You are on page 1of 15

FATALISTIK MASYARAKAT INDONESIA TENTANG

MITOS
KEBENARAN ADANYA NYI RORO KIDUL
Dosen Pengampu : Dr Mohammad Gamal Rindarjono M.Si
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas di mata kuliah Studi Masyarakat
Indonesia

Heldy Lieswan K.
K5412034

PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

PENDAHULUAN
Fatalisme Berasal dari bahasa Latin Fatalis yang berarti sesuatu yang
berkaitan atau bertautan dengan nasib atau takdir (Fatum = Nasib, takdir).
Fatalisme dari kata dasar fatal, adalah sebuah sikap seseorang dalam menghadapi
permasalahan atau hidup. Apabila paham seseorang dianggap sangat putus asa
dalam segala hal, maka inilah disebut fatalisme. Dalam paham fatalisme,
seseorang sudah dikuasai oleh nasib dan tidak bisa merubahnya. Kata sifat
daripada fatalisme adalah fatalistis.fatalisme sangat berbahaya bagi perkembangan
suatu bangsa. Karena bangsa yang berpaham fatalistik tidak akan berusaha maju
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Doktrin bahwa segala sesuatu terjadi
menurut nasib yang tidak dapat ditawartawar
lagi. Doktrin
ini
bersifat
prafilosofis. Keyakinan bahwa segala
sesuatu pasti terjadi menurut caranya
sendiri tanpa memperdulikan usaha kita
untuk menghindari atau mencegahnya.
Semua usaha kita untuk merubah nasib
pasti gagal. Apa yang terjadi, pasti
terjadi, "que sera sera". Individu
merupakan produk kekuatan-kekuatan
predeterministis yang bekerja pada alam
semesta. Individu sama sekali tidak dapat
mengatur tingkah laku dan nasibnya, atau
nasib sejarah. Tak seorang pun dapat
berbuat lain selain menerima apa adanya
dan bertindak sebagaimana ditentukan. Peristiwa-peristiwa tertentu akan terjadi
dalam kehidupan pada saat tertentu dan di tempat yang sebagaimana ditentukan.
Dapat dikatakan, bahwa nasib seseorang telah ditetapkan dsan tidak berpautan dan
pilihan-pilihan dan tindakan-tindakannya. Hari esok berada diluar kekuasaannya
(today is today and tomorrow is another day).Seorang Fatalis berpikir, bahwa ia
tidak dapat melakukan sesuatu pada hari esok. Apa yang akan terjadi pada hari
esok, minggu depan, tahun depan atau sebentar lagi, tidak ada kaitannya dengan
dia. Oleh karena itu, buat apa dan tidak ada gunanya untuk memikirkan apa yang
akan dilakukan.
Masyarakat indonesia adalah mayarakat yang memiliki
budaya turun-menurun dari nenek moyang mereka yang sangat
kuat. Terbukti sampai sekarang masih banyak dijumpai upacara-

upacara ataupun ritual adat budaya yang sama dilakukan pada


jaman nenek moyang mereka. Selain ritual ataupun upacara adat
yang masih mereka pegang teguah ialah kepercayaankepercayaan yang sangat terkait erat dengan hal-hal mistis yang
ada disekitar kehidupan mereka. Kepercayaan itu salah satu
contohnya ialah keberadaan ratu pantai selatan atau yang lebih
familiar orang-orang menyebutnya nyi roro kidul. Masyarakat
jawa
khususnya
daerah
bagian
selatan
jawa
sangat
mempercayai keberadaan nyi roro kidul. Masyarakat percaya
bahwa nyi roro kidul adalah penguasa laut selatan. Ia menguasai
laut selatan dari wilayah barat laut selatan mulai dari Pantai
Selatan Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Mancingan dan Parang
Tritis (Yogyakarta) dan Pacitan dan Ngeliyep (Jawa Timur). Karena
kepercayan yang sudah ada sejak dulu masyarakat hingga
sekarang percaya begitu saja tentang keberadaan nyi roro kidul
menguasai pantai selatan. Masayarakat juga takut karena
bahwasanya ada mitos yang menyatakan nyi roro kidul sering
meminta tumbal ke orang-orang yang berkunjung di pantai
selatanm khususnya yang dipercaya sebagai salah satu tempat
masuknya ke dalam kerajaan nyi roro kidul yaitu pantai parang
tritis. Karena sifatnya yang sudah turun-temurun dan mengakar
pada budaya, masyarakat cenderung bersifat fatalis yang hanya
menerima hal tersebut tanpa ada usaha membuktikan hal
tersebut benar adanya atau hanya isapan jempol belaka. Hal ini
lah yang akan kita bahas dalam pembahasan agar kita dapat
menganalisi ada atau tidak keberadaan nyi roro kidul.
PEMBAHASAN
Nyi Roro Kidul memang sudah tidak diragukan lagi ketenarannya. Salah
satu legenda Indonesia ini bisa membuat kita merinding saat berkunjung ke Pantai
Selatan atau melihat lukisan yang menggambarkan Sang Ratu sedang
menunggang kereta kuda di gulungan ombak. Sangat mistis, Ternyata legenda ini
tidak hanya sekadar mitos. Melainkan seorang peneliti dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), DR. Eko Yulianto menghubungkan kejadian
tsunami dengan legenda Nyi Roro Kidul. Hal ini bahkan sudah pernah dibahas
saat kongres paranormal di Paris pada tahun 1980-an. Kawasan Pantai Selatan
yang dikuasai oleh Nyi Roro Kidul berhadapan langsung dengan Samudera
Indonesia uang merupakan zona subduksi (tabrakan) lempeng bumi. Para raja
Yogyakarta dan Solo,selalu melakukan adat labuhan setahun sekali di bulan Sura.
Para raja mengirim sesaji ke Laut Selaran sebagai persembahan bagi Nyi Roro

Kidul. Tarian Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang di Keraton Yogyakarta,


dan Bedaya Ketawang di Keraton Surakarta digelar untuk menghormati Nyi Roro
Kidul setahun sekali. Sembilan orang penari mengenakan pakaian tradisional
pengantin Jawa. Konon katanya penari kesepuluh adalah Nyi Koro Kidul yang
datang untuk menikahi sang Raja.

Cerita menurut buku cerita rakyat dari yogyakarta


Terdapat beberapa versi cerita yang berkaitan dengan nyi roro kidul. Versi
pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta. hiduplah seorang putri
cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge
yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja
Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia
selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki.
Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari
perkimpoian tersebut. Maka, bahagialah sang raja.
Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun
berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang
menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana.
Sudah tentu raja menolak. Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan
siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku, kata Raja Munding Wangi.
Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai
raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat
mewujudkan keinginannya itu. Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi
Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang
dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh
dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan
suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya. Sang dukun
menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi
dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya
berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan
tak tahu harus berbuat apa.
Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan
mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar
bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau
mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi
Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. Puterimu akan mendatangkan
kesialan bagi seluruh negeri, kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak

menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau


terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari
negeri itu.
Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi.
Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia
tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar
Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan.
Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di
Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak
seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air
dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya,
mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah
kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya.
Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera
Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu
Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.
Cerita menurut versi babad tanah jawi
Versi yang kedua adalah bersumber dari cerita babad tanah jawi. Tersebut
dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran,
Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia
menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah
seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi
sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna
Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk
bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi
penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran
menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan
menikahi seluruh penguasa secara bergantian.

Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri


Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai
Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya,
dalam
upaya mempersiapkan kampanye militer melawan
kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian
Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk
membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam
dia
mempelajari rahasia perang dan pemerintahan,
dan
intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga
akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini
Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul
dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan
Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini
setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.
Y. Argo Twikromo dalam bukunya berjudul Ratu Kidul menyebutkan
bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas tradisi yang mementingkan
keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan hidup. Karena hidup ini tidak
terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan dan memaknai
lingkungan alam sangat penting dilakukan. Sebagai sebuah hubungan komunikasi
timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai
kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol
pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka
Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi,
penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut
Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat
penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai
keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus
mengadakan komunikasi dengan makhluk-makhluk halus tersebut.
Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul
adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai
kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus
dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan
ketenteraman. Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik.
Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang
dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri
Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa).
Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.

Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari


Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk
menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan
didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air),
sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan
Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan
Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul. Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul
tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga
oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah
adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang
tersebut hilang karena diambil oleh sang Ratu.
Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul
juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad
Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji
kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk
menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari
malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki
leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta,
Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka
kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling
sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada
saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan
pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan
menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul
dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.
Cerita menurut versi masyarakat sunda
Selain masyarakat jawa tengah yang memiliki kepercayaan tentang nyi
roro kidul, masyarkat sunda atau jawa barat juga mempercayai tentang adanya nyi

roro kidul. Berbeda dengan versi cerita di jawa tengah. Masyarakat Sunda
mengenal legenda mengenai penguasa spiritual kawasan Laut Selatan Jawa Barat
yang berwujud perempuan cantik. Tokoh ini disebut Nyi Rara Kidul. Pada
perkembangannya masyarakat cenderung menyamakan Nyi Rara Kidul dengan
Kanjeng Ratu Kidul, meskipun dalam kepercayaan Jawa, Nyi Rara Kidul adalah
bawahan setia Kanjeng Ratu Kidul. Berikut adalah kisahnya.
Di masa lalu, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Dewi Kadita
adalah anak dari Raja Munding Wangi, Raja Kerajaan Pajajaran. Meskipun sang
raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya
berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi
Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkawinan tersebut. Maka, bahagialah sang
Raja.
Dewi Mutiara ingin agar kelak
putranya itu menjadi raja tanpa ada
penantang atas takhtanya, dan ia pun
berusaha untuk menyingkirkan Dewi
Kadita. Kemudian Dewi Mutiara
datang menghadap Raja, dan meminta
agar sang Raja menyuruh putrinya
pergi dari istana. Sudah tentu Raja
menolak. Raja berkata bahwa ia tidak
akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putrinya. Mendengar
jawaban itu, Dewi Mutiara hanya tersenyum dan berkata manis sampai Raja tidak
marah lagi kepadanya. Tetapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan
keinginannya itu.
Pada keesokan harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus
pembantunya untuk memanggil seorang dukun tukang tenung. Dia ingin sang
dukun meneluh atau mengutuk Kadita, anak tirinya. Sang dukun menuruti
perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis
dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan
dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus
berbuat apa.
Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan
mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar
bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau
mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi
Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya karena dianggap akan

mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri. Karena Raja tidak menginginkan


puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa
menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.
Puteri yang malang itu pun pergi berkelana sendirian, tanpa tahu kemana
harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dewi Kadita yang berhati yang
mulia, tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta
agar Sang Hyang Kersa mendampinginya dalam menanggung penderitaan.
Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di
Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak
seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Tiba-tiba ia mendengar suara
gaib yang menyuruhnya terjun ke dalam Laut Selatan. Dia melompat ke dalam air
dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya,
mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah
kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya.
Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa dalam Samudera Selatan dan menjadi
seorang dewi yang disebut Nyi Rara Kidul yang hidup selamanya.
Kawasan Pantai Palabuhanratu secara khusus dikaitkan dengan legenda ini.
Dari berbagai versi cerita yang ada di atas menunjukan bahwa memang nyi roro
kidul tersoho diberbagai tempat di jawa. Meski dari banyak versei tersebut
membuat cerita tentang nyi roro kidul menjadi rancu dan kit atidak tahu mana
yang benar dari cerita-cerita tersebut. Terlepas dari itu masyarakat memeliki
beberapa kepercayaan yang berkaitan dengan nyi roro kidul sebagai berikut:
1. Ritual dan pemuliaan
Berbagai macam ritual dan penghormatan dilakukan orang untuk
menghormati tokoh legendaris ini. Pantai Palabuhanratu dikaitkan sebagai
tempat berkuasanya Sang Ratu Pantai Selatan. Di sekitar lokasi pantai
Palabuhan Ratu tepatnya di Karang Hawu terdapat tempat petilasan
(persinggahan) Ratu Pantai Selatan, yang dapat dikunjungi untuk
melakukan ritual tertentu ataupun hanya sekedar melihat-lihat. Di
komplek yang dikeramatkan oleh penduduk setempat ini, terdapat
sekurangnya dua ruangan cukup besar yang didalamnya terdapat beberapa
makam yang dipercaya penduduk sebagai makam Eyang Sanca Manggala,
Eyang Jalah Mata Makuta dan Eyang Syeh Husni Ali. Di beberapa
ruangan juga terpampang gambar sang penguasa Laut Selatan Nyi Rara
Kidul. Penghormatan serta pemuliaan kepada Ratu/Penguasa laut selatan
juga terdapat pada sebuah kelenteng yang terletak di bilangan pekojan -

jakarta barat yaitu di Vihara


Kalyana Mitta

Sedekah laut

2.

Masyarakat nelayan pantai selatan Jawa


setiap tahun melakukan sedekah laut
sebagai persembahan kepada sang Ratu
agar
menjaga keselamatan para nelayan dan membantu perbaikan penghasilan.
Upacara ini dilakukan nelayan di pantai Pelabuhan Ratu, ujung genteng
pangandaran,ciacap, sakawayana dan sebagainya. Sebagian besar para
wisatawan yang berkunjung baik itu lokal maupun manca negara datang
ke Pelabuhan Ratu karena keindahan panoramanya sekaligus tradisi ritual
ini. Disaat-saat tertentu banyak acara ritual yang sering digelar penduduk
setempat sebagai rasa terima kasih mereka terhadap sang penguasa laut
selatan.
3.

Tari Bedaya Ketawang


Naskah tertua yang menyebutnyebut tentang tokoh mistik ini
adalah Babad
Tanah
Jawi. Panembahan Senopati adalah
orang pertama yang disebut
sebagai Raja yang menyunting
Sang Ratu Kidul. Dari kepercayaan
ini diciptakan Tari Bedaya Ketawang dari kraton Kasunanan Surakarta
(pada masa Sunan Pakubuwana I), yang digelar setiap tahun, yang
dipercaya sebagai persembahan kepada Kanjeng Ratu Kidul. Sunan duduk
di samping kursi kosong yang disediakan bagi Sang Ratu Kidul. Pengamat
sejarah kebanyakan beranggapan, keyakinan akan Kanjeng Ratu Kidul
memang dibuat untuk melegitimasi kekuasaan dinasti Mataram.

4.

Larangan berpakaian hijau

Peringatan
pantai

5.

selalu diberikan kepada orang yang berkunjung ke


selatan untuk tidak mengenakan pakaian berwarna
hijau. Mereka dapat menjadi sasaran Nyai Rara
Kidul untuk dijadikan tentara atau
pelayannya (budak).

Ruang khusus di hotel


Pemilik hotel yang berada di
pantai selatan Jawa dan Bali
menyediakan ruang khusus
bagi Sang Ratu. Yang terkenal
adalah Kamar 327 dan 2401
di Hotel Grand Bali Beach.
Kamar 327 adalah satu-satunya
kamar yang tidak terbakar
pada peristiwa kebakaran besar Januari 1993. Setelah pemugaran, Kamar
327 dan 2401 selalu dirawat, diberi hiasan ruangan dengan warna hijau,
diberi suguhan (sesaji) setiap hari, namun tidak untuk dihuni dan khusus
dipersembahkan bagi Ratu Kidul. Hal yang sama juga dilakukan di Hotel
Samudra Beach di Pelabuhan Ratu. Kamar 308 disiapkan khusus bagi
Ratu Kidul. Di dalam ruangan ini terpajang beberapa lukisan Kanjeng
Ratu Kidul karya pelukis Basoeki Abdullah. Di Yogyakarta, Hotel Queen
of The South di dekat Parangtritis mereservasi Kamar 33 bagi Sang
Kanjeng Ratu.
Dari uraian di atas menunjukan bahwa pengaruh adanya mitos
tentang nyi roro kidul ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat.
Pengaruhnya sangat besar sampai-sampai nilai budaya yang terkandung
juga berkaitan dengan mitos tersebut dan sudah berlangsung lama sejak
luluhur dulu. Namun ada beberapa hal yang janggal dari beberapa mitos
tersebut yang menjadikan seseorang bertanya apakah memang nyi roro
kidul benar adanya. Antara lain:

1. Manusia, mahluk halus ataukah cuma mitos/legenda? Nyi Roro Kidul


manusia? Mungkinkah manusia bisa hidup di laut hingga ratusan tahun?
Tidak ada agama yang mengajarkan demikian. Mungkinkah manusia yang
meninggal bisa berubah menjadi mahluk halus? Tidak ada. Manusia yang
sudah meninggal ada di dimensi yang berbeda. Tuhan menciptakan
manusia dan mahluk halus dan tidak menciptakan manusia yang bisa
berubah menjadi mahluk halus. Kalau ada penampakan mirip kedua orang
tua kita yang sudah meninggal, maka itu adalah perbuatan mahluk halus
yang menyamar sebagai kedua orang tua kita yang sudah meninggal.
2. Jin, setan,mahluk halus memang ada. Tetapi kalau mahluk halus dijadikan
mitos/legenda, maka cerita itu seolah-olah benar-benar ada dan pernah
ada. Padahal, tidak ada satu orangpun yang bisa membuktikannya.
Jangankan mitos/legenda,cerpen atau novel yang dianggap benar-benar
terjadi, padahal semua itu hanya merupakan cerita fiktif.
3. Keberadaan nyi roro kidul menjadi rancu karena terdapat beberapa versi
ceritanya yang membuat kita bingung mana yang benar, atau semua itu
salah.
4. Terdapat kamar khusu untuk nyi roro kidul di hotel. Ada yang takut angka
13, ada yang tidak buka usaha tiap Selasa. Dari percaya (yang salah), maka
menjelma menjadi keyakinan (yang salah) dan menjadi sugesti yang kuat
sehingga kamar-kamar tertentu di hotel dihubung-hubungkan dengan Nyi
Roro Kidul. Padahal, mereka tidak bisa membuktikan secara ilmiah
maupun rasional.
5. Ada kepercayaan, kalau ke Pantai Selatan tidak boleh memakai baju hijau,
karena bisa diseret ombak dan akan dijadikan tentaranya atau budaknya
Nyi Roro Kidul. Logikanya, tidak boleh memakai baju hijau/biru karena
jika terseret ombak laut sulit mencarinya karena warna baju hijau/biru
hampir sama dengan warna air laut.
6. Ada yang mengatakan jika memakai baju hijau akan terseret arus karena
ditarik oleh nyi roro kidul dan akan menjadi budak atau tentara nyi roro
kidul, penjelasan terseretnya sudah dapat dijelaskan secara ilmiah yaitu
terseret akibat dari adanya rip current di pantai selatan.
7. Ritual-ritual seperti memberi sesajen, larung di laut itu hanya sekedar
kepercayaan manusia yang percaya dengan hal yang mistis. Apalagi bagi
seorang muslim semestinya tidak mempercayai hal-hal tersebut karena
termasuk musyrik.
Dari mitos dan cerita-cerita dari masyarakat yang ada dan dipercayai
banyak sekali yang diluar nalar manusia. Logika seakan menolak semua
pernyataan yang dilontarkan banyak orang akan kebenaran adanya nyi roro

kidul. Namun ada beberapa fakta dari mitos yang berkembangdi


masyarakat yang ternyata salah dan bisa di jelaskan secara ilmiah. Dan
secara tidak langsung membantah pernyataan akan kebenaran adanya nyi
roro kidul di pantai selatan. Hal itu antara lain:
1. Jika berpakaian hijau di laut selatan akan ditarik nyi roro kidul dan
dijadikan budak atau tentaranya.
Penjelasan mengapa orang terasa ditarik saat di laut selatan adalah
disebabkan oleh adanya rip current di daerah selatan laut jawa.

Rip Current adalah arus yang dibentuk oleh pergerakan air yang relatif
cepat (sekitar 4 ft (1.1 m)/dtk) yang mendesak keluar kembali ke tengah laut dari
mana mereka datang, kemungkinan terjadi hanya beberapa menit. Tarikan dapat
terjadi karena air yang datang menabrak
pantai dan terkumpul harus kembali ke
suatu tempat sepanjang pantai itu. Jika
tidak ada penghalang, maka air akan
dengan mudah mengalir kembali ke laut
secara terus menerus. Tetapi jika ada
penghalang (misalnya: gelombang
datang), kelebihan air benar-benar
mulai terkumpul.
Ketika air yang
terkumpul harus secepatnya kembali ke
tengah laut, maka akan secepatnya
menuju dan melimpasi penghalang
dengan beberapa arus yang mempunyai
energi lebih besar dibanding yang lain. Arus dengan pergerakan yang cepat ini
menabrak dan memecahkan penghalang. Di sana bisa membentuk sejumlah
pecahan, oleh karena itu di sana bisa pula terbentuk sejumlah arus seret
sepanjang pantai tertentu.

2. Saat para penari menarikan tari bedhaya ketawang diacara-acara


keraton yang seharusnya penarinya ada 9 namun para penonton
melihat ada 10 orang.
dari sumber-sumber yang diperoleh hanya ada 9 orang penari saat itu.
Dari banyak dokumentasi-dokumentasi juga hanya ada 9 penari bukan
10 penari.
3. Para pelukis nyi roro kidul mati setelah melukis lukisan bergambar nyi
roro kidul.
Mereka mati memang mungkin sudah saatnya tidak ada campur tagan
makhluk halus ataupun nyi roro kidul. Dalam islam jin dan syaiton
tidak bisa mencabut nyawa manusia.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa fatalistik Berasal dari bahasa
Latin Fatalis yang berarti sesuatu yang berkaitan atau bertautan dengan nasib
atau takdir (Fatum = Nasib, takdir). Apabila paham seseorang dianggap sangat
putus asa dalam segala hal, maka inilah disebut fatalisme. Betapa kuatnya
pengaruh fatalistik di indonesia ini. Sifat yang telah membudaya sejak lama dan
masuk hingga ke akar-akar kehidupan masyarkat membuat fatalisme di indonesia
seakan sudah masuk kedalam jiwa dan pemikiran orang indonesia. Akibat
penyebarannya yang masif sehingga sifat ini menular hingga keluar lingkungan
masyarkat yang belum mengenal fatalistik. Apabila paham seseorang dianggap
sangat putus asa dalam segala hal, maka inilah disebut fatalisme.
Dari keterangan berbagai sumber yang saya peroleh. Sumber-sumber itu
menunjukan bahwa keberadaan nyi roro kidul hanya mitos belaka. Tidak ada
bukti nyata dan otentik bahwa nyi roro kidul itu ada dan hidup di pantai selatan.
Cerita nyi roro kidul hanya cerita yang dibuat-buat oleh pengusa saat itu oleh
para pemimpin kerajaan mataram yang takut akan rakyatnya yang tidak percaya
pada penguasa dan kerajaan di sekitar mataram yang akan menyerang wilayah
mataram. Dari cerita yang dibuat maka para rakyat akan segand an takjub akan
kekuatan sang pemimpin dan kerajaan yang ingin menguasai mataram pun akan
enggan menyerang setelah mengetahui kesaktian sang raja.
Cerita orang-orang yang menyatakan bahwa orang yang tenggelam di
pantai selatan karena ditarik oleh nyi rro kidul saat ini sudah bisa di jawab secara
ilmiah oleh para ilmuan. Hal itu disebabkan oleh adanya rip current di daerah
pantai selatan jawa. Karena struktur geologi di dasar laut yang menyebabkan
terbentuknya rip current disana.

You might also like