You are on page 1of 4

Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah

Posted by shariahlife on January 16, 2007


Tulisan: M. Syafii Antonio, MSc
A. Urgensi Meminjam Dana untuk Usaha
Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia mendapatkan rezeki guna
memenuhi kebutuhan kehidupannya. Islam juga mengajarkan kepada manusia bahwa Allah
Maha Pemurah sehingga rezeki-Nya sangat luas. Bahkan, Allah tidak memberikan rezeki itu
kepada kaum muslimin saja, tetapi kepada siapa saja yang bekerja keras.
Banyak ayat Al-Qur`an dan hadits Nabi saw. yang memerintahkan manusia agar bekerja.
Manusia dapat bekerja apa saja, yang penting tidak melanggar garis-garis yang telah
ditentukan-Nya. Ia bisa melakukan aktivitas produksi, seperti pertanian, perkebunan,
peternakan, pengolahan makanan dan minuman, dan sebagainya. Ia juga dapat melakukan
aktivitas distribusi, seperti perdagangan; atau dalam bidang jasa, seperti transportasi,
kesehatan, dan sebagainya.
Untuk memulai usaha seperti ini diperlukan modal, seberapa pun kecilnya. Adakalanya orang
mendapatkan modal dari simpanannya atau dari keluarganya. Adapula yang meminjam
kepada rekan-rekannya. Jika tidak tersedia, peran institusi keuangan menjadi sangat penting
karena dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin berusaha.
Dalam Islam, hubungan pinjam-meminjam tidak dilarang , bahkan dianjurkan agar terjadi
hubungan saling menguntungkan, yang pada gilirannya berakibat kepada hubungan
persaudaraan. Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila hubungan itu tidak mengikuti
aturan yang diajarkan oleh Islam. Karena itu, pihak-pihak yang berhubungan harus mengikuti
etika yang digariskan oleh Islam.
B. Etika Meminjam Secara Islami
Dalam perbankan syariah, sebenarnya penggunaan kata pinjam-meminjam kurang tepat
digunakan disebabkan dua hal. Pertama, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan
finansial dalam Islam. Masih banyak metode yang diajarkan oleh syariah selain pinjaman,
seperti jual beli, bagi hasil, sewa, dan sebagainya. Kedua, dalam Islam, pinjam-meminjam
adalah akad sosial, bukan akad komersial. Artinya, bila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak
boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya. Hal ini didasarkan
pada hadits Nabi saw. yang mengatakan bahwa setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat
adalah riba, sedangkan para ulama sepakat bahwa riba itu haram. Karena itu, dalam
perbankan syariah, pinjaman tidak disebut kredit, tapi pembiayaan (financing).
Jika seseorang datang kepada bank syariah dan ingin meminjam dana untuk membeli barang
tertentu, misalnya mobil atau rumah, suka atau tidak ia harus melakukan jual beli dengan
bank syariah. Di sini, bank syariah bertindak selaku penjual dan nasabah bertindak selaku
pembeli. Jika bank memberikan pinjaman (dalam pengertian konvensional) kepada nasabah
untuk membeli barang-barang itu, bank tidak boleh mengambil keuntungan dari pinjaman itu.
Sebagai lembaga komersial yang mengharapkan keuntungan, bank syariah tentu tidak

mungkin melakukannya. Karena itu, harus dilakukan jual beli, di mana bank syariah dapat
mengambil keuntungan dari harga barang yang dijual dan keuntungan dari jual beli
dibolehkan dalam Islam (al-Baqarah: 275).
Lain pula halnya untuk keperluan usaha seperti bertani. Bank dan petani dalam hal ini dapat
menyepakati kerja sama yang saling menguntungkan bagi mereka. Biasanya ada dua pilihan,
yaitu menggunakan skema bai as-salam atau bagi hasil. Jika menggunakan bai as-salam,
bank bertindak sebagai pembeli dan petani sebagai penjual. Bank membeli gabah dari petani
dengan harga, kualitas, dan kuantitas yang disepakati saat diserahkan pada waktu yang akan
datang, misalnya tiga bulan kemudian. Bank lalu membayar sesudah dilakukan perjanjian.
Ketika jatuh tempo, petani berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dibeli itu (gabah).
Gabah itu bisa dijual lagi kepada pihak lain dan bank mendapat keuntungan darinya. Jika
usaha pertanian seperti di atas menggunakan bagi hasil, bank menyediakan modalnya,
sedangkan petani menjadi penggarapnya. Keduanya harus menyepakati pembagian hasil
sebelum petani memulai garapannya.
Contoh lainnya adalah perdagangan. Karena dalam perdagangan umumnya ada perputaran
dana, nasabah dapat mengajukan pembiayaan mudharabah. Bank dan nasabah dapat berbagi
hasil/keuntungan dengan memperkirakan perputaran rata-rata omzet pada tiap bulannya.
C. Syarat Administratif
Seperti juga dalam perbankan konvensional, perbankan syariah menetapkan syarat-syarat
umum untuk sebuah pembiayaan, seperti hal-hal berikut.
1. Surat permohonan tertulis, dengan dilampiri proposal yang memuat (antara lain) gambaran
umum usaha, rencana atau prospek usaha, rincian dan rencana penggunaan dana, jumlah
kebutuhan dana, dan jangka waktu penggunaan dana.
2. Legalitas usaha, seperti identitas diri, akta pendirian usaha, surat izin umum perusahaan,
dan tanda daftar perusahaan.
3. Laporan keuangan, seperti neraca dan laporan rugi laba, data persediaan terakhir, data
penjualan, dan fotokopi rekening bank.
D. Contoh-Contoh Perhitungan Praktis
1. Al-Murabahah
Misalkan seorang nasabah ingin memiliki sebuah motor. Ia dapat datang ke bank syariah dan
memohon agar bank membelikannya. Setelah diteliti dan dinyatakan dapat diberikan, bank
membelikan motor tersebut dan diberikan kepada nasabah. Jika harga motor tersebut 4 juta
rupiah dan bank ingin mendapat keuntungan Rp800.000,00 selama dua tahun, harga yang
ditetapkan kepada nasabah seharga Rp4.800.000,00. Nasabah dapat mencicil pembayaran
tersebut Rp200.000,00 per bulan.
2. Bai as-Salam
Seorang petani memerlukan dana sekitar 2 juta rupiah untuk mengolah sawahnya seluas satu
hektar. Ia datang ke bank dan mengajukan permohonan dana untuk keperluan itu. Setelah
diteliti dan dinyatakan dapat diberikan, bank melakukan akad bai as-salam dengan petani, di
mana bank akan membeli gabah, misalnya, jenis IR dari petani untuk jangka waktu empat
bulan sebanyak 2 ton dengan harga Rp2.000.000,00. Pada saat jatuh tempo, petani harus
menyetorkan gabah yang dimaksud kepada bank. Jika bank tidak membutuhkan gabah untuk
keperluannya sendiri, bank dapat menjualnya kepada pihak lain atau meminta petani

mencarikan pembelinya dengan harga yang lebih tinggi, misalnya Rp1.200,00 per kilogram.
Dengan demikian, keuntungan bank dalam hal ini adalah Rp400.000 atau (Rp 200 x 2000
kg).
3. Bai al-Istishna
Seseorang yang ingin membangun atau merenovasi rumah dapat mengajukan permohonan
dana untuk keperluan itu dengan cara bai al-istishna. Dalam akad bai al-istishna, bank
berlaku sebagai penjual yang menawarkan pembangunan/renovasi rumah. Bank lalu
membeli/memberikan dana, misalnya Rp30.000.000,00 secara bertahap. Setelah rumah itu
jadi, secara hukum Islam rumah/atau hasil renovasi rumah itu masih menjadi milik bank dan
sampai tahap ini akad istishna sebenarnya telah selesai. Karena bank tidak ingin memiliki
rumah tersebut, bank menjualnya kepada nasabah dengan harga dan waktu yang disepakati,
misalnya Rp39.000.000,00 dengan jangka waktu pembayaran 3 tahun. Dengan demikian,
bank mendapat keuntungan Rp9.000.000,00.
4. Al-Mudharabah
Seorang pedagang yang memerlukan modal untuk berdagang dapat mengajukan permohonan
untuk pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah, di mana bank bertindak selaku shahibul
maal dan nasabah selaku mudharib. Caranya adalah dengan menghitung dulu perkiraan
pendapatan yang akan diperoleh nasabah dari proyek yang bersangkutan. Misalnya, dari
modal Rp30.000.000,00 diperoleh pendapatan Rp5.000.000,00 per bulan. Dari pendapatan ini
harus disisihkan dahulu untuk tabungan pengembalian modal, misalnya Rp2.000.000,00.
Selebihnya dibagi antara bank dengan nasabah dengan kesepakatan di muka, misalnya 60%
untuk nasabah dan 40% untuk bank.
5. Musyarakah
Pak Usman adalah seorang pengusaha yang akan melaksanakan suatu proyek. Usaha tersebut
membutuhkan modal sejumlah Rp100.000.000,00. Ternyata, setelah dihitung, Pak Usman
hanya memiliki Rp50.000.000,00 atau 50% dari modal yang diperlukan. Pak Usman
kemudian datang ke sebuah bank syariah untuk mengajukan pembiayaan dengan skema
musyarakah. Dalam hal ini, kebutuhan terhadap modal sejumlah Rp100.000.000,00 dipenuhi
50% dari nasabah dan 50% dari bank. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana
tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
Seandainya keuntungan dari proyek tersebut adalah Rp20.000.000,00 dan nisbah atau porsi
bagi hasil yang disepakati adalah 50:50 (50% untuk nasabah dan 50% untuk bank), pada
akhir proyek Pak Usman harus mengembalikan dana sebesar Rp50.000.000,00 (dana
pinjaman dari bank) ditambah Rp10.000.000,00 (50% dari keuntungan untuk bank).
6. Musyarakah Mutanaqishah
Nasabah dan bank berkongsi dalam pengadaan suatu barang (biasanya rumah atau
kendaraan), misalnya 30% dari nasabah dan 70% dari bank. Untuk memiliki barang tersebut,
nasabah harus membayar kepada bank sebesar porsi yang dimiliki bank. Karena
pembayarannya dilakukan secara angsuran, penurunan porsi kepemilikan bank pun berkurang
secara proporsional sesuai dengan besarnya angsuran. Barang yang telah dibeli secara kongsi
tadi baru akan menjadi milik nasabah setelah porsi nasabah menjadi 100% dan porsi bank
0%.
Jika kita mengambil rumah sebagai contoh kasus, perhitungannya adalah sebagai berikut.
Harga rumah, misalnya, Rp100.000.000,00. Bank berkontribusi Rp70.000.000,00 dan

nasabah Rp30.000.000,00. Karena kedua pihak (bank dan nasabah) telah berkongsi, bank
memiliki 70% saham rumah, sedangkan nasabah memiliki 30% kepemilikan rumah. Dalam
syariah Islam, barang milik perkongsian bisa disewakan kepada siapa pun, termasuk kepada
anggota perkongsian itu sendiri, dalam hal ini adalah nasabah.
Seandainya sewa yang dibayarkan penyewa (nasabah) adalah Rp1.000.000,00 per bulan, pada
realisasinya Rp700.000,00 akan menjadi milik bank dan Rp300.000,00 merupakan bagian
nasabah. Akan tetapi, karena nasabah pada hakikatnya ingin memiliki rumah itu, uang
sejumlah Rp300.000,00 itu dijadikan sebagai pembelian saham dari porsi bank. Dengan
demikian, saham nasabah setiap bulan akan semakin besar dan saham bank semakin kecil.
Pada akhirnya, nasabah akan memiliki 100% saham dan bank tidak lagi memiliki saham atas
rumah tersebut. Itulah yang disebut dengan perkongsian yang mengecil atau musyarakah
muntanaqishah atau disebut juga dengan decreasing participation dari pihak bank.
7. Al-Ijarah
Bank syariah yang mengoperasikan ijarah dapat melakukan leasing, baik operational lease
maupun financial lease. Akan tetapi, pada umumnya, bank-bank syariah lebih banyak
melaksanakan financial lease with purchase option atau ijarah muntahia bit-tamlik. Hal ini
karena skema ini lebih sederhana dari sisi pembukuan dan bank tidak direpotkan oleh beban
pemeliharaan aset. Ditinjau dari hal tersebut, ijarah lebih sering dipakai untuk pembiayaan
investasi dan customer loan.
Sebagai contoh, seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
memerlukan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya. Karena keberadaan alat tersebut
hanya dibutuhkan pada saat dia sedang melaksanakan proyek, dia memutuskan untuk tidak
membeli peralatan itu, melainkan menyewanya. Akan tetapi, jika ternyata alat-alat tersebut
akan terus dibutuhkan dan dia kemudian memutuskan untuk membelinya, dia bisa
melakukannya dengan ijarah muntahia bit-tamlik, yaitu menyewa peralatan tersebut dan pada
akhir masa sewa, dia membelinya.
sumber : Tazkia Cendekia

You might also like

  • Data - Jabatan Karyawan
    Data - Jabatan Karyawan
    Document1 page
    Data - Jabatan Karyawan
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • cd6606 68
    cd6606 68
    Document24 pages
    cd6606 68
    Cakralc Wong Ngawam
    No ratings yet
  • MGTC
    MGTC
    Document1 page
    MGTC
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Nyu MGTC
    Nyu MGTC
    Document2 pages
    Nyu MGTC
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Perbaikan Tanggul
    Perbaikan Tanggul
    Document1 page
    Perbaikan Tanggul
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Laporan Dan Pengambilan Keputusan
    Laporan Dan Pengambilan Keputusan
    Document8 pages
    Laporan Dan Pengambilan Keputusan
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Bab V
    Bab V
    Document2 pages
    Bab V
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Undangan New
    Undangan New
    Document1 page
    Undangan New
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Dividing Head
    Dividing Head
    Document5 pages
    Dividing Head
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Document13 pages
    Abs Trak
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Hubungan
    Hubungan
    Document1 page
    Hubungan
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Hubungan
    Hubungan
    Document1 page
    Hubungan
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Makalah GTAW Siap Print
    Makalah GTAW Siap Print
    Document27 pages
    Makalah GTAW Siap Print
    Sang Sang Barongan
    No ratings yet
  • Makalah GTAW Siap Print
    Makalah GTAW Siap Print
    Document27 pages
    Makalah GTAW Siap Print
    Sang Sang Barongan
    No ratings yet
  • Sari
    Sari
    Document109 pages
    Sari
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Taha Jud
    Taha Jud
    Document4 pages
    Taha Jud
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Proposal Akt Syariah
    Proposal Akt Syariah
    Document13 pages
    Proposal Akt Syariah
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Taha Jud
    Taha Jud
    Document4 pages
    Taha Jud
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • New Etika Profesional
    New Etika Profesional
    Document9 pages
    New Etika Profesional
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Taha Jud
    Taha Jud
    Document4 pages
    Taha Jud
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet