Professional Documents
Culture Documents
Nama
Nim
: 125040201111014
Kelompok
Asisten
: Ike Chyntia P
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
MALANG
2015
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi
Alat
Kain kasa : untuk menutup fial film yang berisi Callosobruchus chinensis
Bahan
Tutup dengan kain kasa dan memberi label sesuai perbandingan jantan dengan betina
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Tabel pengamatan C. chinensis dengan komposisi 1 jantan 1 betina
Pengamatan ke22/04/2015
24/04/2015
26/04/2015
28/04/2015
30/04/2015
2/05/2015
4/05/2015
6/05/2015
Telur
36
36
36
36
35
34
34
34
Larva
-
Pupa
1
-
Imago
2
2
2
2
3
3
3
4
Telur
51
51
51
50
39
39
39
39
Larva
-
Pupa
11
11
5
5
1
Imago
1
1
6
6
5
Telur
67
67
67
67
Larva
-
Pupa
-
Imago
2
2
2
2
30/04/2015
53
14
2/05/2015
4/05/2015
6/05/2015
42
42
42
11
11
-
1
14
25
Telur
60
60
60
59
56
53
53
53
Larva
-
Pupa
5
3
3
-
Imago
1
1
1
5
8
NB : untuk larva sebenarnya ada namun karena ukuran terlalu kecil jadi tidak kelihatan dan
tidak bisa dihitung juga jumlahnya
4.2
a.
Pembahasan
Komposisi C. chinensis yang mana yang menunjukkan perkembangan populasi
tertinggi dan terendah ?
Dari hasil pengamatan praktikum C. chinensis yang telah dilakukan menunjukakkan
perkembangan populasi tertinggi pada komposisi 1 jantan dan 3 betina. Hasil tersebut dapat
dilihat pada tabel pengamatan. Perkembangan dihitung dari jumlah telur maupun jumlah
imago yang dihasilkan.
Sedangkan pada hasil populasi terendah terdapat pada komposisi 1 jantan dan 1 betina.
Pada komposisi 1 jantan dan 1 betina didapatkan hasil jumlah telur lebih sedikit dari
perlakuan 1 jantan 2 betina, 1 jantan 3 betina, dan 2 jantan 3 betina, tetapi jumlah imago pada
komposisi 1 jantan dan 1 betina menghasilkan hasil pertumbuhan pada setiap pengamatan
dibandingkan dengan perlakuan lainnya, data tersebut dapat dilihat pada tabel pengamatan.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat dilihat jumlah imago pertama
kali terlihat pada perlakuan 1 jantan 1 betina dan 1 jantan 3 betina yaitu pada hari pertama
pengamatan, sedangkan pada perlakuan 1 jantan 2 betina dan 2 jantan 3 betina jumlah imago
muncul pada hari keempat pengamatan.
Kartasapoetra (1993) menyatakan bahwa, perbandingan jenis kelamin antara jumlah
serangga jantan dan betina yang diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda,
misalnya antara jenis betina dan jenis jantan dari keturunan penggerek batang adalah dua
berbanding satu, lebih banyak jenis betinanya. Suatu perbandingan yang menunjukkan
jumlah betina lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi
keturunan berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang
memiliki perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari pada jumlah
betina.
Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan, maka lebih tinggi kemampuan berkembang
biaknya. Kecepatan berkembang biak dari sejak terjadinya telur sampai menjadi dewasa yang
siap berkembang biak, tergantung dari lamanya siklus hidup serangga. Serangga yang
memiliki siklus hidupnya pendek, akan memiliki frekuensi bertelur yang lebih tinggi atau
lebih sering dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki siklus hidup lebih lama
(Sunjaya,1970)
Menurut (Sunjaya, 1997) Banyak telur yang dihasilkan oleh seekor kumbang C.
chinensis betina selama hidupnya berkisar antara 49-136 butir dengan rata-rata 86,78 + 22,09
butir Sedangkan jumlah telur yang dikeluarkan setiap hari berkisar antara 4 - 43 butir ratarata 19,25 + 8,58 butir, Banyak telur rata-rata yang dihasilkan oleh seekor kumbang C.
chinensis selama hidupnya sebesar 278 butir dalam penelitian ini cukup tinggi.
b. Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan serangga secara umum?
Secara umum perubahan pertumbuhan serangga dipengaruhi oleh beberap faktor.
Sunjaya (1970) yang menyebutkan bahwa secara umum perkembangan serangga sangat
dipengaruhi oleh factor lingkungan seperti suhu dan kelembaban serta dipengaruhi pula oleh
kualitas dan kuantitas makanannya karena kualitas makanan terutama sangat berpengaruh
terhadap perkembangan dan pertumbuhan, kesuburan, mortalitas, maupun keperidian
serangga. Selain itu, Suniahti, et.al. (2005) menjelaskan kemampuan berkembang biak
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan kesimpulan, bahwa jumlah imago dan telur
yang paling banyak dihasilkan pada perlakuan 1 jantan 3 betna. Pada perlakuan dengan
menggunakan perbandingan 1 jantan dan 1 betina menghasilkan jumlah telur yang lebih
sedikit tetapi jumlah imagonya lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang
menggunakan 2 jantan 3 dan 1 jantan 2 betina. Jumlah imago yang paling sedikit dihasilkan
oleh perlakuan dengan menggunakan 2 jantan 3 betina tetapi, jumah telur pada perbandingan
2 jantan dan 3 betina masih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dengan
perbandingan 1 jantan 1 betina serta 1 jantan 2 betina.
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra, A. G. 1993. Hama dan Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara.
Jakarta
Suniahti, N., Sumeno., Sudarjat. 2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Universitas Padjajaran. Bandung.
Sunjaya. 1970. Dasar Ekologi Serangga. Departemen Perlindungan Tanaman Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang
Dokumentasi
Perlakuan C. chinensis
Telur C. chinensis
Imago C. chinensis