You are on page 1of 3

PEMODELAN STRUKTUR PONDASI KE STAAD PRO

Jika kita merencanakan pondasi untuk bangunan kita adalah Pondasi Telapak, maka apakah jenis
perletakan yang lebih mendekati kondisi yang lebih real dengan lapangan yaitu sebagai
jepit atau sendi, karena dibeberapa literatur perletakan untuk rangka portal banyak yang
menggunakan sendi.
Tidak ada jawaban yang bersifat mutlak, tergantung kasus-kasus yang ada. Jika kondisinya tanah
lunak untuk sistem pondasi telapak maka paling cocok jika dianggap sebagai sendi. Agar bisa
dimodelkan sebagai tumpuan sendi maka struktur atas harus stabil, minimal terdiri dari struktur
portal. Jadi dengan pemodelan tersebut (sendi) maka gaya-gaya yang bekerja pada tumpuan
hanya akan ada gaya vertikal dan gaya harizontal saja, tidak ada momennya. Karena tidak ada
momen, dan jika tidak ada gaya tarik, maka permukaan pondasi telapak dapat bekerja dengan
efisien.
Kerugian sistem portal dengan tumpuan sendi-sendi maka akah diperlukan balok atas yang
cukup kaku. Kecuali itu, akibat beban lateral maka hubungan balok-kolom akan menerima
momen yang besar.
Mungkin yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana koq bisa dimodelkan sebagai sendi,
padahal tidak ada bentuk apapun pada pondasi telapak tersebut yang secara fisik memang
berbentuk sendi.
Saya kira ini pertanyaan kodian, tidak hanya bagi mahasiswa, tetapi juga bagi dosen yang relatif
yunior. Disinilah sebenarnya pemahaman tentang ilmu pemodelan.
Pada dasarnya yang namanya model adalah tidak sama dengan real. Ini harus dicamkan
dengan benar. Masih saja saya menjumpai seorang dosen, tidak muda, tidak tua yang
menyatakan bahwa jika dianggap sendi maka secara fisik juga berbentuk pin dsb. Kebanyakan
orang-orang seperti kalau ngomong ngotot, jadi saya sendiri hanya bisa tersenyum dalam hati.
Kasihan mahasiswa yang diajar oleh seorang dosen seperti itu. Dari pada bikin konflik, karena
kalau memberi koreksi kadang dianggap menggurui maka saya biarkan saja.

Moga-moga yang bersangkutan dapat membaca tulisan ini, jadi dapat sadar sendiri tanpa merasa
malu. Atau mungkin jika punya pendapat lain, bisa juga berdiskusi secara terbuka di sini.
Jika tahu tanahnya relatif lunak (relatif dapat berdeformasi, bukan batu karang) maka jika dalam
perhitungan kita modelkan sebagai sendi maka gaya-gaya reaksi yang dihasilkan hanya gaya
vertikal dan gaya horizontal. Anggap saja yang dominan terhadap pembebanan tetap adalah
vertikal, maka luasan penampang pondasi bagian bawah akan ditentukan oleh pembebanan
tersebut. Karena juga tidak ada momennya, maka jelas dari ilmu perencanaan pondasi telapak
maka luasan pondasi jadi relatif kecil.
Jadi intinya dari hasil analisis kemudian secara konsisten di desainlah strukturnya.
Pada saat telah jadi maka akan terlihat oleh awam bahwa pondasi telapak dan kolom portal
diatasnya telah menyatu. Anggap ini strukturnya adalah beton bertulang. Orang awam pada
kondisi ini pasti akan menganggap pondasi telapak dan kolom adalah terjepit. Dan memang
begitu kondisinya, menjadi satu.
Jika demikian lalu bagaimana dengan kondisi awal yang kita anggap sebagai sendi. Nggak cocok
dong kalau begitu.
Sekali lagi ingat, model dan real tidak perlu sama secara fisik. Tetapi hanya benar di benak
pikiran engineer-nya. Kenapa bisa begitu ?
Pada beban relatif kecil, memang benar perilaku kolom dan pondasi adalah rigid. Tetapi dengan
bertambahnya gaya yang bekerja, maka agar portal dapat berperilaku tumpuan sendi-sendi maka
bagian tumpuan tersebut harus dapat berotasi.
Karena kondisi awal rigid, dan ada keinginan untuk berotasi maka timbul momen pada pondasi
telapak tersebut. Tolong pernyataan saya ini dipahami benar, dan hanya bisa dipahami jika anda
sudah pernah melakukan analisa struktur. Jika anda belum pernah melakukan analisa struktur
portal dengan tumpuan sendi-sendi dan tidak paham dengan pernyataan saya maka itu lumrah.
Intinya, ini bukan komsumsi anda.

Ketika mulai timbul momen pada pondasi telapak, padahal pondasi telapak tidak direncanakan
memikul momen. Maka apa yang terjadi ?
Akan terjadi overstress !
Benar. Karena dimensi pondasi telapak tidak direncanakan untuk memikul momen pada sistem
pondasi akan fail. Jika tanah dibawah pondasi adalah tanah lunak, maka fail akan dimulai dari
tanahnya terlebih dahulu dan bukan pondasinya.
Fail tanah ditunjukkan dengan terjadinya deformasi tanah tersebut. Ketika terjadi deformasi pada
tanah tersebut akibat momen maka sistem pondasi akan mengalami rotasi. Ketika terjadi rotasi,
maka terjadilah tumpuan sendi seperti yang diasumsi awal pada saat analisis. Maka terpenuhilah
anggapan engineer pada saat perencanaan. Struktur akhirnya dapat bekerja dengan baik.
Demikianlah anggapan sendi dapat diterima dan digunakan pada literatur-literatur. Hanya saja
penjelasan seperti yang saya ungkapkan ini rasa-rasanya tidak ada yang pernah menuliskannya.
Kondisi tersebut tentu berbeda jika tanah dibawahnya adalah tanah keras, batu karang, yang
kekuatannya lebih dibanding struktur beton untuk pondasinya. Jika itu terjadi dan dengan cara
berpikir yang sama di atas, maka bisa-bisa yang fail bukan tanah dibawahnya, tetapi struktur
pondasinya itu sendiri. Jadi dianggapnya sebagai tumpuan sendi tidak menjadi aman, tetapi bisabisa berbahaya. Jadi engineer perlu mempertimbangkan model yang lain.
Apakah boleh dimodelkan sebagai jepit.
Boleh-boleh saja, asalah konsisten di awal sampai akhir. Hanya saja jika dimodelkan sebagai
jepit untuk pondasi telapak maka hasil akhirnya biasanya lebih gede. Boros. Yah tetapi itu tidak
bisa dianggap sebagai jawaban umum, harus lihat case per case.

You might also like