Professional Documents
Culture Documents
PE N DAH U LUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Hal ini
disebabkan laporan keuangan dapat mencerminkan bagus tidaknya posisi
suatu perusahaan sehingga dapat menentukan keberlangsungan suatu
perusahaan (going concern). Laporan keuangan suatu perusahaan pasti
membutuhkan jasa seorang akuntan publik (auditor) untuk memeriksa laporan
keuangan tersebut.
Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau
menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat
memungkinkan ditemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas
laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).
Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai
pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk
meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan opini audit yang dapat
diandalkan bagi pihak yang membutuhkan.
Akuntan publik bertugas untuk membuktikan kewajaran suatu laporan
keuangan klien dan tidak memihak kepada siapapun karena akuntan publik
tidak hanya mendapatkan kepercayaan dari klien tetapi juga pihak ketiga.
Seringkali kepentingan klien dan pihak ketiga bertentangan atau dengan kata
lain terjadi situasi konflik audit. Ketika terjadi situasi konflik audit inilah
auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan
pihak ketiga dengan cara mempertahankan independensinya.
Auditor yang dianggap telah melakukan kesalahan maka akan
mengakibatkan mereduksinya kepercayaan klien. Hal ini dikarenakan klien
merupakan pihak yang mempunyai pengaruh besar terhadap auditor.
Kurangnya independensi auditor dan maraknya rekayasa laporan keuangan
korporat, telah menurunkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan
auditan, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan
kreditor mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak yang
independen. Beberapa kasus dalam dunia bisnis terkait kegagalan auditor
dalam mendeteksi kecurangan terbukti dengan adanya beberapa skandal
keuangan yang melibatkan akuntan publik seperti Enron, Xerox, World Com,
Walt Disney, Merck, dan Tyco.
Kasus lainnya yakni skandal keuangan yang terjadi pada Olympus
Corporation, sebuah perusahaan produsen kamera dan peralatan kesehatan
asal Jepang, yang terungkap pada akhir tahun 2011. Olympus Corporation,
telah menyembunyikan kerugian dengan menganggapnya sebagai aset sejak
tahun 1990-an.
Kasus Penyimpangan Akuntansi Perusahaan Olympus | 1
B AB I I
PE M B AH AS AN
A. Profil Olympus
Olympus Corporation adalah sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di
bidang optik dan gambar seperti pembuatan kamera, mikroskop, termometer,
kartu memori, dan lensa kamera. Olympus didirikan pada tanggal 12 Oktober
Kasus Penyimpangan Akuntansi Perusahaan Olympus | 2
keuangan terbesar yang pernah ada. Jumlah biaya penasihat keuangan yang
dikeluarkan Olympus itu mencapai sepertiga dari total nilai akuisisinya, atau
hampir 30 kali lipat dari biaya advisory yang biasanya berlaku di pasar
modal, sekitar 1 hingga 5 persen. Diketahui kemudian bahwa kesepakatan itu
dilakukan untuk menyembunyikan kerugian (indonesiafinancetoday.com,
2011; koran-jakarta.com, 2011).
Auditor Olympus pada 1990-an adalah Arthur Andersen afiliasi Jepang,
yang dulu adalah salah satu dari perusahaan akuntan Big Five. Setelah
Andersen runtuh pada 2002, KPMG mengakuisisi unit perusahaan ini di
Jepang, kemudian berganti nama menjadi Asahi & Co. Sejak saat itu, audit
Olympus diambil alih oleh Asahi & Co. KPMG masih menjadi auditor hingga
2009. Olympus kemudian beralih ke Ernst & Young pada akhir tahun tersebut
(indonesiafinancetoday.com, 2011).
Financial Times bulan Oktober 2011 melaporkan ada yang janggal dengan
opini KPMG terkait pembukuan Olympus. Tidak ada perselisihan antara
KPMG dan Olympus yang diungkap ke publik, namun kemudian terkuak
dalam artikel 4 November 2011 di Daily Telegraph. Begitu pula dengan opini
Ernst & Young yang tidak mengungkap terjadi masalah. Laporan audit
terbaru yang ditandatangani pada 28 Juni 2011 menyebutkan laporan
keuangan yang sudah diaudit hanya untuk tahun fiskal 2010 dan 2011.
Sementara laporan keuangan 2009 diaudit oleh auditor lain
(indonesiafinancetoday.com, 2011).
C. Pihak-Pihak yang Terkait
Pihak-Pihak yang terkait dalam kasus penyimpangan akuntansi Olympus :
1. Michael C. Woodford
Menurut situs Olympus, Woodford adalah lulusan Millbank College of
Commerce, bergabung di unit peralatan medis Olympus Corporation, pada
tahun 1981. Ia menjadi Managing Director pada usia 30 tahun. Pada tahun
2008, ia menjadi Executive Managing Director of Olympus Europa
Holding GmbH dan anggota dewan direksi Olympus. Pada bulan Februari
2011, ia diangkat menjadi Presiden Olympus Corporation. Pada 30
September 2011, Woodford diangkat menjadi Chief Executive Officer,
pengangkatan ini dilakukan pada tanggal 1 Oktober. Ia mulai gelisah
dengan akuisisi yang mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp
11 triliun, kemudian ia mendesak dewan direksi Olympus untuk
menjelaskannya. Namun akibatnya ia dipecat dari jabatannya sebagai
Presiden dan CEO pada tanggal 14 Oktober 2011.
2. Tsuyoshi Kikukawa
Kikukawa bergabung dengan Olympus Corporation pada bulan
Oktober 1964. Pada Juni 1993, ia menjadi Managing Director yang
bertanggung jawab atas Humas & Advertising Dept. Pada bulan Februari
Kasus Penyimpangan Akuntansi Perusahaan Olympus | 4
Athur jatuh pada tahun 2002, KPMG mengakuisisi unit perusahaan ini di
Jepang, kemudian berganti nama menjadi Asahi & Co. KPMG masih
menjadi auditor hingga tahun 2009. Selama 8 tahun KPMG melakukan
audit, perusahaan akuntan ternama itu tidak mengungkapkan terjadinya
masalah dalam pemberian opini atas laporan keuangan selama mengaudit
perusahaan Olympus.
2. Ernst & Young
Opini Ernst & Young juga yang tidak mengungkap terjadi masalah.
Perantara :
Akio Nakagawa dan Nobumasa Yokoo
Mantan bankir, Akio Nakagawa dan Nobumasa Yokoo dan dua orang
lainnya dicurigai membantu menyembunyikan kerugian investasi besar
D. Kasus Penyimpangan Akuntansi yang Terjadi di Olympus
Olympus, produsen kamera asal Jepang mengaku telah
menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan
tahun atau sejak era 1990-an. Selama ini, Olympus menutupi kerugiannya
dengan menyelewengkan dana akuisisi. Pengumuman ini merupakan buntut
dari tuntutan mantan CEO Olympus, Michael Woodford yang dipecat pada 14
Oktober 2011. Woodford meminta perusahaan yang berumur 92 tahun ini
menjelaskan transaksi mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp
11 triliun. Presiden Direktur Olympus Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi
Kikukawa, yang mundur dari jabatan Presiden dan Komisaris Olympus pada
26 Oktober lalu, sebagai pihak yang bertanggung jawab. Sementara Wakil
Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal Hideo Yamada
bertanggung jawab sebagai pihak yang menutup-nutupi. Keduanya
menyatakan siap jika dituntut hukuman pidana.
Dalam pembukuan Olympus ditemukan sejumlah dana mencurigakan
terkait akuisisi produsen peralatan medis asal Inggris, Gyrus, pada tahun 2008
lalu senilai US$ 2,2 miliar (Rp 18,7 triliun), yang juga melibatkan biaya
penasihat US 687 juta (Rp 5,83 triliun) dan pembayaran kepada tiga
perusahaan investasi lokal US$ 773 juta (Rp 6,57 triliun).
Dana-dana tersebut ternyata digunakan untuk menutupi kerugian
investasi di masa lalu tersebut. Hal itu terlihat sangat gamblang ketika dalam
beberapa bulan kemudian, pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal
itu dihapus dari pembukuan Olympus. Kasus ini dipastikan akan menyeret
Olympus, beserta para direksi dan akuntannya kena tuntutan pidana untuk
pasal manipulasi laporan keuangan dari para pemegang sahamnya. Banyak
analis yang kini mempertanyakan masa depan perusahaan yang dibentuk pada
1919 sebagai produsen mikroskop itu.
dialami oleh Olympus dan memberikan opini wajar atas kondisi internal
Olympus. Bahkan dalam salah satu catatan investigasi atas Olympus
disebutkan, salah satu mantan Direktur Operasional Olympus secara
sengaja menyarankan penggantinya untuk tidak membuka mulut dan
menutupi manipulasi yang dilakukan oleh Olympus. Ini menunjukkan
kinerja manajemen yang tidak independen dan terlalu kolektif.
F. Dampak Penyimpangan Akuntansi yang Dilakukan Oleh Olympus
Skandal manipulasi yang dilakukan oleh manajemen Olympus,
membuat Olympus hampir dihapuskan dari Tokyo Stock Exchange, Olympus
telah mendapat ancaman akan dihapuskan dari STE, jika mereka tidak
memberikan penjelasan tertulis atas kondisi perusahaan.
Laporan pertanggungjawaban Olympus yang tertuang dalam Report
for 144th Term akhirnya menjelaskan kondisi Olympus yang sebenarnya
kepada pihak yang berkepentingan pada April 2012. Pada laporan keuangan
yang telah diaduit tersebut, terjadi penurunan nilai aset dari 966 miliar
menjadi tersisa hanya 605 miliar, sebagai akibat kerugian investasi yang
tidak dilaporkan oleh Olympus.
Report for 144th Terms seperti pengakuan dosa Olympus terhadap
khalayak ramai akan penipuan besar yang telah mereka lakukan, memecat 7
jajaran direksi, dan menata ulang manajemen perusahaan dengan
memasukkan orang-orang baru untuk mengisi BoD Olympus. Nilai
perusahaan juga turun drastis yaitu hampir 75% dari nilai sebelumnya sebagai
dampak penurunan kepercayaan investor terhadap manajemen Olympus,
akhirnya Olympus harus menjual sahamnya kepada Sony agar tidak gulung
tikar. Sony kini menjadi pemilik Olympus atas kepemilikan saham sebesar
51%.
BAB I I I
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kasus yang terjadi pada perusahaan Olympus, terlihat beberapa
pelanggaran etika akuntan manajemen, dalam keberlangsungan perusahaan
selama 20 tahun. Manajemen dalam perusahaan ini telah melanggar semua
standar akuntansi manajemen sehingga dalam penyampaian output ataupun
Kasus Penyimpangan Akuntansi Perusahaan Olympus | 9
D AFTAR PU S TAK A
http://id.wikipedia.org/wiki/Olympus_Corporation
http://profil.merdeka.com/mancanegara/o/olympus/
http://koranjakarta.com/index.php/detail/view01/74727
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/16661/Olympus-Skandal-KorporasiBaru-di-Jepang
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_people_involved_in_the_Olympus_scandal
Kasus Penyimpangan Akuntansi Perusahaan Olympus | 10