You are on page 1of 11

Blok 19_Indera Khusus

UVEA
Uvea merupakan lapisan ke-2 dari luar bolamata. Jaringan ber- pigmen dan
mengandung banyak pembuluh darah . Anatomis terdiri atas 3 bagian, yaitu dari
depan ke belakang:
Iris, Korpus Siliare dan Khoroid.
Pada orang timur pigment iris yang tampak dari luar berwarna lebih gelap (coklat tua)
sedangkan pada orang kulit putih berpigmen hijau kebiruan tapi lapisan yang lebih
dalamnya dari iris warnanya lebih gelap Pada yang albino, seluruh bagian uvea
kurang mengandung pigmen gelap, yang menyebabkannya kesilauan, dan fokus
gambar pada retina-nya tidak dapat tegas karena sebaran liar cahaya
IRIS DAN PUPIL:
Iris berfungsi sebagai diafragma (tabir) cahaya dengan lobang di bagian
tengahnya yang dapat berubah diameternya atas pengaruh syaraf otonom untuk lalu
berkas cahaya dari obyek luar
Iris terpaut pada ujung depan korpus siliaris dan menempel bebas pada bagian
depan lensa. Lapisan belakang iris terdiri atas 2 lapisan yang berpigmen tebal
lanjutan dari dua lapisan epitelium korpus siliaris yang pada gilirannya lanjutan dari
lapisan retina dan epitel pigmen-nya, sebagai perkembangan dari cawan optik
embryonal.
Di lapisan belakang iris juga ada lapisan otot polos peubah diameter pupil.
Yang sirkuler dekat pupil (M. Sfingter Pupil) yang dipengaruhi syaraf parasimpatikus,
untuk mengecilkannya (miosis), dan yang radier (M.Dilatator) dipengaruhi syaraf
simpatikus untuk melebarkan pupil (midriasis).
Perubahan diameter pupil:
Pupil mengecil bila kena cahaya terang dan melebar bila cahaya luar kurang /
malam hari. Keadaan kesadaran dan emosi yang mempengaruhi syaraf otonom, baik
di sentral atau perifer juga berpengaruh. Misalnya mengecil saat tidur, relaks,
(pengaruh parasimpatikus), melebar atas pengaruh umum syaraf simpatikus misalnya
sedang marah, takut. dll. Saat melihat dekat terjadi terjadi miosis bersamaan
dengan konvergensi dan akomoasi lensa (synkinesis). Dalam keadaan normal
diameter pupil kiri kanan selalu sama, sama sama melebar sama sama mengecil. Bila
berlainan disebut anisokoria. .
Pada keadaan penyakit mata tertentu, pupil melebar Misalnya glaukoma akut,
karena trauma tumpul, benturan sfingter jadi lumpuh (iridoflegi). Keracunan atau
ditetesi bahan yang mengandung turunan atropin / belladona (parasimpatikolitik,
simpatomimetik). Biasanya M. Siliaris ikut lumpuh dengan akibat ada kesulitan
akomodasi (mencembungkan lensa saat melihat dekat) .
Adrenalin, epinefrin
bersifat simpatikomimetik melebarkan pupil.
Pupil kecil bisa terdapat pada penderita tabes dorsalis, keracunan insektisida
organofosfat, morfin, dan cendawan. Obat obat yang menciutkan pupil, misalnya
asetil-kholin, bersifat kholenergik bekerja pada jungsi mio-neural pada iris.
Pupil melebar dan refleks cahaya negatif akibat lesi syaraf III (N.Okulomotorius) yang
diikuti syaraf parasaimpatikus sejak nukleusnya (Nul. Edinger-Westphal di batang
otak
Penilaian lain dari pupil
Defek dari iris misalnya aniridia (hanya redumen pangkal iris yang ada,
koloboma iris dan koroid akibat tidak sempurnanya penutupan celah dari bibir cawan
optik embryonal. Polikoria (iris banyak lobangnya ), desentrasi dll dapat kongenital
Arsip Angkatan 2006

Blok 19_Indera Khusus


atau didapat kemudian. Bila pupil tampak terpaut pada lensa akibat inflamasi
diameternya tak bisa berubah banyak, dan tidak bulat betul
Pemeriksaan iris/ pupil:
Periksa pola permukaan iris (rugae/ kripta pigmentasi/ depigmentasi (atrofi),
neovaskularisasi, sembab (muddy iris) , cembung (iris bombe).
Periksa bentuk pupil, diameter. Periksa refleks penciutan pupil dengan sinar
senter langsung, juga perlu diperiksa refleks tidak langsung pada mata sebelahnya
(konsensuil), karena adanya inervasi bersama lewat busur refleks pupil. Periksa
penciutan saat berkonvergen melihat obyek dekat (Sebagai bagian dari sinkinesis
konvergensi, akomodasi dan miosis).
KORPUS SILIARIS
Korpus Siliaris terbagi dalam dua bagian, Bagian belakang yang disebut pars
plana (datar), berbatasan dengan pinggir depan retina dan koroid di Ora Serrata.
Bahagian depan, lebih tebal berjonjot-jonjot, berbatasan dengan iris, selebar kira kira
2 mm, yang dinamakan pars siliaris atau pars plikata, karena permukaannya berlipat
lipat meridional. Permukaannya diliputi 2 lapisan epitel, sebelah dalam berpigment
(lanjutan dari epitel pigment retina dan paling permukaan tidak berwarna.. Dilapisan
ini dibentuk cairan dalam mata (aquous humor).
Pada lekukan di antara lipatan lipatannya terpaut serat serat pipih penggantung
lensa yang disebut Zonula Zinnii.
Dalam stroma korpus siliaris terdapat otot polos yang arah-nya sirkuler dan
radial yaitu M.Siliaris, yang akan berefek mengecilkan lingkaran dalamnya saat
kontraksi, dengan akibat pengenduran zonula Zinnii yang diikuti pengenduran kapsul
lensa dan bertambah cembungnya (proses akomodasi). Akomodasi dirangsang
timbulnya bila melihat dekat saat fokus bayangan yang ditatap mundur ke belakang
bidang retina, yang juga menimbulkan refleks konvergensi saat menatap dekat.
(pada yang miop tinggi mendekati bidang retina maka sangat dekat saat membaca).
Pada orang tua, efek akomodasi menjadi lemah, terutama karena lensanya relatif
kurang lentur, tidak mudah lebih di-cembungkan lagi, keadaan ini disebut presbiopia.
Presbiopia mulai nyata lewat umur 37- 40 tahun, maka perlu tambahan (addisi)
lensa sferis plus (antara +0.75 +3 dioptri) pada koreksi jauhnya
Nutrisi korpus siliaris berasal dari arteria Siliaris anterior yang ikut ke depan
dengan keempat muskulus rektus , masuk menembus sklera, lalu membentuk
sirkulus mayor iridis di pangkal iris dan beranting-ranting ke iris dan korpus siliaris,
dan ber-anastomosis dengan art. Siliaris posterior longus yang menembus sklera dari
belakang.
KHOROID
Khoroid berada diantara sklera dengan lapis epitel pigmen. Lapisan dalam
berupa lapis kapiler berpori halus yang susunannya berkelompok kelompok lobuler,
disebut korio-kapilaris terpisah dari epitel pigmen retina oleh lamina vitrea atau
memb.Bruch.
Koriokapilaris memberi nutrisi pada epitel pigmen dan lapisan luar
retina (lapisan sel-sel reseptor). Lapis luar koroid mengandung pleksus pembuluh
darah yang lebih besar. Vena vena lebih dekat ke sklera untuk keluar dari vena
Vortikosa). Lapisan yang menempel pada sklera lebih gelap disebut lamina fusca .
Koroid juga berfungsi sebagai bantalan yang relatif lunak bagi retina. Pigmennya, berfungsi pula sebagai lapis anti refleksi dan penyerap cahaya yang menyebar
liar.

Arsip Angkatan 2006

Blok 19_Indera Khusus


Pleksus pembuluh darah bagi koroid berasal dari art. siliaris posterior brevis,
dan bagian depannya dari art. siliaris posterior longus, yang beranastomosa dengan
arteriolus yang berasal dari art. Siliaris anterior terutama untuk korpus siliaris iris
dan sekitarnya. Pleksus pembuluh darah di koroid membentuk kelompok-kelompok
dan berkelokkelok yang dialiri darah dengan cepat. Mungkin hal ini menjadikan koroid
mudah disangkuti bermacam bahan yang menyebabkan radang/ reaksi imun
setempat.
Aliran keluar dari darah uvea lewat 4 buah vena vortikosa
KELAINAN UVEA
Radang Uvea (Uveitis)
Penamaan uveitis:
Menurut lokasi dibagi dalam : Uveitis anterior (iritis, iridosiklitis), uveitis
intermedia (parsplanitis), posterior (choroiditis) dan panuveitis (uveitis difus) bila
menyeluruh. Khusus bila purulent disebut Endoftalmitis.
Bila retina terkena juga dikatakan khorioretinitis atau retinokhoroiditis
Menurut pola timbulnya dan perjalanan penyakitnya: Akut, kronis, rekuren
Menurut gambaran klinis , P/A: Uveitis granulomatosa dan non-granulomatosa
Menurut penyebab (bila etiologi diketahui, dan pemeriksaan lain menyokong) :
Karena infeksi: Virus, bakteri, jamur. Infeksi langsung lewat luka lokal
atau jauh yang menyebar ke mata atau sebaran dari fokus infeksi lain di
bagian tubuh lainnya yang sudah ada, misalnya paru paru, gangren akar gigi,
sinusitis ginjal, SSP dll.) Infeksi protozoa (toxoplasma), filaria, helmintiasis,
larva cacing misalnya cacing pita (dari taenia solium , cysticercosus), toxocara
canis, onchocerca volvulus (di Afrika).
Karena reaksi imun/ auto-imun: Bila berlebihan, jaringan mata sendiri
dirusak oleh sistim imun tubuh. Bisa karena sel-sel atau bahan jaringan mata
tertentu mempunyai pertanda molekul (epitop) yang serupa dengan antigen
jasad renik atau antigen asing lainnya yang telah dikenali sistim imum
sebelumnya meskipun kuman atau antigen asalnya sudah tidak ada. Karenanya
uveitis jenis ini bisa infeksi terdahulu sebagai pencetusnya dan bersamaan
penyakit tubuh lainnya dan penyakit vaskuler, kolagen, persendian, kulit SSP
dll. Sering dinamai suatu sindrom, misalnya sindrom Vogt Koyanagi- Harada,
sindrom Behcet, sindrom Reite, Posner- Schlossman
dll.Uveitis yang
berhubungan dengan sarkoidosis, rheumatoid artritis juvenil dll.
Masih banyak yang idiopatik, tak jelas apa penyebabnya
Penamaan khusus kelompok lain: Masquarade syndrome (serupa uveitis tapi bukan
karena radang/ infeksi atau reaksi imun,
misalnya inflamasi akibat tumor
retinoblastoma, limfoma SSP. Degenerasi Retinitis pigmentosa , dll.)
Menentukan penyebab uveitis sering sulit karena gambaran klinisnya banyak
yang serupa dan tidak selalu khas. Anamnesa yang lebih teliti, pemeriksaan bagian
tubuh lainnya, konsultasi antar bagian/ spesialis, pemeriksaan laboratorium khusus
sering diperlukan.
Imunodefisiensi (al karena HIV/ AIDS), gizi buruk, dapat memudahkan timbulnya
peradangan berat oleh organisme yang oleh sistim imun normal dapat diatasi dengan
mudah, dengan sedikit atau tanpa gejala.
UVEITIS ANTERIOR

Arsip Angkatan 2006

Blok 19_Indera Khusus


Uveitis anterior merupakan uveitis yang menimbulkan kelainan yang khas dan
mudah dikenali dari luar. Gangguan visus tergantung dari beratnya, ada rasa nyeri,
silau,
karena kontraksi otot iris yang sedang meradang. Biasanya pasien
memicingkan kelopak-matanya untuk menghindari cahaya terang
Pada pemeriksaan: Konjungtiva merah terutama sekitar kornea karena dilatasi
pembuluh darah halus disana disebut injeksi silier, (injeksi sirkum-kornea, injeksi
peri-limbal). Pembuluh halus ini ikut melebar karena bersumber sama dari ranting
art.siliaris anterior yang mendarahi iris dan korpus-silier yang sedang meradang.
Adanya kekeruhan cairan di BMD (bilik mata depan, kamera okuli anterior)
karena mengandung lebih banyak protein dan adanya sel sel radang, yang nyata
dengan penyinaran sinar tajam/ sempit (dengan slitlamp) ke mata disebut flare+
++
+++ (seperti jejas cahaya senter pada langit malam berkabut, atau efek
Tyndal).
Adanya bercak-bercak endapan produk radang pada permukaan belakang
kornea (keratic precipitates, KPs.) tersebar halus atau besar. Besar pada uveitis
granulomatosa disebut "mutton fat deposit" seperti lemak dipermukaan sup yang
dingin
Pupil biasanya menciut (miosis) dan adanya perlengketan antara iris dan lensa
(synechia posterior), maka bentuk pupil ireguler tidak bulat betul. Bila perlengketan
ini menyeluruh disebut seklusi pupil. Bila pupil tertutup oleh produk radang disebut
oklusi pupil. Dua keadaan yang disebut belakang bisa sangat menghambat aliran
akuos dari bilik mata belakang (camera okuli posterior KOP)ke kamera okuli anterior
(KOA, BMD), dengan akibat iris mencembung ke depan disebut "iris bombe". Ini akan
menghambat pengeluaran cairan dari sudut KOA, maka bisa timbul glaukoma
sekunder. Bila ada iris bombe tapi tekanannya normal, sangat mungkin akibat
kerusakan korpus siliare akibat uveitis berat yang menyebabkan produksi akuos
sangat berkurang karena epitel sekretor pada korpus siliare rusak .
Bila berat
permukaan iris juga sembab sehingga tampah seperti berlumpur ("muddy iris"),
rugae. kripta-nya tak jelas. Pada uveitis yang kronis , akan timbul bercak- atrofi iris
yang putih karena depigmentasi, dan timbul neovaskularisasi (rubeosis iridis).
Karena kerusakan endotil kornea yang mengatur kadar air-nya, lambat laun
kornea, akan sembab (edema). Kornea bisa juga keruh karena adanya kombinasi
dengan keratitis (kerato-uveitis).
Tekanan bolamata dapat meninggi karena produk radang yang menyumbat
daerah trabekula di sudut BMD atau karena penyempitan sudut BMD karena pangkal
iris menempel pada trabekula/ kornea perifer (synechia anterior) atau ada iris bombe
yang telah disebutkan diatas. Tekanan mata dapat menurun temporer karena
gangguan sekresi pada yang akut atau menurun permanen akibat atrofi korpus siliare
pada yang kronis.
Uveitis anterior akut
Yang non-granulomatosa dengan gejala sistimik
Yang berhubungan dengan seringnya temuan kandungan HLA (MHC) tertentu
Dengan HLA-B27: (50-60% pada yang uveitis di bawah ini , sedangkan pada
populasi umum hanya 1,4 sampai 8%)
Penyakit autoimun yang spondyloarthropati sero-negatif (rheumatoid faktornya)
Ankylosing spondylitis (fusi dan dekalsifikasi vertebra). Kaku sendi terutama
setelah tidak aktif bergerak / tidur. Nyeri pinggang dll.
Sindrom Reiter (arthritis reaktif).. Iritis, konjungtivitis, urethritis, kelainan
kulit, sendi sendi arthropati / poliarthritis, tendininis (achiles), kelainan kulit, telapak
Arsip Angkatan 2006

Blok 19_Indera Khusus


tangan/kaki . Sebagai pencetus seringkali diduga ada infeksi sebelumnya saluran
pencernaan GI , GU.
Berhubungan dengan inflamasi saluran cerna (inflamatory bowel
disease). Kolitis ulseratif, ileokolitis granulomatosa, sakroilliitis
Iritis Berhubungan dengan arthritis pada penderita psoriasis. Ada
peradangan buku buku jari (memerah bengkak seperti sosis), kerusakan kuku
(onycholysis,nailbed pitting) , hiperkeratosis
Arthritis paska infeksi , atau arthritis reaktif
Lain lain HLA:
Sindrom Behcet (berhubungan dengan seringnya temuan HLA-B5 atau HLAB51)
Banyak di daerah Timur Tengah Cina Jepang dll. Uveitis, konjungtivitis, ulkus
genitalia, stomatitis, kelainan vaskuler (vaskulitis), mungkin juga di SSP.
Bisa meluas jadi panuveitis.
Glaucomatocyclitic crisis (sindrom Posner-Schlossman) seringnya
dengan temuan HLA-B54
Tekanan mata tinggi meskipun dengan gejala uveitis anterior yang sangat ringan .
Sering rekuren. KPs-nya halus. Gejala glaukoma akut, nyeri, halo sekitar lampu,
pupil agak melebar, edema kornea. Terapi untuk glaukoma disamping steroid tapi
jangan pilokarpin.
"Lens associated uveitis", Uveitis anterior yang bersamaan dengan lensa
mata yang pecah / mencair karena hipermatur atau reaksi pada sisa lensa paska
operasi katarak. Ini karena isi lensa tak pernah dikenali sistim imun sejak lahir karena
kapsulnya yang utuh semipermeabel tidak bisa dilalui imunoglobulin atau di survey
sel imun. Maka begitu kapsul lensa rusak maka protein isi lensa yang kini terpapar
dianggap asing oleh sistim imun, maka terjadilah reaksi peradangan. Tapi ini jarang
terjadi.
Mungkin juga disertai dengan glaukoma (glaukoma fakolitik) karena sumbatan
trabekula oleh partikel/ pecahan lensa + sel radang
Uveitis sehubungan dengan pemasangan lensa intraokuler, IOL . Juga jarang
terjadi Mungkin akibat manipulasi operatif merusak hambatan penyekat darah dan
akuos ( blood-aquous barrier) di korpus siliare, atau dari bahan IOL-nya sehingga
terangsang dan protein akuos meningkat meradang
Uveitis sehubungan dengan obat tertentu (rifabutin, cidofovir )
Uveitis anterior (iridosiklitis) kronis
Yang mungkin menyertai JRA (Arthritis rheumatoid juvenil) .
Still disease, awal sistimik, pada yang berumur dibawah 5 th. Ada demam,
lympadenopathy, sendi yang kena minimal hepatosplenomegali,
Onset poliartikular beberapa (>5) persendian meradang.
Onset paucyarticular: Sendi yang kena sedikit (<5). Ada Tipe 1 lebih banyak anak
gadis dibawah umur 5 th, kronis. Tipe 2 sering anak lakilaki lebih tua , akut
rekuren. Ada hubungan dengan HLA-B27 positif.
Iridosiklitis heterokromik Fuchs. Ada atrofi iris dengan hilang pigmen di
stroma Pada orang kulit putih bermata biru pigmen di belakang iris yang lebih tebal
jadi nampak maka iris tampaknya lebih gelap, pada yang matanya coklat akan
berbecak pucat/ putih. KPs halus tersebar seperti bintang (seperti akibat infeksi
herpes)
Arsip Angkatan 2006

Blok 19_Indera Khusus


Iridosiklitis idiopatik belum jelas
Uveitis bersamaan dengan infeksi virus (bisa juga meluas ke posterior)
Pada herpes simpleks/ zoster biasanya keratitis saja, tapi mungkin ada keratoiritis, yang sering ber-komplikasi glaukoma karena trabekula kena (trabekulitis)
(untuk DD a.l. : Uveitis yang lain sering justru hipotensi karena hiposekresi korpus
siliare)
Bila Herpes Zoster yang mengenai kulit muka sebelah dan mengenai juga ujung
hidung, besar kemungkinan akan disertai radang (uvea)mata. KPs herpes biasanya
halus tersebar belakang kornea seperti pada iridosiklitis heterochromic Fuchs. Sensasi
kornea akan menurun sebagai tanda khas infeksi herpes (baca selanjutnya tentang
ARN dll..)
Virus lain : virus varicella, adenovirus, mononukleosus, virus influenza bisa
menyebabkan uveitis anterior tapi biasanya ringan.
Uveitis intermedia
Uveitis yang mengenai vitreous anterior, basis vitreous yang meliputi daerah
retina perifer-pars-plana korpus siliaris.
Etiologi yang sering dihubungkan dengan: Sarkoidosis, Lues, sklerosis multipel,
penyakit Lyme, TBC. Tapi 80% tak diketahui penyebabnya.
Gejala yang khas: Gumpalan eksudat di korpus vitreum anterior serupa bolabola salju atau orang-orangan salju (" snow ball, snow man"). Dengan oftalmoskopi
indirek (ophthalmoscopy at a distant, retro iluminasi) tampak sebagai bercak gelap
dengan latar belakang kemerahan..
Di daerah perifer inferior fundus tampak hamparan berkelompok eksudat putih
(snow bank exudate) menandakan radang yang lebih parah . Gejala ke anterior
ringan, hanya tumpahan peradangan (spillover) dari vitreous ke BMD).
Penamaan lain: parsplanitis atau siklitis, uveitis perifer, frekuensi pada yang
berumur 5-40 th,
bimodial
. mungkin autoimun thd vitreous. Adanya hubungan
dengan yang mengandung HLA-DR15 yang mengkode untuk 1 dari 2 subtipe HLADR2 sama seperti predisposisi pada multiple sclerosis. Sering bilateral (80%). Pada
anak kecil bisa gejala anterior dulu. Pada anak muda lebih lambat-laun, awalnya
dengan gejala subyektif penglihatan bayangan seperti banyak lalat berterbangan
("floaters")
Bisa disertai flebitis dengan penyelubungan vena retina perifer. Bila kronis ada
edema makula kistik (cystic macular edema) sebagai penyebab utama
berkurangnya visus sentral (10%), membran inflamasi di korpus vitreum
Komplikasi: Neovaskularisasi di daerah snow bank dapat menyebabkan
perdarahan, , kontraksi membran inflamasi yang melekat pada retina perifer dapat
merobek retina menyebabkan ablasio retina.
Yang kronis : Ada synechia posterior, band keratopathy. Buruknya visus bisa
akibat katarak subkapsuler posterior, membr epiretina, kekeruhan vitreous, ablasio
retina.
Terapi 4 tingkatan:
1.Steroid depot (triamcinolone , methyl prednisolone periokuler subtenon
posterior tiap 2-3 minggu 4x . Kalau perlu ulang
2.Ablasi daerah parsplana, snowbank dengan cryo-theraphy, fotokoagulasi
laser terutama bila ada neovaskularisasi.
3 Vitrektomi via parsplana melepaskan hyaloid posterior + laser bag. perifer
4.Immunomodulasi:
methotrexate
(MTX),azathioprine
(AZT),cyclosporine
cyclophosphamide. MTX Cyclisporine dianjurkan pada yang muda.
Arsip Angkatan 2006

Blok 19_Indera Khusus


Uveitis posterior
Radang yang mengenai koroid. Bisa meluas ke retina. Tumpahan produk
radang ke vitreous, dan sekitarnya.
N. Optikus juga bisa kena (neuro-koroidoretinitis). Keluhan : visus menurun, floaters, skotoma, metamorfosi (perubahan
bentuk yang dilihat), kombinasi. Tak tampak kelainan dari luar.
Pada funduskopi: Detil retina mungkin kurang jelas bila ada kekeruhan di korpus
vitreum. Kelainan-kelainan yang mungkin nampak: infiltrat fokal putih-kekuningan
batas kabur tunggal atau multifokal, atau difus di retina / koroid. Kelainan vaskuler
yang tampak berupa
arteriolitis, flebitis, penyelubungan (sheathing), pada
arteriolus atau venules, retina, mungkin dengan penyempitan arteriolus yang
menyebabkan iskemi bahkan atrofi / nekrose retina. Neovaskularisasi retina atau subretina.
Kelainan fundus untuk berbagai etiologi seringkali sama, maka untuk menduga
etiologi, perlu anamnesa / pemeriksaan yang lebih teliti ada tidaknya kelainan
sistimik yang menyertainya (kulit, radiologi sendi, Laboratorium, dll.)
Infeksi virus
Virus herpes yang lebih berat meluas ke posterior menimbulkan gejala ARN
(acute retinal necrosis syndrome) BARN (Bilateral ARN) Virusnya: Herpes simpleks
tipe 2, cytomegalo virus , varicella-Zoster
Visus memburuk karena kerusakan retina meluas dan karena oklusi arteriolus dan
kekeruhan pada korpus vitreum, gejala luar bisa minimal bisa berat. Retina bagian
depan lebih dulu kena, biasanya bukan pasien AIDS. Pada pasien yang AID timbulnya
berupa
PORN (progressive outer retinal necrosis) juga karena nekrose retina akibat infeksi
herpes. Bagian posterior retina bisa kena dini.
Virus Cytomegalo masih famili herpes. Sering pada yang defisien imun, HIV,
leukemia, limfoma (bersamaan dengan gejala demam, trombositopeni, anemi
hepatosplenomegali, pneumonitis)
Virus Eipstein Barr
Virus rubella, rubeola . Virus rubella sering juga menyebabkan katarak
kongenita
Infeksi jamur
Candida albicans (sering mudah terjadi pada yang memakai obat steroid)
Histoplasma
Coccidiodes imitis
Cryptococcus neoformant
Infeksi protozoa
Toxoplasma gondii . Relatif sering bisa kongenital atau didapat. Kongenital bila
ibu baru infeksinya saat hamil (belum imun). Khas bekas lesinya banyak pigment
berdekatan dengan yang hilang pigment-nya (depigmentasi), terutama di bagian
sentral retina/koroid. Bila akut seperti bercak seperti kapas putih. Bila rekuren /
reaktivasi biasanya didekat sikatriks lama yang berpigmen.
Infeksi / investasi cacing
Toxocara canis
Cysticercus cellulosae larva dari taenia solium
Baylisascaris procyanis menyebabkan DUSN
Arsip Angkatan 2006

Blok 19_Indera Khusus


Larva kadang kadang bisa dilihat bergerak di fundus.
Obat yang membunuh cacing/ larva sering diikuti reaksi berat karena kulit
bangkainya sangat imunogenik. Maka perlu diangkat dengan operasi.
Sehubungan dengan Penyakit imun:
Lupus erythematosis sistimik
Poliarteritis nodosa
Granulomatosis Wegener
Perlu pemeriksaan Lab khusus untuk mengenali etiologinya
Berbagai Retinokoroidopati yang belum diketahui penyebabnya:
APMPPE (acute posterior multifocal placoid pigment epitheliopathy)
ARPE (acute retinal pigment epitheliitis)
Birdshot retinochoroidopathy
MEWDS (Multiple evanescent white dots syndrome)
PIC (punctate inner choroidopathy)
Serpiginous choroidopathy
SFU (subretinal fibrosis and uveitis syndrome)
MPC (multifocal choroiditis and panuveitis syndrome)
(Asal mengetahui saja, detail tak perlu..)
Sekedar contoh gambaran funduskopi:
Histoplasma biasanya berbentuk defek multifokal. Toxoplasma akut seperti kapas,
dekat sikatriks
berpigmen tebal . Virus cytomegali (CMV)
gambaran fundus
"brushfire" sering pada yang HIV/ AID.
Birdshot retino-koroiditis ada eksudat banyak menyebar, vaskulitis vena, .retinal
nekrosis akut, arteriolitis. TBC bisa tunggal besar atau milier,
PANUVEITIS (UVEITIS DIFUSA)
Uveitis yang etiologinya cenderung mengenai semua komponen uvea. Gejalanya
yang mudah dilihat tentu uveitis anterior-nya . Sering yang berhubungan dengan
infeksi bakteri: TBC , basil TB suka daerah yang deras aliran darahnya (khoroid,
apeks pulmo), spirocheta (Lues, Lyme-disease), leptospirosis (ingat kubangan banjir),
Lepra, toxocara..
Sehubungan penyakit imum
rheumatoid arthritis,.
Akibat reaksi imun lain::
Oftamia simpatika, (Sympathetic Ophthalmia, SO): Umumnya paska trauma
tembus atau ruptur sklera/ kornea dengan inkaserasi uvea, atau paska operasi pada
salah satu mata yang diikuti peradangan granulomatosa pada mata lainnya 4-8
minggu kemudian (bisa lebih cepat atau lama). SO merupakan reaksi imun terhadap
protein melanin, retinin. Mata pencetus disebut "exiting eye", mata yang bereaksi
disebut "sympathizing eye" . Bisa lebih berat pada yang terakhir. Pencegahan:
Penanganan luka yang sebaik-baiknya terutama cegah buang jaringan iris/ uvea yang
keluar/terjepit luka, cegah infeksi.
Bila mata sangat rusak karena trauma
dianjurkan untuk dibuang (enukleasi)
Sindrom VKH,
(Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada ) : Uveitis granulomatosa
kronis sering bilateral. Vitiligo, alopesia, poliosis (bulumata memutih), ketulian/
tinitus, diduga merupakan reaksi terhadap protein melanin, melanosit, epitel pigmen,
Arsip Angkatan 2006

Blok 19_Indera Khusus


s-antigen retina. Sering disertai gejala SSP (kejang, kesadaran menurun, demam,
kaku kuduk dll.) didahului gejala seperti flu. Rekuren bila tak diobati
Yang uveitis anterior bisa juga meluas ke belakang: Misalnya sindrom Behcet,
Uveitis yang berhubungan dengan kerusakan lensa (lens associated uveitis),
Sarcoidosis, Arthritis rheumatoid juvenil (JRA). Juga infeksi berat karena toxocara,
toxoplasma, virus (acute retinal necrosisARN, progressive outer retinal necrosis PORN
terutama pada yang pada yang defisiensi imun, AIDS)
TBC, Sarcoidosis, sering berbentuk uveitis granulomatosa ditandai yang oleh
adanya "mutton fat deposit" di belakang kornea dan nodul pada iris (nodul Busacca ,
Koepe). Pada oftalmia simpatika ada nodul di retina (nodul Dalen-Fuchs).
Endoftalmitis
Suatu bentuk uveitis difus yang biasanya purulen. Kuman bisa masuk mata
karena trauma tembus, saat operasi, bisa dari sumber infeksi bagian lain tubuh.
Bila oleh jamur, hipopion di BMD permukaannya tidak rata, menggumpal, sukar
berubah letak bila kepala miring.
Anamnesa dan Pemeriksaan lain
Karena seringkali berbagai etiologi gambarannya sama,
anamnesa perlu
diperluas apakan ada gejala AIDS, pernah dapat obat IV, kortikosteroid, terapi
immunosupresi, hiperalimentasi, penyakit kolagen-vaskuler, kelainan dermatologi,
sendi, paru-paru gastrointestinal genito-uriner. Perlu konsultasi antar bagian.
Berbagai pemeriksaan laboratorium khusus ELISA, Westernblot, VDRL, FTA-ABS,
MHA-TP
Pemeriksaan tambahan fotografi fundus dengan angiografi flourescein,
ultrasonografi penting bila media kabur (ada katarak, kekeruhan di korpus vitreum
edema kornea). Vitrektomi-diagnostik (titer antibodi, kultur, sitologi polymerase chain
reaction, Penilaian SSP: terutama bila diduga disertai ensefalitis dengan pungsi
lumbal untuk menilai likuor serebrosinal, pemeriksaan lesi kulit, paru-paru dll. bila
diperlukan.
Terapi uveitis
Infeksi diobati dengan yang sesuai dugaan penyebab. Kadang kadang reaksi
imun yang berlebihan lebih merusak daripada invasi kumannya sendiri maka bila
perlu, setelah didahului obat anti-infeksi diberikan kortikosteroid
tapi dengan
pengawasan ketat dan dengan pola dosis tertentu.
Efek sampingnya steroid, terutama bila akan diberikan lama: misalnya akibat
supresi glandula suprarenal akan menurunkan daya tahan tubuh, infeksi bisa
mengganas, retensi air tubuh jadi gemuk, hipertensi, tekanan mata meningkat dll.
Untuk yang diduga karena reaksi imun atau tak ada kontra-indikasi atau
dilindungi antibiotika yang tepat, diberikan kortikosteroid dengan berbagai cara. Per
os, dengan dosis awal tinggi (misalnya 10 atau lebih tablet prednison (a 5mg),
methyl-prednison sehari), kemudian dikurangi bertingkat , atau disusul dosis tunggal
sekali sehari pagi saja selang sehari untuk mencegah komplikasi steroid. Methyl
prednison lebih kurang efek sampingnya.
Bila ada kontraindikasi (misalnya jelas ada TBC berat, dengan dosis sedikit, lokal di/
sekitar mata saja, misalnya triamsinolone disuntikkan sebagai depot yang di bawah
selaput conjungtiva / sub-Tenon.
Kalau perlu disuntikkan sedikit dengan pengenceran intravitreal lewat pars plana..
Arsip Angkatan 2006

Blok 19_Indera Khusus


Steroid berupa tetes, hanya untuk uveitis anterior. Perlu diawasi efek sampingnya
tekanan bolamata naik, maka dosis turunkan dan beri obat anti glaukoma bila perlu.
NSAID (Non steroid anti-inflamatory drugs) bisa diberikan untuk
mengurangi / mengganti sebagian dosis steroid .
Terapi obat imuno-modulator (methotrexate, azathioprine, cyclofosfamide) bila
sangat perlu, gawat, dan respon terhadap kortiksteroid NSAID kurang baik.
Midriatika
perlu
untuk
mencegah
dan
melepaskan
sinechia,
dan
mengistirahatkan iris / korpus siliare yang meradang, karenanya mengurang rasa
sakit dan memudahkan pemeriksaan fundus okuli retina dll(funduskopi). Sesuaikan
dosisnya karena lama efeknya berlainan misalnya atropin efeknya sampai 2 minggu,
siklopentanolat sehari, midriasil sekitar 6 jam. (untuk amannya pakai yang singkat
supaya iris sewaktu-waktu bisa bergerak mengurangi kemungkinan synechia
posterior)
Anti-infeksi:
Untuk yang jelas infeksi piogenik misalnya infeksi exogen (luka, operasi)
diberikan antibiotika dengan spektrum luas, yang lebih spesifik bila hasil kutur dan
tes sensitivitas sudah didapat. Pemberian umumnya sistimik, oral, per injeksi, infus,
atau periokuler / intraokuler dengan atau tanpa vitrektomi untuk mengeluarkan
sebanyak mungkin pus/ bakteri dari dalam mata. (baca tentang terapi umum TBC,
Sifilis dll.)
Untuk toxoplasmosis diberikan sulfadiazin, trisulfa, bactrim, septrim daraprim.
Untuk Virus Herpes :Acyclovir, vidarabin
Membunuh larva cacing sering diikuti reaksi berat terhadap bangkainya, maka
dilakukan pengambilan langsung dengan operasi misalnya pada kista larva cacing pita
(cysticercosis)
. toxocara terkadang dibunuh dengan sinar laser.
Operasi : Untuk mengatasi komplikasi uveitis
misalnya Iris bombe perlu dengan obat glaukoma dan iridektomi
Ablasio retina, + vitrektomi untuk melepaskan membran traksi, juga untuk
mengeluarkan darah atau kekeruhan padat di vitreous dan mengambil sampel untuk
pemeriksaan mikrobiologi dan serologi), operasi katarak komplikata bila sudah cukup
lama tenang (beberapa bulan ) dan diberikan pula anti-inflamasi sebelumnya karena
bisa menyala kembali .
Operasi glaukoma bila perlu
Terapi dengan penyinaran laser untuk indikasi tertentu.
Tumor
Melanoma, dyktioma, haemangioma, lymphoma jarang, metastasis tumor dari
organ lain (dari tumor paru paru, dll.)
Akibat trauma
Trauma tumpul pada mata sering menyebabkan iridoflegia (pupil besar karena
lesi sfingter pupil), mungkin disertai luksasi lensa ( ada getaran / iris trimulans ,BMD
dalam)
Dapat terjadi hyphaema (darah di BMD)
Trauma tembus, misalnya terjadi prolapsus iridis / inkaserasi iris di luka kornea,
infeksi, dll. Utamakan mencegah infeksinya , eksisi yang prolaps.
Kelainan kongenital,
Koloboma iris biasanya di bawah nasal disertai juga koloboma korio-retina
(penutupan celah cawan optik embryonal tak sempurna ) , aniridia (tak ada iris,
albino / defek pigment
Arsip Angkatan 2006

Blok 19_Indera Khusus


Degenerasi didapat kemudian sesuai umur, atau kongenital.

Arsip Angkatan 2006

You might also like