You are on page 1of 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE
1. Pengertian diare
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan
buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan. Di dunia diare adalah penyebab kematian paling umum
kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun. Diare
kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat
dari racun bakteria.Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan
mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus
umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu.Namun untuk individu
yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan
dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan (Wikipedia, 2011).
Tanda penyakit diare seperti:kehilangan cairan dan elektrolit, mata cekung,
haus, mulut kering, demam, letargis, dankadang-kadang disertaimuntah. Beberapa
pengertian lain diare menurut beberapa ahliadalah keluarnya tinja air dan elektrolit
yang hebat. Bayi dikatakan diare bila volumetinja lebih dari 15 gram/kg/24 jam
dan pada anak usia 3 tahun volume tinja lebih dari200 gram/24 jam. Volume tinja
anak usia 3 tahun sama dengan volume tinja orangdewasa ( Nelson, 2000).
Sedangkan ahli lain Robbins (1999) 8memberi batasan kasardiare sebagai produksi
tinja harian melebihi 250 gram, mengandung 70%-90% air, yangmenyebabkan
bertambahnya volume tinja dan frekuensi buang air besar (Aditya, 2011).

2. Etiologi / Faktor Penyebab


Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi
(gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologi
a. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare
pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:
1) Infeksi oleh bakteri :Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio cholera
(kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihandan
patogenik seperti pseudomonas.
2) Infeksi basil (disentri),
3) Infeksi virus rotavirus,
4) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),
5) Infeksi jamur (Candida albicans)
6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan diare karena faktor infeksi
misalnya ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan jamban, dan kebiasaan
tidak mencuci tangan.
1) Sumber Air Bersih
Sumber air bersih yang digunakan untuk

minum merupakan

salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan
kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan
ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar oleh tinja, misalnya air

minum, jari-jari tangan makanan, dan makanan yang disiapkan dalam


panci yang dicuci dengan air yang tercemar (Depkes RI, 2000).
Menurut Depkes RI (2000), hal - hal yang perlu diperhatikan
dalam penyediaan air bersih adalah :
a)

Mengambil air dari sumber air yang bersih.

b)

Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup
serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.

c)

Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh


binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber
air minum dengan sumber pengotoran seperti septictank, tempat
pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.

d)

Mengunakan air yang direbus.

e)

Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang


bersih dan cukup

2) Ketersediaan Jamban Keluarga


Ketersediaan jamban atau pembuangan tinja merupakan bagian
yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak
menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu
yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut
Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan
kesehatan adalah :
a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya
b) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
c) Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya

d) Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat


bertelur atau perkembangbiakan vector penyakit lainnya
e) Tidak menimbulkan bau
f) Pembuatannya murah, penggunaanya mudah dan mudah dipelihara.

3) Kebiasaan Mencuci Tangan


Beberapa perilaku yang tidak sehat dalam keluarga adalah
kebiasaan tidak mencuci tangan. Mencuci tangan yang baik sebaiknya
menggunakan sabun sebagai desifektan atau pembersih kuman yang
melekat pada tangan, kebiasaan mencuci tangan dapat dilakukan pada saat
sesudah membuang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyuapi makanan pada anak, dan sesudah makan mempunyai dampak
terhadap diare. Kemudian kebiasaan membaung tinja juga dapat beresiko
terhadap diare misalnya membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus
dilakukan secara bersih dan benar. Banyak orang yang beranggapan bahwa
tinja pada bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung
virus atau bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan diare
pada anak.
a. Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat
dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa
diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan
malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut
triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak

menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus.Jika tidak ada lipase dan terjadi
kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap
dengan baik.
b. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang.
Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada
anak-anak balita.
c. Faktor psikologis
Rasa takut , cemas, dan tegang yang berlebihan, jika terjadi pada anak
bisa menyebabkan diare. Tetapi jarang terjadi pada balita umumnya pada anak
yang lebih besar.

3. Jenis dan Klasifikasi Diare


Menurut Depkes RI (2000) diare menurut jenisnya dibagi :
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari atau dua
minggu.Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi adalah penyebab
utama kematian pada penderita diare.
b. Diare Disentri
Diare disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinjanya.Akibat
diare disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
c. Diare Persisten

Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari atau dua
minggu dan

terjadi secara terus-menerus. Akibat diare persisten adalah

penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.


d. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut atau diare persisten) mungkin
juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit
lainnya.

4. Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua
akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas
usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat

masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati


rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare (Latief, Abdul dkk, 2007)

Menurut Latief, Abdul dkk (2007) mekanisme dasar yang menyebabkan


diare adalah sebagai berikut :
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat, sahingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
terjadilah diare.
b. Gangguan Seksresi
Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya akan menimbulkan diare juga.

5. Tanda dan Gejala Diare


Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu badan mungkin menigkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Feses makin cair, mungkin mengandung darah atau lender, dan
warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Akibat
sering defekasi, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses makin lama

makin asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat dari pemecahan laktosa
yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus (Sodikin 2011).
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita
telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala
dehidrasi. Berat badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan
tugor kulit berkurang, dan selaput kering pada mulut bibir terlihat kering. Gejala
klinis menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan yang hilang
(Sodikin 2011)

6. Akibat Diare
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi
karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan

asam laktat

karena

adanya

anorexia

jaringan.

Produk

metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan


oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare. Hal ini
terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati
dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika

kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anakanak.

c.

Gangguan Gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat disebabkan
oleh karena asupan makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare atau muntah yang bertambah hebat dan makanan yang diberikan sering
tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

d. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (syock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera diatasi klien akan meninggal (Behrman, Kliegman & Arvin,
Nelson 2000).

B. KEHILANGAN CAIRAN
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.
Namun bergantung kepada kandungan lemak & otot yangterdapat di dalam tubuh,
nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang
dewasa (Irawan, 2007).
Presentase air tubuh total (ATT) terhadap berat badab berubah sesuai umur,
menurun cepat pada awal kehidupan. Pada masa prenatal, ATT menurun selama
kehamilan. Pada saat lahir, ATT 78% berat badan. Pada beberapa bulan pertama

kehidupan, ATT turun cepat mendekati kadar dewasa 55-60% berat badan pada usia
satu tahun. Pada masa pubertas terjadi perubahan ATT selanjutnya. Karena lemak
mempunyai kadar air yang lebih rendah, presentase berat badan pada wanita dewasa
yang mempunyai lebih banyak lemak tubuh (55%), daripada laki-laki, yang
mempunyai sedikit lemak. Peningkatan lemak tubuh pada anak gemuk usia berapapun
mempunyai efek yang serupa terhadap ATT (Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson,
1999)
Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2
fungsi utama yaitu sebagaipembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan
mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2 ) kedalam sel-sel
tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2 dan juga senyawa nitrat.
Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga
akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan
tubuh seperti mata, mulut & hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator
reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu
dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsifungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi
sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi
ideal yaitu 37 C (Irawan, 2007).
Di dalam cairan tubuh terkandung elektrolit dan mineral. Secara umum
elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion. Jika elektrolit
mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation
sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit
tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari elektrolit adalah natrium (Na ) ,kalium

(K), korida (Cl ) dan bikarbonat (HCO2 ). Elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam
jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na ), kalium (K ), kalsium
(Ca ), magnesium (Mg ), klorida (Cl ), bikarbonat (HCO2 ), fosfat (HPO4 ) dan sulfat
(Irawan, 2007).
Sedangkan

mineral dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu

mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang menyusun
hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari
1000 mg/hari, sedangkan mineral mikro (Trace ) merupakan mineral yang dibutuhkan
dengan jumlah kurang dari 100 mg /hari dan menyusun lebih kurang dari 0.01% dari
total berat badan. Mineral yang termasuk di dalam kategori mineral makro utama
adalah kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl),
dan natrium (Na). Sedangkan mineral mikro terdiri dari kromium (Cr), tembaga (Cu),
fluoride (F), yodium (I) , besi (Fe), mangan (Mn), silisium (Si) and seng (Zn). Dalam
komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium& klorida merupakan
mineral dengan konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya. Sehingga dengan
semakin besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan natrium , kalium dan
klorida dari dalam tubuh juga akan semakinbesar. Diantara ketiganya, natrium dan
klorida merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi yang terbawa keluar tubuh
melalui kelenjar keringat (sweat glands)(Irawan, 2007).
Asupan cairan pada tubuh berasal dari air atau cairan dalam makanan yang
normalnya yaitu sekitar 2100 ml/hari, dan berasal dari sintesis di tubuh sebagai hasil
oksidasi karbohidrat yang menambah sekitar 200 ml/hari. Akan tetapi, asupan cairan
tubuh sangat bervariasi pada masing-masing orang karena bergantung pada cuaca,
kebiasaan, dan tingkat aktifitas fisik. ( Guyton, 2008).

Kehilangan cairan tubuh harian dapat melalui kulit, paru-paru, keringat


(insensible water loss), kehilangan air lewat feses, dan kehilangan air melalui ginjal.
Insensibel water loss (IWL) adalah pengeluaran cairan yang tidak disadari dan tidak
dapat diatur secara tepat, contohnya kehilangan cairan yang berlangsung terusmenerus melalui evaporasi dari traktus respiratorius dan difusi melalui kulit.
Normalnya kehilangan cairan tubuh karena IWL adalah 700 ml/hari. (Guyton, 2008).
Kehilangan cairan tubuh melalui feses secara normalnya hanya sejumlah
cairan kecil yang dikeluarkan yaitu sekitar 100ml/hari. Jumlah ini dapat meningkat
sampai beberapa liter sehari pada pasien dengan diare berat. Sedangkan kehilangan
cairan tubuh yang lainnya adalah lewat urin yang disekresikan oleh ginjal. Ada
berbagai mekanisme yang mengatur kecepatan eksresi urin. Bahkan, cara terpenting
yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan
keluaran cairan serta keseimbangan antara asupan dan keluaran sebagian besar
elektrolit di tubuh adalah dengan mengatur eksresi dari zat-zat tersebut dari ginjal.
misalnya volume urin dapat berkurang sampai 0,5 liter/hari pada orang yang
mengalami dehidrasi atau bisa sebanyak 20 liter/hari pada orang yang meminum
sejumlah banyak air. Normalnya kehilangan cairan lewat urin yang disekresikan
melalui ginjal sekitar 1400 ml/hari. (Guyton, 2008).
Diare pada balita menyebabkan kehilangan garam (natrium) dan air secara
cepat, yang sangat penting untuk hidup. Jika air dan garam tidak digantikan cepat,
tubuh akan mengalami dehidrasi. Kematian terjadi jika kehilangan sampai 10% cairan
tubuh. Diare berat dapat menyebabkan kematian. Derajat dehidrasi dapat dinilai dari
tanda dan gejala yang menggambarkan kehilangan cairan tubuh. Pada tahap awal,
yang ada hanya mulut kering dan rasa haus. Seiring meningkatnya dehidrasi, muncul
tanda-tanda seperti: meningkatnya rasa haus, gelisah, elastisitas (turgor) kulit

berkurang, membran mukosa kering, matatampak cekung, ubun-ubun mencekung


(pada bayi), dan tidak adanya air mata sekalipun menangis keras (Behrman, Kliegman
& Arvin, Nelson, 2000 ).
Derajat dehidrasi dibagi menjadi 3 macam yaitu dehidrasi minimal atau tanpa
dehidrasi ( kehilangan cairan tubuh kurang dari 5%), dehidrasi ringan-sedang
(kehilangan cairan tubuh 5-10%), dan dehidrasi berat (kehilangan cairan tubuh lebih
dari 10%). Ciri-ciri dehidrasi menurut tingkatannya yaitu :

Tabel 2.1 Gejala-gejala dehidrasi system Maurice king


Bagian tubuh yang
diperiksa
0
Keadaan umum
Sehat

Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut

Normal
Normal
Normal
Normal

Denyut nadi/menit

Kuat <120

Nilai untuk gejala yang ditemukan


1
2
Gelisah, cengeng, Mengigau, koma
apatis,
atau syok
ngantuk
Sedikit kurang
Sangat kurang
Sedikit cekung
Sangat cekung
Sedikit cekung
Sangat Cekung
Kering
Kering
dan
sianosis
Sedang (120-140) Lemah >140

Keterangan : nilai 0-2 dehidrasi ringan, nilai 3-6 dehidrasi sedang, nilai 7-12
dehidrasi berat.
Tabel 2.2 Gejala Klinis Dehidrasi menurut Sodikin 2011

Gejala Klinis
Ringan
Keadaan Umum

Gejala Klinis
Sedang

Berat

Kesadaran

Rasa haus
Sirkulasi
Nadi (x/menit)
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Ubun-ubun besar
Mata
Tugor dan tonus
Diuresis
Selaput lendir

Baik / compos Gelisah,


Koma,syok
mentis
cengeng,apa
tis
+
++
+++
Normal (120)

Cepat

Cepat sekali

Biasa

Agak cepat

Kusmaull (cepat dan


dalam)

Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal

Cekung
Cekung
Agak kurang
Origuria
Agak kering

Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/ asidosis

Table 2.3 Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah umur 2
tahun
Derajat
dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat
Keterangan : * PWL

PWL *

NWL**

CWL***

50
100
25
75
100
25
125
100
25
: Previous Water Loss (ml/kgbb)

** NWL

: Normal Water Loss ( ml/kgbb)

***CWL

: Concomitant Water Loss (ml/kgbb)

Total

175
200
250

Table 2.4 Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak umur 2-5 tahun
Derajat
PWL*
NWL**
CWL***
Dehidrasi
Ringan
30
80
25
Sedang
50
80
25
Berat
80
80
25
Keterangan : * PWL : Previous Water Loss (ml/kgbb)
** NWL

: Normal Water Loss ( ml/kgbb)

***CWL

: Concomitant Water Loss (ml/kgbb)

Total
135
155
185

Table 2.3 Jumlah cairan yang hilang pada dehidrasi berat menurut berat badan penderita dan
umur
Berat
Umur
PWL*
NWL**
Badan
- 3kg
- 1bln
150
125
3-10 kg
1-2 tahun
125
100
10-15 kg
2-5 tahun
100
80
15-25 kg
5-10 tahun
80
65
Keterangan : * PWL : Previous Water Loss (ml/kgbb)

CWL***

Total

25
25
25
25

300
250
205
170

** NWL

: Normal Water Loss ( ml/kgbb)

***CWL

: Concomitant Water Loss (ml/kgbb)

C. Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow


Menurut Abraham

Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang

membentuk tungkatan-tingkatan atau juga disebut dengan hirarki dari yang paling
penting hingga yang tidak pentingdan dari yang paling mudah hingga yang sulit
untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan
mandasar yang perlu dipenuhi. Kebutuhan Maslow harus harus memenuhi kebutuhan
yang paling terpenting dahulu seperti kebutuhan fisiologis atau kebutuhan dasar
manusia yang meliputi : bernapas, makan (pangan), air ( cairan), seks, tidur, system
biologis seperti buang air kecil atau besar, dan lain-lain sampai pada yang tidak

terlalu penting. Untuk merasakan suatu nikmat dari kebutuhan maka perlu dipuaskan
dahulu ke kebutuhan yang berada pada tingkat dibawahnya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan landasan teori hirarki kebutuhan
Maslow karena terdapat suatu kebutuhan fisiologis atau kebutuhan dasar yang tidak
terpenuhi yaitu kebutuhan akan air (cairan) atau terjadinya kehilangan cairan.
Kehilangan cairan dalam penelitian ini terjadi karena penyakit diare yang khususnya
dialami pada batita kerena beberapa factor tertentu yang dapat mengakibatkan fatal
jika kehilangan cairan tersebut tidak terpenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu peneliti
menggunakan teori ini sebagai landasan dalam penelitiannya.

D. KERANGKA TEORI
Kerangka Teori Analisa Faktor Penyebab Diare dengan Tingkat Kehilangan
Cairan pada Batita :
Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow

Kebutuhan Fisiologis/ Dasar

Cairan dan Elektrolit

Faktor Penyebab
Diare

Faktor Infeksi
Faktor makanan
Faktor malabsorbsi

Kehilangan cairan dan


elektrolit akibat
diare

Faktor psikologi

Gambar 2.1 Kerangka teori Abraham Maslow ( Hall, Calvin & Lindzey Gardner 2006
E. KERANGKA KONSEP

Variablee Independen
Faktor Peenyebab Diaree
1. Faktor innfeksi
2.

Faktor malabsorbsi
m

3.

Faktor makanan
m

4.

Faktor Psikologis

Variable Dependen
Keh
hilangan Caairan Pada B
Balita

Gambar 2.2
2

F. HIPOTESIS PENEL
LITIAN
Hipootesis penelitian ini adaalah :
t
kehiilangan cairran pada
Adaa hubungann faktor pennyebab diarre dengan tingkat
batita di RS
SUD dr. R Goenteng
G
Puurbalingga.

You might also like