You are on page 1of 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Mesin adalah suatu sistem baik sederhana maupun kompleks

yang

digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Banyak sekali mesin yang


telah dipakai dalam berbagai aspek kehidupan manusia seperti industri, kantor,
bahkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah pompa.

Pompa adalah alat yang digunakan untuk menaikkan/memindahkan fluida


cair (liquid) dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Dalam kehidupan
sehari-hari, pompa digunakan hanya untuk memindahkan fluida, sedangkan dalam
industri, penggunaan pompa lebih kompleks, seperti menaikkan tekanan,
menambah laju aliran hingga mengontrol jenis aliran.

Seperti halnya mesin yang lain, pompa juga mempunyai karakteristik


tersendiri. Dengan mempelajari dan mengetahui karakteristik pompa, engineer
dapat merancang pompa agar berada pada kondisi maksimalnya. Oleh karena itu
pengetahuan tentang karakteristik pompa sangatlah penting.

1.2

Tujuan
1. Mendapatkan grafik karakteristik pompa
2. Mengetahui hubungan antara karakteristik dan instalasi pompa
3. Menentukan titik operasi pompa

1.3

Manfaat
1. Dapat mengetahui karakteristik pompa
2. Mengetahui performa, head, debit dan umur pemakaian pompa
3. Mengetahui masalah pada instalasi pompa

1.4

Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN. Memuat latar belakang, tujuan, manfaat dan

juga sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berisi teori umum


mengenai pompa, teori khusu mengenai karakteristik pompa dan juga teori khusu
alat ukur. BAB III METODOLOGI PERCOBAAN. Berisi prosedur praktikum, alat
dan bahan yang digunakan, serta asumsi-asumsi. BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN. Berisi hasil dari percobaan dan pembahasannya. BAB V
PENUTUP. Berisi kesimpulan dan saran dari percobaan yang dilakukan. Daftar
Pustaka. Memuat daftar referensi dalam membuat tulisan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Teori Umum

2.1.1 Pompa
Pompa adalah suatu alat pengangkut untuk memindahkan zat cair dari
suatu tempat ke tempat lain dengan memberikan gaya tekan terhadap zat yang akan
dipindahkan,seperti misalnya pemindahan crude oil dari tanki penampungan bahan
baku yang akan dialirkan ke kolom Destilasi. Pada dasarnya gaya tekan yang
diberikan untuk mengatasi friksi yang timbul karena mengalirnya cairan di dalam
pipa saluran karena beda evevasi (ketinggian) dan adanya tekanan yang harus
dilawan.

Gambar 2.1. Pompa mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi

Perpindahan zat cair dapat terjadi menurut arah horizontal maupun


vertical, seperti zat cair yang berpindah secara mendatar akan mendapatkan
hambatan berupa gesekan dan turbulensi, sedangkan zat. Pada zat cair dengan
perpindahan ke arah vertical, hambatan yang timbul terdiri dari hambatanhambatan yang diakibatkan dengan adanya perbedaan tinggi antara permukaan isap
(suction) dan permukaan tekan (discharge).

2.1.2 Klasifikasi Pompa


Pompa dibagi berdasarkan head atau berdasarkan debit. Klasifikasi pompa
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Pumps

Positive
Displacement

Rotary

Non Positive
Displacement

Reciprocating

Gear

Piston

Vane

diaphragm
mmm

Centrifugal

Special Effect

Screw

Sobe

Gambar 2.2. Klasifikasi pompa


Positive displacement pump bekerja dengan cara memberikan gaya
tertentu, berupa energi kinetik pada volume fluida yang tetap dari inlet sampai
outlet. Non positive displacement pump adalah pompa yang beroperasi dengan
menghasilkan kecepatan fluida tinggi. Jenis pompa ini memiliki efisiensi yang
rendah.
2.1.3 Macam-macam Pompa
2.1.3.1 Pompa Dinamik (Non Positive Displacement Pump)
Dynamic pump atau pompa dinamik terbagi menjadi beberapa macam
yaitu pompa sentrifugal, pompa aksial, dan pompa spesial-efek (special-effect
pump). Pompa-pompa ini beroperasi dengan menghasilkan kecepatan fluida tinggi

dan mengkonversi kecepatan menjadi tekanan melalui perubahan penampang aliran


fluida. Jenis pompa ini biasanya juga memiliki efisiensi yang lebih rendah daripada
tipe positive displacement pump, tetapi memiliki biaya yang lebih rendah untuk
perawatannya. Pompa dinamik juga bisa beroperasi pada kecepatan yang tinggi dan
debit aliran yang juga tinggi.
1. Pompa Sentrifugal
Sebuah pompa sentrifugal tersusun atas sebuah impeler dan saluran inlet
di tengah-tengahnya. Dengan desain ini maka pada saat impeler berputar, fluida
mengalir menuju casing di sekitar impeler sebagai akibat dari gaya sentrifugal.
Casing ini berfungsi untuk menurunkan kecepatan aliran fluida sementara
kecepatan putar impeler tetap tinggi. Kecepatan fluida dikonversikan menjadi
tekanan oleh casing sehingga fluida dapat menuju titik outletnya. Beberapa
keuntungan dari penggunaan pompa sentrifugal yakni aliran yang halus (smooth)
di dalam pompa dan tekanan yang seragam pada discharge pompa, biaya rendah,
serta dapat bekerja pada kecepatan yang tinggi sehingga pada aplikasi selanjutnya
dapat dikoneksikan langung dengan turbin uap dan motor elektrik. Penggunaan
pompa sentrifugal di dunia mencapai angka 80% karena penggunaannya yang
cocok untuk mengatasi jumlah fluida yang besar daripada pompa positivedisplacement.

Gambar 2.3. Pompa Sentrifugal

2. Pompa Aksial
Pompa aksial juga disebut dengan pompa propeler. Pompa ini
menghasilkan sebagian besar tekanan dari propeler dan gaya lifting dari sudu
terhadap fluida. Pompa ini banyak digunakan di sistem drainase dan irigasi. Pompa
aksial vertikal single-stage lebih umum digunakan, akan tetapi kadang pompa aksial
two-stage (dua stage) lebih ekonomis penerapannya. Pompa aksial horisontal
digunakan untuk debit aliran fluida yang besar dengan tekanan yang kecil dan
biasanya melibatkan efek sifon dalam alirannya.

Gambar 2.4. Pompa Aksial


3. Special Effect Pump
Pompa jenis ini digunakan pada industri dengan kondisi tertentu. Yang
termasuk ke dalam pompa jenis ini yaitu jet (eductor), gas lift, hydraulic ram, dan
electromagnetic. Pompa jet-eductor (injector) adalah sebuah alat yang
menggunakan efek venturi dari nozzle konvergen-divergen untuk mengkonversi
energi tekanan dari fluida bergerak menjadi energi gerak sehingga menciptakan
area bertekanan rendah, dan dapat menghisap fluida di sisi suction.

Gambar 2.5. Pompa Injektor

Gas Lift Pump adalah sebuah cara untuk mengangkat fluida di dalam
sebuah kolom dengan jalan menginjeksikan suatu gas tertentu yang menyebabkan
turunnya berat hidrostatik dari fluida tersebut sehingga reservoir dapat
mengangkatnya ke permukaan.
Pompa hydraulic ram adalah pompa air siklik dengan menggunakan tenaga
hidro (hydropower).

Gambar 2.6. Pompa hidram


Dan pompa elektromagnetik adalah pompa yang menggerakkan fluida
logam dengan jalan menggunakan gaya elektromagnetik.

Gambar 2.7. Pompa elektromagnetik

2.1.3.2

Pompa Positive Displacement

Pompa positive displacement bekerja dengan cara memberikan gaya


tertentu pada volume fluida tetap dari sisi inlet menuju titik outlet pompa.
Kelebihan dari penggunaan pompa jenis ini adalah dapat menghasilkan power
density (gaya per satuan berat) yang lebih besar. Dan juga memberikan perpindahan
fluida yang tetap/stabil di setiap putarannya.
Pompa positive displacement memiliki tipe yang lebih bervariasi daripada
pompa dinamik. Secara general pompa positive displacement dibagi kedalam dua
kelompok besar, yakni pompa jenis rotari dan jenis reciprocating.
1.

Tipe Rotary
Pompa positive displacement tipe rotari ini memindahkan fluida kerja

melalui mekanisme rotari dengan jalan menimbulkan efek vakum sehingga dapat
menghisap fluida kerja dari sisi inlet, dan memindahkannya ke sisi outlet. Jika ada
udara yang terperangkap di dalam pompa rotari, secara natural pompa ini akan
mengeluarkan udara tersebut, sehingga mengurangi kebutuhan untuk mengeluarkan
udara yang terperangkap di dalam pompa secara manual.
Berikut adalah macam-macam pompa positive displacement tipe rotari :
a.

Pompa Roda Gigi Internal (Internal Gear Pump)


Pompa ini menggunakan dua roda gigi sebagai penggerak fluida kerja di

dalam casing pompa. Satu roda gigi menjadi penggerak dan yang lainnya menjadi
yang digerakkan. Roda gigi penggerak berada di dalam roda gigi yang digerakkan.
Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan gambar berikut.

Gambar 2.8. Pompa roda gigi internal

Dan berikut adalah proses dimana fluida kerja dipompa oleh pompa roda
gigi internal ini.

Gambar 2.9. Prinsip kerja pompa roda gigi internal


Terlihat bahwa fluida kerja masuk melalui inlet pompa menuju sela-sela
roda gigi luar yang diputar oleh roda gigi dalam. Fluida tersebut bergerak menuju
sisi outlet akibat dorongan dari roda gigi luar. Selanjutnya roda gigi dalam masuk
ke sela-sela roda gigi luar sehingga mendorong fluida kerja untuk keluar ke sisi
outlet pompa.
b.

Pompa Roda Gigi Eksternal (External Gear Pump)


Sama dengan pompa roda gigi internal, pompa roda gigi eksternal ini juga

menggunakan dua roda gigi sebagai komponen utamanya. Yang membedakan


adalah kedua roda gigi berada pada posisi yang sejajar, dan roda gigi penggerak
tidak berada di dalam roda gigi yang digerakkan.

Gambar 2.10. Pompa roda gigi eksternal

c.

Pompa Screw (Ulir)


Pompa ulir pertama kali dikembangkan oleh Archimedes, ia menggunakan

satu buah ulir untuk memindahkan air dari tempat yang rendah ke sawah-sawah
untuk keperluan irigasi. Oleh karena hal inilah pompa ulir dengan satu ulir disebut
juga Pompa Ulir Archimedes.

Gambar 2.11. Pompa Ulir


Desain pompa ulir telah berkembang menjadi beberapa tipe seperti twinrotor, triple-rotor, dan 5-rotor. Perbedaan ketiganya ada pada jumlah rotor ulirnya.
Berikut adalah video pompa ulir dengan twin-rotor.
Prinsip kerja pompa ulir dengan multi-rotor adalah fluida kerja yang
masuk melalui sisi inlet pompa dipindahkan oleh rotor ulir melalui sela-sela ulir sisi
luar. Saat sampai di sisi outlet, fluida akan terdorong keluar dari pompa.
d.

Progressive Cavity Pump


Pompa jenis ini adalah pengembangan dari pompa jenis ulir. Prinsip

kerjanya pertama kali dikenalkan oleh Rene Moineau pada tahun 1930-an. Pompa
ini terdiri atas sebuah rotor yang berbentuk spiral, serta stator yang juga berbentuk
spiral namun didesain memiliki jarak pitch spiral yang 2 kali lebih besar dari pitch
rotor. Rotor pompa progressive cavity terhubung dengan shaft yang digerakkan
oleh motor listrik. Diantara shaft dengan rotor dihubungkan oleh flexible coupling
yang apabila shaft berputar, kopling ini bergerak mengikuti gerakan rotor dan shaft.

Gambar 2.12. Progressive cavity pump


Pompa progressive cavity dapat digunakan pada berbagai macam jenis
fluida kerja, dari fluida encer sampai dengan fluida berviskositas tinggi. Namun
pompa ini tidak cocok dengan partikel-partikel solid. Untuk operasionalnya, pompa
ini perlu dilakukan proses pengisian awal (priming) serta pembuangan udara yang
terperangkap (venting) di dalamnya sebelum beroperasi. Hal ini bertujuan untuk
memperpanjang umur pompa.
e.

Rotary Lobe Pump dan Rotary Piston Pump


Pompa rotary lobe mirip dengan pompa roda gigi, hanya saja

menggunakan semacam rotor berbentuk cuping (lobe). Terdapat dua rotor cuping
di dalam casing pompa, yang keduanya digerakkan oleh sumber penggerak dan
diatur sedemikian rupa oleh roda gigi yang berada di luar bodi pompa sehingga
kedua rotor berputar seirama. Putaran dari rotor ini menimbulkan ruang kosong
sehingga fluida dapat masuk ke dalamnya dan ikut berpindah ke sisi outlet. Pada
sisi outlet kedua cuping rotor bertemu sehingga menutup rongga yang ada dan
mendorong fluida kerja keluar melalui outlet pompa.

Gambar 2.13. Rotary lobe pump

Pompa rotary piston adalah pengembangan dari pompa rotary lobe. Rotor
pompa rotary piston didesain sedemikian rupa sehingga volume rongga pompa
menjadi lebih luas. Selain itu pada sisi outlet pompa, rotor pompa tidak lagi
menghimpit fluida kerja agar keluar seperti pada pompa rotary lobe, namun
bentuk rotor pompa rotary piston akan mendorong fluida agar keluar ke sisi outlet
pompa.

Gambar 2.14. Rotary piston pump


f.

Vane Pump
Dalam Bahasa Indonesia vane pump berarti pompa baling-baling. Pompa

rotari ini menggunakan silinder di bagian rotor, pangkal silinder terpasang pegas
yang terhubung dengan rotor pompa. Sumbu rotor tidak segaris dengan sumbu
casing pompa, sehingga saat rotor berputar, silinder rotor akan mengikuti bentuk
casing dan mendorong fluida kerja untuk menuju outlet pompa.

Gambar 2.15. Vane Pump

g.

Pompa Peristaltik
Pompa tipe rotari yang terakhir adalah pompa peristaltik. Pompa jenis ini

menggunakan prinsip kerja yang mirip dengan gerakan peristaltik pada


kerongkongan. Pompa ini menggunakan semacam selang elastis sebagai saluran
fluida kerja. Selang tersebut ditekan oleh rotor dengan ujung berupa roller sehingga
membentuk gerakan dorongan.

Gambar 2.16. Pompa peristaltik


Pompa peristaltik awalnya banyak digunakan pada laboratoriumlaboratorium saja, namun seiring dengan pengembangan teknologi karet, saat ini
pompa peristaltik dapat digunakan untuk memompa bahan-bahan yang lebih
berat termasuk bahan-bahan solid.
2.

Tipe Reciprocating
Pompa resiprocating menggunakan piston yang bergerak maju-mundur

sebagai komponen kerjanya, serta mengarahkan aliran fluida kerja ke hanya satu
arah dengan bantuan check valve. Pompa positive displacement ini memiliki rongga
kerja yang meluas pada saat menghisap fluida, dan akan mendorongnya dengan
mempersempit rongga kerja tersebut. Dengan bantuan check valve untuk mengatur
arah aliran fluida, maka akan terjadi proses pemompaan yang harmonis. Pompa
resiprocating terdiri atas beberapa macam, yaitu :
a.

Pompa piston
Pompa ini menggunakan piston untuk menghisap dan mendorong fluida

kerja. Jumlah dari piston tergantung dari desain pabrikan yang menyesuaikan pula
dengan kebutuhan sistem. Semakin sedikit jumlah piston pada pompa piston, maka

akan semakin tidak stabil pula besar debit aliran air yang keluar dari pompa ini.
Untuk mendapatkan aliran fluida yang stabil dapat dipergunakan pressure relief
valve atau pompa dengan piston lebih banyak.

Gambar 2.17. Pompa Piston


b.

Plunger pump
Pompa jenis ini mirip dengan pompa piston. Yang membedakan adalah

pompa ini tidak menggunakan piston, bagian pompa yang mendorong fluida tidak
secara penuh memenuhi ruangan silinder. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar
perbedaan antara pompa piston dengan pompa plunger berikut ini.

Gambar 2.18. Perbedaan piston pum dan plunger pump

c.

Pompa Diafragma
Pompa ini juga mirip dengan pompa piston namun komponen pompa yang

melakukan gerakan maju-mundur adalah diafragma yang terhubung dengan engkol


penggerak. Diafragma akan bergerak maju dan mundur untuk menciptakan
perubahan rongga ruang di dalam pompa. Dengan bantuan check valve maka aliran
fluida kerja dapat terjadi.

Gambar 2.19. Pompa Diafragma


Pompa diafragma umumnya beroperasi pada tekanan yang lebih rendah
daripada pompa piston maupun pompa plunger. Namun, karena desainnya yang
unik, pompa diafragma dapat terus beroperasi sekalipun suatu saat tidak ada fluida
yang mengalir di dalamnya. Dan secara otomatis apabila fluida kerja tersedia lagi,
pompa ini dapat secara alami melakukan pengisian fluida (priming) dan
pengeluaran udara (venting).
d.

Swashplate Pump
Jenis pompa yang terakhir akan kita bahas adalah pompa swashplate.

Pompa ini merupakan pengembangan dari pompa piston. Beberapa piston disusun
secara sejajar dengan ujung yang satu terhubung dengan plate tegak, sedangkan
ujung yang lain terhubung dengan plate miring. Saat poros pompa berputar pistonpiston yang terusun sejajar tadi ikut berputar sehingga menghasilkan gerakan majumundur.

Gambar 2.20. Swash plate pump


2.1.4 Karakteristik Pompa Berdasarkan Head
Setiap pompa yang dibuat oleh produsen memiliki karakteristik yang
berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan desain pembuatannya. Hal ini dipengaruhi
oleh ukuran besar dan desain pompa, ukuran dari diameter impeler, serta besar
putaran operasionalnya. Karakteristik sebuah pompa ditunjukkan melalui sebuah
kurva Head vs. Debit pompa.

Gambar 2.21. Kurva head vs flow rate pompa


Kurva karakteristik pompa di atas juga biasa dikenal di dunia engineering
dan industri sebagai Kurva Performa Pompa.
Jika pada sebuah pompa tertentu dijaga konstan putaran porosnya, maka
kita dapat menggeser kurva performansinya dengan cara memvariasikan besar
diameter impellernya.

Gambar 2.22. Head vs capacity pompa dengan diameter impeller bervariasi


Begitu pula jika kita menjaga diameter impeller pompa pada kondisi
konstan, lalu kita memvariasikan besar putaran porosnya, maka kita juga dapat
menggeser kurva performansi pompa ke kanan maupun ke kiri.

Gambar 2.23 head vs capacity dengan putaran poros bervariasi


Pemvariasian kondisi pompa di atas memang tampak kurang lazim.
Namun di dunia industri hal tersebut menjadi hal yang lumrah. Pada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap misalnya, pompa utama yang mensupply air menuju boiler

harus dapat memvariasikan besar debit air yang dikeluarkan sesuai dengan
kebutuhan uap air yang akan diproduksi boiler. Perubahan beban listrik maka
kebutuhan uap airnya juga berbeda-beda. Pemvariasian putaran pompa menjadi
solusi yang masuk akal untuk digunakan pada industri ini.
2.1.5 Klasifikasi Pompa Sentrifugal Menurut Jumlah Tingkatnya
1. Pompa Satu Tingkat
Pompa ini hanya mempunyai satu impeler. Head total yang ditimbulkan
hanya berasal dari satu impeler, jadi relatif rendah, namun konstruksinya relatif
sederhana.

Gambar 2.24. Pompa sentrifugal satu tingkat


2. Pompa Bertingkat Banyak
Pompa ini menggunakan beberapa impeler yang dipasang secara berderet
(seri) pada satu poros. Zat cair yang keluar dari impeler pertama dimasukkan ke
impeler berikutnya dan seterusnya hingga impeler terakhir. Head total pompa ini
merupakan jumlahan dari head yang ditimbulkan oleh masingmasing impeler
sehingga relatif tinggi.

Gambar 2.25. Pompa sentrifugal bertingkat banyak

2.1.6 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal

Gambar 2.26. Bagian-bagian pompa sentrifugal


Keterangan:
A. Stuffing Box: Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah
dimana poros pompa menembus casing.
B. Packing: Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari
casing pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.
C. Shaft: Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama
beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar lainnya.
D. Shaft Steeve: Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi
dan keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage
joint, internal bearing dan interstage atau distance sleever.
E. Vane: Sudu dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.
F. Casing: Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai
pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane), inlet
dan outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan
mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single stage).
G. Eye of Impeller: Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
H. Impeller: Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa
menjadi energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu,
sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi
kekosongan akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.

I. Casing Wear Ring: Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan
yang melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan
cara memperkecil celah antara casing dengan impeller.
J. Bearing: Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari
poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial. Bearing
juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan tetap pada
tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.
K. Discharge Nozzle: Berfungsi untuk menambah kecepatan aliran keluar pompa
2.1.7 Head Pompa
Head pompa adalah sebuah satuan linier vertikal untuk menunjukkan
ketinggian maksimum sebuah pompa spesifik saat memompa fluida menuju
outletnya. Umumnya yang menjadi pertanyaan kita di awal mempelajari pompa
adalah Mengapa satuan yang digunakan adalah meter (SI) atau feet (CGS), dan
bukan satuan tekanan?
Jawabannya sangat sederhana, sebuah pompa dengan spesifikasi tertentu
akan menghasilkan meter ketinggian (head) yang sama sekalipun memompa
berbeda-beda fluida dengan massa jenis yang berbeda-beda pula. Di sisi lain, ia
akan menghasilkan tekanan yang berbeda antara fluida-fluida tersebut sesuai
dengan massa jenisnya.

Gambar 2.27. Tekanan keluaran pompa pada dua fluida yang berbeda
Jika ada dua pompa yang identik memompa dua fluida yang berbeda massa
jenisnya, pembacaan tekanan di sisi keluaran pompa akan berbeda sekalipun di titik
ketinggian yang sama. Oleh karena itulah digunakan satuan meter ketinggian
untuk merepresentasi besar head pompa.

2.2

Teori Khusus

2.2.1 Pompa Sentrifugal


Pompa sentrifugal bekerja berdasarkan prinsip gaya sentrifugal yaitu
bahwa benda yang bergerak secara melengkung akan mengalami gaya yang
arahnya keluar dari titik pusat lintasan yang melengkung tersebut. Besarnya gaya
sentrifugal yang timbul tergantung dari masa benda, kecepatan gerak benda, dan
jari-jari lengkung lintasannya.
Impeller adalah semacam piringan berongga dengan sudu-sudu
melengkung di dalamnya dan dipasang pada poros yang digerakkan oleh motor
listrik, mesin uap atau turbin uap. Pada bagian samping dari impeller dekat dengan
poros, dihubungkan dengan saluran isap, dan cairan (air, minyak, dll) masuk ke
dalam impeller yang berputar melalui saluran tersebut. Dan karena gerakan berputar
dari impeller maka cairan yang terdapat pada bagian tersebut ikut berputar akibat
gaya sentrifugal yang terjadi, air didesak keluar menjauhi pusat, dan masuk dalam
ruangan antara keliling impeller bagian luar dan rumah pompa, dan menuju ke
saluran keluar.
Cairan dipaksa menuju sebuah impeler oleh tekanan atmosfir, atau dalam
hal ini jet pump oleh tekanan buatan. Baling-baling impeler meneruskan energi
kinetik ke cairan, sehingga menyebabkan cairan berputar. Cairan meninggalkan
impeler pada kecepatan tinggi. Impeler dikelilingi oleh volute casing atau dalam
hal pompa turbin digunakan cincin diffuser stasioner. Volute atau cincin diffuser
stasioner mengubah energi kinetik menjadi energi tekanan.

Gambar 2.28. Pompa Sentrifugal

2.2.2 Head Losses pada Pipa


Kerugian tinggi-tekan terdiri atas kerugian tinggi-tekan mayor dan minor,
atau head losses mayor dan head losses minor. Head losses mayor disebabkan
karena kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan head losses minor disebabkan karena
kerugian di dalam belokan-belokan, reduser, katup-katup, dan sebagainya.
1. Head Losses Mayor
Untuk menghitung kerugian gesek antara dinding pipa dengan aliran fluida
tanpa adanya perubahan luas penampang di dalam pipa dapat dipakai rumus Darcy
yang secara matematis ditulis sebagai berikut:
=

2
2

dengan:
hf = head loss mayor (m)
f

= koefisien gesekan

L = panjang pipa (m)


D = diameter dalam pipa (m)
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
2. Head Losses Minor
Secara umum head losses minor dinyatakan secara umum dengan rumus:
2
=
2
dengan:
h = head loss minor
K = koefisien resistansi valve atau fitting berdasarkan bentuk dan ukuran
v = kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

2.2.3 V-Notch Weir


Adalah alat untuk mengukur debit aliran air dengan memanfaatkan
naiknya permukaan air akibat bertambahnya debit aliran. Secara sederhana
digambarkan sebagai sebuah cek dan dengan alur yang berbentuk V. jika debit
aliran bertambah, maka tinggi permukaan air dalam satuan V juga bertambah.
Tinggi permukaan air dijadikan parameter untuk menghitung debit.

Gambar 2.29. V-notch weir


Debit yang melewati V-notch dirumuskan dengan:
=

8
5
2 2
15
2

Dengan:
Q = debit (m3/s)
K = Konstanta
g = percepatan gravitasi, 9.8 m/s2
= sudut takik
H = ketinggian

Dalam mendesain v-notch, perbandingan antara h dan p sangat perlu


diperhatikan. Adapun ketentuan-ketentuannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tabel v-notch


Partially contracted

Fully contracted

hi/p 1,2

hi/p 0,4

hi/B 0,4

hi/B 0,2

0,05 m < hi 0,6 m

0,05 < hi 0,38 m

p 0,01 m

p 0,045 m

B1 0,06 m

B1 0,09 m

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1

Diagram Alir
Mulai

Studi Literatur

Studi Lapangan

Pengujian

Pengambilan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan

3.2

Skema Alat Uji


Alat uji diilustrasikan seperti pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Skema alat uji

3.3

Bagian-bagian Alat Uji


Alat yang digunakan dalam percobaan karakteristik pompa dan instalasi

dapat dilihat pada Gambar 3.2


8

5
4

10

3
2

11

Gambar 3.3. Skema alat pengujian karakteristik pompa dan instalasi

Keterangan:
1. Bak penampung air: untuk menampung air dari v-notch
2. Pompa 3: Pompa ke 3 yang akan diuji karateristiknya
3. Pompa 2: Pompa ke 2 yang akan diuji karakteristiknya
4. Pompa 1: Pompa ke 1 yang akan diuji karakteristiknya
5. Katub pengatur aliran: untuk membuka atau menutup jalur pipa
6. Pipa: untuk mengalirkan fluida
7. Pressure Gauge: untuk mengukur tekanan dalam pipa
8. Gate valve: untuk mengatur tekanan dan debit aliran
9. Rangka: temapat semua alat bertumpu
10. V-notch: alat ukur debit
11. Pipa pengalir: untuk mengalirkan air dari v-notch ke bak penampung

3.4

Alat Ukur
Adapun alat ukur yang digunakan pada pengujian karakteristik pompa

adalah:
1.

Pressure gauge
Digunakan untuk mengukur tekanan dalam pipa.

Gambar 3.4 Pressure gauge

2.

V-notch weir
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur debit aliran yang dihasilkan

oleh pompa

Gambar 3.5. V-notch weir


3.

Mistar
Digunakan untuk mengukur perubahan ketinggian air pada v-notch

Gambar 3.6. Mistar


4.

Stopwatch
Digunakan untuk mengukur lama waktu pompa dihidupkan. Dalam

percobaan ini lama pompa dihidupkan adalah 1 menit. Stopwatch yang digunakan
adalah stopwatch yang terdapat pada hp.

Gambar 3.7. Stopwatch

3.5

Asumsi-asumsi
1.

Pada karakteristik pompa, semakin besar head, maka debit yang


dihasilkan akan semakin besar

2.

Performa setiap pompa adalah sama

3.

Pompa yang lebih banyak akan menghasilkan debit yang lebih


banyak.

3.6

Prosedur Percobaan

1. Hubungkan pompa ke sumber listrik


Menggunakan kabel yang terhubung dengan motor pada pompa, dimana
ujungnya berupa colokan.

Gambar 3.8. Menghubungkan pompa ke sumber listrik

2. Kenali pompa 1, pompa 2 dan pompa 3


Dilakukan agar lebih mudah menganalisa masing-masing pompa

Pompa 1
Pompa 2
Pompa 3

Gambar 3.9. Pompa 1, 2 dan 3

3. Posisikan katup pengatur debit (tipe gate valve) terbuka penuh

Terbuka penuh

Gambar 3.10. Gate valve terbuka penuh

4. Posisikan katup pembuka dan penutup aliran pompa 1 terbuka penuh

Gambar 3.11. Katub pompa 1 terbuka penuh

5. Tutup katup pompa 2 dan 3 (untuk pengujian pompa 1)

Gambar 3.12. Tutup katub pompa 2 dan 3

6. Catat posisi ketinggian awal air pada v-notch

Gambar 3.13. Catat ketinggian awal air

7. Atur keran tipe gate valve pengatur debit

Gambar 3.14. Atur gate valve

8. Hidupkan pompa 1 dengan menekan sakelarnya


Biarkan selama 1 menit.

Gambar 3.15. Hidupkan pompa 1

9. Ukur ketinggian akhir air pada v-notch


Dilakukan setelah pompa telah dihidupkan selama 1 menit.

Gambar 3.16. Ketinggian akhir air

10. Catat besar tekanan pada pressure gauge


Juga dilakukan setelah pompa dihidupkan selama 1 menit

Gambar 3.17. Besar tekanan yang ditunjukkan pressure gauge

11. Ulangi prosedur 6-10 untuk posisi gate valve yang bervariasi
12. Ulangi langkah 1-11 untuk pompa 2 dan pompa 3 dengan posisi masingmasing katup menyesuaikan
13. Ulangi langkah 1-11 untuk kombinasi keseluruhan pompa dengan
keseluruhan katup pompa terbuka.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil
Tabel 4.1. Hasil pengujian performa pompa 1
No.
1
2
3
4

P (Psi)
4
10
19
24

H V-Notch (cm)
1.6
1.4
1.3
1.1

Tabel 4.2. Hasil pengujian performa pompa 2


No.
1
2
3
4

P (Psi)
9
11
14
21

H V-Notch (cm)
2.4
2.2
2
1.3

Tabel 4.3. Hasil pengujian performa pompa 3


No.
1
2
3
4

P (Psi)
2
5
8
10

H V-Notch (cm)
0.6
0.4
0.3
0.1

Tabel 4.4. Hasil pengujian performa pompa kombinasi


No.
1
2
3
4

P (Psi)
16
19
20
24

H V-Notch (cm)
2.1
1.9
1.6
1.3

4.2

Perhitungan

4.2.1

Perhitungan debit
Persamaan yang digunakan adalah:
=

8
5
2 2
15
2

Diketahui: K= 1, g = 9.8 m/s2, =900, H = tinggi air pada v-notch

1.

Debit pompa 1, percobaan 1


H = 1.6 cm = 0.016 m
8

= 1 15 2 9.8
2.

90
2

0.0162 = 7.64587 105 3 /

Debit pompa 2, percobaan 1


H = 2.4 cm = 0.024 m
8

= 1 15 2 9.8
3.

90
2

0.0242 = 2.10695 104 3 /

Debit pompa 3, percobaan 1


H = 0.6 cm = 0.006 m
8

= 1 15 2 9.8
4.

90
2

0.0062 = 6.58423 106 3 /

Debit pompa kombinasi, percobaan 1.


H = 2.1 cm = 0.021 m
8

= 1 15 2 9.8

90
2

0.0212 = 1.50895 104 3 /

Dari hasil perhitungan, didapat nilai debit pada seluruh percobaan.


Seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Hasil perhitungan debit pompa 1
No.
1
2
3
4

P (Pa)
27579.04
68947.6
131000.44
165474.24

Q (m3/s)
7.64587 x 10-5
5.47579 x 10-5
4.54972 x 10-5
2.99646 x 10-5

Tabel 4.5. Hasil perhitungan debit pompa 2


No.
1
2
3
4

P (Pa)
62052.84
75842.36
96526.64
144789.96

Q (m3/s)
0.000210695
0.000169505
0.000133568
4.54972 x 10-5

Tabel 4.5. Hasil perhitungan debit pompa 3


No.
1
2
3
4

P (Pa)
13789.52
34473.8
55158.08
68947.6

Q (m3/s)
6.58423 x 10-6
2.38933 x 10-6
1.16394 x 10-6
7.46667 x 10-8

Tabel 4.5. Hasil perhitungan debit pompa kombinasi


No.
1
2
3
4

P (Pa)
110316.16
131000.44
137895.2
165474.24

Q (m3/s)
0.000150895
0.000117493
7.64587 x 10-5
4.54972 x 10-5

4.3

Grafik
Grafik 4.1. Debit vs tekanan pompa 1

Grafik 4.2. Debit vs tekanan pompa 2

Grafik 4.3. Debit vs tekanan pompa 3

Grafik 4.4. Debit vs tekanan pompa kombinasi

Grafik 4.5. perbandingan performa pompa 1, 2, 3 dan kombinasi

Perbandingan Performa Pompa 1, 2 3, dan Kombinasi


Pompa 1

Pompa 2

Pompa 3

Pompa Kombinasi

180000

160000

Tekanan, P (Pa)

140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
0

0.00005

0.0001

0.00015

Debit, Q (m3/s)

0.0002

0.00025

4.4

Pembahasan
Pada pompa 1, debit paling besar yaitu 7.64587 x 10-5 m3/s didapat pada saat

tekanan terkecil, yaitu 27579.04 Pascal. Seiring dengan penurunan tekanan, terjadi
penambahan debit, dengan kata lain hubungan antara debit dan tekanan alah
berbanding terbalik atau jika dikaitkan dengan kurva, maka kurva hubungan
keduanya adalah kurva linear negatif. Selisih antara debit terbesar dan terkecil yaitu
4.64941 x 10-5 m3/s.
Pada pompa 2, debit paling besar yaitu 2.10695 x 10-4 m3/s, terjadi saat
tekanan terkecil yaitu 62052.84 Pascal. Debit terkecil yaitu 4.54972 x 10-5 m3/s
terjadi saat tekanan terbesar yaitu 144289.96 Pascal. Selisih antara debit terbesar
dan terkecil yaitu 1.65198 x 10-4 m3/s.
Pada pompa 3, debit terbesar yaitu 6.58423 x 10-6 m3/s terjadi pada saat
tekanan terkecil 110316.16 Pascal. Pada percobaan selanjutnya, seiring dengan
penambahan tekanan, besar debit semakin kecil. Debit paling kecil yaitu 7.46667 x
10-8 m3/s terjadi saat tekanan terbesar, yaitu 68947.6 Pascal. Selisih antara debit
terkecil dan terbesar pada pompa 3 yaitu 6.50956 x 10-6 m3/s. Dari selisih tersebut
dapat diketahui bahwa peningkatan performa pompa 3 sangat kecil.
Pada pompa kombinasi ( pompa 1, pompa 2 dan pompa 3 dihidupkan
bersamaan) didapat nilai debit terbesar 1.50895 x 10-4 m3/s saat tekanan terkecil
110316.16 Pa. Tekanan terbesar yaitu 165474.24 Pa menghasilkan debit terkecil
yaitu 4.54972 x 10-5 m3/s. Selisih antara debit terbesar dan terkecil yaitu 1.05398
m3/s.
Dari keempat percobaan menggunakan pompa 1, pompa 2, pompa 3 dan
kombinasi ketiganya didapat bahwa pompa 2 menghasilkan debit terbesar, diikuti
pompa kombinasi, pompa 1 dan debit terkecil dihasilkan oleh pompa 3. Tetapi jika
ditinjau pada tekanan yang sama, pompa kombinasi menghasilkan debit yang paling
besar diantara keempat sistem pompa, diikuti oleh pompa 2, pompa 1 dan terkecil
pompa 3.

BAB V
PENUTUP
5.1.

Kesimpulan
1. Debit paling besar dihasilkan oleh pompa 2 yaitu 2.10695 x 10-4 m3/s diikuti
oleh pompa kombinasi yaitu 1.50895 x 10-4 m3/s dan kemudian pompa 1
yaitu 7.64587 x 10-5 m3/s dan terakhir pompa 3 dengan debit 6.58423 x10-6
m3/s
2. Pada tekanan yang sama pompa yang menghasilkan debit paling besar
adalah pompa kombinasi, diikuti dengan pompa 2, pompa 1 dan terakhir
pompa 3.
3. Pompa kombinasi memiliki performa paling tinggi diikuti oleh pompa 2,
pompa 1 dan performa terburuk oleh pompa 3.

5.2.

Saran
1. Sebaiknya saat menguji debit aliran, tekanan pompa 1, 2, dan 3
dikondisikan konstan
2. Tambah pressure gauge dan gantikan pressure gauge yang lama dengan
yang lebih sensitive

Daftar Pustaka
Anonimous. 2015. Modul Praktikum Prestasi Mesin. Bengkulu: Lab. Konversi
Energi
Anonimous.

16

mei

2015.

Pompa

Sentrifugal

(Centrifugal

Pumps).

http://mechanicalsains.blogspot.com/2011/11/pompa-ini-digerakkanoleh-motor.html
Anonimous.

16

mei

2015.

Pompa

Sentrifugal.

http://www.sandaipump.com/INFORMATION/info%20pompa%20sentri
fugal%202.html
Hendrayudi.

16

mei

2015.

Kerugian

Tinggi-Tekan

(Head

Losses).

https://ilmupembangkit.wordpress.com/2013/05/11/kerugian-tinggitekan-head-losses/
Technoart staff. 16 mei 2015. Macam-macam pompa positive displacement.
http://artikel-teknologi.com/macam-macam-pompa-positivedisplacement/
Tecnoart

staff.

16

mei

2015.

Macam-macam

pompa.

http://artikel-

teknologi.com/pompa-2-macam-macam-pompa/
Technoart staff. 16 mei 2015. Dasar-dasar Pompa (2): Kurva Karakteristik Pompa.
http://artikel-teknologi.com/dasar-dasar-pompa-2-kurva-karakteristikpompa/
Technoart

staff.

16

mei

2015.

Dasar-dasar

teknologi.com/dasar-dasar-pompa/

Pompa.

http://artikel-

You might also like