You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR MAMAE DEKSTRA DENGAN


KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR DI RUANG NAKULA I
RSUD KOTA SEMARANG

STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kebutuhan Dasar Manusia III


Oleh:
FARA DILA SANTI
P17420613055

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2013/ 2014

A. PENDAHULUAN

Istirahat dan tidur merupakan salah satu dari kebutuhan dasar manusia. Istirahat
dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya dengan nutrisi yang baik dan olahraga
yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yeng berbeda untuk istirahat dan
tidur. Kurangnya intensitas istirahat dan tidur dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas harian dan meningkatkan iritabilitas.
Dilaporkan terjadi gangguan tidur sekitar 22%-61% pada pasienpasien di
Rumah Sakit sebelum dilakukan pemeriksaan diagnostik (Gabor et. al.,2003).
Perawat, klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya harus berkolaborasi
untuk mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya mengontrol pola
istirahat dan tidur pasien. Perawat bertanggung jawab secara etis untuk mengontrol
pola tersebut dan menghilangkan gangguan istirahat dan tidur yang dialami oleh
pasien agar dapat mendukung tercapainya kesembuhan pasien secara optimal
Evans dan French pada tahun 1995 mengatakan bahwa tidur sangat berhubungan
dengan penyembuhan. Memperoleh kualitas tidur yang terbaik merupakan hal yang
penting untuk peningkatan kesehatan yang baik dan pemulihan individu yang
sedang sakit.
Lingkungan institusi rumah sakit, atau fasilitas perawatan jangka panjang dan
aktivitas petugas pelayanan kesehatan dapat menyebabkan pasien mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur. Sehingga, seluruh komponen
yang ada di rumah sakit dan dari pihak keluarga serta kondisi dari pasien itu snediri
sangat mempengaruhi keteraturan pola istirahat dan tidur pasien.
B. KONSEP DASAR
1. Definisi

Istirahat merupakan suatu kondisi di mana tubuh berada dalam tahap


penurunan aktivitas dengan konsekuensi tubuh dan perasaan menjadi segar
(Potter & Perry, 2005)
Sedangkan tidur merupakan suatu tahap terjadinya perubahan kesadaran, dan
melalui bermacam-macam tingkatan rangsangan dpt menyebabkan bangun dari
tidur. Tidur juga merupakan suatu tahapan irama yg aktif dan kompleks yg
melibatkan urutan siklus yg berulang, di mana masing-masing menunjukkan
fase-fase/ tahap aktivitas tubuh dan otak yg berbeda. Tidur merupakan aktivitas
yg melibatkan SSP, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, dan musculoskeletal.
2. Fungsi

Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ organ tubuh.


Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement (REM) dan
Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan mempengaruhi
proses anabolik dan sintesis makromolekul ribonukleic acid (RNA). Rapid Eye
Movement akan mempengaruhi pembentukan hubungan baru pada korteks dan sistem
neuroendokrin yang menuju otak. Selain fungsi di atas tidur, dapat juga digunakan
sebagai tanda terdapatnya kelainan pada tubuh yaitu terdapatnya gangguan tidur yang
menjadi peringatan dini keadaan patologis yang terjadi di tubuh.
3. Jenis
Tidur terdiri dari dua keadaan yang berbeda, yaitu tidur REM (rapid-Eye
Movement) dan non-REM. Tidur REM terjadi di saat kita bermimpi dan ini ditandai
dengan tingginya aktivitas mental dan fisik. Ciri-cirinya antara lain detak jantung,
tekanan darah, dan cara bernapas sama dengan yang dialami saat kita terbangun.
Mimipi-mimpi selama tidur REM di antaranya bisa membangkitkan gairah seks,
sekalipun mimpi-mimpi tersebut sebenarnya bukan kepuasan seks. Masa tidur REM
kira-kira 20 menit dan terjadi empat atau lima kali selama semalam. Tidur REM bisa
bergantian dengan masa tidur non-REM, yaitu saat tubuh menjadi lambat berfungsi.
Sedangkan tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama tingkatan
terdalam berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit dibangunkan. Beranjak
lebih malam, status tidur non-REM semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa
menyegarkan/ menguatkan. Selamat periode ini, tubuh memperbaiki dirinya dengan
menggunakan hormon yang dinamakan somastostatin. Orang yang tidur normal
mempunyai pola yang dapat diprediksikan sebagai arsitektur tidur, atau pola yang
menjelaskan pembagian tidur; REM dan non-REM.
Ilmuan mendefinisikan bahwa tidur yang terbaik adalah tidur yang mengalami
perpaduan tepat antara mengalami REM dan non-REM. Tidur yang cukup tanpa
interupsi/ terbangun dari lingkungan atau faktor internal, sperti cara bernapas, lebih
berperan dalam memelihara pola tidur secara alamiah, sehingga berhasil dalam
pemulihan stamina.

4. Etiologi Gangguan Istirahat dan Tidur


Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan istirahat dan tidur,
diantaranya:
a. Faktor psikologi dan stress
Stress dipertimbangkan oleh para ahli spesialis tidur sebagai penyebab kesulitan
tidur jangka pendek nomor satu. Pemicu yang umum termasuk masalah sekolah
atau tekanan-pekerjaan, masalah keluarga atau perkawinan, dan penyakit yang
serius atau musibah kematian dalam keluarga.
b. Gaya Hidup
Tanpa disadari, kita bisa saja melakukan hal rutin yang buruk atau tidak sehat setiap
hari, yang bisa menghalangi perolehan tidur yang baik. Gaya hidup ini antara lain
kebiasaan minum alcohol atau minum-minuman yang mengandung kafein di senja
atau sore hari, berolahraga pada saat mat tidur, mengikuti jadwal pagi dan malam
yang tidak beraturan, dan bekerja atau melakukan suatu pekerjaan yang
memerlukan aktivitas daya piker sesaat sebelum tidur.
c. Kerja Shift/ Lembur
Kerja shift bagaimanapun menghalangi kita untuk tidur cukup, seperti layaknya
pekerja-pekerja normal, dalam hal ini ritme biologis dan memaksa tetap terjaga.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pekerja shift mempunyai kecenderungan
dan sampai lima kali ketiduran di tempat kerja dibandingkan orang yang bekerja
secara reguler.
d. Jet Lag
Ketidakmampuan untuk tidur saat melakukan perjalanan yang menembus zona
waktu berbeda sehingga mengganggu ritme biologis, dan membuatnya mnejadi
e.
f.
g.
h.

tidak sinkron.
Pengaruh Gangguan Lingkungan
Faktor Fisik
Pengobatan
Disorientasi Lingkungan

5. Fisiologi Tidur

Pada manusia, tidur dibagi menjadi lima fase yaitu :


1. Tahapan terjaga
Fase ini disebut juga fase nol yang ditandai dengan subjek dalam keadaan
tenang mata tertutup dengan karakteristik gelombang alfa (812,5 Hz)
mendominasi seluruh rekaman, tonus otot yang tinggi dan beberapa gerakan
mata. Keadaan ini biasanya berlangsung antara lima sampai sepuluh menit.
2. Fase 1

Fase ini merupakan fase perpindahan dari fase jaga ke fase tidur disebut juga
twilight sensation. Fase ini ditandai dengan berkurangnya gelombang alfa
dan munculnya gelombang teta (4-7 Hz), atau disebut juga gelombang low
voltage mix frequencies (LVM). Pada EOG tidak tampak kedip mata atau
REM, tetapi lebih banyak gerakan rolling (R) yang lambat dan terjadi
penurunan potensial EMG. Pada orang normal fase 1 ini tidak berlangsung
lama yaitu antara lima sampai sepuluh menit kemudian memasuki fase
berikutnya.
3. Fase 2
Pada fase ini, tampak kompleks K pada gelombang EEG, sleep spindle (S)
atau gelombang delta (maksimum 20%). Elektrokulogram sama sekali tidak
terdapat REM atau R dan kedip mata. EMG potensialnya lebih rendah dari
fase 1. Fase 2 ini berjalan relatif lebih lama dari fase 1 yaitu antara 20
sampai 40 menit dan bervariasi pada tiap individu.
4. Fase 3
Pada fase ini gelombang delta menjadi lebih banyak (maksimum 50%) dan
gambaran lain masih seperti pada fase 2. Fase ini lebih lama pada dewasa
tua, tetapi lebih singkat pada dewasa muda. Pada dewasa muda setelah 5 10
menit fase 3 akan diikuti fase 4.
5. Fase 4
Pada fase ini gelombang EEG didominasi oleh gelombang delta (gelombang
delta 50%) sedangkan gambaran lain masih seperti fase 2. Pada fase 4 ini
berlangsung cukup lama yaitu hampir 30 menit.
6. Fase REM .
Gambaran EEG tidak lagi didominasi oleh delta tetapi oleh LVM seperti fase
1, sedangkan pada EOG didapat gerakan mata (EM) dan gambaran EMG
tetap sama seperti pada fase 3. Fase ini sering dinamakan fase REM yang 6
biasanya berlangsung 10 15 menit. Fase REM umumnya dapat dicapai
dalam waktu 90-110 menit kemudian akan mulai kembali ke fase permulaan
fase 2 sampai fase 4 yang lamanya 75-90 menit. Setelah itu muncul kembali
fase REM kedua yang biasanya lebih lama dari eye movement (EM) dan
lebih banyak dari REM pertama. Keadaan ini akan berulang kembali setiap

75 90 menit tetapi pada siklus yang ketiga dan keempat , fase 2 menjadi
lebih panjang fase 3 dan fase 4 menjadi lebih pendek. Siklus ini terjadi 4 5
kali setiap malam dengan irama yang teratur sehingga orang normal dengan
lama tidur 7 8 jam setiap hari terdapat 4-5 siklus dengan lama tiap siklus
75 90 menit.
6. Pathway
a. Fase Tidur
Sadar Penuh
FASE NREM I

REM

FASE NREM II

FASE NREM II

FASE NREM III

FASE REM II

FASE NREM III

FASE NREM IV
b. Gangguan Istirahat dan Tidur

STRESS

JET LAG

DISORIENTASI LINGKUNGAN

GANGGUAN

GAYA HIDUP

ISTIRAHAT & TIDUR


PENGOBATAN

TUNTUTAN PROFESI
FAKTOR LINGKUNGAN

7. Circadian Rhythms
Circadian Rhythms merupakan irama waktu/ jam biologis yang dipengaruhi
oleh faktor ekstern dan intern yang memilih secara teratur fungsi-fungsi biologi dan
tingkah laku manusia. Keselarasan/kesamaan Circadian muncul ketika pola tidurbangun seseorang mengikuti jam biologis dalam tubuh. Ketika irama fisiologi dan

psikologi tinggi atau aktif, seseorang dlm kondisi bangun (sadar), dan ketika irama tsb
lemah/rendah, seseorang akan tidur.
8. Gangguan Tidur

a. Insomnia, ditandai dg kesulitan utk tidur, tidur sebentar-sebentar, cepat


bangun tidur.
b. Hypersomnia, tidur yg berlebihan, khususnya pd siang hari
c. Narcolepsi, keinginan utk tidur yg tdk dpt dikendalikan. Seseorang dg
narcolepsi dpt tidur sambil berdiri, atau sambil menyetir. Hal ini berkaitan dg
gangguan persarafan.
d. Tidur apnea, suatu periode tidak bernafas antara interval mendengkur. Periode tidak
bernafas selama 10 s.d. 20 menit a.d. paling lama 2 menit.
e. Parasomnia: Merupakan pola perilaku bangun yang terjadi selama periode tidur.
- somnambulisme (tidur berjalan)
- berbicara saat tidur (nglindur)
- nocturnal erections (ereksi malam hari)
- bruxism (kertakan gigi selama tidur)
- enuresis (ngompol)
9. Manifestasi Klinis

a. Perubahan pola tidur


b. Terdapat lingkaran hitam di kantung mata
c. Kantung mata membesar
d. Pandangan cenderung kosong dan kurang berkonsentrasi
e. Pucat
f. Mendengkur sangat keras atau suara gigi bergesekan ketika tidur
g. Mudah dan sering marah/ tersinggung
h. Mood tidak stabil
10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Istirahat dan Tidur
a. Pertimbangan perkembangan
b. Aktifitas fisik
c. Stress psikologis
d. Motivasi
e. Implikasi/keterlibatan budaya
f. Diet
g. Intake alkohol
h. Minuman ber-caffein
i. Merokok
j. Faktor lingkungan
k. Gaya hidup, mempengaruhi kemampuan tidur scr baik.
l. Penyakit, mrpk stresor fisiologis dan psikologis dan mempengaruhi tidur
m. Obat-obatan, barbiturat dan antidepresant menurunkan tidur REM

11. Penatalaksanaan Medis

a.

Farmakologis
Kolaborasi dengan dokter, obat-obatan penenang.
b.
Non Farmakologis
1)
Stimulasi dan pijatan
Pasien jauh lebih nyaman karena otot relaksasi, menggosok kulit,
punggung, bahu.
2)

Relaksasi

Ketegangan otot berkurang, nafas abdomen, frekuensi lambat,


berirama

Pejamkan mata, bernafas perlahan teratur konstan

Menghitung dalam hati saat udara masuk dan keluar

Perlu latihan dulu.

3)

Imajinasi Terbimbing

Membayangkan setiap energi dalam menarik nafas adalah energi


kesembuhan.

Bayangkan saat mengeluarkan nafas, tegang berkurang.

Sebagai tambahan dari bentuk pengobatan

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus
a) Riwayat Keperawatan
(1) Keluhan Utama : Pasien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak
(2) Riwayat Kesehatan sekarang : Penyakit yang diderita, keluhan tambahan
b) Pola Fungsional Gordon
(1) Pola Manajemen Kesehatan :
(2) Pola Oksigenasi

: Keluhan sesak (nyeri), pola nafas ,bersihan jalan

nafas.
(3) Pola Nutrisi : Asupan Nutrisi, pola makanan,kecukupan gizi,
pantangan makanan.
(4) Pola Eliminasi : Pola BAB dan BAK, konsistensi fases, warna urin,
volume out put, frekuensi BAB dan BAK sebagai identifikasi nyeri.
(5) Pola Rasa Aman dan Nyaman :

(6) Pola Aktivitas : meliputi gerakan (mobilitas) pasien, aktivitas/


pekerjaan pasien yang dapat menimbulkan nyeri/ mengurangi nyeri.
(7) Pola Istirahat : Meliputi Kebiasaan tidur/ istirahat pasien, kebiasaan
dalam istirahat.
(8) Pola Seksualitas dan Reproduksi:
(9) Pola Kognitif, Persepsi dan Sensori
(10)

Pola Stress dan Adaptasi

(11)

Pola Konsep Diri

(12)

Pola Nilai dan Kepercayaan/Agama

c) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan Umum
(2) Kesadaran
(3) TD (Tekanan Darah)
(4) Suhu Tubuh
(5) HR (Heart Rate)
(6) RR (Respiratory Rate)

d) Pengkajian Fisik

Data utama meliputi tingkat energi (adanya

kelemahan fisik,

kelelahan/fatigue, lethargy); karakteristik wajah (penyempitan atau


pelebaran

mata,

kelopak

mata

bengkak,

penurunan

animasi);

karakteristik perilaku (menguap, menggosok-gosok mata, bicara lambat,


slumped posture)

Data yg dianjurkan dikaji pada resiko gangguan tidur (obesitas, leher


membesar, septum deviasi)

Ciri tidur yg lain yg perlu dikaji termasuk tidak dpt tidur, postur saat
tidur, dan aktivitas saat tidur seperti ngorok, atau kontraksi kaki
(nocturnal myoclonus)

e) Pengkajian Istirahat dan Tidur


(1) Bantuan tidur
- relaksasi sebelum tidur
- kebiasaan/ritual waktu tidur
- lingkungan tidur
- bantuan obat-obatan
(2) Gangguan tidur dan faktor yg berkontribusi
- kealamiahan gangguan tidur
- Pertama kali munculnya gangguan
- Penyebab ( fisik, psikis, berhub. dg obat-obatan)
- Kegawatan
- tanda & gejala
- intervensi yg dilakukan dan hasil

f) Pengkasian Respon fisiologis


a. Respon simpatik
- peningkatan frekuensi pernafasan
- dilatasi saluran bronkiolus
- peningkatan frekuensi denyut jantung
- penurunan mobilitas saluran cerna
b. Respon parasimpatik
- pucat
- ketegangan otot
- penuru nan denyut jantung
- mual dan muntah
- kelemahan dan kelelahan
c. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien antara lain
perubahan postur tubuh, mengucek-ngucek mata, menguap
d. Respon afektif
Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat. Dalam
melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan istirahat dan
tidur.

DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. Fundamental Keperawatan. 2006. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC:. 1501-1546.
Huda, Amin. NANDA. 2013. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Berman, Audrey. Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb. 2003. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Grace A. Piere & Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah Ed. 3. 2007. Jakarta: Erlangga
Medical Series.
Paula J. Christensen & Janet W. Kenney. Proses Keperawatan Aplikasi Model
Konseptual Ed. 4. 2009. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rafiudin, Rahmat. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. 2014. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

You might also like