak mengandung air meski cuaca panas
3. Seorang ibu berkata: Saya akan memberinya sebotol susu formula di malam hari, dan
menghemat ASI untuk malam itu.
Terima apa yang dia katakan:
Ooh, ibu merasa bayi ibu tidak puas menyusu di malam hari?
Berikan informasi yang benar dengan cara yang positif:
Kalau bayi sering menyusu payudara ibu akan banyak menghasilkan ASI
LATIHAN 6. Menggunakan bahasa sederhana
Bagaimana mengerjakan latihan:
Di bawah ini ada lima informasi yang mungkin ingin diberikan kepada ibu, termasuk
beberapa informasi dari Latihan 9.
Informasi tersebut benar, tapi menggunakan istilah-istilah yang mungkin tidak
dimengerti ibu yang buka petugas kesehatan.
Tulis kembali informasi tersebut dengan bahasa sederhana yang dengan mudah dapat
dimengerti ibu.
Contoh:
Informasi: Kolostrum adalah satu-satunya yang bayi perlukan dalam beberapa hari pertama.
Memakai bahasa sederhana:
ASI berwarna kekuningan yang pertama keluar adalah yang bayi perlukan
pada beberapa hari pertama.
115

Untuk dijawab:
1. Informasi: Menyusui eksklusif adalah yang terbaik untuk bayi sampai usia 6 bulan.
Memakai bahasa sederhana:
Menyusui saja tanpa diberi makanan atau minuman apapun adalah yang terbaik untuk
bayi sampai usia 6 bulan.
2. Informasi: Foremilk biasanya kelihatan lebih encer dan hindmilk lebih putih.
Memakai bahasa sederhana:
Susu awal mempunyai kelihatan lebih encer dan susu akhir menyusui akan tampak lebih
putih.
3. Informasi: Ketika menyusu, prilaktin dilepaskan dan membuat payudara ibu
mensekresikan ASI lebih banyak.
Memakai bahasa sederhana:
Ketika bayi ibu menyusu payudara ibu akan memproduksi ASI lebih banyak.
4. Informasi: Untuk menyusu secara eksklusif, bayi perlu melekat dengan baik pada
payudara.
Memakai bahasa sederhana:
Supaya atau agar mendapat ASI mulut bayi harus terbuka lebar supaya sebagian besar
payudara dapat masuk ke mulut bayi.
LATIHAN 7. Memberi satu atau dua saran, bukan perintah
Bagaimana mengerjakan latihan:
Di bawah ini beberapa perintah yang mungkin ingin diberikan kepada ibu menyusui.
Tuliskan kembali perintah-perintah tersebut sebagai saran.
Pernyataan 4 dan 5 adalah pilihan, untuk dikerjakan jika waktu tersedia.
Contoh:
Perintah: Tidurlah bersama bayi supaya bisa menyusui di waktu malam!
Saran:
Mungkin akan lebih mudah menyusui bayi di waktu malam kalau bayi tidur bersaman
Ibu.
Beberapa contoh alternatif membuat saran:
(Dalam jawaban, hanya perlu memberi SATU jawaban)
- Salam dalam bentuk pertanyaan:
Bukankah lebih mudah menyusui bayi waktu malam kalu bayi tidur dengan ibu?
Pernahkah ibu berpikir untuk membiarkan bayi tidur dengan ibu?
- Pernyataan yang diikuti dengan beberapa informasi:
Bagaimana perasaan ibu kalau membiarkan bayi tidur dengan ibu? Mungkin akan lebih
mudah menyusui dengan cara itu.
Untuk dijawab:
Perintah: Jangan memberi minuman apapun kepada bayi ibu, sebelum umurnya minimal 6
bulan!
Saran: Akan lebih baik sebaiknya ibu memberi ASI saja.
1. Perintah: Susui bayi lebih sering, kapan pun ia lapar, nanti pasokan ASI ibu akan
bertambah!
Saran:
Cara yang baik untuk memproduksi ASI adalah semakin sering menyusui
116

2. Perintah: Ibu sebaiknya memberi susu pakai cangkir. Jangan memberi susu pakai botol
atau bayi akan menolak menyusu!
Saran:
Pemberian dengan cangkir akan mengganggu proses menyusui
Ibu mau mencoba dengan cangkir, bayi ibu akan lebih menikmati pada saat menyusu

Pilihan:
3. Perintah: Ibu harus memeluk bayi lebih dekat atau dia tidak bisa memasukkan payudara
ke dalam mulutnya!
Saran:
Bayi selalu lebih mudah memasukkan payudara ke mulutnya bila ibu memeluk bayi lebih
dekat.
4. Perintah: Ibu harus duduk di kursi yang lebih rendah waktu menyusui, atau ibu tidak
akan bisa nyaman!
Saran:
Ibu akan lebih nyaman bisa duduk di kursi yang lebih rendah.

N. MEMPERTAHANKAN MENYUSUI
Perilaku dalam pelayanan kesehatan tetap merupakan pengaruh penting terhadap
menyusui sepanjang 2 tahun pertama usia anak. Penting sekali bagi semua fasilitas kesehatan
untuk mendukung menyusui. Tidak hanya unit perawatan persalinan yang memiliki tanggung
jawab. Menyusui akan bertahan lebih lama apabila:
- Kebanyakan orang menganggapnya alamiah, sehat dan penting;
- Orang menganggap menyusui dua tahun atau lebih itu normal dan baik;
- Menyusui di tempat-tempat umum bisa diterima;
- Anak-anak yang kelak menjadi orang tua terbiasa melihat bayi menyusu;
- Wanita yang bekerja di luar rumah mendapat dukungan untuk terus menyusui.
Walau demikian, petugas kesehatan bisa berbuat banyak untuk mendukung dan
mendorong wanita yang ingin menyusui bayinya. Mereka dapat membantu menjaga perilaku
yang sudah baik. Bila mereka tidak secara aktif mendukung menyusui, maka mereka
mungkin secara tidak sengaja telah menghalanginya. Setiap kontak yang dimiliki seorang
petugas kesehatan dengan seorang ibu adalah merupakan kesempatan untuk mendorong dan
mempertahankan menyusui. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Pujian
Informasi

Saat menimbang bayi, penting sekali Saran


mendiskusikan tentang menyusui. Pemantauan
pertumbuhan adalah cara yang sangat membantu untuk mengetahui apakah bayi mendapat
cukup ASI. Pertumbuhan yang kurang memuaskan merupakan tanda penting bahwa ibu dan
bayi memerlukan bantuan. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Apabila ibu tidak mempunyai KMS atau grafik pertumbuhan bayinya, atau apabila
tidak bisa menimbang bayi, tetap dapat membahas tentang menyusui. Anda harus mendapat
117

kesan apakah bayi mendapat ASI cukup atau tidak dari perilaku atau penampilan bayi. Anda
dapat menanyakan berapa kali bayi kencing. (Departemen Kesehatan RI Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
BAGAIMANA LAYANAN KESEHATAN BISA MEMPERTAHANKAN MENYUSUI
Pujilah semua ibu yang menyusui:
Dorong mereka untuk terus menyusui, dan untuk membantu ibu lain. Ingatlah memuji ibu
yang menyusui sampai tahun kedua.
Bantulah ibu untuk menyusui dengan cara yang paling sehat:
Misalnya, menyusui eksklusif selama 6 bulan. Bantu mereka memperbaiki perilaku yang
mungkin menyebabkan masalah.
Dorong ibu untuk mencari bantuan sebelum memutuskan untuk memberi makanan
buatan:
Misalnya, bila mereka khawatir mengenai pasokan ASI. Atau bila mereka punya kesulitan
menyusui atau pertanyaan-pertanyaan tentang menyusui.
Apabila memungkinkan rujuk ibu ke kelompok pendukung ASI:
Beri saran tentang keluarga berencana yang cocok untuk ibu menyusui:
Anjurkan ibu untuk tidak hamil lagi sebelum anaknya berusia 2 tahun atau lebih.
Ingatlah untuk mendorong menyusui ketika menemui ibu untuk:
- Pemeriksaan pasca persalinan (dalam Minggu pertama, dan pada 6 minggu
pascapersalinan);
- KB;
- Memantau pertumbuhan anak (terutama kenaikan berat badan bayi);
- Penyuluhan gizi;
- Imunisasi (termasuk campak di usia 9 bulan).
Pada kunjungan di bulan ke-9, dorong ibu untuk terus menyusui bayinya, bersama-sama
pemberian makanan pendamping, selama 12-15 bulan ke depan atau lebih.
Bantu ibu meneruskan menyusui pada keadaan-keadaan sulit di bawah ini:
- Akan kembali bekerja
- Memiliki anak kembar atau bayi BBLR
- Memiliki bayi cacat
- Bila ibu sakit atau cacat
Bantu ibu menyusui bayi dan anak yang sakit:
Seorang ibu bisa meningkatkan penyusuan hingga 12 kali atau lebih per hari. Bila bayinya
tidak bisa menghisap, bantu ibu memerah ASI untuk diberikan kepada bayi (lihat bagian
tentang Memerah ASI).
Informasikan rekan-rekan kerja tentang apa yang sedang diupayakan:
Pastikan petugas kesehatan di bagian lain mengerti tentang menyusui. Mintalah
dukungan mereka, dan beri mereka bantuan jika mereka sedang merawat ibu dan
bayinya.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
LATIHAN : Mempertahankan menyusui
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Cara mengerjakan latihan:
118

Ibu dalam cerita berikut ini datang untuk berbagai alasan di luar menyusui. Mula-mula
kita akan membantu mereka untuk keperluan lain itu, kemudian pikirkan apa yang bisa Anda
katakan tentang menyusui.
Setelah penjelasan selesai catat sesuatu untuk memberikan beri pujian kepada ibu ini,
berikan informasi yang relevan, dan sarankan sesuatu yang berguna untuknya. Nomor 3
adalah pilihan, kerjakan jika tersedia waktu. Jika sudah selesai, diskusikan jawaban dengan
fasilitator.
Contoh:
Ibu L membawa bayinya yang berusia 9 bulan untuk vaksinasi campak. Bayi itu sudah mulai
makan makanan pendamping 4 kali sehari, dan masih menyusu. Dia tidak punya KMS, tapi
berat badannya sekarang 8.0 kg.
Pujian
: Bagus lho, ibu terus menyusui sambil memberi makanan pendamping.
Informasi : Menyusui sampai umur 2 tahun atau lebih dianjurkan lho, Bu.
Saran
: Di usia ini, sebaiknya ibu menyusui bayi dulu sebelum memberi makanan
pendamping, dengan begitu bayi mendapat cukup ASI.
Untuk dijawab:
1.
Ibu C membawa bayinya yang berusia 4 minggu untuk mendapat vaksinasi DPT
dan Polio ke-3. Dia menyusu eksklusif, dan beratnya sudah bertambah 2.5 kg sejak lahir.
Pujian
: Bagus sekali ibu sudah memberi ASI. Ibu pasti senang putra ibu bertambah
naik.
Informasi : Menyusui membantu melindungi bayi dari segala penyakit juga imunisasi.
Saran
: Sebaiknya ibu melanjutkan ASI sampai 6 bulan.
2.
Ibu I membawa anaknya berusia 12 bulan yang sedang panas dan diare. Bayi ini
tidak punya KMS, tapi hari ini berat badannya 8.5 kg. Dia kehilangan nafsu makan, dan
tidak mau makan banyak. Dia masih menyusu, terutama di malam hari.
Kita sudah memberi nasihat yang cocok serta terapi untuk demam dan diarenya. Apa yang
akan dikatakan kepada Ibu I tentang menyusui?
Pujian
: Bagus bu. Ibu masih memberikan ASI pada putra anda.
Informasi
: Makanan yang sehat sangat dibutuhkan. ASI juga tetap dilanjutkan supaya
cepat sembuh.
Saran
: Sebaiknya bersihkan alat makan dan mencuci tangan sebelum memberikan
makan kepada bayi. tetap diberi ASI sampai usia 2 tahun.
Pilihan:
3.

Ibu M membawa anak laki-lakinya yang berumur 15 bulan untuk pengobatan


batuk dan kesulitan bernapas. Anak itu demam dan tidak mau makan. Dia masih
menyusu, tapi sering mendongakkan kepala untuk bernapas sebelum ia mengisap cukup
lama.
Setelah memeriksa anak itu, menghitung frekuensi pernapasan, dan memberi pengobatan
yang sesuai, apa yang akan dilakukan untuk mendukung menyusui?
Pujian
:
Informasi
:
Saran
:

LATIHAN Menyusui dan KMS


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
119

Cara mengerjakan latihan ini:


Pelajari KMS bayi berikut ini, dan catatan yang menyertainya. Kemudian jawab dengan
singkat pertanyaan-pertanyaannya. Bila sudah selesai, diskusikan jawaban dengan tutor.
Contoh:
Bayi 1 disusui secara eksklusif. Dia selalu tidur
dengan ibunya sampai 8 minggu yang lalu.
Sekarang mereka tidur terpisah.

Tahun pertama

Apa yang telah dilakukan ibu Bayi 1 yang bisa


diberi pujian?
Ibunya telah menyusui secara eksklusif selama
ini.
Bagaimana pertambahan berat badan Bayi 1
akhir-akhir ini?
Pertumbuhannya melambat.
Mengapa ini bisa terjadi?
Ia berhenti menyusu di malam hari. Sekarang apa
yang telah disarankan kepada ibunya tentang
pemberian makanan bayi?
Biarkan bayi tidur bersama ibu lagi, untuk
menyusu di malam hari. Ibu sebaiknya
memberinya makanan pendamping setelah bayi
berusia 6 bulan.

Untuk dijawab:
Bayi 2 datang untuk imunisasi. Ibu mengatakan
bayinya baik-baik saja. Dia adalah bayi yang baik
dan jarang menangis. Hanya minta disusui 4-5
kali sehari, dan ini dirasakan sangat membantu
ibunya, karena ibu sangat sibuk.
Apa yang bisa dikatakan untuk menunjukkan
bahwa kita bisa menerima perasaan ibu Bayi
2?
Oh ibu sibuk ya... Ibu merasa terbantu dengan ibu
yang terus menyusu.
Apa pendapat anda tentang peningkatan berat
badan Bayi 2 ini?
Awal baik bulan berikutnya tetap.
Mengapa demikian, apa sebabnya?
Bayi jarang menyusu.

120

Tahun pertama

Nasihat apa yang akan diberikan kepada ibu


Bayi 2 mengenai pemberian makan bayi?
Ibu sebaiknya ASI diberikan lebih sering.

Bayi 3 disusui eksklusif sampai bulan yang lalu.


Sekarang ibunya memberi minum air, karena udara
sangat panas dan ia kelihatannya sangat kehausan.

Tahun pertama

Apa pendapat anda tentang kenaikan berat


badan Bayi 3?
BB naik, BB naik lambat.
Apa penyebab peningkatan berat badan bayi
yang melambat bulan ini?
ASI kurang.
Informasi relevan apa yang dapat diberikan
kepada ibu Bayi 3?
Cobalah memberikan informasi yang positif. (ASI
sudah mengandung air jadi tidak usah diberi air
lagi).
Nasihat apa yang akan diberikan kepada ibu?
ASI diberikan terus sampai 6 bulan. Setelah 6
bulan diberi makanan pendamping.

Bayi 4 datang untuk imunisasi campak. Dia


sering menyusu dalam sehari, tidur dengan
ibunya dan menyusu di malam hari. Dua bulan
yang lalu ibunya memberi bubur saring sekali
sehari.
Apa yang telah dilakukan ibu Bayi 4 dengan
benar?
Memberikan makanan pendamping ASI.
Bagaimana peningkatan berat badan Bayi 4?
Apa penyebab perubahan ini
Dua hal apa yang dapat dianjurkan kepada
ibu bayi?

121

Tahun pertama

Ibu Bayi 5 minta dibantu ber-KB. Ketika


memberi bantuan, kita menanyakan soal bayinya.
Bayi itu katanya disusui eksklusif sampai usia 6
bulan. Sejak itu dia diberi makanan pendamping
mula-mula dua kali, dan belakangan ini empat
kali sehari. Bayi tetap menyusu di malam hari
dan beberapa kali di siang hari.

Tahun pertama

Bagaimana pertumbuhan Bayi 5?


Baik ibu pasti senang pertumbuhannya baik.
Apa yang bisa dikatakan untuk memuji
ibunya?
Bagus ibu, ibu sudah memberi ASI eksklusif.
Apa yang akan disarankan kepada ibunya
mengenai menyusui?
Tetap beri ASI sampai 2 tahun.

O. PROBLEM LAKTASI
PROBLEM LAKTASI
Apabila selama masa kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara, dan
perawatan tersebut hanya dilakukan pascapersalinan, maka akan menimbulkan beberapa
permasalahan menurut Saryono (2008), seperti:
1.
Asi tidak keluar atau susu akan keluar setelah beberapa hari kemudian.
2.
Puting tidak menonjol (puting inverted) sehingga bayi sulit menghisap.
3.
Produksi ASI sedikit dan tidak lancar sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi.
4.
Infeksi pada payudara, sehingga payudara bengkak atau bernanah.
Jelaskan pada ibu cara merawat payudaranya:
(Kementerian kesehatan RI. 2010)
Jika posisi bayi terhadap payudara tidak sesuai maka kecukupan nutrisi bayi tidak terjamin
dan puting susu ibu mungkin mengalami trauma. Ingat bahwa ibu harus duduk atau
berbaring dalam posisi yang nyaman dan bayi berada di dekatnya. Ibu tidak boleh
mencondongkan tubuh ke arah bayi saat menyusui, tapi ibu harus dapat membawa bayi
122

ke arahnya. Harus disediakan atau gunakan beberapa bantal untuk membantu ibu
menopang bayinya atau letakkan bayi diatasnya agar tinggi posisi bayi sesuai.
Minta ibu untuk memastikan bahwa puting susunya tetap bersih dan kering. Anjurkan
ibu untuk mengeringkan payudaranya setelah menyusukan bayi. Keringkan puting
dengan diangin-anginkan sebelum ibu mengenakan pakaian. Jangan menggunakan
kain atau handuk untuk mengeringkan puting karena akan mengiritasi.
Yakinkan bahwa puting susu lecet dan retak bukan merupakan hal yang berbahaya
dan tidak menghalangi ibu untuk terus menyusukan bayinya. Jika puting susu ibu lecet
dan retak, amati cara ibu menyusukan bayinya karena cara yang salah dapat
menimbulkan hal tersebut. Untuk mencegah retak dan lecet, ajarkan ibu untuk
mengeluarkan sedikit ASInya kemudian dioleskan ke puting susunya.
Jelaskan cara mengkaji gejala dan tanda tersumbatnya saluran ASI atau mastitis
kepada ibu dan keluarganya. Jika hal tersebut terjadi maka anjurkan ibu untuk mencari
pertolongan segera tetapi tetap meneruskan pemberian ASI.
Jelaskan mungkin ia mengalami masalah dengan payudaranya apabila tampak gejala
atau tanda berikut ini:
Bintik atau garis merah atau panas pada salah satu atau kedua payudara
Gumpalan atau pembengkakan yang terasa nyeri
Demam (suhu lebih dari 38oC)
(lihat Bab tentang Problem Laktasi)
P. PEMBERIAN ASI UNTUK BAYI SAKIT DAN BBLR
Cara membantu menyusui jika bayi sakit
Bayi yang sakit lebih cepat sembuh bila tetap mendapat ASI selama sakit.
Jika dirawat di rumah sakit:
Usahakan juga ibu bisa tinggal bersama bayi dan menyusuinya.
Jika bayi bisa menyusu dengan baik:
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Ibu dapat menambah frekuensi menyusui sampai
12 kali sehari atau lebih saat bayinya sakit. Kadang bayi kehilangan selera terhadap makanan
lainnya, namun tetap ingin menyusu. Hal ini cukup lazim pada anak yang menalami diare.
Kadang bayi lebih suka menyusu ketika sedang sakit dibanding sebelumnya, hal ini dapat
meningkatkan produksi ASI.
Jika bayi menyusu, tapi tiap menyusu lebih sedikit dibanding sebelumnya:
Sarankan ibu agar lebih saring menyusui, sekalipun waktunya lebih singkat.
Jika bayi tidak mampu menyusu, atau menolak, atau tidak cukup menyusu:
Bantu ibunya memerah ASI, dan memberikannya dengan cangkir atau sendok. Biarkan bayi
terus menyusu kalau dia mau. Bahkan bayi yang sedang diinfus pun mungkin mampu
menyusu, atau minum ASI perah.
Jika bayi tidak mampu minum ASI perah dari cangkir:
Mungkin perlu memberi ASI perah lewat pipa lambung beberapa kali.
Jika bayi tidak dapat makan melalui mulut:
Sarankan ibu agar memerah ASI untuk menjaga pasokan ketika bayinya sudah bisa makan
lewat mulut lagi. Ibu harus memerah ASI sesering bayinya menyusu, termasuk di malam hari
123

(lihat bagian tentang Memerah ASI). Ibu bisa menyimpan ASI, atau mendonasikannya
kepada bayi lain.
Segera setelah bayi sembuh, ibu bisa mulai menyusui lagi. Jika bayi mula-mula
menolak, bantu bayi memulai kembali (lihat bagian tentang Menolak Menyusu). Sarankan
ibu agar sering menyusui untuk meningkatkan pasokan ASI (lihat bagian tentang
Meningkatkan ASI dan Relaksasi).
Mengapa bayi berhenti menyusu ketika sakit:
- Kesulitan menyusu: kesulitan memerah ASI (ex. ISPA) kehilangan selera makan (ex.
Sakit parah) tidak mampu minum melalui mulut (ex. Tindakan bedah).
- Salah info: ada yang mengatakan menyusu menyebabkan sakit, petugas kesehatan
menasihati ibu untuk berhenti menyusui.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
JUMLAH SUSU UNTUK BAYI YANG TIDAK DAPAT MENYUSU
Jenis susu yang diberikan :
Pilihan 1
: ASI perah (jika mungkin dari ibu bayi sendiri)
Pilihan 2
: Formula yang dibuat sesuai instruksi
Jumlah susu yang diberikan :
Bayi dengan berat 2.5 kg atau lebih:
Pada hari pertama mulai 60 ml per kg BB/hari.
Tambahkan pada hari kedua dan ketiga sebanyak 20 ml per kg BB/hari.
Setelah hari keempat tambahkan 10 ml per kg BB per hari hingga mencapai 150 ml
per kg BB per hari.
Bayi jumlah total ke dalam 8 kali pemberian, dan berikan 3 jam sekali.
Bayi dengan berat kurang dari 2.5 kg (BBLR)
Mulailah dengan 60 ml/kg berat badan per hari.
Tambahkan jumlah total dengan 20 ml per kg per hari, sampai bayi mendapatkan total
200 ml per kg BB per hari.
Bagi jumlah total ke dalam 8-12 kali pemberian, untuk 2-3 jam sekali. Lanjutkan
sampai berat bayi mencapai 1.800 g atau lebih, dan sepenuhnya menyusu.
Periksa asupan bayi selama 24 jam. Porsi pemberian makan per individu dapat berbeda-beda.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Jumlah susu untuk bayi
Jumlah susu yang dikonsumsi bayi bervariasi tiap kali pemberian makan, apapun
metode pemberian makannya. Biarkan bayi yang menentukan kapan ia merasa kenyang. Bila
bayi minum susu sangat sedikit, beri tambahan pada pemberian berikutnya, atau berilah
minum susu lebih awal pada pemberian berikutnya, terutama jika bayi menunjukkan tandatanda lapar. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Ukur asupan bayi selama 24 jam. Beri susu tambahan dengan menggunakan pipa
lambung hanya jika jumlah total selama 24 jam tidak cukup. Jika produksi ASI ibu sedikit,
124

pastikan semuanya diberikan kepada bayinya. Bantu ibu untuk merasa bahwa jumlah yang
sedikit ini sangat berharga terutama untuk mencegah infeksi. Hal ini akan membantu
meningkatkan percaya diri ibu, dan akan membantu produksi ASI lebih banyak. Bila ibu
dapat memerah ASI lebih dari kebutuhan bayinya, biarkan ibu memerah setengahnya dari tiap
payudara ke wadah yang berbeda. Kemudian ibu menyusui setengahnya sehingga bayi akan
mendapat lebih banyak susu akhir, akan membantunya mendapat energi tambahan yang
dibutuhkan. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

LATIHAN : Memberi makan BBLR dan bayi sakit


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Contoh: (pilihan)
Bayi Ibu M lahir 8 minggu lebih awal, dan belum bisa menyusu dengan kuat. Ibu M
sekarang memerah ASI dan memberi makan bayinya tiap 3 jam dengan cangkir. Berat bayi
itu 1.6 kg, dan ini hari kelima usianya.
Berapa banyak susu yang harus Ibu M berikan pada tiap kali pemberian?
Bayi BBLR membutuhkan 60 ml per kg pada hari pertama.
Pada hari kelima ia akan membutuhkan ( 60+20+20+20+20)ml/kg = 140 ml/kg
Berat bayi M adalah 1.6 kg, jadi ia membutuhkan:
1.6 140 = 224 ml pada hari kelima.
Ia makan tiap 3 jam, jadi ia makan 8 kali sehari.
Sehingga tiap kali makan ia membutuhkan 224 ml dibagi 8 = 28 ml ASI perah. (Ibu M
harus memberikan agak lebih banyak dari jumlah ini, misalnya 30 ml. Ini untuk
mengantisipasi tumpahnya susu).
Untuk dijawab:
Pertanyaan 1 (pilihan)
Bayi A lahir pada usia kehamilan 31 minggu dan belum dapat menyusui. Berat bayi 1.5 kg
dan ASI perah ibunya diberikan lewat pipa lambung. Ini adalah hari kedua bayi mendapatkan
makanan lewat pipa lambung. Petugas memberi bayi makan tiap 2 jam.
Berapa banyak yang akan diberikan tiap kali pemberian makan?
Pertanyaan 2
Ibu N baru saja melahirkan bayi 6 minggu sebelum tanggal yang diperkirakan. Berat lahir
bayi tersebut 1.500 gram dan sedang dirawat di Unit Perawatan Khusus. Ibu N ingin
menyusui, tapi ibu khawatir bayinya tidak akan bisa menyusu.
Apa yang dapat dikatakan untuk berempati pada Ibu N?
Ibu khawatir ya bayi ibu tidak dapat menyusu.
Apa yang dapat Anda katakan untuk membangun rasa percaya dirinya?
Bagus ibu, ibu masih mau berusaha menyusui agar bayi ibu mendapat pasokan ASI
yang diperlukan.
Pertanyaan 3
125

Bayi S berusia 8 bulan. Ia disusui eksklusif sampai 5 minggu yang lalu. Sekarang ibu
memberi bubur yang sudah diperkaya, 3 kali sehari sebagai tambahan menyusui. Bayi S diare
selama 2 hari dan tidak mau makan bubur. Bayi S tidak dehidrasi. Petugas menjelaskan
kepada ibu tentang pemberian cairan Larutan Gula Garam (LGG), dan tentang kapan harus
kembali lagi untuk tidak lanjut.
Apa yang dapat peserta katakan untuk memuji apa yang telah dilakukan Ibu S dengan
benar?
Bagus ibu sudah berusaha untuk menyusui secara eksklusif.
Dua hal apa yang akan petugas anjurkan kepadanya tenang memberi makan bayi S?
LGG tidak diberikan.
Berikan makanan bayi sesuai usianya dan dilakukan secara bertahap, dan ASI tetap
dilanjutkan.
Bersihkan alat dan tangan sebelum memberikan makanan tambahan kepada bayi.
Pertanyaan 4
Bayi T berusia 4 bulan, dan sedang dirawat di rumah sakit karena pneumonia yang parah.
Sebelum sakit, bayi S disusui eksklusif. Sekarang ia tidak bisa menyusu, dan harus diberi
makan dengan pipa lambung.
Apa yang akan petugas minta kepada ibu bayi T lakukan?
Untuk tetap memberikan ASI dengan cara memerah ASI.
Berapa kali petugas akan memintanya melakukan hal tersebut?
Antara 2-3 jam sekali.
Pertanyaan 5
Bayi Z berusia 3 hari dan hari ini mata serta kulitnya tampak agak kuning. Ibunya menyusui
3-4 kali sehari, dan ia juga memberi Z air gula di antara dua waktu menyusui.
Informasi relevan apa yang akan anda berikan kepada ibunya Z?
Tetap memberikan ASI sebanyak bayi inginkan.
Pembatasan menyusui akan memperlambat proses penyembuhan.
Sekarang bagaimana menyarankan ibunya Z untuk memberi makan bayi Z?
Ibu dapat memerah ASI-nya 2-3 jam sekali supaya pasokan ASI tetap tersedia.
Mengapa sebaiknya tetap menyusui bayi yang sakit?
Bila pemberian ASI dihentikan:
Bayi mendapat sedikit makanan bergizi.
BB susut lebih banyak.
Bayi perlu waktu lama untuk sembuh.
Bayi kekurangan kenyamanan menyusu.
Produksi ASI menurun.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

126

BAB IX
PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN PAYUDARA

Papila mammae memerlukan sedikit perhatian selain kebersihan dan perhatian


terhadap fisura kulit. Fisura pada papila mammae menimbulkan nyeri bila menyusui, dan
pengaruh yang membahayakan terhadap produksi ASI. Retakan tersebut juga memberikan
jalan masuk terhadap bakteri piogen. Karena susu yang mengering kemungkinan besar
berakumulasi dan mengiritasi papila mammae, pembersihan areola dengan air dan sabun
lembut bersifat membantu se-belum dan setelah menyusui. Ketika papila mammae teriritasi
atau terdapat fisura, maka diperlukan penggunaan lanolin topikal dan pelindung papila
mammae selama 24 jam atau lebih. Jika fisuranya berat, bayi sebaiknya jangan disusui pada
payudara tersebut. Selain itu, payudara harus dikosongkan secara teratur dengan pompa
sampai lesi tersebut sembuh. Teknik yang tepat untuk memposisikan ibu dan bayi selama
menyusui telah dilaporkan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists (2007).
Ini mencakup teknik yang tepat untuk latch-on bayi selama menyusui. (Cunningham FG,
Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM,
Wendel GD hal 652)

9.1 PEMERIKSAAN PAYUDARA


CARA MEMERIKSA PAYUDARA SEORANG IBU
Pemeriksaan payudara tidak perlu rutin hanya jika kita atau ibu tersebut merasa khawatir.
Jika ini pasca persalinan, periksalah sebelum menyusui, atau tunggu sampai bayi selesai
menyusu.
Lakukan pemeriksaan dengan baik dan sopan.
Jelaskan apa yang akan dilakukan. Mintalah persetujuan ibu.
Periksa kedua payudara tanpa menyentuh. Carilah:
- Ukuran dan bentuk payudara (mungkin mempengaruhi percaya diri)
- Ukuran dan bentuk puting (mungkin mempengaruhi pelekatan)
- ASI yang menetes (tanda aktinya refleks oksitosin)
- Tanda-tanda payudara penuh, lembut, bengkak
- Retakan di sekeliling dasar puting atau membelah ujung puting
- Kemerahan (peradangan atau infeksi)
- Di akhir kegiatan menyusui, puting memanjang atau seperti habis diremas
- Bekas luka (operasi payudara, abses sebelumnya)
Tanyaan apakah ibu merasa ada yang tidak beres. Jika ya, minta ibu menunjukkan
bagian tersebut.
Jika perlu melakukan palpasi, mintalah persetujuannya.
Palpasi semua bagian pada kedua payudara dengan lembut. Gunakan telapak tangan (jarijari merapat dan lurus).
Jangan mencubit dan menyodok.
Perhatikan wajah ibu untuk tanda-tanda nyeri atau kesakitan. Palpasi adanya:
127

- Kepenuhan menyeluruh, keras, dan bengkak (engogerment).


- Daerah keras, area panas dan gumpalan setempat.
Minta ibu menunjukkan seberapa mudah putingnya ditarik keluar.
(Dia meletakkan jari dan ibu jarinya pada areola di sisi salah satu puting, dan mencoba
untuk menarik keluar puting tersebut).
Beri tahu ibu tentang apa yang ditemukan. Gunakan keterampilan membangun percaya
diri dan memberi dukungan.
9.2 PERAWATAN PAYUDARA
Definisi Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu cara pemeliharaan organ reproduksi wanita baik
selama hamil maupun menyusui, yang berguna untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
ASI pada masa laktasi (Sarwono, 2005).
Perawatan payudara saat hamil adalah merawat sedini mungkin payudara ibu pada
saat kehamilan untuk mempersiapkan payudara sebagai penghasil ASI serta kebersihannya
dan tehnik perawatannya (Fefendi, 2008).
Perawatan payudara adalah segala tindakan yang meliputi cara-cara pemeliharaan
kebersihan sekaligus menjaga keindahan payudara, baik itu dengan melakukan masase pada
payudara, memilih bra yang tepat, dan melakukan senam dada.
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan,
segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Siregar, 2004).
Tujuan Perawatan Payudara
Tujuan dari pelaksanaan perawatan payudara menurut Azwar (2003) adalah sebagai
berikut :
1.
Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.
2.
Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.
3.
Mengeluarkan puting susu yang masuk kedalam.
4.
Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar.
5.
Dapat mendekteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk
mengatasinya.
6.
Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.
Persiapan Perawatan Payudara
Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Jumiarni (1995) adalah:
1.
Dikerjakan dengan cara yang benar, sejak usia kehamilan enam bulan bagi ibu yang
tidak mempunyai masalah puting susu, dan sejak usia kehamilan tiga bulan bagi ibu
yang mempunyai puting susu mendatar atau ke dalam.
2.
Mempersiapkan alat dan melatih diri cara melakukan perawatan payudara selama
menyusui serta teknik menyusui.
3.
Mempersiapkan kondisi tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan nutrisi dan istirahat
sebaik-baiknya.
Pelaksanaan Perawatan Payudara
A.
Merawat Payudara saat Kehamilan
Berikut paduan praktis mengenai perawatan payudara saat kehamilan menurut
Saryono (2008) :
128

1.

Kehamilan 3 bulan
Periksa puting susu untuk mengetahui apakah puting susu datar atau masuk ke dalam
dengan cara memijat dasar puting susu secara perlahan. Puting susu yang normal akan
menonjol keluar. Apabila puting susu tetap datar atau masuk kembali ke dalam payudara,
maka sejak hamil 3 bulan harus dilakukan perbaikan agar bisa menonjol.
Caranya adalah dengan gerakan Hoffman, yaitu dengan menggunakan kedua jari
telunjuk atau ibu jari, daerah di sekitar puting susu diurut ke arah berlawanan menuju ke
dasar payudara sampai semua daerah payudara. Dilakukan sehari dua kali selama 6 menit.
Menurut Fefendi (2008) cara ini bisa diganti dengan mengguakan pompa putting
susu. Bila pompa putting susu tidak tersedia, dapat dibuat dari modifikasi spuit injeksi 10 ml.
bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian pendorong dimasukkan dari arah potongan
tersebut. Cara penggunaan pompa putting susu yaitu dengan menempelkan ujung pompa
(spuit injeksi) pada payudara, sehingga putting berada di dalam pompa. Kemudian tarik
perlahan sehingga terasa ada tahanan dan dipertahankan selama 30 detik sampai 1 menit. Bila
terasa sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur ini diulang hingga beberapa kali dalam sehari.
2.

Kehamilan 6-9 bulan


a. Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa.
b. Puting susu sampai areola mamae (daerah sekitar puting dengan warna lebih gelap)
dikompres dengan minyak kelapa selama 2-3 menit. Tujuannya untuk
memperlunak kotoran atau kerak yang menempel pada puting susu sehingga mudah
dibersihkan. Jangan membersihkan dengan alkohol atau yang lainnya yang bersifat
iritasi karena dapat menyebabkan puting susu lecet.
c. Kedua puting susu dipegang lalu ditarik, diputar ke arah dalam dan ke arah luar
(searah dan berlawanan jarum jam).
d. Pangkal payudara dipegang dengan kedua tangan, lalu diurut ke arah puting susu
sebanyak 30 kali sehari.
e. Pijat kedua areola mamae hingga keluar 1-2 tetes.
f. Kedua puting susu dan sekitarnya dibersihkan dengan handuk kering dan bersih.
g. Pakailah bra yang tidak ketat dan bersifat menopang payudara, jangan memakai bra
yang ketat dan menekan payudara. Bila bra sudah mulai terasa sempit, sebaiknya
menggantinya dengan yang pas dan sesuai dengan ukuran untuk memberikan
kenyamanan dan juga support yang baik untuk payudara.

129

Gambar 43. Tehnik perawatan payudara selama masa kehamilan


(sumber : Jumiarni, Asuhan Keperawatan Perinatal, 1995 Hal 29)
Tehnik perawatan payudara selama kehamilan menurut Jumiarni (1995) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Licinkan kedua telapak tangan dengan sedikit minyak (Gambar a).


Kompres puting susu dengan kain/kapas yang diberi minyak selama beberapa saat agar
kotoran mudah dibersihkan (Gambar b).
Tarik kedua puting susu keluar sambil diputar ke kiri 20 kali (Gambar c).
Pegang pangkal payudara dengan kedua tangan, lalu urut dari pangkal payudara ke arah
puting sebanyak 30 kali (Gambar d).
Pijat puting susu sampai keluar cairan, untuk memastikan saluran susu tidak tersumbat
(Gambar e).
Bersihkan puting susu dan sekitarnya dengan handuk yang kering dan bersih (Gambar
f).
Jangan menggunakan Bra yang menekan payudara (Gambar g), tapi gunakan bra yang
menopang payudara (Gambar h). Seperti yang telah dijetaskan di atas, gunakan bra
yang pas yaitu tidak terlalu longgar karena tidak dapat menopang payudara dengan baik
dan jangan pula yang terlalu sempit karena akan menghambat pertumbuhan payudara
Pilih bra yang berbahan dasar katun dan pilihlah tali yang lebar agar payudara dapat
disangga dengan baik (Haryono R, Setianingsih S. 2014)

Namun jika puting susu datar atau tertarik ke dalam, cara merawatnya sebagai
berikut:
1.
Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah puting susu.
2.
Regangkan daerah payudara dengan menggerakkan kedua ibu jari ke arah bawah
sebanyak 20 kali (Gambar i).
3.
Letakkan kedua ibu jari di samping kiri dan di samping kanan puting susu.
4.
Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari ke arah kiri dan ke arah
kanan sebanyak 20 kali (Gambar j).
Senam teratur
130

Payudarapun perlu dirawat dengan senam. Senam payudara berguna untuk memperkuat
otot pektoralis yang berada di dada. Senam ini membantu mempertahakan kepadatan
payudara dan merangsangproduksi ASI meniadi lebihbaik Ada dua macam senam yang bisa
ibu lakukan dan mudah dipraktikkan.
a. Posisi berdiri: tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri dekatsiku,
sebaliknya bagian kiri memeganglengan bawah kanan fseperti orang bersidekap),
kemudian tekan kuat-kuat ke arah dada flsngan crra mempererat pegangan agar ototobt dasar payudara tertaril! lalmkan berulang dan lemaskan kembali.
b. Pegang bahu dengan kedua ujung tangan kemudian siku diputar ke depan sehingga
lengan bagian dalam tidak sengaja mengurut payudara kearah atas. Di teruskan
gerakan tangan ke atas dan ke belakang dan kembali ke posisi semula, lakukan
berulang
(Haryono R, Setianingsih S. 2014)
B.

Merawat Payudara setelah melahirkan (masa nifas)


Merawat payudara setelah melahirkan atau saat menyusui sangat penting kegunaannya.
Selain untuk menjaga produksi ASI agar tetap baik, dapat pula untuk menghindari sakit atau
gejala-gejala infeksi seperti mastitis yang sering kali menyerang ibu-ibu yang baru saia
menyusui anaknya Di bawah ini adalah beberapa aspek dalam upaya untuk memelihara
payudara pada saat nifas atau setelah melahirkan. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)
Tujuan Perawatan Payudara:
Bagi sebagian ibu, aktivitas menyusui kerap dihubungkan dengan keindahan
payudara. Alasan inilah yang membuat mereka enggan berlama-lama menyusui. Perawatan
payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, yang
mempunyai tujuan :
1. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
2. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
3. Untuk menonjolkan putingsusu
4. Meniaga bentuk buah dada tetap bagus
5. Untuk mencegah adanya penyumbaan
6. UntukmemperbanyakproduksiASl
7. Untuk mengetahui adanya kelainan
(Haryono R, Setianingsih S. 2014)
Sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah bentuk panyudara, tetapi proses
kehamilanlah yang menyebabkan perubahan itu. Dan bila ada keinginan untuk
mengembalikan bentuknya seperti saat masih gadis, hal itu memang tidak mungkin. Namun
itu bukan berarti tak ada cara membuat payudara tetap terlihat indah dan kencang. Apalagi
setelah persalinan dan disaat Anda menyusui. Selain terlihat indah, perawatan payudara yang
dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan si kecil mengkonsumsi ASI
Pemeliharaan ini juga bisa merangsang produksi ASI dan mengurangi resiko luka saat
menyusui. Biasanya perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1-2
hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari. (Haryono R, Setianingsih S.
2014)
Pelaksanaan Perawatan Payudara: (Haryono R, Setianingsih S. 2014)
Cucilah tangan sebelum memasase. Lalu tuangkan minyak kedua belah telapak tangan
secukupn5ra pengurutan dimulai dengan ujung jari, caranya:
131

1.

sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari
tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan beralirhir dengan gerakan spiral pada
daerah puting susu.

2.

Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu di seluruh bagian payudara. Lalukan hal yang sama pada
payudara kanan.

3.

Letakkan kedua telapak tangan di antara dua payudara. urutlah dari tengah ke atas sambil
mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini
kurang lebih 30 kali
Variasi lainnya adalah gerakkan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari di atas dan
empat jari lainnya di bawah- Peras dengan lembut payudara sambil meluncurkan kedua
tangan ke depan ke arah putting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan.
Lalu cobalah posisi tangan paralel, sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan
tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke
arah puting susu lakukan gerakan ini sekitar 30 kali setelah itu, letakkan satu tangan
disebelah atas dan satu lagi di bawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara
bersamaan ke arah puting zusu dengan cara memutar tangan
Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan

4.

5.

6.

Semua gerakan itu bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASI. Selain itu juga
merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI dan yang tak kalah penting mencegah
bendungan pada payudara. (Haryono R, Setianingsih S. 2014)
132

Gerakan lain yang dapat menjadi Cara Relaksasi Saat ASI Sulit Keluar adalah sebagai
berikut :

BAB X
PROBLEM LAKTASI

BAYI ENGGAN/MENOLAK MENYUSU


Penolakan oleh bayi adalah alasan umum untuk berhenti menyusui. Akan tetapi sering
kali dapat teratasi. Penolakan dapat menimbulkan perasaan sangat tertekan pada ibu bayi. Ia
mungkin merasa tertolak dan frustrasi dengan pengalaman tersebut.
- Kadang bayi melekat pada payudara, tapi tidak menyusu atau menelan atau menyusu
sangat lemah.
- Kadang bayi menangis dan meronta-ronta di payudara, ketika ibu berusaha
menyusuinya.
- Kadang bayi menyusu sebentar, kemudian melepas payudara seperti tersedak atau
menangis. Ia mungkin bertingkah seperti itu beberapa kali selama satu kali penyusuan.
- Kadang bayi menyusu pada satu payudara, tapi menolak payudara sebelahnya.
Perlu untuk mengetahui cara menentukan penyebab bayi menolak menyusu, serta cara
membantu ibu dan bayinya agar menikmati kembali kegiatan menyusui.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
133

MENGAPA BAYI MENOLAK MENYUSU


1. Apakah bayi sakit, kesakitan atau di bawah pengaruh obat?
Penyakit:
Bayi mungkin melekat ke payudara, tetapi menghisap kurang dibanding sebelumnya.
Kesakitan:
- Tekanan pada memar akibat persalinan dengan bantuan forsep atau ekstraksi vakum.
- Bayi menangis dan meronta-ronta ketika ibunya berusaha menyusuinya.
- Hidung tersumbat.
- Mulut nyeri (infeksi jamur/candida), tumbuh gigi pada bayi yang lebih tua.
- Bayi menyusu beberapa kali, dan kemudian berhenti dan menangis.
Pemberian obat penenang:
Bayi mungkin mengantuk karena:
- Obat yang diberikan kepada ibu selama persalinan;
- Obat yang dikonsumsi ibu untuk pengobatan gangguan psikiatri.
2. Apakah ada kesulitan dengan teknik menyusui?
Kadang menyusu jadi tidak menyenangkan atau membuat bayi frustrasi.
Kemungkinan penyebab:
- Pemberian minimum susu dari botol, atau mengisap empeng.
- Tak mendapat cukup ASI, karena pelekatan kurang baik atau payudara bengkak.
- Tekanan di belakang kepala bayi, oleh ibunya atau orang yang membantu mengatur
posisinya secara kasar, dengan teknik yang buruk. Tekanan ini membuat bayi ingin
melawan.
- Ibunya memegang atau mengguncang payudara, yang mengganggu pelekatan.
- Pembatasan menyusui; misalnya, menyusui hanya pada waktu tertentu.
- Terlalu banyak ASI yang keluar terlalu cepat, karena pasokan berlebih. Bayi mungkin
mengisap sebentar, kemudian melepaskan payudara karena tersedak atau menangis,
ketika refleks pengaliran ASI bekerja. Ini mungkin terjadi beberapa kali selama
menyusu. Ibu mungkin memperhatikan ASI memancar keluar ketika bayi melepaskan
payudara.
- Kesulitan koordinasi menyusu sejak dini (sebagian bayi perlu waktu lebih lama di
banding bayi lainnya dalam hal belajar menyusu secara efektif).
Penolakan hanya pada satu payudara:
Kadang bayi menolak satu payudara, tapi tidak menolak yang satunya lagi. Ini karena ada
satu masalah yang lebih mempengaruhi sebelah payudara daripada yang satunya lagi.
3. Adakah perubahan yang akan membingungkan bayi?
Bayi memiliki perasaan yang sangat kuat dan jika bingung mungkin menolak menyusu.
Bayi mungkin tidak menangis, melainkan hanya menolak menyusu.
Umumnya terjadi ketika bayi berusia 3-12 bulan, mendadak saja ia menolak beberapa
kesempatan menyusu, perilaku ini kadang disebut mogok menyusu (nursing strike).
Kemungkinan penyebab:
- Berpisah dari ibunya, misalnya saat ibu mulai bekerja.
- Pengasuh baru, atau terlalu banyak pengasuh.
- Perubahan rutinitas keluarga misal, pindah rumah, mengunjungi famili.
- Penyakit ibunya, atau infeksi payudara.
- Ibunya sedang menstruasi.
- Perubahan bau badan ibunya, misalnya ganti sabun, atau makan makanan yang
berbeda.
4. Apakah ini penolakan yang terlihat dan bukan sungguhan?
134

Kadang bayi bertingkah dengan cara yang membuat ibunya berpikir bahwa ia menolak
menyusu. Akan tetapi, ia tidak benar-benar menolak.
- Saat bayi-baru-lahir mencari payudara, ia menggeleng-gelengkan kepalanya seolah
ingin mengatakan tidak. Akan tetapi, ini adalah perilaku normal.
- Antara usia 4 dan 8 bulan, bayi mudah teralih perhatiannya, misalnya saat bayi
mendengar kebisingan, bayi mungkin berhenti menyusu tiba-tiba. Ini tanda bahwa
bayi waspada.
- Setelah usia 1 tahun, bayi mungkin menyapih dirinya, hal ini berlangsung secara
bertahap.

Gambar 44. Kadang bayi menolak karena menyusu menjadi tidak menyenangkan dan
membuatnya frustrasi
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tabel 21. Penyebab Penolakan Payudara
PENYEBAB PENOLAKAN PAYUDARA
Penyakit, kesakitan atau di bawah Infeksi
pengaruh obat
Kerusakan otak
Nyeri dari memar (vakum, forsep)
Hidung tersumbat
Mulut nyeri (jamur, tumbuh gigi)
Kesulitan dengan teknik menyusui
Pemberian susu botol, empeng
Tidak mendapat cukup ASI
(pelekatan kurang baik, payudara
bengkak)
Tekanan pada bagian belakang kepala
ketika mengatur posisi
Ibu mengguncang-guncang payudara
Pembatasan kegiatan menyusu
Pasokan ASI berlebih
Kesulitan koordinasi menyusu
Perubahan yang membuat bayi bingung Berpisah dengan ibu
(terutama pada umur 3 12 bulan)
Pengasuh baru, atau terlalu banyak
pengasuh
Perubahan rutinitas keluarga
Ibu sakit, atau menderita mastitis
Ibu sedang menstruasi
Perubahan bau badan ibu
Penolakan yang terlihat
Bayi baru lahir mencari-cari payudara
Usia 4-8 bulan perhatian teralih
135

Usia di atas 1 tahun menyapih sendiri


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

TATA LAKSANA MENOLAK MENYUSU


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Jika bayi menolak menyusu:
1. Atasi atau hilangkan penyebabnya bila mungkin;
2. Bantu ibu dan bayi untuk menyukai kegiatan menyusu kembali.
1. Atasi atau hilangkan penyebabnya bila mungkin.
Penyakit:
Atau infeksinya dengan antimikroba yang tepat dan terapi lainnya.
Rujuk bila perlu.
Jika bayi tak mampu menyusu, mungkin perlu perawatan khusus di RS.
Bantu ibunya memerah ASI untuk diberikan kepada bayi dengan cangkir atau pipet,
sampai bayi bisa menyusu lagi (lihat bagian tentang Memerah ASI).
Kesakitan:
Untuk memar, bantu ibu menemukan cara memegang bayi tanpa menekan bagian
yang sakit.
Untuk sariawan: obati dengan violet atau nystatin (lihat Tabel pengobatan dengan
gentian violet).
Untuk tumbuh gigi: dorong ibu untuk bersabar dan tetap menyusui.
Untuk hidung tersumbat: jelaskan cara melancarkannya. Usulkan untuk menyusui
sebentar-sebentar, lebih sering dari biasanya selama beberapa hari.
Pemberian obat penenang:
Jika ibu dalam pengobatan reguler, coba menemukan alternatif.
Teknik menyusui:
Diskusikan alasan kesulitannya dengan ibu. Bila bayinya mau menyusu lagi, bantu ibu
memperbaiki teknik menyusuinya.
Pasokan ASI berlebih:
Inilah penyebab umum keluarnya ASI terlalu banyak dan terlalu cepat.
Pasokan berlebih dapat terjadi dari pelekatan yang kurang baik. Jika bayi menyusu
secara tidak efektif, ia mungkin menyusu lebih sering atau lama dan merangsang
payudara memproduksi ASI lebih banyak dari yang bayi butuhkan.
Pasokan terlebih mungkin juga bisa terjadi jika ibu mencoba mengatur bayinya atau
menyusu dari kedua payudara tiap kali menyusu, padahal bayi tidak memerlukannya.
Untuk mengurangi ASI berlebih:
- Bantu ibu memperbaiki pelekatan.
136

Usulkan agar ia membiarkan bayi menyusu hanya dari satu payudara tiap kali
menyusu.
Biarkan bayi menyusu di satu payudara sampai berhenti sendiri, agar bayi
mendapatkan banyak ASI akhir yang berlemak tinggi.

Pada kegiatan menyusui berikutnya, berikan bayi payudara yang lain.


Kadang ibu merasa terbantu dengan:
- Memerah sedikit ASI sebelum mulai menyusui;
- Berbaring terlentang saat menyusui (jika ASI mengalir ke atas, alirannya akan lebih
lambat);
- Pegang payudara dengan pegangan gunting untuk memperlambat aliran (lihat bagian
tentangMengatur posisi bayi pada payudara).
Akan tetapi, teknik-teknik yang disebutkan di atas tidak menghilangkan penyebab
masalahnya.
Perubahan akan membingungkan bayi:
- Diskusikan kebutuhan untuk mengurangi pemisahan dan perubahan jika mungkin.
- Usulkan ibu untuk menghentikan penggunaan sabun, minyak wangi atau makanan
baru.
Penolakan yang tampak:
Jika ini adalah mencari puting (rooting):
Jelaskan bahwa ini normal. Ibu bisa memeluk bayinya ke payudara agar bisa
mengeksplorasi putingnya. Bantu ibu memeluk bayi lebih dekat, agar mempermudah
bayi mendekat.
Jika ini pengalihan perhatian:
Usulkan ibu menyusui di tempat yang lebih tenang untuk sementara waktu. Masalah
biasanya teratasi.
Jika ini menyapih sendiri:
Usulkan agar ibu:
- Memastikan anak memakan makanan keluarga dalam jumlah cukup;
- Memberi perhatian ekstra sebanyak mungkin dengan berbagai cara;
- Tetap tidur malam bersama bayi agar memungkinkan menyusu malam berlanjut.
Ini berguna setidaknya sampai anak berusia 2 tahun.
2. Bantu ibu dan bayi menikmati kegiatan menyusui kembali
Ini sulit dan bisa jadi sebuah kerja keras. Kita tidak bisa memaksa bayi menyusu. Ibu
perlu dibantu untuk merasa bahagia dengan bayinya dan untuk menikmati kegiatan
menyusui. Ibu dan bayi harus belajar menikmati kontak langsung kembali. Ibu juga
memerlukan bantuan kita untuk membangun percaya diri dan memberinya dukungan.
Bantulah ibu untuk melakukan hal-hal berikut:
Mendekatkan bayi ke dirinya sepanjang waktu:
- Ibu sebaiknya merawat sendiri bayinya selama mungkin.
- Minta nenek dan pembantu lainnya membantu dengan cara lain, misalnya
melakukan pekerjaan rumah dan mengurus anak yang lebih tua.
137

Ibu sebaiknya sering memeluk bayi dan melakukan banyak kontak kulit di luar
waktu menyusui. Ibu sebaiknya tidur bersama bayi.
- Jika ibu bekerja, ia sebaiknya mengambil cuti dari pekerjaannya, bila perlu cuti di
luar tanggungan.
- Akan menolong jika mendiskusikan situasi ibu dengan ayah bayi, nenek-kakek,
dan orang lain yang mau membantu.
Memberikan payudara kapan saja bayi ingin menyusu.
- Ibu sebaiknya tidak terburu-buru menyusui lagi, tapi sodorkan payudara jika bayi
benar-benar menunjukkan minat.
Bayi mungkin lebih mau menyusu saat ia agak mengantuk atau setelah diberi ASI
dengan cangkir, daripada ketika ia sangat kelaparan. Ibu dapat menyusui dengan
posisi yang berbeda.
- Jika ibu merasa refleks pengaliran ASI sedang bekerja, ia dapat menawarkan
payudaranya kepada bayi.
Membantu bayinya menyusu dengan cara-cara berikut:
- Perah sedikit ASI ke mulut bayi.
- Atur posisi bayi dengan baik, sehingga mudah bagi bayi untuk melekat ke
payudara.
- Ibu sebaiknya tidak menekan bagian belakang kepala bayi atau memegang
payudara.
Memberi makan bayi dengan cangkir sampai ia mampu menyusu kembali.
- Ibu dapat memerah ASI dan memberikannya kepada bayi dengan cangkir (atau
cangkir dan sendok).
- Ibu sebaiknya tidak menggunakan botol, dot dan empeng atau sejenisnya.
Bayi yang enggan menyusu harus mendapat perhatian khusus, karena kadang-kadang itu
merupakan gejala dari penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa anak, misal anak yang
sakit berat, tetanus neonatorum, meningitis/ensefalitis, hiperbilirubinemia dan sebagainya.
Kalau dicurigai adanya penyakit-penyakit tersebut di atas, maka sebaiknya bayi dirujuk.
(Soetjiningsih, 2013)
Penyebab lain dari bayi enggan menyusu adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Bayi pilek, sehingga pada waktu menyusu sulit bernafas


Bayi sariawan/moniliasis, sehingga nyeri pada waktu mengisap
Bayi tidak rawat gabung, yang sudah pernah minum dengan menggunakan botol dot
Bayi ditinggal lama karena ibu sakit/bekerja
Bayi bingung puting
Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek
Teknik menyusui yang salah
ASI kurang lancar/yang terlalu deras memancar
Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini. Sebaiknya pemberian ASI eksklusif
sampai bayi umur 6 bulan
(Soetjiningsih, 2013)
Cara menanggulangi bayi yang enggan menyusu adalah sesuai dengan penyebabnya.
Misal :
Pada bayi yang moniliasis, harus diobati moniliasisnya
ASI yang terlalu deras memancar, sebelum menyusui harus dikeluarkan sedikit
138

(Soetjiningsih, 2013)
BAYI KEMBAR
Dengan meningkatnya rangsangan untuk produksi ASI yang datang dari 2 bayi, maka
ASI selalu cukup untuk kedua bayi kembar tersebut. Tetapi kita harus memperhatikan diet ibu
harus mengandung kalori lebih tinggi, ekstra minum, cukup protein dan vitamin, agar
produksi ASI mencukupi kebutuhan bayi dan status gizi ibu terpelihara. (Soetjiningsih, 2013)
Bayi dapat disusui keduanya secara bersamaan pada kedua payudara ibu, dengan 3
posisi secara bergantian tergantung posisi mana yang dianggap nyaman oleh ibu. Tiga posisi
tersebut, yang dapat dilakukan pada kedua bayi secara bersamaan adalah : (Soetjiningsih,
2013)
1. Tiap bayi menyusu dengan posisi foot ball
2. Tiap bayi menyusu dengan posisi sejajar dengan tubuh ibu
3. Kedua bayi menyusu saling menyilang di depan tubuh ibu
Bagi ibu yang terpaksa menyusui bayinya secara bergantian, mulailah lebih dahulu
dengan menyusui bayi yang lebih kecil. Bayi kembar sering tumbuh pada tingkatan yang
berbeda, yang satu lebih gemuk dari yang lain, tergantung frekuensi menyusu oleh masingmasing bayi. (Soetjiningsih, 2013)
Menyusui bayi kembar pada dasarnya seperti bayi tunggal walaupun lebih berpotensi
bermasalah dan banyak membutuhkan dukungan. Kehamilan kembar sering dikaitkan dengan
melahirkan cara operasi caesar, kejadian bayi prematur, dan berat badan lahir rendah atau
berat badan lahir sangat rendah. Jumlah ASI yang diproduksi ibu secara bermakna
berhubungan langsung dengan kebutuhan bayi dan berat badan bayi, sehingga secara alami
hisapan bayi akan menstimulasi pertambahan volume ASI. Bayi kembar dapat disusui secara
simultan atau terpisah sesuai kebutuhan masing-masing bayi, atau bergantian. Menyusui
secara simultan lebih menghemat waktu dan memiliki keuntungan lain yaitu bayi lebih kuat
hisapannya akan merangsang refleks aliran untuk kembarannya yang daya hisapnya lemah.
Ibu dengan bayi kembar dua secara konsisten akan memproduksi jumlah ASI dua kali lebih
banyak dari jumlah ASI yang diproduksi ibu dengan bayi tunggal, bahkan ibu dengan bayi
triplet dapat memproduksi 3 liter ASI dalam 24 jam. Komposisi laktosa, protein dan lemak
sangat bervariasi namun mencukupi kebutuhan bayi. Kegiatan menyusui membutuhkan enegi
yang cukup besar. Selain untuk kebutuhan ibu, energi yang cukup juga dibutuhkan untuk
memproduksi ASI. Dalam 100ml ASI terkandung 67-75 kilo kalori, sehingga ibu-ibu dengan
bayi kembar yang memproduksi ASI hampir 2 liter per hari membutuhkan tambahan energi
sebesar 1500 kilo kalori per hari. Konseling menyusui terbukti dapat meningkatkan
keberhasilan menyusui bayi kembar secara eksklusif. Adapun faktor seperti usia ibu, cara
melahirkan, berat badan lahir bayi, pendidikan ibu, tidak mempengaruhi keberhasilan
menyusui.(Bartels M, van Beijsterveldt CE. Boomsma DI. 2009; Flidel-Rimon O, Shinwell
ES. 2006; dalam Maria M. 2011)
BAYI DENGAN KELAINAN ANATOMIS PADA BIBIR DAN PALATUM
Banyak orang mengira bahwa bayi sumbing tidak mungkin dapat menyusu. Pendapat
ini tidak sepenuhnya benar, karena dengan kesabaran dan ketelatenan ibu, maka banyak ibu
yang berhasil menyusui bayinya sendiri. Untuk diperlukan dukungan dari keluarga maupun
dari petugas kesehatan.
Contoh :
139

Bayi yang sumbing pada langit-langit lunak (palatum molle), bayi dapat menyusu tanpa
kesulitan apabila bayi disusukan dalam posisi tegak, agar ASI tidak masuk ke dalam
hidung. Karena ada kecenderungan ASI keluar melalui hidung pada bayi tersebut, maka
ibu di anjurkan untuk sering-sering menghentikan menyusui untuk memberikan
kesempatan bayi bernafas. Kesukaran terberat adalah pada minggu-minggu pertama,
tetapi itu tidak berarti tidak mungkin menyusui pada bayi dengan sumbing langit-langit.
Sumbing hanya pada bibir atas saja, maka bayi dapat menyusu sambil ibu menutup
sumbing tersebut dengan jarinya agar bayi dapat mengisap dengan sempurna. Kadangkadang terdengar bunyi pada saat bayi sedang menyusu. Proses menyusui pada anak
dengan sumbing ini memungkinkan, karena mekanisme menyusu tidak terganggu,
asalkan dilakukan dengan teknik menyusui yang baik dan benar.
Yang paling sulit bilamana terdapat sumbing ganda, yaitu sumbing pada langit-langit
keras/lunak dan bibir, sehingga bayi sulit menghisap puting susu dengan sempurna.
Untuk bayi yang demikian, ibu dapat mengeluarkan ASI dengan tangan/pompa kemudian
diberikan dengan sendok/pipet/dot khusus. Atau dapat pula dikonsultasikan pada Ahli
Bedah Mulut untuk sementara dipasang suatu alat yang memudahkan proses menyusui,
sambil menunggu saatnya dioperasi. Sementara setelah bayi menjalani operasi, ASI dapat
diperas dengan tangan/pompa dan diberikan pada bayi melalui pipet/sendok.

BAYI MENANGIS
Banyak ibu mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak perlu
karena ibu berpikir bayinya sering menangis. Ibu pikir bayinya lapar dan ibu punya cukup
ASI. Akan tetapi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sering kali tidak membuat tangis bayi
berkurang. Kadang bayi lebih sering menangis. Bayi yang sering menangis bisa mengganggu
hubungan si bayi dan ibu dan dapat menyebabkan ketegangan di antara anggota keluarga.
Cara penting untuk membantu ibu menyusui adalah dengan memberikan konseling tentang
tangisan bayi. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tabel 22. Alasan Bayi Menangis
ALASAN BAYI MENANGIS
Ketidaknyamanan
(kotor, panas, dingin)
Kelelahan
(terlalu banyak pengunjung)
Penyakit atau nyeri
(pola tangisan yang berubah)
Kelaparan
(tidak mendapat cukup ASI, percepatan
pertumbuhan)
Makanan ibu
(makanan apa saja, kadang susu sapi)
Obat yang dikonsumsi ibu
(kafein, rokok, obat-obatan lain)
Terlalu banyak ASI
Kolik
Bayi yang banyak kebutuhan
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

ALASAN BAYI MENANGIS


Kelaparan karena percepatan atau lompatan pertumbuhan:
140

Bayi tampak lapar sekali selama beberapa hari, mungkin karena bayi sedang tumbuh lebih
cepat daripada sebelumnya. Bayi sering minta disusui. Ini biasa terjadi sekitar usia 2
minggu, 6 minggu dan 3 bulan, namun dapat terjadi di waktu-waktu lainnya. Ketika bayi
sering menyusu selama beberapa hari, pasokan ASI meningkat, dan bayi tidak sering
menyusu lagi. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Makanan ibu:
Kadang ibu memperhatikan bayinya gelisah saat itu mengonsumsi makanan tertentu. Hal
ini karena bahan dari makanan tersebut masuk ke dalam ASI-nya. Dapat terjadi pada
makanan apa pun, dan tidak ada makanan khusus yang harus dihindari, kecuali ibu ada
masalah.
Bayi bisa alergi terhadap protein dalam beberapa makanan pada menu ibunya. Susu
sapi, kedelai, dan kacang, semuanya dapat menyebabkan masalah alergi. Bayi mungkin
saja alergi terhadap protein susu sapi setelah satu-dua kali pemberian susu formula
sebelum menyusui dimulai. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Obat-obatan yang dikonsumsi ibu:
Kafein dalam kopi, teh dan cola, dapat masuk ke dalam ASI dan membuat bayi gelisah.
Jika ibu merokok, atau mengonsumsi obat lainnya, bayinya akan lebih sering menangis
dibandingkan bayi yang ibunya tidak merokok. Bila ada orang lain yang merokok di
keluarga, hal itu juga dapat mempengaruhi bayi. (Departemen Kesehatan RI Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Terlalu banyak ASI:
Hal ini bisa terjadi jika bayi tidak melekat dengan baik. Bayi mungkin menyusu lebih
sering atau lebih lama dan merangsang payudara lebih sering, sehingga pasokan ASI
meningkat. Pasokan berlebihan dapat terjadi jika ibu melepaskan bayi dari payudara
pertama sebelum bayi selesai menyusu, dan memindahkannya ke payudara kedua. Bayi
mungkin kebanyakan minum ASI awal dan kurang memperoleh ASI akhir. Mungkin bayi
mengeluarkan kotoran lembek kehijauan dan pertambahan berat badannya kurang; atau
mungkin bayi tumbuh dengan baik namun sering menangis dan sering minta menyusu.
Meskipun ibunya memiliki banyak ASI, ibu mungkin mengira dirinya tidak mempunyai
cukup untuk bayinya. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Kolik:
Beberapa bayi sering menangis tanpa satu pun sebab di atas. Kadang tangisannya
memiliki pola yang jelas. Bayi terus menangis pada waktu-waktu tertentu dalam sehari,
sering kali di petang hari. Bayi mungkin menarik kakinya ke atas seolah sakit perut.
Mungkin bayi tampak ingin menyusu, tapi sangat sulit untuk ditenangkan. Bayi yang
menangis seperti ini mungkin memiliki usus yang sangat aktif, atau masuk angin, tetapi
penyebabnya tidak jelas. Ini disebut kolik. Bayi kolik biasanya tumbuh dengan baik, dan
tangisannya biasanya berkurang setelah bayi berusia 3 bulan. (Departemen Kesehatan
RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, 2011)
Bayi yang banyak kebutuhan:
Beberapa bayi lebih sering menangis dibandingkan bayi lainnya, dan dia perlu didekap
dan digendong lebih sering. Di masyarakat yang ibunya menggendong bayi ke manamana, masalah menangis jarang terjadi dibandingkan dengan masyarakat yang ibunya
senang meletakkan dan meninggalkan bayinya, atau yang ibunya menidurkan bayi di
141

tempat tidur terpisah. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina


Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

Tabel 23. Cara Membantu Bayi yang Sering Menangis


CARA MEMBANTU BAYI YANG SERING MENANGIS
Carilah penyebabnya
Dengarkan dan pelajar
Bantu ibu mengungkapkan perasaan (bersalah,
marah). Berempatilah.
Kaji riwayatnya
Cari tahu pemberian makan dan perilaku bayi.
Cari tahu menu makanan ibu, kopi, rokok,
obat-obatan.
Desakan dari keluarga atau orang lain.
Nilailah kegiatan menyusui
Posisi pada payudara, lama menyusu.
Periksa bayi
Penyakit atau kesakitan (rawat atau beri
rujukan yang tepat).
Periksa pertumbuhan.
Bangun percaya diri dan berilah dukungan
Terima
Pendapat ibu tentang penyebab tangisan
Perasasan ibu tentang bayi dan perilakunya
Beri pujian (yang sesuai)
Bayinya tumbuh dengan baik, tidak sakit
ASI-nya mencukupi semua kebutuhan bayinya
Bayinya baik-baik saja, tidak nakal
Berilah informasi relevan
Bayi sangat memerlukan kenyamanan
Tangisan akan berkurang saat bayi usia 3-4
bulan
Obat untuk kolik tidak dianjurkan
MP-ASI tidak perlu atau tidak membantu
Bayi yang diberi makan buatan juga bisa kolik
Menenangkan bayi dengan menyusuinya
adalah tindakan aman, botol dot dan empeng
tidak aman
Berilah saran (yang sesuai)
Susui satu payudara saja tiap kali menyusui
Susui payudara lain di kesempatan berikutnya
Kurangi kopi dan teh
Merokok setelah, bukan sebelum atau selama
menyusui
Berhentilah mengonsumsi susu, telur, kedelai,
kacang tanah
(uji coba 1 minggu, jika menu makanan ibu
memadai)
Berilah bantuan praktis
Tunjukkan kepada ibu dan yang lainnya cara
mendekap dan menggendong bayi erat-erat,
gerakan lembut, tekanan lembut pada perut
Tawarkan mendiskusi situasi dengan keluarga

142

Gambar 45. Bermacam-macam cara menggendong bayi kolik


a. Membopong bayi
b. Memegang bayi di
c. Ayah mendekap bayi
sepanjang lengan
seputar perut, di
di dadanya
bawah
pangkuan
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

NO
1.

Tabel 24. Mengatasi Masalah Pemberian ASI Pada Bayi


MASALAH
PEMECAHAN
Bayi banyak menangis atau Jelaskan bahwa hal ini tidak selalu terkait
rewel
dengan gangguan pemberian ASI.
Periksa popok bayi, mungkin basah.
Gendong bayi, mungkin perlu perhatian.
Susui bayi. Beberapa bayi membutuhkan
lebih banyak minum daripada bayi lainnya.

2.

Bayi tidak tidur sepanjang Merupakan proses alamiah, karena bayi


malam
muda perlu menyusu lebih sering.
Tidurkan bayi disamping ibu dan lebih
sering disusui pada malam hari.
Jangan berikan makanan lain.

3.

Bayi menolak untuk menyusu

Mungkin bayi bingung puting, karena


sudah diberi susu botol.
Tetap berikan hanya ASI (tunggu sampai
bayi betul-betul lapar)
Berikan perhatian dan kasih saying.
143

Pastikan bayi menyusu sampai air susu


habis.
Lihat tatalaksana dalam algoritma, kalau
perlu di rujuk.
4.

Bayi bingung puting

Jangan mudah mengganti ASI dengan susu


formula tanpa indikasi medis yang tepat.
Ajarkan ibu posisi dan cara melekat yang
benar.
Secara bertahap tawarkan selalu payudara
setiap kali bayi menunjukkan keinginan
untuk minum.
ASI tetap dapat diperah dan diberikan pada
bayi dengan cangkir atau sendok, sampai
bayi dapat kembali menyusu. Bila ada
indikasi medis dapat diberikan susu formula.
Jangan menggunakan botol , dot dan
kempeng.

5.

Bayi prematur dan bayi kecil Berikan ASI sesering mungkin walaupun
(BBLR)
waktu menyusuinya pendek-pendek. BBLR
minum setidaknya setiap 2 jam.
Jika belum bisa menyusu, ASI dikeluarkan
dengan tangan atau pompa. Berikan ASI
dengan sendok atau cangkir.
Untuk merangsang mengisap, sentuh
langit-langit bayi dengan jari ibu yang
bersih.

6.

Bayi kuning (ikterus)

Mulai menyusui segera setelah bayi lahir.


Susui bayi sesering mungkin tanpa
dibatasi. ASI membantu bayi mengatasi
kuning lebih cepat

7.

Bayi sakit

Teruskan menyusui. Lihat tatalaksana


dalam algoritma, kalau perlu rujuk.

8.

Bayi sumbing

Posisi bayi duduk.


Puting dan areola dipegang selagi
menyusui, hal ini sangat membantu bayi
144

mendapat ASI cukup.


Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai
penyumbat celah pada bibir bayi.
Jika sumbing pada bibir dan langit-langit,
ASI dikeluarkan dengan cara manual
ataupun pompa, kemudian diberikan dengan
sendok/pipet atau botol dengan dot panjang
sehingga ASI dapat masuk dengan
sempurna. Dengan cara ini bayi akan belajar
mengisap dan menelan ASI, menyesuaikan
dengan irama pernapasannya.
9.

Bayi Kembar

Posisi yang mudah adalah posisi dibawah


lengan (under arm).
Paling baik kedua bayi disusui secara
bersamaan.
Susui lebih sering selama waktu yang
diinginkan masing-masing bayi, umumnya >
20 menit.

Gambar 46. Posisi menyusui


dibawah lengan untuk bayi kembar.
(Sumber: Beck, 2004)
10.

Bayi banyak tidur

Jika bayi selalu mengantuk dan tetap tertidur


meskipun saat menyusu terakhirnya telah
lewat dari 3 jam yang lalu, Ibu dapat
mencoba menyusuinya dengan cara:
Letakkan bayi di dada ibu sesering
mungkin sehingga dapat melihat tanda-tanda
bayi mulai terjaga dan dapat segera
menawarinya untuk menyusu.
Redupkan cahaya dalam ruangan agar bayi
145

mau membuka matanya.


Bangunkan bayi dengan cara:
berbicara dengan bayi
membuka selimut/pakaian bayi
mengusap-usap wajah dan tubuh bayi
memandikan bayi
Rangsang refleks rooting bayi dengan
menyentuhkan puting ibu ke pipinya.
Teteskan ASI perah ke mulut bayi.
Setiap kali gerakan memerah ASI dari
mulut bayi berkurang, gerakkan payudara ke
arah langit-langit mulut bayi
Sumber : Kementerian kesehatan RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal
Esensial : Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar.
BAYI PREMATUR
ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur berbda dengan ASI dari ibu yang melahirkan
bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan karena ASI komposisi ASI secara dinamis berubah
untuk mememenuhi kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. Selain itu ASI bayi prematur ternyata
mengandung lebih banyak sistein, taurin, lipase yang meningkatkan absorbsi lemak, asam
lemak tak jenuh rantai panjang, nukleotida dan gangliosida. Kandungan gizi ASI bayi
prematur lebih tinggi dibandingkan dengan bayi matur (cukup bulan) sehingga pertumbuhan
bayi prematur pada awalnya seringkali cukup baik. Komposisi ASI bayi prematur akan
berubah menjadi serupa ASI bayi matur dalam waktu 3-4 minggu, namun pada saat itu masa
kehamilan bayi juga sudah cukup bulan sehingga ASInya sesuai dengan kebutuhan.
(Lawrence RA, Lawrence RM. 2005; Narang APS, Bain HS, Kansal S, Singh D. 2006 dalam
Maria M. 2011)
BAYI YANG LAHIR DENGAN OPERASI SEKSIO SESARIA
Bila pada seksio digunakan anestesi umum, bayi bisa mulai disusukan setelah ibu
sadar dengan bantuan tenaga perawat/bidan. Efek narkose pada bayi yang diterimanya baik
melalui plasenta ataupun melalui ASI dapat mengakibatkan bayi lemah dan malas menyusu.
Kalau ibu dan bayi keadaan umumnya baik tanpa ada komplikasi, maka harus segera
dilakukan rawat gabung. (Soetjiningsih, 2013)
Umum terjadi kenaikan suhu ringan setelah operasi, tetapi ini bukan kontraindikasi
untuk menyusui. Posisi memegang bola lebih cocok untuk ibu seksio oleh karena bayi tidak
menekan bekas luka operasi. Atau dengan posisi miring, dengan bayi berada di samping ibu.
(Soetjiningsih, 2013)

IBU PASCA BEDAH KAISAR


PEMECAHAN :

146

Tumbuhkan rasa percaya diri ibu. Bedah kaisar tidak mempengaruhi produksi ASI. Ibu tetap
dapat menyusui segera setelah bayi lahir (melakukan Inisiasi Menyusu Dini), tetap dapat
menyusui eksklusif hingga usia 6 bulan dan terus menyusui hingga usia 2 tahun atau lebih.
Komunikasikan pada ibu dan keluarga bahwa IMD pada bayi lahir dari bedah kaisar
umumnya memerlukan waktu sedikit lebih lama
Posisi menyusui perlu disesuaikan dengan posisi yang paling nyaman bagi ibu terkait
dengan nyeri pada luka operasi. Posisi menyusui sambil tidur miring dapat dilakukan dengan
posisi dada bayi berhadapan dengan dada ibu. Setelah 24 jam umumnya ibu boleh bergerak
lebih leluasa, termasuk duduk, sehingga ibu dapat menyusui sambil duduk.
Rasa sakit yang berlebih setelah operasi dapat mempengaruhi kepercayaan diri ibu untuk
menyusui. Ingatkan ibu untuk mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter, termasuk obat anti
nyeri.
(Kementerian kesehatan RI, 2010)
IBU KHAWATIR BAHWA ASI-NYA TIDAK CUKUP UNTUK BAYI (SINDROM ASI
KURANG)
Hampir semua ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk satu bahkan dua bayi.
Biasanya, sekalipun ibu menganggap dirinya tidak punya cukup ASI, ternyata bayi mendapat
semua yang dibutuhkan. Kadang seorang bayi tidak mendapat cukup ASI. Tapi ini biasanya
karena bayi tidak sering menyusu, atau tidak menyusu secara efektif (lihat Sesi 3 Cara Kerja
Menyusui). Hal ini jarang terjadi karena ibunya tidak bisa menghasilkan cukup ASI. Jadi
penting sekali dipikirkan bukan seberapa banyak seorang ibu bisa menghasilkan ASI
melainkan seberapa banyak ASI yang diperoleh bayi. (Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
2011)
ASI kurang yang umumnya karena kelainan anatomis payudara, seperti hipoplasia
payudara (payudara tidak berkembang). Penyebab lainnya adalah radiasi pada kanker
payudara dan operasi pada payudara. Sedangkan penyebab ASI kurang yang lain biasanya
disebabkan karena proses menyusui yang tidak benar, misalnya engorgement (bengkak) pada
payudara. Akibat dari engorgement adalah pengeluaran zat penghambat kimiawi yang akan
menekan produksi ASI. Untuk mengurangi engorgement tersebut, ibu harus menyusui
bayinya sesering mungkin dan sesuai kebutuhan sampai tubuh menyesuaikan diri dan
memproduksi sejumlah yang dibutuhkan bayi.(Maria M, 2011)
Penyebab lain adalah puting lecet yang seringkali disebabkan kerena pelekatan bayi
pada payudara ibu yang salah. Penggunaan dot/kempeng terutama 4 minggu pertama akan
menyebabkan bayi tidak melekat dengan baik. Ibu yang mengalami puting lecet akan
kesakitan sehingga frekuensi menyusui akan berkurang. Akibatnya masih banyak ASI yang
tersisa (residu), dan selanjutnya seperti mekanisme di atas maka produksi ASI akan
berkurang. Rasa sakit sendiri akan menekan keluarnya hormon prolaktin yang juga akan
menurunkan produksi ASI. Ibu yang terpisah dari bayinya, misalnya karena ibu bekerja,
sering bepergian, atau sakit dan dirawat di rumah sakit akan menyebabkan frekuensi
menyusui berkurang, maka pengosongan payudara juga berkurang dan berakibat produksi
menurun. (Maria M, 2011)
Tabel 25. Tanda-tanda Bayi Mungkin Tidak Cukup Mendapat ASI
TANDA-TANDA BAYI MUNGKIN TIDAK CUKUP MENDAPAT ASI
DAPAT DIPERCAYA
Pertambahan berat badan kurang
(Kurang dari 500 gram per bulan)
(Kurang dari berat lahir setelah 2
minggu)
147

Mengeluarkan air seni pekat dalam (Kurang dari 6 kali sehari, warnanya
jumlah sedikit
kuning dan baunya tajam)
MUNGKIN
Bayi tidak puas setelah menyusu
Bayi sering menangis
Sangat sering menyusu
Menyusu sangat lama
Bayi menolak disusui
Bayi mengeluarkan kotoran keras, kering atau hijau
Bayi mengeluarkan kotoran sedikit dan jarang
ASI tidak keluar ketika ibu mencoba memerah
Payudara tidak membesar (selama kehamilan)
ASI tidak keluar (setelah persalinan)
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Cara mengetahui bayi mendapat cukup ASI atau tidak:
Periksa pertambahan berat bayi. Inilah tanda yang paling bisa dipercaya.
Setelah enam bulan pertama, bayi sebaiknya bertambah berat paling sedikit 500
gram setiap bulan, atau 125 gram setiap Minggu. (Satu kilogram per bulan tidaklah
penting, dan tidak umum). Bila bayi bertambah berat kurang dari 500 gram sebulan,
berarti pertumbuhan beratnya tidak cukup.
Perhatikan KMS bayi jika ada, atau perhatikan catatan lain tentang berat badan
sebelumnya. Jika tidak ada catatan berat badan, timbanglah bayi, dan jadwalkan untuk
menimbangnya lagi dalam waktu satu Minggu.
Bila pertambahan berat badan bayi cukup, berarti ia mendapat cukup ASI. Akan
tetapi, jika tidak tersedia catatan, jawaban tidak bisa segera didapatkan.
Periksalah air seni bayi. Inilah pemeriksaan cepat yang sangat membantu.
Bayi yang disusui eksklusif dan mendapat cukup ASI biasanya mengeluarkan air
seni jernih sekurangnya 6-8 kali dalam 24 jam.
Bayi yang tidak mendapat cukup ASI mengeluarkan air seni kurang dari 6 kali sehari
(sering kali kurang dari 4 kali sehari).
Air seninya juga pekat, dan mungkin berbau tajam dan berwarna kuning tua sampai
jingga, khususnya pada bayi berusia lebih dari 4 minggu.
Tanyakan kepada ibu seberapa sering bayinya buang air kecil. Tanyakan padanya
apakah air seninya berwarna kuning gelap atau berbau tajam.
- Bila bayi mengeluarkan banyak air seni yang jernih, berarti ia cukup ASI.
- Bila bayi mengeluarkan air seni yang pekat kurang dari 6 kali sehari, berarti ia tidak
mendapat cukup ASI.
Cara ini dengan cepat dapat diketahui apakah bayi yang disusui eksklusif mendapat cukup
ASI. Akan tetapi, jika bayi diberi minuman lain, kita tidak bisa memastikannya.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Maria M. (2011) mengungkapkan bahwa untuk mencegah malnutrisi seorang ibu harus
mengetahui tanda kecukupan ASI, terutama pada bulan pertama. Setelah bulan pertama tanda
148

kecukupan ASI lebih tergambar melalui perubahan berat badan bayi. Tanda bahwa bayi
mendapat cukup ASI adalah:
1. Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah melahirkan, nampak
dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI menetes dengan
spontan.
2. Bayi menyusu 8 12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar pada setiap payudara dan
mengisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara.
3. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat menyusu,
terutama pada payudara yang kedua.
4. Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari. Kencing berwarna jernih, tidak
kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa Kristal urat pada urin)
merupakan salah satu tanda ASI kurang.
5. Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling tidak 1 sendok
makan, tidak hanya berupa noda membekas pada popok bayi, pada bayi usia 4 hari
sampai 4 minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB setiap kali menyusu, dan hal ini
merupakan hal yang normal.
6. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu diantaranya
(seedy milk), setelah bayi berumur 4 sampai 5 hari. Apabila setelah bayi berumur 5 hari,
fesesnya masih berupa mekoneum (berwarna hitam seperti ter), atau transisi antara hijau
kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu tanda bayi kurang mendapat ASI.
7. Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui. Apabila sakit
ini bertambah dan menetap setelah 5 7 hari, lebih-lebihapabila disertai dengan lecet, hal
ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak
segera ditangan dengan membetulkan posisi dan pelekatan bayi maka hal ini akan
menurunkan produksi ASI.
8. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% diabnding berat lahir.
9. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 sampai 14 hari setelah lahir.
Menurut Maria M. (2011) perilaku bayi menyusu tidak dapat dijadikan patokan bahwa
bayi mendapat cukup ASI. Beberapa bayi menyusu dengan cepat, tetapi bayi lain menyusu
dengan diselingi istirahat/tidur. Beberapa pola menyusu bayi normal adalah:
1. Barracudas adalah tipe menyusu dengan tangan bayi memegang puting dan kemudian
menyusu secara kuat selama 10-20 menit.
2. Excited ineffectives (ketidak efektifan yang berlebihan) dimana bayi ingin sekali secara
aktif untuk menyusu dengan puting yang dikeluarkan dan dimasukkan secara berulangulang ke dalam mulut, dan kemudian menangis apabila ASI tidak keluar.
3. Procrastinators adalah tipe bayi yang menunggu sampai ASI keluar dan kemudian mulai
menyusu dengan baik.
4. Gourmerts adalah bayi yang menjilat dan merasakan ASI yang menetes terlebih dahulu
sebelum benar-benar melekat pada puting. Apabila bayi dipaksa untuk cepat-cepat
menyusu, maka bayi justru menolak.
5. Resters adalah tipe yang lebih suka menyusu beberapa menit kemudian berhenti beberapa
menit sehingga membutuhkan waktu menyusu yang lama.

HAL-HAL YANG TIDAK MEMPENGARUHI PASOKAN ASI :


Usia ibu
Hubungan seksual
Menstruasi
Ketidaksetujuan kerabat dan tetangga
149

Kembali bekerja (jika bayi tetap sering menyusu)


Usia bayi
Operasi Caesar
Persalinan prematur
Banyak anak
Makanan yang sederhana dan biasa
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tabel 26. Alasan Kemungkinan Mengapa Bayi Tidak Mendapat Cukup ASI
ALASAN KEMUNGKINAN MENGAPA BAYI TIDAK MENDAPAT
CUKUP ASI
Faktor menyusui
Ibu:
Ibu:
Kondisi bayi
Faktor psikologis
Kondisi fisik
Awal
yang Kurang
Pil
Penyakit
tertunda
percaya diri
kontrasepsi,
diuretika
Menyusui
Khawatir, stres Kehamilan
Catat bawaan
pada waktuwaktu tetap
Menyusui
Tidak senang Malnutrisi
tidak sering
menyusui
berat
Tidak
Penolakan
Alkohol
menyusui
terhadap bayi
malam hari
Menyusui
kejenuhan
perokok
dalam waktu
singkat
Pelekatan
Tertinggalnya
tidak baik
sisa plasenta
(jarang)
Botol, empeng
Perkembangan
payudara tidak
baik
(amat
jarang)
Makanan lain
Cairan lain (air
putih, teh)
UMUM
TIDAK UMUM
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Alasan pada dua kolom pertama (faktor menyusui dan Ibu: faktor psikologis)
adalah yang umum. Faktor psikologis sering kali berada di balik faktor menyusui, misalnya,
kurang percaya diri menyebabkan ibu memberi susu botol. Carilah alasan umum ini terlebih
dahulu. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Alasan pada dua kolom kedua (Ibu: kondisi fisik dan Kondisi bayi) adalah tidak
umum. Jadi bukan hal yang umum bayi seorang ibu memiliki kesulitan fisik dalam
menghasilkan cukup ASI. Pikirkan alasan tidak umum ini hanya jika tidak dapat menemukan
150

satu pun alasan yang umum. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
PEMECAHAN :

Katakan kepada ibu bahwa semakin sering menyusui, semakin banyak air susu yang
diproduksi.
Susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusui. Biarkan bayi
menyusu sampai payudara terasa kosong. Berikan ASI dari kedua payudara.
Hindari pemberian makanan atau minuman selain ASI.
(Kementerian kesehatan RI, 2010)
Tabel 27. Cara Membantu Ibu yang Bayinya Tidak Mendapat Cukup ASI
CARA MEMBANTU IBU YANG BAYINYA TIDAK MENDAPAT CUKUP
ASI
Apa yang bisa diketahui:
Carilah penyebabnya
Langkah yang harus diambil:
Faktor-faktor psikologis, apa yang ibu
Dengarkan dan pelajar
rasakan
Faktor-faktor menyusui, pil kontrasepsi,
Kaji riwayatnya
diuretik
Pelekatan bayi pada payudara, bonding
Nilai kegiatan menyusui
dan penolakan
Penyakit
atau
cacat
bawaan,
Periksa bayinya
pertumbuhan
Gizi, kesehatan dan kondisi payudara
Periksa ibu dan payudaranya
Bangun percaya diri dan berilah dukungan
Bantu ibu untuk memberi lebih banyak ASI kepada bayi, agar ibu yakin
bahwa mampu menghasilkan cukup ASI.
Pemikiran tentang pasokan ASI-nya.
Terima
Perasaan ibu tentang menyusui dan
bayinya.
Ia masih menyusui
Puji (yang sepantasnya)
Payudaranya bagus untuk menghasilkan
ASI.
Memperbaiki pelekatan bayi ke
Beri bantuan praktis
payudara ibu.
Jelaskan bagaimana bayi menyusu
Beri informasi yang relevan
mempengaruhi pasokan ASI.
Jelaskan
bagaimana
bayi
bisa
memperoleh ASI lebih banyak.
Payudara
akan
lebih
banyak
Gunakan bahasa sederhana
menghasilkan ASI bila bayi lebih sering
menyusu.
Lebih sering dan lebih lama menyusui
Beri saran (yang sesuai)
di malam hari.
Hentikan penggunaan botol dan
empeng (bila perlu gunakan cangkir).
Kurangi atau hentikan pemberian
151

makanan dan minuman lain (jika usia


bayi kurang dari 6 bulan).
Gagasan untuk mengurangi stres dan
kecemasan.
Tawarkan untuk berbicara dengan
keluarganya.
Bantuan untuk alasan yang kurang umum
Jika sakit atau abnormal, rawatlah atau
Kondisi bayi:
beri rujukan
Jika mengonsumsi pil estrogen dan
Kondisi ibu:
diuretik,
bantu
ibu
melakukan
perubahan.
Beri bantuan yang sesuai untuk kondisi
lainnya.
Tindak lanjut
Temui ibu setiap hari, kemudian seminggu sekali, sampai berat badan bayi
bertambah dan percaya diri ibu tumbuh.
Mungkin bayi memerlukan waktu 3-7 hari untuk meningkatkan berat badan
(lihat bagian tentang Meningkatkan ASI dan relaksasi).
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)

Tabel 28. Cara Membantu Ibu yang Menganggap Dirinya Tidak Mempunyai Cukup
ASI
CARA MEMBANTU IBU YANG MENGANGGAP DIRINYA TIDAK
MEMPUNYAI CUKUP ASI
Pahami situasi ibu
Dengarkan dan pelajar
Untuk memahami ia kurang percaya
diri, empati
Kaji riwayatnya
Untuk mengetahui adanya tekanan dari
orang lain
Nilai kegiatan menyusui
Untuk memeriksa pelekatan bayi pada
payudara
Periksa ibu
Ukuran
payudara
mungkin
menyebabkan kurang percaya diri
Bangun percaya diri dan beri dukungan
Terima
Ide dan perasaannya tentang ASI-nya.
Puji (sepantasnya)
Bayi tumbuh sehat, ASI-nya memenuhi
kebutuhan bayinya.
Hal-hal
baik
tentang
teknik
menyusuinya.
Hal-hal baik tentang perkembangan
bayinya.
Beri bantuan praktis
Perbaikilah pelekatan, bila perlu.
Beri informasi yang relevan
Perbaikilah ide yang keliru, usahakan
152

Gunakan bahasa sederhana


Berilah saran

tidak mengkritik.
Jelaskan tentang perilaku normal pada
bayi.
Jelaskan cara kerja menyusui.
(apa yang disampaikan tergantung pada
kekhawatirannya).
Sebagian
bayi
sangat
senang
menyusu.
Ide-ide untuk mengatasi kelelahan.
Tawarkan untuk berbicara dengan
keluarganya.

IBU MENGATAKAN BAHWA AIR SUSUNYA TIDAK KELUAR


PEMECAHAN :
Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI. Pada 3 hari pertama pasca bersalin,
hormon kehamilan masih tinggi sehingga aliran ASI masih sedikit. Namun kebutuhan bayi
pada 3 hari pertama memang hanya berkisar 2-20 ml tiap kali menyusu.
Susui sesuai keinginan bayi dan lebih sering.
Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusui.
(Kementerian kesehatan RI, 2010)

PUTING SUSU NYERI/LECET


Masalah tersering dalam menyusui adalah puting susu lecet/nyeri, sekitar 57% dari ibu yang
menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya.
(Soetjiningsih, 2013)
PENYEBAB :
1. Kebanyakan puting susu nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusi,
yaitu bayi tidak menyusu sampai ke kalang payudara. Bila bayi menyusu hanya pada
puting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan
pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri/kelecetan pada
puting susunya.
2. Selain itu puting yang lecet juga dapat disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi
yang menular pada puting susu ibu.
3. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya untuk mencuci
puting susu
4. Keadaan ini juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang
pendek sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai kalang payudara dan
hisapan hanya pada putingnya saja.
5. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati.
(Soetjiningsih, 2013)

PENATALAKSANAAN :
1. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal/lecetnya lebih sedikit.
Untuk menghindari tekanan lokal pada puting maka posisi menyusui harus sering
dirubah. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
153

menyusui. Di samping itu kita harus yakin bahwa teknik menyusui bayi adalah benar
yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.
2. Setiap kali habis menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-anginkan
sebentar agar kering dengan sendirinya. Karena bekas ASI berfungsi sebagai pelembut
puting dan sekaligus sebagai anti infeksi.
3. Jangan menggunakan sabun, alkohol atau zat iritan lainnya untuk membersihkan
puting susu
4. Pada puting susu bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah
dimasak lebih dahulu
5. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) sehingga payudara tidak sampai
terlalu penuh dan bayi yang tidak begitu lapar akan menyusu tidak terlalu rakus
6. Periksalah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet
pada puting susu ibu. Kalau diketemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin.
(Soetjiningsih, 2013)
7. Ibu dapat terus memberikan ASI pada keadaan luka tidak begitu sakit.
8. Perbaiki posisi dan perlekatan.
9. Puting susu dapat diistirahatkan sementara waktu, kurang lebih 1 x 24 jam jika puting
lecet sangat berat. Selama puting diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan, tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
10. Berikan parasetamol 1 tablet tiap 4 6 jam untuk menghilangkan nyeri. Gunakan BH
yang menyokong payudara.
(Kementerian kesehatan RI, 2010)
Dengan mengikuti petunjuk tersebut di atas, maka puting susu yang lecet tersebut
akan menyembuh setelah beberapa hari, dan tidak akan bertambah berat. Akan tetapi bila
lecetnya bertambah berat sehingga tidak mungkin menyusukan lagi, dianjurkan agar ibu
memeras ASI dengan tangan dan ASInya dapat diberikan dengan sendok atau pipet, sampai
lecetnya menyembuh. Sementara puting yang lecet dapat diberikan antibiotika topikal.
Karena payudara yang lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara
(mastitits). (Soetjiningsih, 2013)
PENCEGAHAN :
1. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim atau zat-zat iritan
lainnya
2. Sebaiknya untuk melepaskan puting dari hisapan bayi pada saat bayi selesai menyusu,
tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan dagu bayi atau dengan
memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
3. Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara
dan menggunakan kedua payudara.
(Soetjiningsih, 2013)
Penanganan luka basah pada ulkus puting
Luka terbuka atau ulkus :
Luka membutuhkan penyembuhan dari bagian dasar. Sel-sel baru perlu tumbuh pada
permukaan basah. Jika lukanya kering, akan menghambat penyembuhan.
Penanganan :
Tempelkan parafin putih yang lembut atau lanolin murni di antara waktu-waktu
menyusui
Tutupi dengan bantalan payudara yang bersih, kassa atau kain
154

Jika luka meradang, atau mengeluarkan nanah, mungkin perlu antibiotik


(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
PAYUDARA BENGKAK
PENYEBAB :
Wanita yang tidak menyusui dapat mengalami pembengkakan payudara, perembesan
ASI, dan nyeri payudara yang memuncak pada hari ke-3 sampai ke-5 setelah melahirkan.
Setengahnya memerlukan analgesik untuk meredakan nyeri payudara tersebut. Sepuluh
persen wanita melaporkan nyeri berat sampai 14 hari. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom
SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 652)
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu dengan adekuat, sehingga
sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan.
Stasis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan
intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan
seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang serta nyeri.
Kemudian diikuti penurunan produksi ASI dan penurunan refleks let down. (Soetjiningsih,
2013)
BH yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement, demikian pula puting
yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus. (Soetjiningsih, 2013) Payudara
harus didukung oleh bra yang sesuai. Obat farmakologis atau hormonal tidak
direkomendasikan untuk menekan laktasi. Di samping itu, aplikasi es dan analgesik oral
untuk 12 sampai 24 jam dapat digunakan untuk meredakan nyeri. Breast binder digunakan di
Parkland Hospital untuk wanita-wanita ini, dan sport bra digunakan di University of Alabama
Hospital. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010.
Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 652)
GEJALA :
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sukar disusu oleh bayi
karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi. Bila
keadaan sudah demikian, kulit pada payudara nampak lebih mengkilat, ibu merasa demam
dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas
dengan tangan/pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah
menyusu.
(Soetjiningsih, 2013)
Tabel 29. Ringkasan Perbedaan Antara Payudara Penuh dan Payudara Bengkak
PAYUDARA PENUH
PAYUDARA BENGKAK
Panas
Sakit
Berat
Edema
Keras
Tegang, terutama puting
Mengkilat
Mungkin tampak merah
ASI mengalir
ASI TIDAK mengalir
Tidak ada demam
Mungkin demam selama 24 jam
155

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tabel 30. Penyebab dan Pencegahan Payudara Bengkak
PENYEBAB DAN PENCEGAHAN PAYUDARA BENGKAK
PENYEBAB
PENCEGAHAN
ASI banyak
Terlambat memulai menyusui
Mulai menyusui segera setelah
persalinan
Pelekatan kurang baik
Pastikan pelekatan yang baik
Pengosongan ASI tidak sering
Anjurkan menyusui tanpa dijadwal
Pembatasan lama menyusui
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

PENATALAKSANAAN :
Mengeluarkan ASI sangat penting untuk mengatasi pembengkakan. Bila ASI tidak
dikeluarkan, akan menjadi mastitis, bengkak (abses) dan produksi ASI berkurang. Jadi jangan
anjurkan ibu untuk mengistirahatkan payudara. (Departemen Kesehatan RI Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Secara singkatnya, penatalaksanaan payudara bengkak adalah sebagai berikut :
1. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan
aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara. (Soetjiningsih, 2013) Bantu ibu
mengatur posisi bayi, agar melekat dengan baik. Dengan demikian bayi akan menyusu
secara efektif, dan tak mencederai puting.
2. Usahakan menyusui sampai payudara kosong.
3. Kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit. Urut payudara dari arah pangkal
menuju puting.
Susui bayi sesegera mungkin (setiap 2 3 jam) setelah payudara ibu terasa lebih
lembut. Apabila bayi tidak dapat menyusu, keluarkan ASI dan minumkan kepada
bayi. Kompres payudara dengan kain dingin setelah menyusui. Ini akan membantu
mengurangi edema. Keringkan payudara.
4. Jika masih sakit, perlu dicek apakah terjadi mastitis
5. Bantu ibu untuk memerah ASI sebelum menyusui kembali.
(Kementerian kesehatan RI, 2010)
6. Sebelum menyusui atau memerah, rangsanglah refleks oksitosin ibu. Ini yang dapat
dilakukan untuk menolongnya, atau yang bisa ia lakukan:
- Letakkan kompres hangat pada payudara ibu, dan mandi air hangat;
- Pijat tengkuk dan punggung ibu;
- Pijat payudara dengan ringan;
- Rangsang payudara dan kulit puting;
- Bantu ibu untuk rileks.
Mandi pancuran dengan air hangat atau mandi berendam air hangat membuat ASI
mengalir dari payudara, sehingga kedua payudara akan cukup lunak untuk bayi
menyusu.
156

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
7. Bangun rasa percaya diri ibu.
Jelaskan bahwa ibu akan bisa segera menyusui lagi dengan nyaman.
Tabel 31. Penanganan Payudara Bengkak
PENANGANAN PAYUDARA BENGKAK
Jangan mengistirahatkan payudara
Jika bayi mampu menyusu
Susui lebih sering, bantu dengan posisi
yang baik
Jika bayi tak mampu menyusu
Perah ASI dengan tangan atau pompa
Sebelum menyusui, untuk merangsang Kompres hangat atau mandi air hangat
refleks oksitosin
Pijat tengkuk dan punggung
Pijatan ringan pada payudara
Merangsang kulit puting
Bantu ibu untuk rileks
Setelah menyusui untuk mengurangi Kompres dingin pada payudara
edema
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
PENCEGAHAN :
1. Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir
2. Susukan bayi tanpa dijadwal
3. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan
bayi
4. Melakukan perawatan payudara pasca natal secara teratur
(Soetjiningsih, 2013)

Mastitis
Biasanya satu payudara
Sebagian payudara
Kemerahan (erythema) berbeda jelas dengan
jaringan normal di sekitarnya
Keras menetap walaupun ASI sudah
dikeluarkan
Keras dan terasa gumpalan daerah yang
kemerahan
Nyeri di daerah kemerahan

Payudara Bengkak
Biasanya kedua payudara
Seluruh payudara terpengaruh
Kemerahan tidak rata, menyebar, tidak
berbeda jelas
Keras : bengkak pada seluruh payudara,
puting tegang
Keras dan bengkak berkurang bila ASI
dikeluarkan
Nyeri pada semua bagian dari kedua
payudara
Demam berlangsung lama
Demam mungkin hanya 24 jam
Gambar 5.1. Perbedaan Mastitis dan Payudara Bengkak
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
SALURAN SUSU TERSUMBAT (OBSTRUCTIVE DUCT)
Suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus.
157

PENYEBAB :
1. Tekanan jari ibu pada waktu menyusui
2. Pemakaian BH yang terlalu ketat
3. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan
sehingga merupakan sumbatan
(Soetjiningsih, 2013)
GEJALA :
1. Pada wanita yang kurus, gejala berupa benjolan yang terlihat dengan jelas dan lunak
pada perabaan
2. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang
terlokalisir
(Soetjiningsih, 2013)
PENATALAKSANAAN
Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat sehingga benar-benar sembuh, untuk
menghindari terjadinya radang payudara (mastitis).
1. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres
panas dan dingin secara bergantian
2. Ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali
setelah menyusui, bila payudara masih terasa penuh.
3. Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI
(Soetjiningsih, 2013)
PENCEGAHAN
1. Perawatan payudara pasca natal secara teratur, untuk menghindari terjadinya stasis
aliran ASI
2. Posisi menyusui yang diubah-ubah
3. Mengenakan BH yang menyangga, bukan yang menekan
(Soetjiningsih, 2013)
MASTITIS
Mastitis adalah radang pada payudara. Infeksi parenkimatosa kelenjar mammae merupakan
komplikasi antepartum yang jarang, tetapi diperkirakan terjadi pada sepertiga ibu yang
menyusui. Menurut literatur, insidennya jauh lebih rendah dan mengkin kurang dari 1 persen.
Gejala mastitis supuratif jarang tampak sebelum akhir minggu pertama pascapartum dan
biasanya, tidak sampai minggu ketiga atau keempat. Infeksi hampir selalu bersifat unilateral,
dan pembengkakan yang bermakna biasa terjadi sebelum inflamasi. Gejala mencakup
menggigil atau benar-benar kaku, yang segera diikuti oleh demam dan takikardia. Payudara
menjadi keras dan kemerahan, dan terdapat nyeri berat. Sekitar 10 persen wanita yang
menderita mastitis berkembang menjadi abses. Deteksi fluktuasi dapat sulit dilakukan.
(Soetjiningsih, 2013)
PENYEBAB :
1. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis
2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
3. BH yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau tidak disusu
dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.
4. Ibu yang diet jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terkena infeksi.
158

(Soetjiningsih, 2013)
Saluran
tersumbat

Mastitis noninfeksi

Statis ASI

Gumpalan
Mulai terasa sakit

Bengkak keras
Meningkat

Kemerahan setempat
Tidak demam

Mastitis
infeksi

Sangat sakit
Area merah

Menjadi

Demam

Gambar 47. Gejala Saluran Tersumbat dan Mastitis


Merasa sehat
Merasa Sakit
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2011)
Tidak
demam
Gejala
saluran
tersumbat dan mastitis.
Mastitis timbul pada payudara yang bengkak, atau dapat terjadi karena saluran ASI
Belum merasa sakit
tersumbat. Saluran tersumbat terjadi saat ASI tidak dikosongkan dari salah satu bagian
payudara. Kadang ini terjadi karena saluran menuju bagian payudara tersumbat oleh ASI
yang menebal. Gejalanya adalah gumpalan dan lembek, sering kali terjadi kemerahan pada
kulit di daerah yang bengkak. Ibu tidak demam dan merasa sehat. (Soetjiningsih, 2013)
Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat, atau
karena payudara bengkak, maka ini disebut statis ASI. Jika ASI tidak juga dikeluarkan, statis
ASI dapat menyebabkan peradangan jaringan payudara, yang disebut mastitis tanpa infeksi.
Kadang payudara terinfeksi bakteri, dan ini disebut mastitis terinfeksi. (Soetjiningsih, 2013)
Tidak dapat menyebutkan apakah mastitis itu tanpa infeksi atau terinfeksi dari
gejalanya saja. Akan tetapi, jika semua gejalanya parah, maka ibu perlu penanganan dengan
antibiotik. (Soetjiningsih, 2013)

Etiologi
Pada penelitian sebelumnya, Staphylococcus aurens merupakan organisme yang
paling banyak ditemukan. Matheson dkk., (1988) melaporkannya pada 40 persen wanita yang
mengalami mastitis. Organisme yang sering diisolasi lainnya adalah stafilokokus negatif
koagulase dan streptokokus viridans. Sumber organisme langsung yang menyebabkan
mastitis hampir selalu adalah hidung dan tenggorokan bayi. Bakteri memasuki payudara
melalui papila mammae pada fisura atau abrasi kecil. Organisme yang menginfeksi biasanya
dapat dikultur dari ASI. Sindrom syok toksik karena mastitis yang disebabkan oleh S. aureus
telah dilaporkan. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 653-654)
Ada kalanya, mastitis supuratif mencapai tingkat epidemi di antara ibu-ibu yang
menyusui. Wabah seperti ini sering terjadi bersamaan dengan munculnya strain stafilokokus
resisten antibiotik. Contoh yang sama adalah community' acquired methicillin resistant S.
aureus (CA-MRSA), yang telah secara cepat menjadi spesies stafilokokus yang paling
banyak diisolasi dibeberapa daerah. Pada rumah sakit Parkland dari tahun 2000 sampai 2004,
Laibl dkk., (2005) melaporkan bahwa seperempat dari CA-MRSA diisolasi dari ibu-ibu yang
menderita mastitis puerperal. HospitaUacquired MRSA dapat menyebabkan mastitis ketika
bayi tertular setelah kontak tangan dengan petugas yang membawa kuman tersebut.
Selanjutnya, bayi-bayi tersebut dapat menyebarkan CA-MRSA (Center for Disease Control
and Prevention, 2006). Stafford dkk., (2008) mencatat insiden abses ikutan yang lebih tinggi
159

pada penderita mastitis dengan CA-MRSA. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth
JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD hal 653-654)
GEJALA :
1. Bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri lokal
2. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
3. Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol)
4. Panas badan dan rasa sakit umum
(Soetjiningsih, 2013)

Tabel 32. Penyebab Saluran Tersumbat dan Mastitis


Menyusui
kurang Karena
- Ibu sangat sibuk
sering atau karena
- Bayi tidur semalaman
singkat
- Rutinitas berubah
- Ibu stres
Aliran ASI pada Karena
- Menyusu tidak efektif
sebagian atau seluruh
- Tekanan dari pakaian
payudara kurang baik
- Tekanan dari selama menyusui
- Payudara besar aliran ASI kurang
baik
Jaringan
payudara Karena
- Trauma pada payudara
rusak
Kemasukan bakteri
Karena
- Puting retak

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina


Gizi Masyarakat, 2011)
Penyebab saluran tersumbat dan mastitis
Penyebab utama saluran tersumbat atau mastitis adalah kurang baiknya aliran ASI
pada sebagian atau seluruh payudara. Aliran yang kurang baik pada seluruh payudara dapat
terjadi karena:
- Menyusui kurang sering.
Misalnya:
Ibu terlalu sibuk;
Bayi kurang sering menyusu karena ia tidur sepanjang malam, atau menyusui tidak
teratur;
Pola menyusui berubah untuk alasan lainnya, misalnya dalam perjalanan.
- Menyusu tidak efektif jika bayi tidak melekat dengan benar pada payudara.
Kurang lancarnya aliran pada sebagian payudara bisa terjadi karena:
- Menyusu tidak efektif, bayi tidak melekat dengan benar sehingga hanya mengosongkan
sebagian payudara saja.
- Tekanan pakaian yang ketat, biasanya BH, terutama bila dikenakan malam hari; atau
berbaring tengkurap, yang dapat menyumbat salah satu saluran.
- Tekanan jari ibu, yang dapat menyumbat aliran ASI selama menyusui.
- Bagian bawah payudara yang besar kurang baik mengalirkan ASI, karena cara bergantung
payudara itu sendiri.
Faktor penting lainnya adalah stres dan banyak pekerjaan ibu, hal ini menyebabkan
ibu kurang sering menyusui bayinya atau dan kurang lama. Trauma pada payudara yang
160

merusak jaringan payudara kadang menyebabkan mastitis, misalnya pukulan tiba-tiba, atau
tendangan tak sengaja dari anak yang lebih tua.
Bila ada puting retak, maka itu
memungkinkan bakteri masuk ke jaringan payudara. Inilah cara lain yang menunjukkan
bahwa posisi menyusu yang kurang baik dapat menyebabkan mastitis. (Departemen
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, 2011)
Penatalaksanaan
Jika terapi yang tepat untuk mastitis diberikan sebelum terjadinya supurasi, maka
infeksi biasanya sembuh dalam 48 jam. Pembentukan abses lebih sering pada infeksi S.
aureus (Matheson dkk., 1988). Sangat direkomendasikan untuk mengambil swab dari air
susu yang dihasilkan oleh payudara yang mengalami, kelainan kemudian dikultur, sebelum
di-| mulai terapi. Identifikasi bakteri dan sensitifitas antimikroba memberikan informasi yang
sangat penting untuk keberhasilan program surveilans infeksi nosokomial. (Cunningham FG,
Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM,
Wendel GD)
Pilihan antimikroba awal dipengaruhi oleh pengalaman institusi dalam menghadapi
infeksi stafilokokus pada saat itu Walaupun sebagian besar dan tersering adalah organisme
yang terdapat di komunitas, seperti yang didiskusikan di atas, termasuk CA-MRSA.
Dicloxacillin, 500 mg oral empat kali sehari, dapat dimulai secara empiris. Eritromisin
diberikan kepada wanita yang sensitif terhadap penisilin. Jika infeksi disebabkan oleh
stafilokokus penghasil penisilinase yang resisten, atau dicurigai terdapatnya organisme yang
resisten ketika menunggu hasil kultur, maka vancomycin atau anti mikroba anti-MRSA
lainnya harus diberikan. Walaupun respons klinis cepat terlihat, namun terapi harus
dilanjutkan selama 10-14 hari. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse
DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD)
Marshall dkk., (1975) menunjukkan pentingnya melanjutkan pemberian ASI. Mereka
melaporkan bahwa hanya terdapat tiga abses yang terjadi di antara 65 wanita yang mengalami
mastitis dengan 15 orang wanita menghentikan pemberian ASI. Thomsen dkk., (1984)
mengobservasi bahwa dihasilkannya ASI yang banyak sudah merupakan terapi tersendiri
yang cukup. Kadang bayi tidak disusui pada payundara yang mengalami iriflamasi. Ini
mungkin tidak berhubungan dengan pembahan apapun pada rasa ASI, namun karena
pembengkakan dan edema, yang dapat membuat areola terasa keras untuk digenggam.
Pemompaan dapat mengurangi hal ini. ]ika kedua payudara digunakan untuk menyusui, maka
yang terbaik adalah memulai menyusui pada payudara yang tidak terkena. Ini memungkinkan
let-down terjadi sebelum pindah ke payudara yang sakit. (Cunningham FG, Leveno KJ,
Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD)
Tabel 33. Perawatan Saluran Tersumbat dan Mastitis
PERTAMA
Meningkatkan pengeluaran ASI
Cari penyebab dan perbaiki:
- Pelekatan yang kurang baik
- Tekanan pakaian atau jari
- Buruknya aliran pada payudara
berukuran besar
Anjuran:
- Menyusui lebih sering

KEMUDIAN
Jika ada di antara yang berikut:
- Gejala makin parah, atau
- Puting retak, atau
- Tidak ada perbaikan setelah 24 jam
Selain itu tangani juga dengan:
- Antibiotik
161

Analgesik
(paracetamol
atau ibuprofen)
- Urut lembut ke arah puting
- Kompres hangat
Sarankan apabila menolong:
- Mulai menyusui pada payudara
yang tidak sakit
- Mengubah posisi

Istirahat total

(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina


Gizi Masyarakat, 2011)
Perawatan saluran tersumbat dan mastitis
Bagian terpenting dari perawatan adalah memperbaiki aliran ASI dari bagian
payudara yang terinfeksi.
Cari penyebab aliran yang kurang baik, kemudian perbaiki:
- Pelekatan yang kurang baik.
- Tekanan dari pakaian, biasanya BH yang ketat, terutama jika dipakai di malam hari;
atau tekanan karena berbaring tengkurap. Ibu dianjurkan untuk menggunakan baju/BH
longgar
- Perhatikan apa yang ibu lakukan dengan jaringan saat ibu menyusui. Apakah ibu
memegang areola, dan akan menyumbat aliran ASI.
- Perhatikan apakah ibu mempunyai payudara yang besar dan menggantung, dan
apakah sumbatan itu terjadi di bagian bawah payudaranya. Sarankan ibu untuk lebih
mengangkat payudaranya saat menyusui, agar bagian bawah payudaranya dapat
mengalirkan ASI lebih baik.
Apakah ditemukan penyebabnya atau tidak, tetaplah menganjurkan ibu untuk
melakukan hal-hal berikut:
- Susui sesering mungkin.
Cara paling baik adalah beristirahat bersama bayi, agar ibu bisa merespons dan
menyusuinya kapan bayi mau.
- Analgesik.
Beri ibu paracetamol dan ibuprofen untuk rasa nyeri.
- Pijat perlahan payudara sementara bayi menyusu.
Tunjukkan cara memijat di atas bagian yang tersumbat, dan di atas saluran yang
menuju bagian yang tersumbat, menuju ke arah puting. Ini membantu mengeluarkan
sumbatan dari saluran. Ibu mungkin akan menemukan sesuatu yang menggumpal
keluar bersama ASI. (Gumpalan ini aman untuk bayi).
- Tempelkan kompres hangat di antara waktu-waktu menyusui.
Beberapa hal yang dapat membantu ibu seperti:
- Mulai menyusui pada bagian payudara yang tidak sakit.
Ini dapat membantu jika rasa nyeri tampaknya menghambat refleks oksitosin.
Pindahlah ke payudara yang sakit setelah refleks oksitosin bekerja.
- Menyusui dengan posisi berbeda pada tiap kali menyusui.
Ini membantu mengosongkan ASI dari semua bagian yang berbeda di payudara
secara lebih merata. Tunjukkan kepada ibu cara memeluk bayi dengan posisi bawah
lengan, atau cara menyusui sambil berbaring, daripada menyilangkannya di depan
tubuh tiap kali menyusui. Akan tetapi, jangan meminta ibu menyusui dengan posisi
yang tidak nyaman untuknya. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal
162

Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011) Ubahlah


posisi menyusui dari waktu-kewaktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi
memegang bola (foot ball position) (Soetjiningsih, 2013)

Kadang ibu tak senang menyusui bayi dari payudara yang sakit, terutama bila terasa
sangat perih. Kadang bayi pun menolak menyusu dari payudara yang terinfeksi, karena rasa
ASI berubah. Dalam situasi seperti ini, ibu perlu memerah ASI. Jika ASI dibiarkan di dalam
payudara, abses lebih mungkin terjadi. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011) Jika telah terjadi
abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak disusukan, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan
dengan diperah untuk membantu proses penyembuhan dan menjaga produksi ASI.
(Kementerian kesehatan RI, 2010)
Biasanya, saluran tersumbat atau mastitis akan membaik dalam sehari apabila aliran
ke bagian yang tersumbat diperbaiki. Akan tetapi, ibu memerlukan penanganan tambahan
bila ada hal-hal berikut:
- Gejala yang parah ketika pertama bertemu ibu, ATAU
- Retakan, di mana bakteri dapat masuk, ATAU
- Tidak ada kemajuan setelah 24 jam aliran diperbaiki.
Rawat ibu, atau rujuk ibu untuk mendapatkan perawatan berikut:
Antibiotik
Berilah flucoxacillin atau erythromycin (lihat Tabel 1 untuk dosisnya). Mintalah peserta
menemukan Tabel 1 pada halaman 77 manual mereka. Antibiotik lain yang umum
digunakan, seperti ampicillin, biasanya kurang efektif. Jelaskan bahwa sangat penting
bagi ibu untuk menghabiskan antibiotikanya, meski ia merasa sudah lebih baik pada hari
pertama atau kedua. Jika ibu menghentikan antibiotik sebelum habis, mastitis mungkin
akan kambuh lagi.
Istirahat total
Anjurkan ibu untuk mengambil cuti bila ia bekerja, atau minta orang lain membantu
tugasnya di rumah. Jika mungkin, bicarakan dengan keluarga tentang membagi pekerjaan.
Jika ibu stres atau pekerjaannya menumpuk, anjurkan untuk beristirahat lebih banyak.
Beristirahat dengan bayi adalah cara yang baik untuk meningkatkan frekuensi menyusui,
dan untuk memperbaiki aliran ASI.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Makanan yang bergizi dan banyak minum sekitar 2 liter per hari
Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan menghilang
setelah 48 jam, jarang yang menjadi abses. Tetapi bila dengan cara-cara seperti tersebut di
atas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotika selama 5-10 hari dan
analgetik. (Soetjiningsih, 2013)
Anjurkan ibu sebaiknya terus menyusui lebih sering, memijat dan melakukan kompres
hangat. Bila itu tidak makan dengan baik, anjurkan ia untuk cukup makan dan minum.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tabel 34. Pengobatan Antibiotika untuk Mastitis Terinfeksi
Bakteri paling umum yang ditemukan pada abses payudara adalah Staphylococcus
aureus. Karena itu perlu mengobati infeksi payudara dengan antibiotik resisten163

penicillinase seperti salah satu flucloxacillin atau erythromycin.


Obat
Dosis
Aturan
250 mg secara oral
6 jam sekali selama 7
10 hari
250 500 mg secara oral
Erythromycin
6 jam sekali
Selama 7 10 hari
Pilihan jika obat di atas tidak tersedia
Flucloxacillin

Diminum sekurangnya 30
menit sebelum makan.
Dapat menyebabkan efek
samping pada saluran
cerna

Amoxycillin/clavulanate 875mg per oral


2x sehari untuk 7-10 hari
(Augmentin)
500mg per oral
Cephalexin
Tiap 6 jam untuk 7 10
hari
300mg secara oral
Clindamycin
Tiap 6 jam untuk 7 10
hari
500 mg
Dicloxacillin
Tiap 6 jam untuk 7 10
hari
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Tabel 35. Pengobatan Candida Payudara
Gentian violet dioleskan:
Ke mulut bayi : 0.25% gunakan tiap hari atau selang-seling selama 5
hari atau sampai 3 hari setelah kelainan kulit sembuh.
Ke puting ibu : 0.5% gunakan tiap hari selama 5 hari.
ATAU:
Krim nystatin 100.000 IU/g
Oleskan ke puting 4x sehari setelah menyusui.
Teruskan pemakaian sampai 7 hari setelah sembuh.
Suspensi Nystatin 100.000 IU/ml:
Teteskan sebanyak 1 ml dengan alat tetes ke mulut bayi selama 7 hari, 4x
sehari setelah menyusu, atau selama ibu diobati.
Berhentilah menggunakan empeng, dot, dan nipple Shields.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
ABSES PAYUDARA
Harus dibedakan antara abses dan mastitis. Abses payudara merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam
payudara tersebut. Gejalanya adalah : ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah
mengkilap, benjolan lebih lunak karena beisi nanah. Sehingga perlu di insisi untuk
164

mengeluarkan nanah tersebut. Pada abses payudara perlu diberikan antibiotika dosis tinggi
dan analgetik. Sementara bayinya hanya disusukan tanpa dijadwal pada payudara yang sehat
saja. Sedangkan ASI dari payudara yang sakit diperas sementara (tidak disusukan). Setelah
sembuh, bayi bisa disusukan kembali. (Soetjiningsih, 2013)
Pada penelitian Kvist dan Rydhstroem, (2005) pada hampir 1,5 juta wanita Swedia,
didapatkan insiden abses payudara sebesar 0,1persen. Dicurigai abses Jika penurunan demam
tidak terjadi dalam 48 sampai 72 jam setelah terapi mastitis, atau teraba massa. Terapi
tradisional adalah drainase secara bedah, yang biasanya memerlukan anestesi umum. Insisi
dilakukan sesuai dengan garis kulit Langer untuk kepentingan estetika (Stehman, 1990). Pada
kasus yang dini, insisi tunggal pada bagian yang paling berfluktuasi biasanya cukup, namun
abses multipel membutuhkan beberapa insisi dan mengganggu lokulasi. Kavitas yang
terbentuk diisi dengan gumpalan kasa secara longgar, yang harus diganti setelah 24 jam
dengan gumpalan yang lebih kecil. Alternatif yang kurang invasif adalah aspirast jarum yang
dipandu sonograflk menggunakan anestesia lokal, yang mempunyai angka keberhasilan 80-90
persen (O'Hara dkk., 1996; Schwarz dan Shrestha, 2001). (Cunningham FG, Leveno KJ,
Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD)
GALAKTOKEL
Kadang-kadang duktus kelenjar payudara menjadi tersumbatOleh sekresi yang
menebal, dan susu dapat terakumulasi pada satu atau lebih lobus. Jumlahnya biasanya
terbatas, tetapiabses dapat membentuk massa yang berfluktuasi galak tokel yang dapat
menyebabkan gejala tekanan dan berpenampilan sebagai abses. Massa ini dapat sembuh
spontanatau memerlukan aspirasi. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse
DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD)
JARINGAN PAYUDARA ASSESORIUS
Payudara tambahanpolimastia, papila mammae tambahanpolitelia, dapat terbentuk di
sepanjang garis mammae embrionik. Yang juga disebut garis susu, garis ini membentang dari
aksila ke inguinal secara bilateral. Insiden jaringan payudara assesorius berkisar dari 0,22
sampai 6 persen pada populasi umum (Loukas dkk., 2007). Payudara-payudara tersebut dapat
begitu kecil sehingga salah dianggap sebagai tahi lalat berpigmen, atau jika tanpa papila
mammae, sebagai limadenopati atau lipoma. Polimastia tidak mempunyai kepentingan
obstetrik, walaupun kadang-kadang pembesarannya selama kehamilan atau pembengkakan
pascapartum dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan ansietas. (Cunningham FG, Leveno
KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD),
hal 654)
SEKRESI YANG ABNORMAL
Terdapat variasi individual yang cukup besar dalam jumlah ASI yang dihasilkan. Banyak dari
hal tersebut tidak hanya bergantung kepada kesehatan ibu secara umum namun kepada
perkembangan kelenjar payudara. Kasus yang jarang terjadi, tidak terdapatnya sekresi
kelenjar mammaeagalaktia. Kadang-kadang, terdapat sekresi kelenjar mammae yang
berlebihanpoligalaktia. (Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY. 2010. Dalam : Twickler DM, Wendel GD., hal 654)
KELAINAN ANATOMIS PADA PUTING SUSU (INVERTED, FLAT NIPPLE)
Untuk diagnosis apakah puting ada kelainan atau tidak, yaitu dengan menjepit kalang
payudara antara ibu jari telunjuk di belakang puting susu. Kalau puting menonjol, maka
165

puting tersebut adalah normal, tetapi kalau puting tidak menonjol, itu berarti puting
inversi/datar. Pada puting yang mengalami kelainan seperti itu, apabila diketahui pada masa
kehamilan, maka harus dilakukan masase dengan teknik Hoffman secara teratur. Dengan
masase ini diharapkan puting akan lebih protaktil. (Soetjiningsih, 2013)
Tata laksana puting datar dan terbenam:
Perawatan antenatal mungkin tidak membantu.
Misalnya menarik puting, atau menggunakan nipple shells tak membantu. Puting akan
membaik kondisinya saat persalinan tapa perawatan apa pun.
Bantuan terpenting adalah segera setelah persalinan, saat bayi mulai menyusu
Bangun rasa percaya diri ibu.
Jelaskan awalnya mungkin akan sulit, tetapi dengan kesabaran dan ketekunan ibu dapat
berhasil, payudara ibu akan membaik dan melunak di Minggu pertama atau kedua setelah
kelahiran.
Jelaskan bahwa bayi menyusu dari payudara bukan dari puting.
Bayi perlu memasukkan sebagian besar areola dan jaringan di belakangnya ke dalam
mulut bayi. Sewaktu bayi menyusu, bayi akan menarik payudara dan puting ibu ke arah
luar.
Bantu ibu sebanyak mungkin melakukan kontak kulit, dan membiarkan bayinya
mengeksplorasi payudara.
Biarkan bayi melekat sendiri pada payudara, kapan pun ia mau. Sebagian bayi paling baik
belajar sendiri. Ibu dan bayi perlu sesering mungkin melakukan kontak kulit dengan
kulit untuk memberi kesempatan pada bayi menemukan sendiri posisi cara yang paling
nyaman baginya untuk menyusu. (Kementerian kesehatan RI, 2010)
Bantu ibu mengatur posisi bayi.
Ajari posisi dan cara perlekatan yang benar. Jika bayi tak bisa melekat sendiri dengan
baik, bantu ibunya mengatur posisi sehingga bayi bisa melekat lebih baik. Berilah
bantuan ini di hari pertama, sebelum ASI keluar dan payudara ibu penuh.
Bantuan ibu mencoba beberapa posisi berbeda memeluk bayi.
Meletakkan bayi ke payudara dengan berbagai posisi dapat mempermudah bayi untuk
melekat. Misalnya, ibu merasakan bahwa posisi di bawah lengan lebih membantu.
Bantu ibu supaya putingnya lebih menonjol sebelum menyusui.
Menonjolkan puting sebelum menyusui membantu bayi melekat. Merangsang puting
adalah salah satu cara yang perlu ibu lakukan dan ibu dapat menggunakan pompa
payudara manual, atau sebuah alat suntik untuk menarik puting keluar.
Bisa juga menggunakan spuit 10 30 ml yang dipotong ujungnya sehingga pendorong
spuit bisa dimasukkan dari ujung tersebut. Ujung sisi yang tidak dipotong dapat
dilekatkan ke areola ibu dan pendorong spuit ditarik untuk merangsang penonjolan puting
sebelum menyusui. (Kementerian kesehatan RI, 2010)
LANGKAH SATU

Potong sepanjang garis ini dengan pisau

LANGKAH DUA

Memasukkan alat penghisap dari ujung yang terpotong

LANGKAH TIGA

Ibu menarik alat penghisap secara perlahan


166

Gambar 48. Menyiapkan dan menggunakan alat suntik untuk merawat puting
terbenam
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Kadang membentuk payudara memudahkan bayi untuk melekat. Membentuk
payudara, ibu dapat menopangnya dari bagian bawah dengan jari, dan menekan lembut
bagian atas payudara dengan ibu jari. Ibu sebaiknya hati-hati agar tidak memegang
payudara terlalu dekat dengan puting. (Lihat bagian Memposisikan bayi pada payudara.)
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Kompres dingin pada puting yang terkena sebelum menyusui akan menambah
protaktilitas dari puting. Dengan teknik Hoffman dan menggunakan breast shield pada
waktu tidak menyusui akan menambah protaktilitas. (Soetjiningsih, 2013)
Bila hanya satu puting yang terkena, maka bayi pertama-tama disusukan pada
puting susu yang normal. Karena dengan menyusukan pada puting yang normal maka
sebagian kebutuhan bayi akan terpenuhi, sehingga bayi akan mau mencoba menyusu pada
puting yang terkena, di samping itu juga mengurangi kemungkinan lecetnya puting.
(Soetjiningsih, 2013)
Jika bayi tidak dapat menyusu secara efektif di Minggu pertama atau kedua, bantu ibu
untuk:
Memerah ASI dan memberikan kepada bayi dengan cangkir.
Memerah ASI membantu payudara tetap lunak, sehingga memudahkan bayi untuk
melekat dan menyusu; memerah juga membantu mempertahankan pasokan ASI. Ibu tidak
perlu menggunakan botol, karena hal ini akan lebih menyulitkan bayi untuk menyusu.
Perah sedikit ASI langsung ke mulut bayi.
Beberapa ibu menganggap hal ini membantu. Bayi mendapatkan ASI secara langsung,
sehingga mengurangi rasa frustasinya. Dan mungkin bayi jadi lebih berminat untuk
mencoba menyusu.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Hindari penggunaan botol susu dan dot / kempeng karena hanya akan menghalangi
bayi untuk mampu menyusu. Seiring dengan pertumbuhan bayi, mulut bayi menjadi lebih
besar dan keterampilannya untuk menyusu pun meningkat.
(Kementerian kesehatan RI, 2010)
Kalau dengan semua cara tersebut di atas tetap tidak dapat dikoreksi, maka ASI
dikeluarkan dengan tangan/pompa kemudian diberikan dengan sendok/pipet. Karena tidak
semua kelainan puting dapat dikoreksi. (Soetjiningsih, 2013)
IBU BEKERJA
Ibu yang bekerja dan tetap menyusui anaknya setelah kembali bekerja mempunyai
beberapa keuntungan yaitu meningkatkan produktivitas kerja, menurunkan angka absensi
antara lain karena anak sakit dan menurunkan ketegangan pada ibu. Untuk mengatasi masalah
167

yang mungkin timbul pada ibu bekerja, maka panduan di bawah ini dapat dipakai. Selain itu
sangat penting bagi ibu tetap memeras ASI, supaya produksi ASI tetap optimal. Untuk
memeras ASI bisa menggunakan tangan, atau pompa manual dan elektrik. (Maria M. 2011)
Sebelum melahirkan ibu sudah harus merencanakan pemberian ASI eksklusif dengan
langkah: (Maria M. 2011)
Komunikasi rencana untuk menyusui setelah melahirkan dengan atasan atau pemilik
perusahaan tentang: lama cuti melahirkan.
Waktu istirahat makan siang atau waktu lain untuk memeras ASI.
Tempat yang memadai untuk memeras ASI sekaligus menyimpannya (misal almari es)
Kemungkinan untuk bekerja sebagai tenaga penuh, paruh waktu, atau dimungkinkan
untuk tetap bekerja di rumah.
Pelajari aturan tentang menyusui pada ibu bekerja.
Pada saat cuti melahirkan: (Maria M. 2011)
Pertahankan kelangsungan menyusui dengan menyusui eksklusif selama mungkin
Hindari menggunakan dot atau botol sampai menyusui menjadi mantap, pada umumnya 3
sampai 4 minggu pertama.
Mempelajari cara memberikan ASI yang diperas dengan gelas/sendok (lebih dianjurkan)
atau dengan botol pada saat bayi berusia 4 minggu.
Pastikan bahwa ada tempat penitipan bayi di dekat tempat bekerja atau ada pengasuh
untuk bayi apabila bayi ditinggal di rumah.
Melatih cara mengeluarkan ASI dengan diperas atau dipompa.
Memilih baju kerja yang memungkinkan memeras ASI dengan nyaman.
Pada saat kembali bekerja: (Maria M. 2011)
Kurangi kecemasan dan hindari kelelahan bekerja dengan istirahat yang cukup.
Pastikan perlengkapan untuk memeras/memompa ASI serta almari es dan kotak
pendingin ada di tempat kerja.
Bawalah foto bayi di tempat kerja.
Susuilah bayi sesaat sebelum berangkat bekerja dan sesegera mungkin setelah pulang dari
tempat kerja.
Ingatkan kepada pengasuh bayi untuk tidak memberikan susu dengan botol mendekati ibu
pulang dari kerja.
Keluarkan ASI setidaknya setiap 3 jam untuk menghindari engorgement.
Pakailah baju yang nyaman sehingga mudah untuk menyusui atau memeras ASI
Susuilah bayi lebih sering pada malam hari dan pada akhir minggu.
Konsultasi kepada ahli menyusui atau petugas kesehatan apabila timbul masalah.
Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya. Bila memungkinkan,
bawalah bayi anda ke tempat kerja. Ini bisa saja sulit dilaksanakan bila di sekitar tempat kerja
tidak tersedia sarana penitipan bayi, atau apabila transportasi penuh sesak. Bila tempat kerja
di dekat rumah, Ibu mungkin bisa pulang ke rumah untuk menyusui bayi selama istirahat,
atau mintalah bantuan seseorang untuk mengantarkannya ke tempat kerja untuk Ibu susui.
Dianjurkan untuk mengikuti cara-cara di bawah ini untuk mencegah penurunan produksi ASI
dan penyapihan yang terlalu dini. (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Bila tempat kerja jauh dari rumah, ibu tetap bisa memanfaatkan semaksimal mungkin
keuntungan menyusui dengan cara sebagai berikut:
Jika ada Tempat Penitipan Bayi di tempat bekerja, susui bayi sesuai jadwal. Jika tidak
ada, perah ASI di tempat bekerja.
168

ASI perah disimpan untuk dibawa pulang, atau dikirim ke rumah. (Kementerian
kesehatan RI, 2010)
Tidak menggunakan susu formula pada hari libur
Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah melahirkan, tunggu 1-2 bulan menyusui
telah teratasi. Kalau ibu ingin memberikan susu formula dengan menggunakan botol,
maka dapat dicoba setelah ibu yakin bahwa bayinya telah mampu menyusu pada ibu
dengan baik, untuk menghindari bayi bingung puting. (Soetjiningsih, 2013)
Susuilah secara eksklusif dan sesering mungkin selama cuti melahirkan
Cara ini memberi bayi keuntungan menyusu, dan akan membuat pasokan ASI. Dua bulan
pertama adalah yang terpenting.
Jangan mulai memberi makanan lain sebelum benar-benar membutuhkannya
Jangan berpikir Saya akan kembali bekerja dalam 12 minggu, jadi sebaiknya saya beri
susu botol juga dari sekarang.
Tidak perlu sama sekali menggunakan botol. Bahkan bayi yang sangat muda pun dapat
minum dari cangkir. Tunggu sampai kira-kira seminggu sebelum ibu kembali bekerja.
Sisakan saja waktu yang cukup untuk membuat bayi terbiasa minum dengan cangkir, dan
untuk melatih pengasuh yang akan menjaga bayi.
Susui bayi segera setelah pulang kerumah dan lebih sering pada malam hari.
Teruskan menyusui di malam hari, dini hari, dan kapan saja saat ibu di rumah
- Ini membantu mempertahankan pasokan ASI.
- Cara ini memberi bayi keuntungan ASI bahkan sekalipun ibu memutuskan untuk
memberikan satu atau dua kali susu formula di siang hari.
- Banyak bayi yang belajar menyusu lebih aktif di malam hari, dan mendapatkan hampir
semua kebutuhannya saat itu. Mereka tidur lebih lama dan membutuhkan lebih sedikit
susu di siang hari.
Belajarlah memerah ASI segera setelah bayi lahir
Ini akan memudahkan ibu melakukannya.
Sebelum ibu berangkat bekerja bayi harus disusui. Selanjutnya ASI diperas dan disimpan
untuk diberikan pada bayi selama ibu bekerja, di samping susu formula kalau masih
diperlukan. Tinggalkan ASI perah tersebut kepada pengasuh untuk diberikan
kepada bayi:
- Sediakan ibu waktu yang cukup untuk memerah ASI dengan nyaman. Ibu mungkin
perlu bangun setengah jam lebih awal dari biasanya. (Bila terburu-buru, ibu tidak
dapat memerah cukup banyak ASI).
- Perah ASI, sebanyak ibu bisa, ke dalam sebuah cangkir atau teko yang sangat bersih.
Beberapa ibu dapat memerah ASI sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau lebih bahkan
setelah bayi selesai menyusui. Tetapi 1 cangkir pun (200 ml) dapat dijadikan 3 kali
pemberian @ 60-70 ml sehari. Bahkan cangkir atau kurang dari itu cukup untuk
sekali makan.
- Sediakan saja sekitar cangkir penuh (100 ml) untuk sekali pemberian yang akan
dibutuhkan bayi ketika ibu tidak di rumah. Bila tidak dapat memerah ASI sebanyak
ini, perahlah sebisa ibu. Berapa pun yang bisa ditinggalkan untuk bayi, tetap berguna.
- Tutup cangkir berisi ASI perah dengan kain atau piring kecil yang bersih.
- Simpan ASI perah tersebut di tempat yang paling sejuk yang dapat ditemukan di
rumah, di lemari es bila punya, atau di tempat yang aman terhindar dari sinar
matahari.
- Jangan berkali-kali memasak atau merebus ASI untuk bayi. Panas akan merusak
beberapa zat anti-infeksi.
169

ASI perah lebih awet dari susu sapi, karena adanya faktor anti-infeksi di dalamnya.
Kuman tidak berkembang dalam ASI perah sekurangnya selama 8 jam, sekali pun di
udara beriklim panas, dan di luar lemari es. ASI ini aman untuk diberikan kepada bayi
sekurangnya untuk satu hari kerja.
Susu bayi setelah ibu memerah ASI
Penghisapan lebih efisien daripada pemerahan, sehingga bayi akan mendapatkan ASI
yang tidak dapat diperah, termasuk ASI akhir.
Apabila ibu memutuskan untuk menggunakan susu sapi segar untuk beberapa kali
atau seluruh pemberian minum:
- Untuk membuat 1 cangkir (200 ml) susu, didihkan cangkir (150 ml) susu sapi segar
dan cangkir (50 ml) air. Tambahkan 1 sendok makan gula (15 gram).
- Berikan sampai 1 cangkir (100-200 ml) dari campuran tersebut untuk tiap kali
makan.
- Tutup keduanya dengan kain bersih atau masukkan dalam wadah tertutup.
Apabila ibu memutuskan untuk menggunakan susu formula:
- Takarlah bubuk susu formula untuk satu kali pemberian ke dalam cangkir atau gelas
bersih.
- Takarlah air untuk mencampur susu ke dalam gelas bersih lainnya.
- Tutup keduanya dengan kain bersih, atau simpan dalam panci tertutup.
- Ajarkan pengasuh bayi untuk mencampur bubur susu dan air ketika dia akan memberi
makan bayi. Ia harus mencampur dan memberikan formula dengan segera, karena
akan cepat rusak setelah dicampur.
Catatan: Ada banyak cara berbeda untuk menyediakan susu untuk bayi. yang disampaikan di
atas adalah metode-metode yang memuaskan. Ibu mungkin menemukan metode berbeda yang
lebih baik untuk situasi ibu.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Pastikan pengasuh memberi ASI perah dengan cangkir atau sendok.
(Kementerian kesehatan RI, 2010)
Ajarkan pengasuh dengan tepat dan hati-hati:
- Ajarkan pengasuh bagaimana meminumkan ASI dengan cangkir, dan tidak dengan
botol. Cangkir yang bersih, dan cara ini tidak memuaskan kebutuhan bayi untuk
menyusu. Sehingga, waktu ibu pulang ke rumah, bayi akan minta menyusu payudara,
dan ini akan merangsang pasokan ASI.
- Ajarkan pengasuh memberikan satu porsi dalam sekali pemberian. Ia tidak boleh
menyimpannya untuk pemberian berikutnya; dan ia tidak boleh memberikan sedikitsedikit beberapa kali.
- Ajarkan pengasuh untuk tidak memberi bayi dot atau empeng tetapi menenangkan
bayi dengan cara lainnya.
Pada waktu ibu di tempat kerja, perah ASI 2-3 kali (sekitar 3 jam sekali):
- Bila itu tidak memerah ASI, pasokan ASI akan berkurang. Pemerahan ASI juga akan
membuat ibu merasa nyaman, dan mengurangi ASI menetes.
- Bila ibu bekerja di suatu tempat di mana dapat menggunakan lemari es, simpan ASI
perah di sana. Bawalah termos bersih dan bertutup untuk menyimpan ASI perah, dan
untuk dibawa pulang untuk bayi. Bila bisa menjaganya tetap sejuk di rumah, ASI
perah tersebut aman untuk diberikan keesokan harinya.
170

Bila ibu tidak bisa menyimpan ASI perah tersebut, buang saja. Bayi tidak akan
kehilangan apa-apa, payudara akan memproduksi ASI lagi.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Bila kita seorang petugas kesehatan, yakinkan bahwa pasien mengerti dan melihat
bagaimana kita melakukannya. Setelah itu, barulah mereka dapat diharapkan untuk
mencontoh yang telah diajarkan.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)

Contoh kasus : Membantu ibu yang bekerja di luar rumah


Ibu S melahirkan bayinya yang ketiga 4 minggu yang lalu. Ibu S bekerja di sebuah
toko. Ia harus kembali bekerja ketika bayinya berusia 2 bulan. Dia berhenti menyusui anakanaknya yang terdahulu ketika mereka berusia 6 minggu, dan kemudian memberi mereka
susu botol, karena harus kembali bekerja. Mereka sering sakit, dan ia merasa kehilangan
kedekatan lewat menyusui.
Ibu S lebih suka menyusui bayinya, dan seorang teman mengatakan bahwa beberapa
ibu melakukannya, tetapi Ibu S tidak tahu bagaimana caranya. Ia khawatir nanti payudaranya
basah, ASI menetes dan menimbulkan bau tak sedap di tempat kerja ini akan memalukan,
dan mungkin mengganggu majikan dan pelanggannya. Ia mengkhawatirkan soal bagaimana
mencoba menyusui, soal pekerjaan, dan soal mengurus anak-anaknya yang lain serta ayah
mereka. Dia akan meninggalkan rumah sekitar 10 jam, lima hari kerja seminggu.
Adik perempuannya akan mengurus bayinya selama ia bekerja, dan ia benar-benar
bisa diandalkan. Tidak ada lemari es. Ibu S sudah membeli 2 buah botol susu baru.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
IBU SAKIT DAN TIDAK MAU MENYUSUI BAYINYA.
PEMECAHAN :
Ibu yang menderita batuk pilek demam (selesma), diare atau penyakit ringan lainnya dapat
tetap menyusui bayinya. ASI saat ibu sakit ringan tidak berbahaya, justru memberikan
kekebalan pada bayi terhadap penyakit yang sedang diderita ibu.
Tidurkan bayi disamping ibu dan motivasi ibu supaya tetap menyusui bayi.
Jelaskan bahwa ibu dapat minum obat yang aman untuk ibu menyusui. Susui bayi sebelum
ibu minum obat.
Ibu jangan minum obat tanpa sepengetahuan dokter/bidan, karena mungkin dapat
membahayakan bayi.
(Kementerian kesehatan RI, 2010)
KEGAGALAN MENYUSUI
Sebelum dibahas kegagalan menyusui, terlebih dahulu akan dibahas tanda-tanda bayi
yang mendapat cukup ASI yaitu :
1. Tanyakan pada ibunya berapa kali mengganti popok setiap harinya. Bayi yang cukup
ASI akan kencing 6-8 kali dalam sehari
171

2. Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram, perbulan.


3. Bayi menyusu sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari
4. Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.
Beberapa ibu merasa bahwa dia tidak cukup ASI, padahal sesungguhnya tidak ada
masalah sama sekali dengan ASInya. Mereka khawatir akan gejala-gejala yang tidak ada
hubungannya dengan ASI atau mereka tidak biasa dengan variasi normal yang terdapat pada
bayi yang minum ASI. Apabila bayi tumbuh baik dan kencingnya cukup, tidak perlu ibu
khawatir kalau:
1. Bayi menyusu sering, 8-12 kali perhari
2. Bayi tampak lapar
ASI dicerna lebih cepat daripada susu formula dan lebih sesuai untuk usus bayi ynag
masih belum matur. Sehingga bayi yang minum ASI perlu menyusu lebih sering.
3. Kebiasaan menyusu bayi anda, kenaikan berat badannya, dan pola tidurnya jangan
dibandingkan dengan bayi lain, karena tiap bayi adalah individu yang unik dan
terdapat variasi yang luas, asalkan masih dalam batas-batas yang normal.
4. Bayi tiba-tiba meningkat frekuensi dan lamanya menyusu. Bayi yang saja pada
minggu-minggu pertama, sering secara tiba-tiba seolah-olah terbangun dari tidurnya
dan menyusu lebih sering. Demikian pula pada bayi yang dalam masa pertumbuhan,
pada masa ini mereka menyusu lebih sering dari biasa untuk mendapatkan lebih
banyak ASI untuk memenuhi kebutuhannya.
5. Bayi tiba-tiba menurun lamanya menyusu, kurang 5-10 menit tiap payudara. Mungkin
karena dia lebih berpengalaman menyusu, sehingga mendapat ASI yang diperlukan
lebih cepat.
6. Bayi tiba-tiba tidak mau menyusu. Kemungkinan karena hidung tersumbat karena
pilek, atau karena tumbuh gigi.
7. Bayi tampak gelisah. Bisa karena lapar atau keadaan lingkungan yang tidak nyaman,
misal bayi kepanasan karena selimut tebal.
8. Dari payudara ibu hanya sedikit/sama sekali tidak ada ASI yang menetes kalau lama
tidak disusukan. ASI yang menetes tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah
ASI yang diproduksi.
9. Payudara ibu tiba-tiba tampak lembek. Hal ini mungkin karena anak menyusu lebih
kuat dan lebih sering sehingga payudara tidak penuh.
10. Refleks let down terasa tidak kuat. Kadang-kadang beberapa ibu tidak merasa adanya
refleks let down, yaitu ASI yang keluar dengan deras pada saat bayi menyusu.
(Soetjiningsih, 2013)
Apabila produksi ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, harus dicari sebab-sebabnya
mengapa produksi ASI tersebut menurun, yaitu :
1. Makanan suplemen
Bayi yang mendapat suplemen makanan lain selain ASI, misalnya susu formula, air buah
atau makanan tambahan lainnya, menyebabkan bayi akan kenyang dan harus menunggu lebih
lama untuk menyusu berikutnya. Sehingga frekuensi menyusu akan menurun dan produksi
ASI akan menurun juga.
Pemberian suplemen dengan menggunakan botol dot pada saat bayi masih sedang belajar
menyusu, juga dapat menyebabkan bayi bingung antara menyusu pada puting ibu dan dot
(nipple confuse), karena mekanisme mengisap yang berbeda.
Berikut ini adalah tanda-tanda bayi bingung puting :
Bayi mengisap puting seperti mengisap dot
172

Waktu menyusu, cara mengisapnya terputus-putus/sebentar-sebentar


Bayi menolak menyusu pada ibu
Untuk menghindari bingung puting tersebut, maka :
Ibu harus mengusahakan agar bayi hanya menyusu pada ibu, terutama pada saat bayi
masih belajar menyusu yaitu bulan pertama setelah lahir
Teknik menyusui harus benar
Menyusu lebih sering tanpa dijadwal
Perlu kesabaran dan ketelatenan dari ibu
2. Penggunaan empongan (pacifier)
Beberapa bayi menemukan kesenangan dengan mengisap pada empongan, sehingga
menurunkan kesempatan untuk menyusu pada ibu. Akibatnya karena lebih jarang disusu,
maka produksi ASI akan menurun. Kejelekan lain dari empongan adalah bayi sering
diare/moniliasis akibat dari kebersihan yang kurang dan sering terdapat gangguan
pertumbuhan gigi.
3. Penggunaan nipple shield
Nipple shield sebaiknya tidak digunakan pada waktu menyusui, karena mempengaruhi
rangsangan ke otak ibu yang timbul akibat dari rangsangan isapan bayi langsung pada
puting susu ibu, sehingga akan menurunkan refleks let down.
4. Jadwal makan yang ketat, akan mempengaruhi produksi ASI. Lebih baik bayi disusui
tanpa dijadwal
5. Bayi tidur saja
Ada beberapa bayi yang tidur saja hampir sepanjang hari dan hanya sebentar saja
menyusu, maka keadaan ini akan menurunkan produksi ASI. Pada kasus seperti ini,
lebih-lebih bila kenaikan berat badan tidak seberapa dan bayi jarang kencing, maka ibu
harus membangunkan anaknya dan menyusui tiap 2 jam sekali, sehingga bayi akan belajar
dengan sendirinya.
6. Kecemasan dan kelelahan ibu akan mempengaruhi refleks let down dan menurunkan
produksi ASI
7. Merokok dan obat-obatan
Ibu perokok berat produksi ASInya akan menurun. Demikian pula pil Keluarga
Berencana yang mengandung estrogen tinggi akan menurunkan produksi ASI.
8. Ibu yang sedikit minum, produksi ASInya juga akan berkurang
Dianjurkan pada ibu-ibu yang menyusui untuk minum 6-8 gelas (2 liter) per hari atau
minum satu gelas air/air buah setiap kali setelah menyusui.
9. Diet ibu yang jelek, akan menurunkan produksi ASI
Pada ibu-ibu yang menyusui tidak ada pantangan makan, makan buah segar, daging, ikan,
susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan sangat dianjurkan. Makanlah satu porsi (500
kalori) lebih banyak dari biasanya.
(Soetjiningsih, 2013)
Bila tidak diketemukan semua faktor yang disebutkan di atas yang menyebabkan penurunan
ASI, beberapa langkah di bawah ini diharapkan dapat meningkatkan produksi ASI:
1. Susuilah bayi lebih sering tanpa dijadwal, paling sedikit 8 kali dalam 24 jam, tiaptiap payudara 10-15 menit
2. Tiap menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian, ini berguna agar bayi
mendapat semua ASI yang tersedia dan untuk merangsang produksi ASI sesering
mungkin
173

3. Bayi hanya menyusu pada ibu, tidak dianjurkan menggunakan botol dot/empongan.
Hal ini karena mekanisme menyusu pada puting dan pada botol dot adalah berbeda.
Kalau dengan semua cara tersebut di atas tetap tidak berhasil, maka bayi dapat diberi susu
formula. Tetapi sebelumnya harus diberi ASI dulu, mungkin ASI akan keluar lebih banyak
kalau ibu lebih tenang.
(Soetjiningsih, 2013)
GAGAL TUMBUH (FAILURE TO THRIVE) PADA BAYI YANG MENDAPAT ASI
Gejala bayi yang gagal tumbuh adalah :
1. Dehidrasi ringan
2. Kurang dari 6 popok basah perharinya
3. Bayi menangis, baik sebelum maupun setelah menyusu
4. Bayi jarang berak pada minggu-minggu pertama kehidupan
5. Kenalkan berat badan anak pada KMS, tidak baik
(Soetjiningsih, 2013)
Penyebab umum gagal tumbuh yang bisa terjadi pada bayi yang minum ASI maupun non
ASI adalah :
1. Infeksi
2. Penyakit jantung bawaan
3. Kelainan pada susunan saraf pusat
4. Penyakit-penyakit ginjal
5. Kelainan/penyakit pada saluran pencernaan, misalnya malabsorpsi
6. Kelainan anatomis : sumbing palatum, atresia koanal, dsb
7. Endokrin/penyakit-penyakit metabolik
(Soetjiningsih, 2013)
Sedangkan secara khusus penyebab gagal tumbuh pada bayi yang minum ASI atau penyebab
produksi ASI yang tidak memadai, adalah :
1. DARI PIHAK BAYI
a. Kelainan anatomik :
Sumbing pada bibir/palatum
Deformitas fasial lainnya
Kelainan gastrointestinal
b. Kelainan fisiologik: frekuensi menyusui yang kurang sering
c. Masalah organik:
Kebutuhan kalori yang meningkat (infeksi)
Prematuritas
Kelainan organik lainnya : kelainan SSP (Susunan Saraf Pusat), gangguan
metabolik, malabsorpsi
d. Faktor psikologik: bayi yang stres, bayi yang sulit
2.

DARI PIHAK IBU


a. Kelainan anatomik:
Payudara yang telah di angkat
Jaringan payudara yang hipoplastik
Puting inversi
174

Lainnya
b. Kelainan fisiologik:
Payudara yang jarang disusu atau lamanya menyusui yang kurang
Hambatan refleks let down: stres, kelelahan, depresi, obat-obatan misal pil
KB yang mengandung estrogen, ibu perokok/peminum alkohol yang berat dan
sebagainya
Gizi ibu menyusui yang kurang baik, diet ibu yang terlalu ketat, penurunan
berat badan ibu yang terlalu drastis
c. Masalah organik:
Ibu sedang menderita sakit
Gangguan hormonal
Ibu hamil lagi
d. Faktor psikologis:
Ibu yang mengalami depresi, cemas, sedang ada masalah, ibu yang terlalu
tergantung, juga ibu yang kurang mendapat dukungan dari suami/keluarganya
dalam menyusui bayinya.

3.

KOMBINASI FAKTOR BAYI DAN IBU


a. Masalah struktural:
Ketidakcocokan : mulut bayi yang kecil, tali lidah yang pendek, payudara yang
besar, puting datar
Penggunaan nipple shieldatau empongan
b. Faktor fisiologik:
Pemberian suplemen makanan lain selain ASI yang terlalu cepat atau
suplemen yang membuat bayi kenyang
Bayi kurang disusui : ada bayi yang rewel/ada yang puas
c. Faktor psikologik:
Bayi yang dirawat terpisah dengan ibunya
Bayi yang ditelantarkan atau bayi yang mendapat perlakukan salah
Penyebab lain, misalnya ruangan yang terlalu bising, menghentikan menyusui
sebelum bayi selesai menyusu, dan lain-lain
(Soetjiningsih, 2013)

IKTERUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU


Peningkatan bilirubin indirect secara signifikan (breast-milk jaundice) berkembang
pada sekitar 2% dari bayi yang mendapatkan ASI setelah hari ketujuh kelahiran, dengan
konsentrasi maksimal sebesar 10-30 mg/dl dan dicapai selama minggu kedua sampai minggu
ketiga. Bila menyusui dilanjutkan, kadar bilirubin menurun secara bertahap tetapi dapat
bertahan selama tiga hingga sepuluh minggu dalam kadar yang lebih rendah. Apabila
perawatan tidak dilanjutkan, kadar serum bilirubin menurun secara cepat dan mencapai
kisaran normal dalam beberapa hari.
Saat proses menyusui dilanjutkan, bilirubin jarang kembali pada kadar yang tinggi
seperti sebelumnya. Fototerapi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan. Meskipun jarang,
akan tetapi kern ikterus dapat terjadi pada breast milk jaundice. Etiologi dari breast milk
jaundice tidak sepenuhnya jelas tetapi dapat dihubungkan dengan adanya enzim
175

glukoronidase pada ASI yang menyebabkan peningkatan dekonjugasi dan reabsorbsi


bilirubin. Breast milk jaundice berkembang setelah hari kelima sampai ketujuh kelahiran dan
mencapai puncak pada minggu kedua.
Hal ini harus dibedakan dengan breast feeding jaundice yang bermanifestasi pada
minggu pertama kelahiran dan disebabkan oleh karena insufisiensi dalam hal produksi
maupun intake ASI. (Kliegman., et al 2011)
Breast feeding jaundice berkembang pada seperenam bayi yang mendapat ASI pada
minggu pertama kehidupan dan normalnya memiliki kadar bilirubin yang lebih tinggi
daripada bayi yang hanya mendapat susu formula. Hiperbilirubin (>12 mg/dL) berkembang
pada 13% bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama kehidupan serta dapat
meningkatkan sirkulasi enterohepatik dari bilirubin pada beberapa bayi dengan penurunan
intake ASI dengan dehidrasi atau intake kalori yang rendah. Peningkatan sirkulasi
enterohepatik ini juga dapat dihasilkan dari menurunnya jumlah bakteri intestinal yang
mengubah bilirubin menjadi metabolit yang tidak dapat diabsorbsi.
Suplemen profilaksis dalam cairan glukosa pada bayi yang mendapat ASI dapat
dihubungkan dengan penigkatan kadar bilirubin, sebagian karena berkurangnya intake pada
ASI yang tinggi kalori. Seringnya menyusui (>10/24jam), satu kamar saat menyusui di
malam hari dengan bayi, dan dukungan melakukan laktasi yang terus menerus dapat
mengurangi insidensi terjadinya breast feeding jaundice. Bahkan saat breast feeding jaundice
terjadi, proses laktasi harus tetap berjalan bila memungkinkan. Pilihan lainnya adalah
mengganti sementara ASI dengan susu formula dalam sehari sampai dua hari. Selain itu,
frekuensi makan yang sering, pemberian suplemen ASI sangat tepat apabila dijumpai kondisi
seperti intake yang tidak adekuat, penurunan BB yang berlebih, atau dehidrasi pada
bayi.(Kliegman., et al 2011).
Ikterus karena ASI sangat jarang terjadi. Susu yang berasal dari beberapa ibu
mengandung 5 -diol dan asam lemak rantai panjang,, 2-pregnan-3 tak-teresterifikasi,
yang secara kompetitif menghambat aktivitas konjugasi glukoronil transferase, pada kira-kira
70% bayi yang disusuinya. Pada ibu lainnya, susu yang mereka hasilkan mengandung lipase
yang mungkin bertanggung jawab atas terjadinya ikterus. Sindroma ini harus dibedakan dari
hubungan yang sering diakui, tetapi kurang didokumentasikan, antara hiperbilirubinemia takterkonjugasi, yang diperberat yang terdapat dalam minggu pertama kehidupan dan menyusu
pada ibu. (Wong RJ, Stevenson DK, Ahlfors CE, Vreman HJ, 2007).Penyebab lain adalah
asam lemak bebas terutama asam linoleat pada ASI yang mengadakan inhibisi pada enzim
glukoronil transferase.
Sedangkan pendapat terbaru menekankan pada jalur enterohepatik yang menyebabkan
meningkatnya reabsorpsi bilirubin indirek pada usus bayi, kemungkinan karena efek yang
tidak diketahui pada ASI terhadap saluran pencernaan. (Soetjiningsih, 2013)
Diperkirakan 1 dari setiap 200 bayi aterm, yang menyusu, memperlihatkan peningkatan
bilirubin tak terkonjugasi yang cukup berarti antara hari ke 4-7 kehidupan, mencapai
konsentrasi maksimal sebesar 10-27 mg/dl, selama minggu ke 3. Jika mereka terus disusui,
hiperbilirubinemia secara berangsur-angsur akan menurun dan kemudian akan menetap
selama 3-10 minggu dengan kadar yang lebih rendah. Jika mereka dihentikan menyusu, kadar
bilirubin serum akan menurun dengan cepat, biasanya kadar normal dicapai dalam beberapa
hari. (Wong RJ, Stevenson DK, Ahlfors CE, Vreman HJ, 2007)
Penghentian menyusu selama 2-4 hari, bilirubin serum akan menurun dengan cepat,
setelah itu mereka dapat menyusu kembali, tanpa disertai timbulnya kembali
hiperbilirubinemia dengan kadar tinggi, seperti sebelumnya. Bayi ini tidak memperlihatkan
tanda kesakitan lain dan kernikterus tidak pernah dilaporkan. (Wong RJ, Stevenson DK,
Ahlfors CE, Vreman HJ, 2007)
176

Dari penelitian terakhir ternyata bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara
konsentrasi bilirubin pada bayi yang minum ASI dan susu formula pada 4 hari pertama.
Kenaikan yang bermakna dari bilirubin indirek pada bayi yang ikterus oleh karena ASI
biasanya pada hari ke 4-7, walaupun sering pula terjadi pada minggu ke 2-3. Penghentian
menyusui untuk 1-3 hari biasanya untuk diagnosis, hasilnya akan terdapat penurunan yang
cepat kadar bilirubin sampai setengahnya. Kalau bilirubin tidak menurun setelah ASI
diberhentikan sementara tersebut, maka harus dicari penyebab yang lain. (Soetjiningsih,
2013)
Gejala dan penatalaksanaan :
1. Timbulnya setelah bayi umur 4 hari
2. Tidak terdapat kenaikan bilirubin direk
3. ASI diberhentikan kalau ada bahaya terjadinya kern ikterus yaitu bila bilirubin indirek
lebih dari 20 mg/100cc pada bayi matur, atau lebih dari 15mg/100 cc pada bayi BBLR
yang sehat
4. Bayi tampak sehat
5. Perjalanan ikterus karena ASI (yang ASInya diteruskan) puncaknya pada minggu ke
2-3, dengan penurunan secara bertahap pada minggu ke 6-8
6. Tidak perlu fototerapi. Ikterus karena ASI tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri
(Soetjiningsih, 2013)
Di samping itu penyebab lain dari ikterus yang onsetnya terlambat harus dicari,
dengan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, hematokrit,
retikulosit dan sebagainya. Karena untuk diagnosis ikterus akibat ASI, maka beberapa
penyebab dari ikterus yang timbulnya terlambat/ikterus yang lama harus disingkirkan, misal :
hematoma, polisitemia, dehidrasi, infeksi, proses hemolitik, hipotiroid, obstruksi intestinal,
dan penyakit-penyakit hari. (Soetjiningsih, 2013)
Bayi ikterus tidak menjadi alasan untuk berhenti menyusui atau memberi makanan
tambahan. Icterus lebih umum dan lebih buruk pada bayi yang tidak mendapatkan cukup
ASI. Cairan tambahan seperti air atau air gula tidak membantu, karena cairan tersebut
mengurangi jumlah asupan ASI. Untuk membantu mencegah kuning tidak bertambah parah,
bayi membutuhkan ASI lebih banyak. Bayi harus mulai menyusu sejak dini, segera setelah
persalinan. Bayi harus sering menyusu, tanpa dibatasi. Bayi yang diberi ASI perah harus
mendapat 20% ASI perah tambahan. Pemberian ASI sejak dini sangat membantu, karena
memberikan kolostrum. Kolostrum memiliki efek mencahar ringan, yang membantu
membersihkan mekonium (kotoran pertama bayi yang berwarna gelap). Bilirubin dibuang
melalui kotoran, sehingga kolostrum membantu mencegah sekaligus mengurangi kuning.
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
IBU DENGAN DIET TERTENTU
a.

Ibu vegetarian
Bila dalam diet ibu masih ada susu dan telor, maka tidak ada masalah dalam laktasi.
Tetapi bila ibu vegetarian murni dan sama sekali tidak mengkonsumsi protein hewani, maka
ibu dan bayinya akan kekurangan vitamin B12. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka pada
diet ibu harus ditambahkan suplemen vitamin B12 setiap harinya.
177

b. Ibu diabetes mellitus


Ibu penderita diabetes mellitus tetap dianjurkan untuk menyusui bayinya. Pada keadaan
seperti ini, harus diperhatikan :
Kebutuhan insulinnya akan berkurang
Pada saat melahirkan dan beberapa hari setelahnya, kadar gula ibu sangat bervariasi.
Sering terjadi laktosuria yang dapat disangka glukosuria
Kemungkinan menderita mastitis atau abses payudara lebih besar
(Soetjiningsih, 2013)
MENYUSUI PADA WAKTU HAMIL
Menyusui pada saat ibu sedang hamil bukan sebagai faktor resiko untuk melahirkan
bayi prematur atau mengganggu pertumbuhan janin intrauterin, asalkan ibu sehat, mendapat
diet yang baik serta tidak terdapat kontraindikasi. Penyapihan dapat dilakukan secara
bertahap yaitu sampai usia kehamilan 5-6 bulan, karena setelah trimester kedua pertumbuhan
janin sangat pesat. Seringkali anak tidak mau menyusu dengan sendirinya kalau ibunya
sedang hamil, hal ini disebabkan adanya perubahan hormonal pada ibu hamil yang
menyebabkan menurunnya produksi ASI dan puting susu menjadi lebih lunak.
Penyapihan juga bisa datang dari ibunya, karena adanya perasaan yang kurang
nyaman, mual/muntah, atau kelelahan pada ibunya. Penyapihan yang mendadak hanya
dilakukan kalau terdapat abortus/kelahiran prematur, terdapat kehamilan kembar, adanya
tanda-tanda abortus/kelahiran prematur, terdapat penurunan berat badan ibu/tidak
menunjukkan kenaikan berat badan setelah trimester pertama kehamilan dan pada ibu dengan
hiperemesis.
Diet harus diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan produksi ASI dan kehamilannya,
serta faktor kelelahan pada ibu. Ibu hamil yang masih menyusui harus cukup mendapat
tambahan kalori, protein, vitamin-vitamin, banyak minum dan istirahat cukup. Tambahan
kalori disesuaikan dengan jumlah ASI yang dikonsumsi anak, serta berpedoman pada
kenaikan berat badan normal yang seharusnya dicapai oleh ibu hamil.
Berat badan anak yang masih menyusui tersebut harus dimonitor secara teratur,
terutama kalau umur anak di bawah satu tahun, karena adanya penurunan produksi ASI pada
waktu ibu sedang hamil. Oleh karena itu secara bertahap anak diperkenalkan susu formula,
sehingga pada waktu disapih anak sudah mau minum susu formula tersebut, di samping
makanan tambahan lain yang sesuai dengan umur anak.
Ada kalanya anak masih menyusu sampai adiknya lahir (tandem breastfeeding). Ini
sering terjadi pada anak yang masih belum usia satu tahun tetapi ibunya sudah hamil lagi,
sehingga anak masih tergantung pada ibunya baik secara fisik maupun emosional. Apabila
anak yang lebih tua sukar disapih, maka anak disusui hanya untuk memenuhi kebutuhan
emosinya saja. Karena anak tersebut sudah dapat makan makanan lain selain ASI, sedangkan
adiknya harus di utamakan karena sepenuhnya masih tergantung pada ASI terutama pada
bulan-bulan pertama setelah lahir.
Pada kasus-kasus tersebut di atas, peran petugas kesehatan adalah :
Memberikan penjelasan tentang baik buruknya menyusui pada waktu ibu sedang
hamil/menyusui kakak-adik sekaligus
Menggali perasaan ibu tentang keputusannya untuk menyusui dengan cara tersebut di
atas, serta diskusikan emosi yang menyertainya.
Rujuk ibu ke Kelompok Pendukung ASI yang terdekat
178

Beri dukungan pada ibu yang akan memutuskan menyapih anaknya, karena pada
umumnya mereka tahu apa yang terbaik yang akan dilakukannya.

Dalam mengatasi berbagai masalah laktasi tersebut di atas, diperlukan suatu wadah
dimana ibu dapat berkonsultasi, antara lain Klinik Laktasi. Kelompok Pendukung ASI,
Praktek Dokter/Bidan, dan sebagainya. Konsultasi lewat telponpun sangat berguna, terutama
bagi ibu-ibu yang baru pertama kali menyusui. Dari penelitian di Oregon USA, ternyata
banyak ibu-ibu yang memerlukan konsultasi lewat telepon tentang laktasi dan masalahmasalah yang menyertainya.
LATIHAN : Mengatasi Masalah Bayi Enggan Menyusu/Penolakan payudara
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2011)
Bagaimana mengerjakan latihan ini:
Baca ceritanya dan tulis jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di ruang kosong
di bawahnya dengan pensil. Jika sudah selesai, diskusikan jawaban dengan fasilitator. Cerita
tentang Ibu K dan Ibu L adalah pilihan, kerjakan jika tersedia waktu.
Untuk dijawab:
Bayi Ibu H dilahirkan dengan ekstraksi vakum dua hari yang lalu. Bayi menderita
memar di kepalanya. Saat Ibu H mencoba menyusuinya, bayi itu menjerit dan menolak. Ibu H
sangat bingung dan merasa menyusui akan menyulitkan dirinya. Kita melihat ibu mencoba
menyusui dan memperhatikan bahwa tangannya menekan bagian yang memar.
Apa yang dapat dikatakan untuk berempati dengan ibu H?
Oh ibu bingung bayinya tidak menyusui. Saat ini ibu merasa semua ini terlalu sulit
ya...
Pujian dan informasi relevan apa yang dapat diberikan untuk membangun percaya diri
Ibu H?
Bagus sekali ibu mencoba untuk berusaha menyusui. Saat ini memar tidak nyaman
bagi bayi untuk menyusu.
Bantuan praktis apa yang dapat diberikan kepadanya?
Bantu ibu untuk memerah susu.
Membantu memosisikan bayi supaya melekat dengan nyaman dengan mengurangi
rasa sakit.
Ibu I berkata bahwa bayinya yang berumur 3 bulan menolak menyusu. Dia lahir di
Rumah Sakit dan dirawat-gabung sejak awal. Bayinya menyusu tanpa kesulitan. Ibu I telah
kembali bekerja ketika bayinya berusia 2 bulan. Bayi mendapat 2-3 susu botol ketika Ibu I
bekerja. Selama Minggu terakhir, bayinya menolak menyusu ketika Ibu I tiba di rumah
malam hari. Ibu I berpikir ASI-nya tidak bagus, karena dia bekerja keras dan kegerahan
seharian.
Apa yang dapat dilakukan untuk menerima pendapat ibu tentang ASI-nya?
Oh... begini
179

Ibu pikir sekarang ASI ibu kurang bagus


Apa yang mungkin menjadi penyebab bayinya menolak menyusu?
Bingung puting susu
Bayi berpisah pada siang hari
Pujian dan informasi relevan apa yang dapat diberikan untuk membangun
kepercayaan diri Ibu?
Bagus sekali ibu mau mencoba.
ASI ibu bukan tidak bagus tapi bayi merasa menolak menyusu, hal biasa karena
perubahan rutinitas dan hal itu dapat diperbaiki.
Apa yang dapat diusulkan agar ibu mau menyusui kembali, jika ibu memutuskan ingin
mencoba lagi?
Selama ibu di rumah, susui bayinya sesering mungkin.
Tidur bersama bayi.
Ibu mengambil cuti.
Ibu J mempunyai bayi berumur 1 bulan. Bayi itu lahir di rumah sakit dan sudah diberi
tiga botol susu formula sebelum mulai menyusu. Ketika Ibu J pulang, bayinya sering ingin
menyusu dan terlihat tidak puas. Ibu J mengira dirinya tidak mempunyai cukup ASI. Ibu tetap
memberi susu botol di samping menyusui dan berharap pasokan ASI-nya akan meningkat.
Sekarang bayinya menolak menyusu. Ketika Ibu J mencoba menyusui, bayinya menangis dan
menjauh. Ibu J sangat ingin menyusui dan ia merasa ditolak bayinya.
Apa yang dapat dikatakan untuk berempati dengan Ibu J?
Ibu saat ini merasa cemas karena bayi kelihatan tidak menyusu.
Mengapa bayi Ibu J menolak menyusu?
Karena pemberian susu botol sebelum kegiatan menyusu.
Informasi relevan apa yang mungkin membantu Ibu J?
Bayi ibu kesulitan mendapat ASI jadi dia frustrasi. Jadi dia masih ingin dekat dengan
ibu.
Empat bantuan apa yang akan ditawarkan untuk membantu ibu J melakukannya,
sehingga ia dan bayinya bisa menyusui lagi?
Memosisikan/membantu ibu.
Berhenti memakai susu botol.
Berikan pasokan susu dengan cangkir.
Tetap kontak kulit dengan ibu dan menawarkan payudara.
Pilihan
Ibu K melahirkan bayinya 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan bayinya menolak
menyusu dan ibu akan memberinya susu botol. Seorang perawat membantunya untuk
mencoba mengatur posisi bayi. Perawat itu meletakkan bayi menghadap payudara Ibu K.
Perawat itu kemudian memegang salah satu payudara Ibu K dengan satu tangan dan
memegang bagian belakang kepala bayi dengan tangan yang satunya. Perawat itu lalu
180

mencoba mendorong bayi ke payudara. Bayi menggerakkan kepalanya ke belakang dan


menangis.
Apa yang dapat dilakukan untuk memuji perawat?
Terima kasih mau membantu ibu untuk mengatur bayi.
Mengapa bayi Ibu K menolak menyusu?
Bayi kurang nyaman karena kepala bayi didorong oleh perawat yang mengakibatkan
bayi memberontak.
Apa yang dapat disarankan agar perawat mengubah tekniknya?
Supaya mengubah cara.
Apa yang dapat disarankan untuk Ibu K lakukan?
Tetap disarankan untuk terus mencoba menyusui bayi. Perah ASI jangan diberikan
susu botol.
Ibu L mengatakan bahwa bayinya yang berumur 6 bulan tiba-tiba menolak menyusu.
Ia dilahirkan di rumah sakit dan mulai menyusu dalam satu jam. Ia tak pernah diberi susu
botol, tapi belakangan ini mulai diberi makanan padat dengan sendok. Bulan lalu keluarga ini
pindah untuk tinggal bersama kerabat di kota sementara sang ayah mencari kerja. Ada
seorang bibi di rumah itu, yang suka mengasuh bayi dan mengkritik Ibu L.
Apa yang mungkin menjadi penyebab bayi Ibu L menolak menyusu?
Perubahan pengasuh, pindah rumah.
Apa yang dapat disarankan untuk Ibu L lakukan, agar menyusui kembali?
Dampak waktu dengan bayi, merawat sendiri bayi, kontak kulit.
Bantuan praktis apa yang dapat diberikan?
Bicara dengan pembantunya agar tidak mengurus bayinya.

DAFTAR PUSTAKA

1.

2.
3.
4.
5.

6.

Adwinanti V. 2004. Hubungan praktek pemberian ASI dengan pengetahuan ibu tentang ASI,
kekhawatiran ibu, dukungan keluarga dan status gizi bayi usia 0-6 bulan [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, IPB.
Andreas. 2008. Let Down Refleks. http://asiku.wordpress.com/2008/09/20/ let-downreflex/. Diakses tanggal 29 Juli 2009.
Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Azwar, S 2005, Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya Edisi II Cetakan IX, Pustaka
Pelajar Offset, Yogyakarta.
Bardosono, Saptawati. 2009. Ibu Menyusui Perlu Tambahan Zat Gizi.
http://www.bayi.us/pages/newforum/posts.php?topic=9583. Diakses tanggal 14 Mei
2009.
Baskoro, Anton. 2008. Asi: Panduan Praktis Ibu menyusui. Banyu media : Jogjakarta

181

7.

8.
9.
10.

11.

12.

13.
14.

15.

16.

17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

26.

27.

Breastfeeding Mothers Support Group. 2001. Practical Hints on Breastfeeding.


Second edition revised. http://asuh.wikia.com/wiki/Gizi_ibu. Diakses tanggal 14
April 2009.
Brown JE et al. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. Balmont, USA: Thomson Wadsworth
Campbell K. 2002. Family food environments of children: does sosioeconomics status make a
difference. Asia Pacific Journal Clinical Nutrition.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. The
Puerperium (Chapter 30). Dalam : Twickler DM, Wendel GD (Edisi 23). Williams
Obstetrics. McGraw-Hill.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat
Bina Gizi Masyarakat. 2007. Panduan Peserta Pelatihan Konseling Menyusui.
Jakarta
Depkes RI. 2004. Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta. hal.3-12. Diunduh 13 november 2011,
(http://www.depkes.go.id/gizi4-downloadpdf).
Depkes, RI. 2002. Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes.
Depkes, RI. 2007. Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam Situasi Darurat.
http://www.gizi.net/skpg/download/pmba-situasidarurat.pdf. Diakses tanggal 29 Juli
2009.
Edwards RA, Anderson PO, Lenell A, Sylvia LM, Casale JP. 2014. Expanding the
Pharmacist's Role in Breastfeeding Support: Continuing Pharmacy Education (CPE)
Online Tutorial: Breastfeeding Tutorial for Pharmacists.
http://www.northeastern.edu/pharmcarebftutorial/expanding-the-pharmacists-role-inbreastfeeding-continuing-pharmacy-education-cpe-online-tutorial/module-1breastfeeding-background/what-is-in-breast-milk
Foo LL, SJS Queck, MT Lim, M Deurenberg-Yap. 2005. Breastfeeding prevalence and
practices among Singaporean chinese, malay, and indian mothers. Health Promotion
International20(3).
Gibney MJ, MM Barrie, MK John, A Leonore. 2005. Public Health Nutrition. Oxford:
Blackwell Publishing Ltd
Guyton, Arthur C 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11, EGC, Jakarta.
Handy F, 2010. Panduan Menyusui dan Makanan Sehat Bayi, Puspa Swara Jakarta.
Haryono R, Setianingsih S. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati Anda. 2014.
Yogyakarta : Gosyen Publishing
Hastoro, I. 2002. Menu Sehat untuk Ibu Menyusui. Jakarta : Puspa Swara.
Hegar, Badriul et al. 2008. Bedah ASI. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, 2008, Bedah ASI, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
Jumiarni 1995, Asuhan Keperawatan Perinatal, EGC, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial :
Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan
Anak Kemkes RI
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan c.q. Deputi Bidang Peningkatan
Kualitas Hidup Perempuan. 2008. Pemberdayaan Perempuan dalam Peningkatan
Pemberian ASI. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Gizi da Kesehatan Ibu dan Anak
Kementerian Kesehatan RI
Kementerian K1 RI DITJEN BINA GIZI DAN KIA DIREKTORAT BINA GIZI. 2013.
Pengantar Pelatihan Konseling Menyusui. Disampaikan dalam Pelatihan Konseling
Menyusui di Hotel Blue Atlantic, Banjarmasin.
182

28. Kliegman., et al (2011). Nelson Textbook of Pediatrics. 19th Edition. Elsevier Saunders.
29. Lusa. 2009. Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui. http://blog.lusa.web.id/
2009/03/20/gizi-seimbang-bagi-ibu-menyusui/. Diakses tanggal 14 Mei 2009.
30. Karkata MK. 2013. Keluarga Berencana Saat Laktasi. dalam Soetjiningsih. ASI
Petunjuk untuk tenaga kesehatan. Hal. 125-131. Jakarta : EGC
31. Mahan LK, Stump SE, Raymond JL. editors. 13th ed. Krauses Food, Nutrition, & Diet Therapy.
USA : WB Saunders

32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.

42.
43.
44.
45.

46.
47.

48.
49.

50.
51.

Mochtar, R 1998, Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2, EGC, Jakarta.


Nikita. 2009. Menyusui. http://bidansherly.wordpress.com/category/ menyusui. Diakses
tanggal 29 Juli 2009.
Ong G, M Yap, FL Li, TB Choo. 2005. Impact of working status on breastfeeding in
Singapore. European Journal of Public Health15(4):424-430.
Perkins S, C Vannais. 2004. Breastfeeding for Dummies. USA: Wiley Publishing, Inc.
Prasetyono, 2009, Buku Pintar ASI eksklusif Pengenalannya, Praktik, dan Kemanfaatan
Kemanfaatannya, Diva Press, Yogyakarta.
Ramaiah, S. 2006. ASI dan Menyusui. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Saryono & Pramitasari, RD 2008, Perawatan Payudara, Mitra Cedikia Press,
Jogyakarta.
Santosa H. 2013. Faktor-faktor kekebalan di dalam air susu ibu. dalam Soetjiningsih.
ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
Siregar, A 2004, Pemberian asi ekslusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Dlib
Universitas
Sumatera
Utara,
diakses
21
Maret
2009,
<http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin4.pdf>.
Soetjingsih. 2013. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran: Jakarta.
Suparmanto SAS. Situasi Menyusui di Indonesia. Disampaikan dalam Pelatihan
Konseling Laktasi 16 September 2007. Dirjen Bina Kesmas, Depkes RI
Suroto e.,Hamzah. 2013. Program laktasi dan kesiapan petugas kesehatan adalah kunci
keberhasilan laktasi dalam Soetjiningsih : ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan.
Jakarta : EGC
Suwendra P. 2013. Pengaruh Obat yang Diberikan Kepada Ibu terhadap Bayi yang
Menyusu dalam Soetjiningsih : ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC
University of Virginia School of Medicine Breastfeeding Training Course. 2014.
Available at:
http://www.breastfeedingtraining.org/index.cfm?fuseaction=main.userHome
University Of Rochester Medical Center 2008, Breast Care, diakses 27 mei 2008,
<http://creasoft.wordpress.com/2008/04/18/anatomi-payudara/html>
U.S. Department of Health and Human Services. The Surgeon Generals Call to Action
to Support Breastfeeding. Washington, DC: U.S. Department of Health and Human
Services, Office of the Surgeon General; 2011. Dalam Edwards RA, Anderson PO,
Lenell A, Sylvia LM, Casale JP. 2014. Expanding the Pharmacist's Role in
Breastfeeding Support: Continuing Pharmacy Education (CPE) Online Tutorial:
Breastfeeding Tutorial for Pharmacists.
http://www.northeastern.edu/pharmcarebftutorial/expanding-the-pharmacists-role-inbreastfeeding-continuing-pharmacy-education-cpe-online-tutorial/module-1breastfeeding-background/what-is-in-breast-milk
WHO & UNICEF, Breastfeeding Counselling: A training Course. WHO/CDR/93.4
WHO, 2006. Essential Newborn Care Course Training Manual. WHO Geneva
183

52.

WHO, 2009, Indicators For Assessing Infant and Young Child Feeding Practices,
Geneva.
53. WHO/UNICEF, 2005. Breast Feeding Promotion and Support. WHO Geneva
54. WHO (2004). Guiding principles for complementary feeding for the breastfed child.
55. WHO (2005). Guiding Principles for Feeding. Model chapter fortextbooks for medical
students and allied health professionals.
56. WHO (2009). Infant and young child feeding. Model chapter for textbook for medical
students and allied healt professionals.
57. USDA (2009). Infant Nutrition and Feeding. A guide for in the WIC and CSF programmes.
58. Wong RJ, Stevenson DK, Ahlfors CE, Vreman HJ, Neonatal jaundice : Bilirubin
Physiology and Clinical Chemistry, NeoReviews 2007; 8 : 58-67.
59. Wyeth.
2009.
Wajib
di
Konsumsi
Selama
Masa
Menyusui.
http://www.wyethindonesia.com/$$Kebutuhan%20Nutrisi.html?menu_id=132&men
u_item_id=3. Diakses tanggal 14 Mei 2009.
60. Sri SN. Maria M. 2011. Makanan Pendamping ASI. Dalam Sjarif DR, Lestari ED, Maria M,
Sri SN. Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
61. Maria M. Air Susu Ibu dan Menyusui. 2011. Dalam Sjarif DR, Lestari ED, Maria M, Nasar
SS. Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.

184

You might also like