You are on page 1of 23

REFERAT SUB BAGIAN BEDAH DIGESTIF

BAGIAN / SMF BEDAH FK UNPAD- RSHS


OLEH
: Miradz Hudaya, dr
PEMBIMBING
: Haryono Yarman, dr., SpB-KBD
________________________________________________________________________
ENTEROSTOMA
I.

PENDAHULUAN
Enterostoma adalah hubungan antara usus atau saluran kemih dengan dunia luar yang

dibuat dengan cara menempelkan usus tersebut ke kulit dinding abdomen. 1 Pembuatan stoma
pada umumnya bersifat temporer dan berfungsi untuk diversi feses yang tujuannya untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Saat ini, diperkirakan hampir satu juta orang di Amerika
Serikat yang hidup normal dengan menggunakan stoma, bahkan ada beberapa di antaranya yang
menjadi anggota perkumpulan liga sepak bola dan golf yang sering mengikuti pertandingan
profesional.1
Mencermati fenomena tersebut, demi menjaga kualitas hidup penyandang stoma,

maka

berkembanglah perawat-perawat yang mengkhususkan diri untuk perawatan stoma sebagai


enterostomal therapist (ET) di berbagai pusat pelayanan kesehatan.2
Pada tulisan ini, pembahasan mengenai enterostoma dibatasi pada stoma saluran
pencernaan ( kolostomi, ileostomi ) yang meliputi sejarah, fisiologi usus halus, fisiologi usus
besar, fisiologi stoma, penentuan lokasi stoma, kolostomi, ileostomi, komplikasi stoma dan
perawatan stoma.
II.

SEJARAH
Sejarah tentang pembuatan stoma diawali pada masa kekristenan, tetapi yang sengaja

dibuat baru diketahui kira-kira baru 200 tahun yang lalu. 3 Pada awalnya, stoma tidak dibuat oleh
ahli bedah, namun karena proses alami akibat strangulasi hernia di mana penderita masih dapat
bertahan hidup. Selain itu, didapatkan pada para pejuang jaman dulu yang mengalami luka
abdomen akibat trauma visceral yang sering kali dapat bertahan hidup dengan fistula enterokutan
yang permanen.3
Lorentz Heiser (1757) menganjurkan dikeluarkannya usus yang mengalami trauma
setelah melakukan observasi pada pembentukan stoma yang terjadi secara spontan pada
1

penderita trauma abdomen. Dia menulis, bahwa usus yang terluka, kadang-kadang tanpa
diharapkan akan melengket pada luka abdomen itu sendiri, dengan demikian tampaknya tidak
ada alasan bagi kita untuk tidak mengeluarkannya dari dari abdomen.3
Jean Palfin dan John Bell ( abad 18 ), keduanya tukang potong rambut yang merangkap
menjadi ahli bedah tampaknya tidak sependapat dengan Heiser, mereka menganjurkan agar luka
pada dinding abdomen sebaiknya ditutup.3
Benyamin Bell (1738) memodifikasi eksteriorisasi usus ini dengan membuat double
barrel ostomy untuk mencegah terjadinya stenosis dan ternyata metode pengeluaran usus
menjadi metode yang lebih populer sampai abad 18.3
Pada tahun 1776, Pillore, seorang ahli bedah dari Perancis, melakukan cecostomy sebagai
penanganan obstruksi saluran cerna akibat kanker rektum. Kemudian pada abad ke 17, dengan
kontribusi dari Dubois, Fine, Calisaen, Duret, dll, intervensi bedah dalam pembuatan stoma
mulai diterima sebagai penanganan obstruksi saluran cerna. Pada akhir tahun 1800-an, kolostomi
menjadi solusi bedah yang diterima secara luas dalam penanganan obstruksi saluran cerna.3

III.

FISIOLOGI USUS HALUS


Fungsi usus halus terdiri atas transportasi dan pencernaan makanan, serta absorpsi cairan,

elektrolit dan unsur makanan.3 Panjang usus halus pada orang dewasa 5 m yang secara
fungsional dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, ileum dan jejunum. Duodenum dimulai
dari pylorus dan berakhir pada ligamentum Treitz sedangkan batas jejunum dengan ileum tidak
dapat dibedakan dengan marker anatomi, namun dinding yeyenum lebih tebal sedangkan lumen
ileum lebih sempit.4 Batas akhir ileum adalah katup ileocaecal yang akan mengatur masuknya isi
makanan ke dalam usus besar dan mencegah terjadinya reflux kembali ke dalam usus halus.
2

Otot polos usus halus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan longitudinal (bagian luar) dan
lapisan sirkuler yang lebih tebal (bagian dalam). Lipatan mukosa usus berfungsi memperlambat
aliran makanan sehingga dapat lebih lama dicerna dan diabsorpsi. Absorpsi berlangsung di
antara villi-villi yang menutupi lipatan mukosa usus di mana setiap villi mengekskresikan
enzim- enzim yang penting bagi pencernaan dan absorpsi nutrisi. Sebuah villi terdiri dari sel
epitel kolumnar dan sel goblet yang menghasilkan mukus.

Gambar 1. Potongan melintang duodenum

Gambar 2. Usus Halus

Pada permukaan epitel tersebut terdapat microvilli di mana villi bersama dengan microvilli
berfungsi meningkatkan luas permukaan mukosa usus untuk absorpsi.

Makanan yang berasal dari gaster berupa chyme masuk ke dalam duodenum dalam
bentuk cair dan partikel-partikel makanan yang belum tercerna. Pada usus halus bagian proximal,
makanan dicerna dengan adanya enzim pankreas dan garam empedu. Di tempat ini karbohidrat
dipecah menjadi monosakarida dan disakarida, protein diubah menjadi asam amino dan peptida,
sedangkan lemak diemulsi dan direduksi menjadi asam lemak dan monogliserida. Selanjutnya
nutrisi ini bersama dengan air, elektrolit dan vitamin diabsorpsi oleh mukosa usus melalui proses
transport aktif, difusi dan osmosis.
Air berdifusi secara pasif melewati mukosa berdasarkan tekanan hidrostatik dan
perbedaan tekanan osmotik. Kira-kira 85 % - 90% air yang masuk ke dalam saluran pencernaan
setiap harinya diabsorpsi oleh usus halus. Sisa air dan elektrolit selanjutnya akan diabsorpsi
dalam jumlah tetap di usus besar. Diperkirakan 5-10 liter air melewati usus halus dalam sehari
dan hanya 1-2 liter air yang meninggalkan ileum dan memasuki kolon. 3,4
IV.

FISIOLOGI KOLON
Fungsi usus besar atau kolon adalah menyerap air, vitamin dan elktrolit, ekskresi mukus,

serta menyimpan feses dan kemudian mendorongnya keluar.3 Kolon orang dewasa mempunyai
panjang 1,5 meter dan terdiri dari caecum, appendix, kolon, rektum dan anal kanal. Caecum dan
kolon terdiri dari otot longitudinal yang mempunya tiga buah band longitudinal yang disebut
dengan teniae coli. Sedangkan otot sirkuler membentuk haustra. Permukaan mukosa kolon
terdiri dari lipatan rugae dan kripta Lieberkhn yang dibentuk oleh epitel sel kolumnar dan sel
goblet. Sel epitel berfungsi untuk absorpsi cairan dan elektrolit sedangkan sel goblet berfungsi
menghasilkan mukus sebagai lubrikasi mukosa.
Secara fisiologis, udara ditelan sewaktu makan, minum atau menelan ludah. Oksigen dan
CO2 di dalamnya diserap di usus, sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil pencernaan dan
peragian dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas di dalam usus mencapai 500 ml sehari. Pada
infeksi usus, produksi gas meningkat dan bila mendapat obstruksi usus, gas tertimbun di saluran
cerna yang menimbulkan flatulensi.4
Kurang lebih 500-700 ml chyme mengalir dari ileum ke kolon perharinya. Sebagian besar
air diabsorpsi dengan cara difusi dan transport aktif. Perubahan gradien terjadi karena pertukaran
Na dengan K, di mana potasium bergerak keluar sedangkan klorida dan natrium diabsorpsi.

Absorpsi dan transport epitel berlangsung di caecum kolon ascenden, kolon transversum,
dan kolon descenden, sehingga pada waktu massa feses masuk ke dalam kolon sigmoid, yang
tersisa hanyalah sisa makanan, sekresi gastrointestinal yang tidak terabsorpsi, sel epitel yang
sudah mati dan bakteri.5
V.

FISIOLOGI STOMA
Lebih dari satu juta orang di Amerika Serikat telah dilakukan pembuatan stoma dengan

berbagai alasan. Secara fisiologi stoma dapat berfungsi normal, namun ada beberapa di antaranya
yang mengalami perubahan homeostasis pada pengaturan cairan dan elektrolit pada tubuhnya
yang terkompensasi. Lebih lanjut, dengan teknik pembuatan stoma yang makin maju dan
perawatan postoperatif yang layak dan memadai, komplikasi metabolik akibat pembuatan stoma
dapat diminimalisir.3
Secara normal, proses adaptasi pada usus halus memungkinkan sekitar 1500-2000 ml
cairan yang berasal dari usus halus masuk ke dalam kolon. Pada pasien dengan ileostomi, output
ini berkurang karena terjadinya suatu proses adaptasi di mana proses ini terdiri dari 3 tahapan.
Tahap pertama terjadi pada 1-3 hari pertama dengan konsistensi feses yang cair dan bilious dan
jumlahnya meningkat setiap hari. Pada hari ke-3 sampai ke-5, jumlah feses akan menurun secara
perlahan-lahan sampai pada tahap ketiga di mana jumlah feses cenderung menetap dan
berlangsung antar minggu ke-6 8 postoperasi. Selanjutnya, jika stoma dapat berfungsi baik,
jumlah feses yang keluar dari stoma kurang lebih sebanyak 200-700 ml/hari. Perubahan pola
makan tidak banyak berpengaruh pada pengeluaran feses melalui stoma dan jika ileostomi telah
matang, ada sedikit variasi dalam jumlah output. 5
Hill (1976) mengklasifikasikan seseorang yang diileostomi dengan dua kelompok.
Kelompok pertama adalah penderita dengan produksi feses yang rendah, yaitu < 700 ml/hari,
sedangkan kelompok ke dua adalah penderita dengan produksi feses yang tinggi, > 1000
ml/hari.5 Sekitar 4-6 bulan post operasi, volume ileostomi cenderung menetap dengan konsistensi
seperti bubur berwarna coklat kekuningan dan mengandung partikel makanan.7
Ileum terminal merupakan lokasi penting untuk absorpsi air dan Na. Dalam keadaan
normal, hanya 2-10 mEq Na yang hilang melalui feses per hari, sedangkan pasien dengan
ileostomi kehilangan 60mEq Na setiap harinya. Meskipun demikian, timbulnya gejala klinik
akibat kekurangan natrium jarang terjadi karena terjadi pula penurunan ekskresi Na melalui urine
5

sebagai proses kompensasi. Selain itu juga, kebutuhan Na tubuh sudah dapat terpenuhi dengan
diet standar sehari-hari.3
Kolon menerima sekitar 1500-2000 ml cairan dari usus halus dan setelah
mengekskresikan sedikit cairan, kolon berperan sebagai tempat penampungan feses yang secara
bertahap mengeluarkannya melalui proses defekasi. Dalam perjalanannya dari kolon kanan ke
kolon kiri, terjadi proses absorpsi sehingga setiap harinya, hanya 200 ml air yang hilang melalui
feses. Ketika kolostomi mulai berfungsi, konsistensi feses adalah cair dan setelah 10-14 hari ,
konsistensi feses menjadi lebih padat.
Pembuatan kolostomi bagian proximal ( kolon ascenden atau kolon transversum bagian
proximal ) akan mengurangi kapasitas absorpsi kolon dan feses dikeluarkan dalam bentuk cair
dan volume tinggi serta mengandung sodium tinggi. Hal ini disebabkan karena kolon proximal
berperan penting dalam absorpsi air dan elektrolit. Oleh karena itu, pembuatan kolostomi di
tempat ini tidak disarankan.
Pembuatan kolostomi bagian tengah yaitu pada kolon transversum bagian distal atau
kolon descenden akan memperpanjang permukaan absorpsi dan memberikan kesempatan bagi
kolon untuk mengolah material feses, sehingga natrium masih dapat diabsorpsi dan air dapat
didifusi secara pasif.
Kolon bagian distal berfungsi sebagai penampungan feses dan mengeluarkannya pada
waktu yang tepat. Pada pembuatan kolostomi bagian distal, feses yang dikeluarkan sudah lebih
padat dan dikeluarkan secara lebih teratur yaitu satu-dua kali per hari. 6
VI.

PENENTUAN LOKASI STOMA


Penentuan lokasi stoma terkait dengan penanganan stoma secara keseluruhan. Pembuatan

stoma biasanya menjadi tanggung jawab ahli bedah, namun di beberapa pusat pelayanan
kesehatan, hal ini didelegasikan kepada perawat stoma yang terlatih. Penentuan lokasi stoma
yang baik dapat mencegah terjadinya komplikasi seperti prolap, hernia dan masalah dermatologi,
sehingga pengetahuan anatomi intestinal menjadi hal penting untuk menentukan lokasi stoma.1
Penandaan lokasi stoma sebaiknya dilakukan pada masa preoperative dimana pasien
masih dapat berubah posisi dan dapat melihat stomanya sendiri. Lokasi dimana pasien tidak
dapat melakukan visualisasi stoma dianggap sebagai suatu kegagalan karena pasien akan
tergantung pada orang lain dalam perawatan stoma.7
6

Landmark penting dalam penentuan stoma adalah batas costa, umbilicus, garis pinggang
dan lipatan paha. Selain itu penting juga diketahui adanya scar dan lipatan kulit. Lokasi yang
dipilih sebagai tempat pembuatan stoma adalah area kulit seluas 5-7 cm, datar dan tidak terlalu
dipengaruhi oleh posisi pasien. Stoma dibuat di atas m. Rectus abdominis terutama pada batas
lateral, harus dapat dilihat oleh pasien sendiri dan diusahakan di bawah belt line. Lokasi ini
disebut dengan ostomy triangle yang dibatasi dengan umbilicus, SIAS dan symphisis pubis.7

Gambar 3. Ostomy triangle

Menentukan lokasi stoma mula-mula dilakukan dengan menentukan batas lateral m. Rektus
abdominis. Pasien dalam posisi supine yang mengangkat kepala atau batuk, akan membantu
mengindentifikasi m. Rektus. Setelah diberi tanda, pasien dipersilahkan duduk sehingga lemak
infraumbilikal dapat teridentifikasi. Lokasi stoma kemudian ditentukan di daerah yang datar
seluas 5 7 cm dekat dengan lemak infraumbilikal dan di atas m.rektus. Setelah itu pasien
dipersilakan berdiri untuk memastikan bahwa lokasi stoma tidak pada lipatan-lipatan kulit dan
pasien dapat melihat stoma.7

Gambar 4. Lokasi optimal stoma

Gambar 5. Lokasi stoma

VII.

KOLOSTOMI
Secara tradisional, pembagian tipe kolostomi adalah berdasarkan lokasi anatomi kolon

yaitu end sigmoid colostomy, end descending colostomy, transverse colostomy dan cecostomy.
Tetapi pembagian yang lebih penting adalah berdasarkan fungsi dari kolostomi tersebut, yaitu :

1.

1.

Dekompresi usus besar

2.

Diversi feses.

Dekompresi Usus Besar


Stoma dekompresi tidak memerlukan diversi feses. Kolostomi ini bertujuan untuk

mengatasi obstruksi akibat keganasan rektum atau sigmoid dan sering dilakukan atas dasar gawat
darurat tanpa persiapan penanganan penyakit dasarnya. Terdapat beberapa jenis kolostomi
dekompresi yaitu :
a.

Blow hole decompression stoma

b.

Tube type of cecostomy


8

c.

Loop transverse colostomy

Pembuatan cecostomy jarang dilakukan karena manajemen pascaoperasi

yang

sulit.

Cecostomy dilakukan pada keadaan akut dengan dilatasi masif dan terdapat ancaman perforasi
kolon. Keadaan ini sering pada pasien usia tua atau pasien imunocompromised dengan sindroma
pseudoobstruksi ataupun obstruksi distal karena keganasan.1
Pilihan insisi adalah di atas caecum yang dilatasi. Kelemahan cecostomy dan loop
colostomy adalah insisi yang kecil sehingga tidak memungkinkan evaluasi bagian lain dari kolon
yang mempunyai potensi untuk menjadi iskemik dan nekrosis akibat dilatasi yang masif.
Teknik operasi blow hole cecostomy atau transverse colostomy adalah dengan membuat
insisi transversal 4-6 cm pada bagian usus yang paling dilatasi. Setelah mencapai peritoneum,
dilakukan penjahitan dengan benang absorbable secara interrupted pada peritoneum dan lapisan
seromuskular usus. Kemudian dilakukan dekompresi jarum untuk menurunkan tekanan
intralumen setelah dilakukan penjahitan pertama. Penjahitan kedua dilakukan dengan benang
absorbable antara seromuskular dan fascia dinding abdomen. Setelah itu dilakukan insisi dinding
kolon diikuti dengan dekompresi kolon. Selanjutnya usus dijahit seluruh lapisan ke seluruh
lapisan kulit (full thickness). Beberapa minggu setelah operasi, dapat terjadi prolaps sehingga
jenis stoma ini hanya dipakai dalam waktu singkat dan sesegera mungkin dilakukan reseksi
definitif.1

Gambar 6. Blow hole cecostomy

Insisi 4-6 cm

Jahitan 1 : peritoneum-seromuskuler

Jahitan 2 : Fascia -seromuskular

Jahitan 3 : full thickness colon- full thickness kulit

Tube cecostomy dibuat dengan insisi yang sama seperti di atas atau melalui insisi
laparotomy. Kemudian dibuat jahitan purse string pada dindin caecum dan dilakukan insersi
10

kateter Malecot atau kateter mushroom tiped. Jahitan purse string kedua dibuat kemudian tube
dibawa keluar dinding abdomen pada abdomen kanan bawah. Caecum dijahitkan ke peritoneum
dan dinding abdomen. Keuntungan stoma ini adalah resiko prolaps yang kecil tetapi mempunyai
kerugian tube mudah macet karena feses sehingga drainase tidak baik dan kadang terjadi
kebocoran.1
Gambar 7. Tube cecostomy

Lokasi cecostomy

Jahitan purse string kedua

Jahitan purse string

Caecum dijahitkan ke peritoneum

11

Loop transverse colostomy tetap dimasukkan ke dalam kolostomi dekompresi meskipun


menghasilkan diversi sempurna selama 6 minggu atau sampai dinding posterior menurun
sehingga isi usus dapat masuk ke bagian distal kolon. Komplikasi hernia parastomal dapat terjadi
bila fascia tidak diikat secara kuat dan pembuatannya membutuhkan kolon yang cukup mobile
untuk dibawa ke dinding abdomen. Setelah insisi dilakukan,

m. Rektus dipisahkan secara

tumpul kemudian dibuat insisi transversal pada sarung rektus posterior. Setelah kolon
diidentifikasi, kolon ditarik keluar dan disisipkan batang plastik di bawahnya. Selanjutnya fascia
dijahit pada kedua sisi sehingga hanya 1 jari yang dapat melewatinya. Hal ini untuk mencegah
terjadinya prolaps dan hernia. Kolon kemudian diinsisi, setelah itu dibuat jahitan seluruh lapisan
kolon ke seluruh lapisan kulit dengan benang absorbable. 1
Gambar 8 . Loop transverse colostomy

12

Insisi kolon

Jahitan full thickness

2. Diversi feses
Diversi usus besar dibuat untuk mendapatkan diversi isi usus secara komplit. Indikasi
dilakukannya diversi usus besar adalah pada pasien dengan gangguan kontinuitas usus bagian
distal seperti yang terjadi pada trauma, divertikulitis, perforasi akibat keganasan atau
anastomosis yang bocor. End colostomy juga dapat digunakan pada pasien dengan kanker
rektum unresectable yang memerlukan radiasi eksternal. Selain itu juga, kolostomi ini digunakan
pada pasien dengan trauma multipel sphincter, destruksi anus atau rektum karena trauma ataupun
Crohns disease.
Kolostomi dibuat dengan transeksi seluruh kolon. Setelah itu bagian proximal
dikeluarkan sebagai end colostomy sedangkan bagian distal sebagai mucous fistula atau
ditinggalkan di dalam abdomen. Mucous fistula dibuat hanya bila ada resiko terjadinya obstruksi
distal akibat proses penyakitnya atau anal sphincter yang sempit.1
Kolostomi biasanya berlokasi di kuadran kiri bawah. Operasi dimulai dengan dibuat
insisi midline, kemudian seluruh kolon kiri dimobilisasi termasuk flexura lienalis. Arteri
mesenterika inferior di pisahkan dari asalnya dan mesenterium diinsisi sampai pada pertemuan
kolon descenden dan sigmoid. Seluruh kolon sigmoid diangkat dan kolostomi dibuat dari kolon
descenden yang tervaskularisasi baik. Selanjutnya dibuat insisi pada kulit sepanjang 3 cm
kemudian dermis, fascia dan peritoneum difiksasi dengan klem untuk mempertahankan
alignment yang sama pada saat pembuatan opening melalui dinding abdomen. Jaringan lemak
diinsisi bersamaan dengan menekan dari dalam rongga abdomen ke arah kulit dengan
mempertahankan klem. M. Rectus disisihkan secara vertical dengan klem arteri dan perdarahan
13

dirawat. 2 jari dimasukkan dari bagian dalam untuk memastikan opening yang cukup untuk
mengeluarkan kolon. Selanjutnya kolon ditarik keluar sampai end kolon berada 3-4 cm di atas
kulit. Mesenterium kolon dijahitkan ke dinding abdomen dengan benang nonabsorbable untuk
mencegah terjadinya herniasi usus halus. Setelah itu dilakukan penjahitan full thickness kolon ke
kulit dengan chromic cat gut. Jika kolostomi dibuat di garis midline, tidak diperlukan jahitan
fiksasi mesenterium.1
Gambar 9. End colostomy

Kolon sigmoid diangkat

Insisi midline

Gambar 10. Ujung end ileostomy ditutup

14

Gambar 11. Penjahitan ileostomy

VIII

ILEOSTOMI
Ileostomi dibuat dengan mengeluarkan bagian distal ileum dan dibuat sebagai ilestomi

permanent pada pasien yang dilakukan pengangkatan seluruh kolon, pada umumnya rectum,
pada penyakit usus inflamasi yaitu Crohns disease ataupun colitis ulserativa. Berdasarkan data
dari United Ostomy Association (UOA), angka insidensi tertinggi dilakukannya ileostomi terjadi
pada pasien kolitis ulserativa dan Crohns disease yang berusia antara 20-40 tahun, dan insidensi
tertinggi kedua pada pasien dengan kanker kolorektal yang berusia antara 60-80 tahun.1
Penentuan keputusan dibuatnya ileostomi sangatlah penting karena output yang
dikeluarkan bersifat cair, volume tinggi dan korosif terhadap kulit. Oleh karena itu, lokasi stoma
harus tepat. Adapun macam-macam ileostomi adalah :
1. End ileostomy
2. Loop ileostomy
3. Loop end ileostomy
4. Continent ileostomy
1. End ileostomy
Daerah insisi dan ukuran insisi abdomen ditentukan oleh kondisi patologi primer yang
membutuhkan ileostomi, tetapi jika memungkinkan, insisi midline yang melewati umbilicus dari
sisi kiri, sebaiknya dilakukan. Insisi paramedia harus dihindari karena dapat merusak daerah
15

potensial stoma di masa yang akan datang, terutama pasien dengan Crohns disease yang sering
membutuhkan ileostomi revisi atau relokasi.
Setelah kolon dimobilisasi, dilakukan mobilisasi seluruh distal ileum. Dilakukan
pelepasan fusi embrional antara mesenterium usus halus dengan dinding abdomen posterior
sebelah kanan yang bertujuan supaya ileostomi tidak tension. 1

Gambar 12. Diseksi fusi embrional

Selanjutnya A. Ileocolica dipotong sebagai bagian colectomy dan suplai pembuluh darah
yang tersisa untuk usus halus diamankan.

Gambar 13. Suplai pembuluh darah ke distal ileum

16

Dilakukan transeksi ileum dengan tipe linear cutting stapler sehingga ileum dapat ditarik
keluar dengan mudahdan mengurangi resiko kontaminasi. Panjang ileum terminal yang
ditranseksi adalah 7-10 cm dari katup ileocaecal. Pada kasus keganasan kolon kanan atau
Crohns disease, diperlukan jarak transeksi ileum yang lebih panjang.
Setelah selesai dilakukan cecostomy, dilakukan persiapan pada abdomen kanan bawah
sebagai tempat pembuatan stoma. Dilakukan traksi dermis, fascia dan peritoneum dengan klem
Kocher untuk mempertahankan konfigurasi dinding perut. Dilakukan eksisi kulit dengan
diameter 3 cm, selanjutnya dibuat insisi longitudinal sepanjang 3-4 cm di seluruh lapisan.1

Gambar 14. Insisi midline pada pembuatan ileostomi

Tangan operator mendorong dinding abdomen ke atas ketika melakukan insisi ini. Insisi
dilakukan sampai ke peritoneum dan selanjutnya jari operator dimasukkan dari dalam dinding
abdomen ke arah luar untuk memastikan apakah opening sudah cukup untuk mengeluarkan
ileum. Selanjutnya ileum dibawa keluar dinding abdomen, sepanjang 6 cm dari level kulit,
kemudian serosa ileum dilindungi dengan kasa lembab dan mesenterium bagian distal dijahitkan
ke dinding abdomen kanan bagian lateral dengan jahitan continous. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya torsi dan herniasi usus halus serta mengurangi insidensi retraksi stoma dan
prolaps.1

17

Gambar 15. Ileum dikeluarkan

Gambar 16. Mesenterium dijahitkan ke dinding abdomen

Penjahitan stabilisasi dilakukan dengan benang absorbable 3-0 pada lapisan seromuskuler
ileum dan peritoneum di sekeliling internal aperature. Staple line dari distal ileum kemudian
dieksisi dan dinilai adekuat tidaknya suplai darah. Protrusi dan eversi stoma dilakukan dengan
benang chromic cat gut 3-0 secara full thickness ileum ke lapisan subcutis. Terdapat 8 titik pada
stoma dan semuanya dilakukan secara vertikal, bukan horisontal untuk mencegah terjadinya
iskemik yang menyebabkan separasi mukokutan. 1

Gambar 17. Penjahitan end ileostomy

1.

Loop ileostomy
Stoma ini dibuat dengan tujuan diversi dan dekompresi sehingga loop ileostomy dapat

digunakan untuk melindungi area penyakit di bagian distalnya. Lokasi pembuatan stoma sama
dengan lokasi end ileostomy.
Dilakukan insisi yang sama seperti end ileostomy kemudian usus paling distal diambil
dan ditarik keluar melalui opening yang telah dibuat tanpa adanya tension. Dibuat 1 buah jahitan
18

pada bagian proximal dan 2 buah lagi di bagian distal ileum. Loop ileum yang ditarik keluar
diselipkan tracheostomy tape melewati mesenterium dan usus. Pada saat penarikan keluar, dibuat
setengah putaran pada ileum sehingga bagian distal ileum berada di atas. 1

Gambar18. Loop ileostomy : Ileum ditarik keluar dan diputar

Tracheostomy tape kemudian diganti dengan batang plastik dan dilakukan insisi 4/5
lingkaran pada sisi superior sehingga meninggalkan 1 cm ileum distal dari batas kulit.

Gambar 19. Penjahitan ileostomy

Penjahitan ileum bagian distal menggunakan 2 point jahitan, sedangkan penjahitan ileum
proximal menggunakan 3 point jahitan antara full thickness ileum dengan seromuskuler dan
dermis. Batang plastik dipertahankan selama 1 minggu.1

19

2.

Loop end Ileostomy


Pembuatan stoma ini jarang dilakukan yaitu pada kasus dimana mesenterium dari distal

ileum tidak aman untuk direseksi atau adanya tension dari mesenterium yang terjadi ketika
menarik ileum keluar dinding abdomen. Kasus ini terdapat pada orang dengan obesitas dinding
abdomen, penebalan mesenterium, ataupun pasien yang sudah pernah menjalankan beberapa kali
pembedahan sehingga mengganggu mesenterium.
Teknik operasinya serupa dengan loop ileostomy tetapi dengan ujung end ileostomy tetap
tertutup dan diinversikan dengan jahitan seromuskuler. Selanjutnya teknik operasi sama seperti
loop ileostomy.1

Gambar 20. Ujung end ileostomy ditutup

Gambar 21. Penjahitan ileostomy

20

IX

KOMPLIKASI
Komplikasi pembentukan stoma bervariasi, mulai dari komplikasi awal yang terjadi

iskemik, perdarahan, stenosis, fistula dan retraksi seringa terjadi akibat kesalahan teknik operasi.
Sedangkan komplikasi lanjut berupa prolaps, obstruksi, hernia parastomal, dan yang paling
sering adalah iritasi kulit karena konstruksi yang buruk dari stoma atau akibat buruknya
perawatan stoma.8
X

PERAWATAN STOMA
Kulit peristomal harus dilindungi dari effluent stoma karena effluent stoma mengandung

enzim-enzim pencernaan yang menyebabkan kerusakan kulit dengan derajatnya yang berbedabeda tergantung tingkat keasaman, volume dan konsistensi effluent.
Tujuan utama kantung stoma adalah melindungi kulit dari effluent stoma sehingga
penempatannya harus akurat. Pola kantung stoma harus mengelillingi dasar stoma sehingga tidak
terdapat kulit yang terekspos antara stoma dan tepi stoma. Frekuensi penggantian kantung juga
harus dilakukan untuk mencegah kebocoran karena hal ini dapat berdampak besar bagi
penderita. Kebocoran akan menyebabkan rasa malu yang akan mempengaruhi rehabilitasi pasca
operasi.
Pasien diajarkan mengganti kantung stoma secara reguler sehingga tidak terjadi
kebocoran. Pasien dengan stoma ketinggian 1 cm dari kulit dapat mengganti kantungnya setiap
minggu sedangkan pasien dengan ketinggian stoma sejajar level

kulit

atau

retraksi

dapat

menggantinya sehari 3-4 kali.


Barrier kulit bertujuan melindungi kulit antara stoma dan effluent stoma. Wafer
merupakan barrier kulit yang paling lama bertahan dan merupakan komponen
sistem pouch. Kantung stoma ditempelkan pada wafer dan wafer

ditempelkan

penting

dari

pada

kulit.

Barrier lainnya berupa pasta, digunakan sebagai pelapis untuk mengisi lipatan di sekitar stoma
yang berfungsi membentuk lapisan datar sehingga wafer dapat ditempelkan. Selain itu dapat juga
digunakan untuk mencegah mengalirnya effluent ke bawah wafer. Sedangkan barrier powder
dipergunakan untuk menghilangkan kelembaban kulit sehingga pasta dan wafer

dapat melekat

pada kulit.

21

Kantung stoma atau pouch diklasifikasikan bermacam-macam yaitu sebagai fekal atau
urinary, one piece (pouch dan barrier terpisah) atau two piece (pouch dan barrier bergabung),
drainable atau closed end, precut atau cut to fit, dll.9
XI.

PENUTUP
Seorang penyandang stoma, terutama stoma permanen, memerlukan kondisi yang

nyaman dalam menjalankan aktifitas hidupnya. Diperlukan dukungan moral dan edukasi
perawatan yang baik, karena menyandang stoma berdampak pada kondisi jasmani dan rohani
pemakainya, termasuk di antaranya adalah masalah penampilan, sosial, seksual dan karir
hidupnya.
Dengan demikian, pusat pusat rehabilitasi stoma sudah seyogyanya memainkan peran
yang optimal dalam upaya perawatan stoma, sehingga mereka dapat tetap hidup dengan stoma.

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Ira J K Intestinal stoma, Michael J et all, Maingots Abdominal Operation volume 1 , 10 th
edition , Connecticut, Appleton and Lange, 1997, 427-459
2. Jonathan EE , Stoma care an Update, In : Pharmaceutical journal Vol 265 no 7125 , 2000,
p823-826
3.

Peter A C, History of stoma, In : John MM, Peter Ac, Intestinal stoma Principles
Techniques and Management, 2nd edition, Revised , Expanded, Missouri, Quality
medical publishing, Inc, 2004 , p 3-35.
4. John Pieter, dalam : R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran, 2005, hal : 615-681
5. Sue E Huether, Structure & Function of Digestive System, In: Kathryn L McCance, Sue
E Huether, Pathophysiology : The Biology Basis disease in Adult & Children, 4 th edition,
Mosby, Philadelphia, 2002 , p1238-1247
6. Richard LG, John HP, Stoma Physiology, In : John MM, Peter Ac, Intestinal stoma
Principles Techniques and Management, 2nd edition, Revised , Expanded, Missouri,
Quality medical publishing, Inc, 2004 , p 38-51
7. Marvin LC, Preoperative consideration, In : John MM, Peter Ac, Intestinal stoma
Principles Techniques and Management, 2nd edition, Revised , Expanded, Missouri,
Quality medical publishing, Inc, 2004 , p 52-59
8. Michael PS Ostomies and Stomal therapy. Division of colorectal surgery, Departement of
Surgery,

University

of

Minnesota,

Mineapolis,

2003,

In:

http://www.fascrs.org/coresubjects/ostomies stomal therapy.html


9. Nyhus Baker, Fisher, Care of stoma, In : Master of Surgery 3th edition, CD ROM 2 nd
edition Lippincot-Raven Publisher, 1998

23

You might also like