You are on page 1of 24

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


CARSINOMA NASOFARING
RUANG THT RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE TANGGAL 23 APRIL 2002 S/D 26 APRIL 2002

DI SUSUN
OLEH :
SUBHAN
NIM 010030170 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUSI S.1 ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan


Di Ruang THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Mengetahui

Surabaya, 26 April 2002

Kepala Ruang THT

Mahasiswa

Luh Gede Arsiti AMd.Kep

Subhan

NIP. 14 00 72 113

NIM. 010030170 B

Pembimbing Ruangan

Pembimbing Akademik

Tresia Adalena AMd.Kep

Joni Haryanto, SKp.

NIP 14 00 85 759

NIP. 140 271745

LAPORAN PENDAHULUAN
CARSINOMA NASOFARING
Anatomi Nasofaring.
Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di
sebelah do sal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane.
Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut menentukan
kualitas suara yang dihasilkan oleh laring. Nasofaring merupakan rongga yang
mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Atas
: Basis kranii.
Bawah
: Palatum mole
Belakang
: Vertebra servikalis
Depan
: Koane
Lateral
: Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler
(resesus faringeus).
Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.
Pengertian Carsinoma Nasofaring
Karsinoma Nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa
nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring.
Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak di THT.
Sebagian besar kien datang ke THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut.
Didapatkan lebih banyak pada pria dari pada wanita, dengan perbandingan 3 : 1 pada
usia / umur rata-rata 30 50 th.
Etiologi
Penyebab timbulnya Karsinoma Nasofaring masih belum jelas. Namun banyak yang
berpendapat bahwa berdasarkan penelitian-penelitian epidemiologik dan
eksperimental, ada 5 faktor yang mempengaruhi yakni :
1. Faktor Genetik (Banyak pada suku bangsa Tionghoa/ras mongolid).
2. Faktor Virus (Virus EIPSTEIN BARR)
3. Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik misalnya
asap rokok dll).
4. Iritasi menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap, alkohol dll.
5. Hormonal : adanya estrogen yang tinggi dalam tubuh.
Pembagian Karsinoma Nasofaring
Menurut Histopatologi :
Well differentiated epidermoid carcinoma.
- Keratinizing
- Non Keratinizing.

Undiffeentiated epidermoid carcinoma = anaplastic carcinoma


- Transitional
- Lymphoepithelioma.

Adenocystic carcinoma

Menurut bentuk dan cara tumbuh


Ulseratif
Eksofilik : Tumbuh keluar seperti polip.
Endofilik : Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih tinggi dari jaringan
sekitar (creeping tumor)

Klasifikasi Histopatologi menurut WHO (1982)


Tipe WHO 1
-

Karsinoma sel skuamosa (KSS)


Deferensiasi baik sampai sedang.
Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).

Tipe WHO 2
-

Karsinoma non keratinisasi (KNK).


Paling banyak pariasinya.
Menyerupai karsinoma transisional

Tipe WHO 3
-

Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).


Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, Clear Cell
Carsinoma, varian sel spindel.
Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.

Tipe WHO

1
2
3

Indonesia
29%
14%
57%

Cina
35%
23%
42%

Klasifikasi TNM
Menurut UICC (1987) pembagian TNM adalah sebagai berikut :
T1
= Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring
T2
= Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.
T3
= Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.
T4
= Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai syaraf otak.
N1
= Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama, mobil, soliter dan
berukuran kurang/sama dengan 3 cm.
N2
= Metastasis pada satu kelenjar pada sisi yang sama dengan ukuran lebih dari
3 cm tetapi kurang dari 6 cm, atau multipel dengan ukuran besar kurang dari
6 cm, atau bilateral/kontralateral dengan ukuran terbesar kurang dari 6 cm.
N3
= Metastasis ke kelenjar getah bening ukuran lebih besar dari 6 cm.
M0
= Tidak ada metastasis jauh.
M1
= Didapatkan metastasis jauh.
Penentuan Stadium
Stadium I
T1
Stadium II
T2
Stadium III T3
T1 3
Stadium IV T4
Semua T
Semua T

N0
M0
N0
M0
N0
M0
N1
M0
N0 1 M0
N2 3 M0
Semua N

M1

Lokasi :
1 Fossa Rosenmulleri.
2 Sekitar tuba Eustachius.
3 Dinding belakang nasofaring.
4 Atap nasofaring.

Gejala Klinik
1. Gejala Setempat :
Gejala Hidung :
Pilek dari satu atau kedua lubang hidung yang terus-menerus/kronik.
Lendir dapat bercampur darah atau nanah yang berbau.
Epistaksis dapat sedikit atau banyak dan berulang.
Dapat juga hanya berupa riak campur darah.
Obstruksio nasi unilateral atau bilateral bila tumor tumbuh secara eksofilik
Gejala Telinga :
Kurang, pendengaran.
Tinitus
OMP.
2.
a.

b.

c.

d.

Gejala karena tumbuh dan menyebarnya tumor


Merupakan gejala yang timbul oleh penyebaran tumor secara ekspansif,
infiltratif dan metastasis.
Ekspansif

Ke muka, tumor tumbuh ke depan mengisi nasofaring dan menutuk koane


sehingga timbul gejala obstruksi nasi/hidung buntu.

Ke bawah, tumor mendesak palatum mole sehingga terjadi bombans


palatum mole sehingga timbul gangguan menelan/sesak.
Infiltratif

Ke atas :
Melalui foramen ovale masuk ke endokranium, maka terkena dura dan
timbul sefalgia/sakit kepala hebat, Kemudian akan terkena N VI, timbul
diplopia, strabismus. Bila terkena N V, terjadi Trigeminal neuralgi dengan
gejala nyeri kepala hebat pada daerah muka, sekitar mata, hidung, rahang
atas, rahang bawah dan lidah. Bila terkena N III dan IV terjadi ptosis dan
oftalmoplegi. Bila lebih lanjut lagi akan terkena N IX, X, XI dan XII.

Ke samping :
Masuk spatium parafaringikum akan menekan N IX dan X
: Terjadi
Paresis palatum mole, faring dan laring dengan gejala regurgitasi makanminum ke kavum nasi, rinolalia aperta dan suara parau.
Menekan N XI
: Gangguan fungsi otot sternokleido mastoideus dan
otot trapezius.
Menekan N XII
: Terjadi Deviasi lidah ke samping/gangguan menelan
Gejala karena metastasis melalui aliran getah bening :
Terjadi pembesaran kelenjar leher yang terletak di bawah ujung planum
mastoid, di belakang ungulus mandibula, medial dari ujung bagian atas
muskulus sternokleidomastoideum, bisa unilateal dan bilateral. Pembesaran
ini di sebut tumor colli.
Gejala karena metastasis melalui aliran darah :
Akan terjadi metastasis jauh yaitu paru-paru, ginjal, limpa, tulang dan
sebagainya.

Gejala di atas dapat dibedakan antara :


I.
Gejala Dini : Merupakan gejala yang dapat timbul waktu tumor masih tumbuh
dalam batas-batas nasofaring, jadi berupa gejala setempat yang disebabkan oleh
tumor primer (gejala-gejala hidung dan gejala-gejala telinga seperti di atas).
II.
Gejala Lanjut : Merupakan gejala yang dapat timbul oleh karena tumor telah
tumbuh melewati batas nasofaring, baik berupa metastasis ataupun infiltrasi dari
tumor.

Sebagai pedoman :
Ingat akan adanya tumor ganas nasofaring bila dijumpai TRIAS :
A. Tumor colli, gejala telinga, gejala hidung.
B. Tumor colli, gejala intrakranial (syaraf dan mata), gejala hidung dan telinga.
C. Gejala Intrakranial, gejala hidung dan telinga.
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
: Wajah, mata, rongga mulut dan leher.

Pemeriksaan THT:
- Otoskopi
: Liang telinga, membran timpani.
- Rinoskopia anterior :
o Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin
hanya banyak sekret.
o Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung,
tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif.
- Rinoskopia posterior :
o Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak
menonjol, tak rata dan paskularisasi meningkat.
o Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan.
- Faringoskopi dan laringoskopi :
Kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring; reflek
muntah dapat menghilang.
- X foto
: tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan
Pemeriksaan tambahan
- Biopsi :
Biopsi sedapat mungkin diarahkan pada tumor/daerah yang dicurigai.
Dilakukan dengan anestesi lokal.
Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan), melalui
rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi
posterior.
Bila perlu Biopsi dapat diulang sampai tiga kali.
Bila tiga kali Biopsi hasil negatif, sedang secara klinis mencurigakan
dengan karsinoma nasofaring, biopsi dapat diulang dengan anestesi umum.
Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila klien trismus atau keadaan
umum kurang baik.
Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan
bila terjadi keraguan apakah kelenjar tersebut suatu metastasis.
Penatalaksanaan :
Terapi utama : Radiasi/Radioterapi ditekankan pada penggunaan megavoltage
dan pengaturan dengan komputer (4000 6000 R)
Terapi tambahan : diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, inferferon,
Sitostatika/Kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus
Semua pengobatan tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan
kemoterapi masih tetap terbaik sebagai terapi ajuvan (tambahan). Berbagai
macam kombinasi dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini adalah kombinasi
dengan Cis-platinum sebagai inti. Pemberian ajuvan kemoterapi Cis-platinum,
bleomycin dan 5-fluorouracil sedang dikembangkan di bagian THT Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga dengan hasil sementara yang cukup
memuaskan. Demikian pula telah dilakukan penelitian pemberian kemoterapi
praradiasi dengan efirubicin dan cis-platinum, meskipun ada efek samping yang
cukup berat, tetapi memberikan harapan kesembuhan yang lebih baik.

PATOFISIOLOGI
Gangguan pertumbuhan sekunder /
sel epitel nasopharing

Telinga
Pendengaran berkurang

Perubahan sensori persepsi pendengaran

Hidung
Pilek kronis

Sakit kepala/pusing
Hidung buntu (terasa)

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala
:
- Kelemahan dan / atau kelelahan.
- Perubahan pada pola istirahat / jam tidur karena keringat berlegih,
nyeri atau ansietas.
2. Integritas Ego :
Gejala
:
- Faktor stress (perubahan peran atau keuangan).
- Cara mengatasi stress (keyakinan/religius).
- Perubahan penampilan.
3. Makanan/cairan
Gejala
: Kebiasaan diet buruk (Bahan Pengawet)
4. Neurosensori
Gejala
: Pusing atau sinkope
5. Pernafasan
Gejala
: Pemajanan bahan aditif
6. Interaksi sosial
Gejala
: Kelemahan sistem pendukung
7. Pembelajaran
Gejala
: Riwayat kanker pada keluarga
Prioritas Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberi informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1. Klien menerima situasi dengan realistis.
2. Nyeri berkurang/terkontrol.
3. Homeostasis dicapai.
4. Komplikasi dicegah/dikurangi
5. Proses/kondisi penyakit, prognosis, pilihan terapeutik dan aturan dipahami.
Diagnosa Keperawatan
1. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan
tidur/istirahat.
2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan
pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas,
efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain
dialami dan dirasakan pasien.
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi .

5.

Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam


tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien
akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

2.

Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.


Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien
sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3. Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga
pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien
untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan
pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan
lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal
mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan
kecemasan yang dirasakan pasien.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara
bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang
menunggu.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi
rasa cemas pasien.

3.

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan
dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila
ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca.
Nasofaring
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat
perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui
pasien/keluarga.
2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan
menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai
tingkat pendidikan pasien.

3.

4.

5.

4.

Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada


pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga
tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan
pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam
tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya
berkurang.
Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada /
memungkinkan).
Rasional : Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang
telah diberikan.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien
sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan
merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
4. Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang
ditetapkan.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet
diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke
dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai
dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

Evaluasi
A. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
B. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
C. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta.
Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process
Approach. 2 nd Edition : WB Sauders.
Lab. UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair. (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi
Lab/UPF Ilmu Penyakit THT. Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.
Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :
Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (2000). Buku Ajar Ilmu Kesehatan
THT. Edisi kekempat. FKUI : Jakarta.
Sri Herawati. (2000). Anatomi Fisiologi Cara Pemeriksaan Telinga, Hidung,
Tenggorokan. Laboratorium Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya.

10

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


Nama Mahasiswa
: Subhan
NIM
: 010030170 B
Ruang
: THT Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
Pengkajian diambil tanggal : 22 April 2002. Jam 08.00 BBWI
1.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn A. B. Tanjung
No. Regester :
Umur
: 64 Tahun/Bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki.
Suku/Bangsa
: Dayak/Indonesia
Agama
: Kristen
Status Marieta
: Kawin
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SLTA
Bahasa yang digunakan
: Indonesia
Alamat
: Jl. Sethaji 4/54 Kab.Kuala Kapuas Kalimantan Tengah
Kiriman dari
: dokter praktek
Tanggal MRS
: 12 April 2002 Jam... WIB.
Cara Masuk
: Lewat Instalasi Rawat Darurat/Poliklinik RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Diagnosa Medis : Ca Nasofaring + Diabetes Melitus + Hipertensi
Alasan Dirawat
: Ingin menjalani kemoterapi
Keluhan Utama
: Telinga kiri terasa buntu/hingga peradangan. Timbul
benjolan di leher kanan dan kiri sejak 3 bulan yang lalu.
Upaya yang telah dilakukan : Berobat ke dokter praktek.
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :...

2.

RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tahun 1999 klien pernah mengalami stroke
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Telinga kiri terasa buntu/hingga peradangan. Timbul benjolan di leher
kanan dan kiri sejak 3 bulan yang lalu.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit
seperti yang diderita klien saat ini.
4) Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup
bersih
5) Riwayat Kesehatan Lainnya
Alat bantu yang dipakai : ..

3.

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan Umum : baik
2) Tanda-tanda vital
Suhu
: 36,8 0C
Nadi
: 90 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 140/90 mmHg.
Respirasi
: 20 x/menit

11

3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit, Irama teratur,
tidak terlihat gerakan cuping hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak
terlihat keringat pada dahi, tidak terdengar suara nafas tambahan,
dentuk dada simetris.Hasil foto Thorax PA Cor/pulmo tidak ada
kelainan.
(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 90 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 140/90 mmHg,
Suhu 36,8 0C, perfusi hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra
sistole/murmur tidak ada
(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
Persepsi Sensori :
Pendengaran
:
Penciuman
:
Pengecapan
:
Penglihatan
:
Peradaan
:
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning
(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik
normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare,
Rectum normal, klien buang air besar 1 X/hari.
(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas/terbatas
Parese ada/tidak, Paralise ada/tidak, Hemiparese ada/tidak,
Ekstrimitas
:
Atas :
Bawah :
Tulang Belakang :
Warna kulit
:
Akral
:
Turgor
:
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus
(7) Sistem Endokrin
Terapi hormon
:
Karakteristik sex sekunder
:
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik :
Hipoglikemia
Polidipsi
Poliphagi
Poliuri
Postural hipotensi

12

kelemahan
Pola aktivitas sehari-hari
(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Pada pasien diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap
dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
(3) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan lancar,
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning. Pada eliminasi
alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari.
(4) Pola tidur.dan Istirahat
Adanya poliuri dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola
tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan. Klien
kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari. Klien
tampak terganggu dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
(5) Pola Aktivitas dan latihan
Adanya diabetik dan Ca. nasofaring menyebabkan penderita tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal,
penderita mudah mengalami kelelahan. Klien biasanya bekerja
diluar rumah, tapi saat ini klien hanya beristirahat di Rumah Sakit
sambil menunggu rencana operasi.
(6) Pola Hubungan dan Peran
Ca nasofaring yang sukar sembuh menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.
(7) Pola Sensori dan Kognitif
Pasien dengan diabetes cenderung mengalami neuropati / mati rasa
pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien
mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak
mengalami disorientasi.
(8) Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran
pada keluarga (self esteem). Klien mengalami cemas karena

13

Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan


diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
(9) Pola Seksual dan Reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di rumah sakir
klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.
(10) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif /
adaptif. Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan
kemoterapi/sitostatika. karena kurangnya pengetahuan.
(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta ca nasofaring tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan
cuci rambut 1 X/minggu.
Ketergantungan
Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung
alkohol.
Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit
stress menghadapi tindakan operasi.
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus
dengan dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya
mahal.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Kristen, ajaran
agama dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan
aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh gereja di
sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 9 April 2002
- Hb
: 15,8 mg/dl (13,4 mg/dl)
- Leukosit
: 11,3
- Albumin
: 4,1 gr/dl (3,2 3,5 gr/dl)
- SGOT
: 10,2
( kurang 29 )U/L
- SGPT
: 13,5 U/L

14

Bilirubin Direk
Bilirubin Total
Alkali Phospatase
Cholesterol Total
Trigliserida
HDL Cholesterol
LDL Cholesterol
Ureum/BUN
Serum Creatinin
Uric Acid
Glukosa puasa
Glukosa 2 jam pp

: 0,31
: 1,01
: 148
: 148,8
: 81,4
: 30
: 101
: 13,8 mg/dl
: 1,16 mg/dl
: 4,1
: 300 mg/dl
: 463 mg/dl

( 0,25)
( 1,00)
( 200)
( 200)
( 35
( 130)
(10 20)
(L : 0,9 1,5 P : 0,7 1,3)
(L : 3,4 7,0 P : 2,4 5,7)
( 126 mg/dl)
( 140 mg/dl)

Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 22 April 2002


- Gula darah acak
: 178 mg/dl ( 140 mg/dl)
Hasil pemeriksaan Patologi tanggal 10 April 2002
Mikroskopik
- Jaringan nasofaring hiperplastik, tidak tampak tanda-tanda keganasan
- Jaringan nasofaring dengan infiltrat luas undiff. Epidermoid carcinoma,
WHO type 3.
- Kesimpulan : Nasofaring kiri, biopsi undiff. Epidermoid carcinoma, WHO
type 3.
Hasil pemeriksaan CT Scan tanggal 9 April 2002
Terliha gambaran massa daerah nasopharynx mengenai atap serta dinding kanan
kiri. Batas anterior mencapai cavum nasi bagian posterior. Sisi kanan juga
terlihat ada cairan dalam sinus maxillaris kanan suspect merupakan perluasan
tumor tersebut. Belum terlihat ada invasi tumor ke intracranial. Perluasan ke
lateral, kanan kiri sampai di musculus pterygoideus tetapi belum mengadakan
infiltrasi pada musculus tsb. Pada infiltrasi intracranial.
Kesimpulan : Gambaran tumor nasopharynx
Hasil pemeriksaan Radiologi tanggal 9 April 2002
Thorax PA
Cor / pulmo tidak ada kelainan.
TERAPI :
Tanggal 22 April 2002
- Infus RL/D5%
- Inj Actrapid 16 UI jam sebelummakan.
- Copar 6 X 1 Tab/hari
- Inj Xylo Della 2 : 2 Im
- Inj Novoban 1 Amp
- Inj Carbocin 450 mg dalam Inf D5% 100 cc drip habis dalam 6 jam.
Tanggal 23 April 2002
- Inj Curasil (5 FU) 1000mg dalam 100 cc D5% drip habis dalam 30 menit.
Tanggal 25 April 2002
- Inj Bleocyn 30 mg dalam 100 cc RL drip habis dalam 30 menit.
Tanda tangan mahasiswa

15

16

ANALISA DAN SINTESA DATA


NO

II.

D AT A
ETIOLOGI
Klien kurang tidur Rasa nyeri pada
baik pada waktu kepala.
siang
maupun
malam hari. Klien
tampak
terganggu
dengan
kondisi
ruang
perawatan
yang ramai.
O:
Kurangnya
S:
pengetahuan
Klien mengatalakn tentang
cemas
karena penyakitnya.
Kurangnya
pengetahuan tentang
sifat
penyakit,
pemeriksaan
diagnostik
dan
tujuan tindakan yang
diprogramkan.
Lamanya perawatan,
banyaknya
biaya
perawatan
dan
pengobatan
dan
gangguan
peran
pada keluarga (self
esteem).
Klien mengatakan
sedikit
stress
menghadapi
tindakan kemoterapi/
sitostatika.
karena
kurangnya
pengetahuan.
O:
Kurangnya
S:
informasi.
Klien mengatakan
kurang mengetahui
tentang
proses
penyakit, perawatan
maupun pengobatan
serta
kurangnya
pengetahuan tentang
dampak
diabetuk
dan diet.
O:
Intake makanan
Klien
mengalami yang kurang.
muntah 2 X
S:
Klien
mengeluh
selalu mual dan
selalu ingin muntah
DIAGNOSA KEPERAWATAN

MASALAH
Ganguan
pola
tidur

PARAF

Cemas

Kurangnya
pengetahuan
tentang
proses
penyakit,
diet,
perawatan
dan
pengobatan

Gangguan
pemenuhan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh

17

1.
2.
3.
4.

Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.


Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.

18

PERENCANAAN INTERVENSI
NO
1.

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan rasa nyeri pada kepala.

Cemas
berhubungan
kurangnya
pengetahuan
penyakitnya.

TUJUAN
Tujuan : Gangguan pola tidur
pasien akan teratasi.
Kriteria hasil :
1. Pasien mudah tidur dalam
waktu 30 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah
segar.
3. Pasien mengungkapkan
dapat beristirahat dengan
cukup.

dengan Tujuan : rasa cemas


tentang berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat
mengidentifikasikan sebab
kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.

1.
2.
3.
4.

PERENCANAAN INTERVENSI
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan 1.
tenang.
Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di 2.
rumah.
Kaji adanya faktor penyebab gangguan 3.
pola tidur yang lain seperti cemas, efek
obat-obatan dan suasana ramai.
Anjurkan pasien untuk menggunakan 4.
pengantar tidur dan teknik relaksasi.

5.

Kaji tanda-tanda kurangnya


kebutuhan tidur pasien.

1.

Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh 1


pasien.

2.

Beri kesempatan pada pasien


mengungkapkan rasa cemasnya.
Gunakan komunikasi terapeutik.

3.
4.

pemenuhan 5.

untuk 2
3

Beri informasi yang akurat tentang proses 4


penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut

RASIONAL
Lingkungan yang nyaman dapat membantu
meningkatkan tidur/istirahat.
Mengetahui perubahan dari hal-hal yang
merupakan kebiasaan pasien ketika tidur
akan mempengaruhi pola tidur pasien.
Mengetahui faktor penyebab gangguan pola
tidur yang lain dialami dan dirasakan
pasien.
Pengantar tidur akan memudahkan pasien
dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi
akan mengurangi ketegangan dan rasa
nyeri.
Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan tidur pasien akibat gangguan
pola tidur sehingga dapat diambil tindakan
yang tepat
Untuk menentukan tingkat kecemasan yang
dialami pasien sehingga perawat bisa
memberikan intervensi yang cepat dan
tepat.
Dapat meringankan beban pikiran pasien.
Agar terbina rasa saling percaya antar
perawat-pasien sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
Informasi yang akurat tentang penyakitnya
dan keikutsertaan pasien dalam melakukan

19

serta dalam tindakan keperawatan.


5.

6.
7.
3.

Kurangnya pengetahuan tentang


proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien memperoleh


informasi yang jelas dan benar
tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Pasien mengetahui tentang
proses
penyakit,
diet,
perawatan
dan
pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila
ditanya.
2. Pasien dapat melakukan
perawatan
diri
sendiri
berdasarkan
pengetahuan
yang diperoleh.

Berikan keyakinan pada pasien bahwa 5


perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
selalu berusaha memberikan pertolongan
yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Berikan kesempatan pada keluarga untuk 6
mendampingi pasien secara bergantian.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan 7
nyaman.

1.

Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga 1.


tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring.

2.

Kaji latar belakang pendidikan pasien.

3.

Jelaskan tentang proses penyakit, diet, 3.


perawatan dan pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah
dimengerti.
Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, 4.
manfaatnya bagi pasien dan libatkan
pasien didalamnya.

4.

5.

Gunakan
gambar-gambar
memberikan penjelasan (jika
memungkinkan).

2.

dalam 5.
ada /

tindakan dapat mengurangi beban pikiran


pasien.
Sikap positif dari timkesehatan akan
membantu menurunkan kecemasan yang
dirasakan pasien.
Pasien akan merasa lebih tenang bila ada
anggota keluarga yang menunggu.
Lingkung yang tenang dan nyaman dapat
membantu mengurangi rasa cemas pasien.
Untuk
memberikan
informasi
pada
pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui
sejauh mana informasi atau pengetahuan
yang diketahui pasien/keluarga.
Agar perawat dapat memberikan penjelasan
dengan menggunakan kata-kata dan kalimat
yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat
pendidikan pasien.
Agar informasi dapat diterima dengan
mudah
dan
tepat
sehingga
tidak
menimbulkan kesalahpahaman.
Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra
langsung dalam tindakan yang dilakukan,
pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya
berkurang.
Gambar-gambar
dapat
membantu
mengingat penjelasan yang telah diberikan.

20

4.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang Tujuan : Kebutuhan nutrisi 1.


dari kebutuhan tubuh berhubungan dapat terpenuhi
dengan intake makanan yang kurang. Kriteria hasil :
1. Berat badan dan tinggi badan
ideal.
2.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas
normal.
3.
4. Tidak ada tanda-tanda
hiperglikemia/hipoglikemia.
4.
5.

Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

1.

Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang 2.


telah diprogramkan.
Timbang berat badan setiap seminggu 3.
sekali.
Identifikasi perubahan pola makan.

4.

Kerja sama dengan tim kesehatan lain 5.


untuk pemberian insulin dan diet diabetik.

Untuk mengetahui tentang keadaan dan


kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
diberikan tindakan dan pengaturan diet
yang adekuat.
Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi
terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
Mengetahui perkembangan berat badan
pasien (berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet).
Mengetahui
apakah
pasien
telah
melaksanakan
program
diet
yang
ditetapkan.
Pemberian insulin akan meningkatkan
pemasukan glukosa ke dalam jaringan
sehingga gula darah menurun,pemberian
diet yang sesuai dapat mempercepat
penurunan gula darah dan mencegah
komplikasi.

21

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI (SOAP)


NO
TANGGAL
DIAGNOSA
1. Gangguan pola tidur 22 April 2002
berhubungan
dengan rasa nyeri
pada kepala.

2. Cemas berhubungan 23 April 2002


dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.

3.

Kurangnya 24 April 2002


pengetahuan tentang
proses
penyakit,
diet, perawatan, dan

J AM

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

08.00
08.10
08.20

1.
2.
3.

08.30

4.

08.40

5.

08.00
08.10

1.
2.

08.20
08.30

3.
4.

08.40

5.

08.50

6.

09.00

7.

08.00

1.

08.10
08.20

2.
3.

Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.


Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain
seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan
teknik relaksasi.
Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur
pasien.
Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa
cemasnya.
Gunakan komunikasi terapeutik.
Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan
anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan.
Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan
tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan
yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi
pasien secara bergantian.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

EVALUASI (SOAP)

TANDA
TANGAN

S:
Pasien mengungkapkan dapat beristirahat
dengan cukup.
O:
1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 40
menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
S:
O:
1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab
kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan

Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit S :


DM dan Ca. Nasofaring.
Kaji latar belakang pendidikan pasien.
O:
Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan 1. Pasien mengetahui tentang proses

22

pengobatan
berhubungan
dengan kurangnya
informasi.

4.

Gangguan 25 April 2002


pemenuhan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
intake
makanan
yang
kurang.

08.30

4.

08.40

5.

08.00
08.10

1.
2.

08.20
08.30
08.40

3.
4.
5.

pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang


penyakit, diet, perawatan dan
mudah dimengerti.
pengobatannya dan dapat menjelaskan
Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi
kembali bila ditanya.
pasien dan libatkan pasien didalamnya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri
Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan
sendiri berdasarkan pengetahuan yang
(jika ada / memungkinkan).
diperoleh.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
S:
Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
diprogramkan.
O:
Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
1. Pasien mematuhi dietnya.
Identifikasi perubahan pola makan.
2. Kadar gula darah dalam batas normal.
Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian 3. Tidak ada tanda-tanda
insulin dan diet diabetik.
hiperglikemia/hipoglikemia.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.

23

You might also like