You are on page 1of 24

KELOMPOK 3 B16 PAGI

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

KELOMPOK 3 B16 PAGI

llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll

KELOMPOK 3 B16 PAGI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Trauma

mataadalahtindakansengajamaupuntidak

menimbulkanperlukaanmata.Trauma

yang

matamerupakankasusgawatdaruratmata.Perlukaan
3

KELOMPOK 3 B16 PAGI

yang
ditimbulkandapatringansampaiberatataumenimbulkankebutaanbahkankehilanganmata.Al
atrumahtanggaseringmenimbulkanperlukaanatau trauma mata (Ilyas, Sidarta, 2005).
2.2. Klasifikasi Trauma Mata
Trauma mata dapat terjadi secara mekanik dan non mekanik
1. Trauma Mekanik
a. Trauma tumpul yaitu trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang
relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Trauma tumpul dapat
menyebabkan cedera perforasi dan non perforasi. Trauma tumpul pada mata dapat
mengenai organ eksterna (orbita dan palpebra) atau interna (konjungtiva, kornea,
iris atau badan silier, lensa, korpus vitreus, retina dan nervus optikus (N.II).
b. Trauma tajam yaitu trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang
masuk ke dalam bola mata (Mansjoer, Arif, 2002).
2. Non Mekanik
a. Trauma Kimia

Trauma kimia asam yaitu trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.
Trauma kimia basa yaitu trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.
b. Trauma Fisis
Trauma termal misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
Trauma bahan radioaktif misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.
2.3. Etiologi Trauma Mata
a. Mekanik, meliputi:
1. Trauma oleh benda tumpul, misalnya:
Terkena tonjokan tangan, terkena lemparan batu, terkena lemparan bola, terkena
jepretan ketapel, dan lain-lain.

2. Trauma oleh benda tajam, misalnya:


Terkena pecahan kaca, terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu,
terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.
b. Non Mekanik, meliputi:
4

KELOMPOK 3 B16 PAGI

1. Trauma oleh bahan kimia:


Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras, coustic soda, kaporit, jodium tincture,
baygon, bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak putih.
2. Trauma fisis
Trauma termik (hipermetik) misalnya terkena percikan api dan terkena air

panas.
Trauma radiasi misalnya terkena sinar ultra violet, sinar infra merah, sinar

ionisasi dan sinar X.


(Ilyas, Sidarta, 2005).
2.4. Tanda dan Gejala Pada Trauma Mata
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
a. Trauma Tumpul
1. Rongga Orbita
Suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang yang membentuk
dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal, maksila, platinum dan
zigomatikus.Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur
orbita, kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita,
gangguan gerakan bola mata.
2. Palpebra
Kelopakataupalpebramempunyaifungsimelindungi
sertamengeluarkansekresikelenjarnya

yang

bola

membentuk

film

mata,
air

matadi

depankomea. Palpebramerupakanalatmenutupmata yang bergunauntukmelindungi


bola

mataterhadap

mata.Kelopakmempunyai

trauma,
lapis

trauma
kulit

bagianbelakangditutupiselaputlendir

sinardan

yangtipis
tarsus

pengeringan

padabagiandepansedang
yang

bola
di

disebutkonjungtiva

tarsal.Gangguanpenutupankelopak
(lagoftalmos)akanmengakibatkankeringnyapermukaanmatasehinggaterjadi
keratitis.Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom,
edema palpebra yang dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka

KELOMPOK 3 B16 PAGI

dengan sempurna (ptosis), kelumpuhan kelopak mata (lagoftalmos/tidak dapat


menutup secara sempurna).
3. Konjungtiva
Konjungtivamerupakanmembran

yang

menutupiskleradankelopakbagianbelakang.Konjungtivamengandungkelenjarmusin
yang

dihasilkanolehsel

Goblet.Musinbersifatmembasahi

bola

mataterutamakornea.Edema, robekan pembuluh darah konjungtiva (injeksi


konjunctiva) adalah tanda dan gejala yang dapat terjadi jika konjungtiva terkena
trauma.
4. Kornea
Kornea

(Latin

cornum

sepertitanduk)

adalahselaputbeningmata,

bagianselaputmata yang tembuscahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup


bola matasebelahdepan dan terdiri dari beberapa lapisan. Dipersarafi oleh banyak
saraf. Edema kornea, penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi kornea
tanpa disertai tembusnya kornea dengan keluhan nyeri yang sangat, mata berair,
fotofobi adalah tanda dan gejala yang dapat muncul akibat trauma pada kornea.
5. Iris atau badan silier
Merupakan bagian dari uvea. Perdarahan uvea dibedakanantarabagian anterior
yang

diperdarahioleh

buaharterisiliar

posterior

longus

yang

masukmenembussklera di temporal dan nasal dekattempatmasuksarafoptikdan 7


buaharterisiliar anterior, yang terdapat 2 padasetiapotot superior, medial inferior,
satupadaototrektus

lateral.

Arterisiliar

gabungmenjadisatumembentukarterisirkularis

anterior
mayor

dan

posterior

iniber-

padabadansiliar.Uvea

posterior mendapatperdarahandari 15 - 20 buaharterisiliar posterior brevis yang


menembussklera di sekitartempatmasuksarafoptik.Hifema (perdarahan bilik mata
depan), iridodialisis (iris terlepas dari insersinya) merupakan tanda patologik jika
trauma mengenai iris.
6. Lensa

KELOMPOK 3 B16 PAGI

Lensamerupakanbadan yang bening.Secarafisiologiklensamempunyaisifattertentu,


yaitu:
Kenyalataulenturkarenamemegangperananterpentingdalamakomodasiuntukmenjadi
cembung, jernihatautransparankarenadiperlukansebagai media penglihatan, terletak
di tempatnya.Secara patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi
lensa mata (perpindahan tempat).
7. Korpus vitreus: perdarahan korpus vitreus.

8. Retina
Retina

adalahsuatumembran

yang

tipis

danbening,

koroid.1,2Bagian

anterior

retina

yang

terdiriataspenyebarandaripadaserabutserabutsarafoptik.Letaknyaantarabadankacadan
koroid.Letaknyaantarabadankacadan
berakhirpadaoraserata.

Dibagian

letaknyasesuaidengansumbupenglihatanterdapatmakulalutea (bintikkuning) kirakiraberdiameter

mm

yang

berperanpentinguntuktajampenglihatan.Ditengahmakulaluteaterdapatbercakmengki
lat yang merupakanreflek fovea.Secara patologik jika retina terkena trauma akan
terjadi edema makula retina, ablasio retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan
penurunan tekanan bola mata.
9. Nervus optikus: Nervus II terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan
kebutaan.

b. Trauma Tajam
1. Orbita: kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan posisi bola
mata.
7

KELOMPOK 3 B16 PAGI

2.
3.
4.
5.

Palpebra: ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis)


Saluran lakrimal: gangguan sistem eksresi air mata.
Konjungtiva: robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.
Sklera: pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silier dan

koroid yang berwarna gelap).


6. Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus: laserasi kornea yang disertai
penetrasi kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka pada kornea,
edema.
7. Koroid dan kornea: luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan korpus
vitreus dan ablasi retina.
c. Trauma Kimia
1. Trauma Asam

Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea.


2. Trauma Basa/Alkali

Kebutaan

Penggumpalan sel kornea atau keratosis

Edema dan ulkus kornea

Tekanan intra ocular akan meninggi

Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar

Membentuk jaringan parut pada kelopak

Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut pada

kelenjar asesoris air mata


Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron pada konjungtiva

bulbi yang akan menarik bola mata


Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa

KELOMPOK 3 B16 PAGI

2.5. Patofisiologi/ WOC


Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik, semua ini
menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma mata
yang diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu
atau berbagai akibat klasik seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan
berupa penglihatan kabur, perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan bentuk mata
berubah.
Trauma oleh bahan kimia basa menyebabkan proses penyabunan membrane sel
disertai dehidrasi sel. Terjaadi kerusakan jaringan yang menembus sampai ke lapisan
yang lebih dalam dengan cepat dan berlangsung terus hingga kerusakan terus terjadi
lama setelah trauma. Terbentuk koagulase yang akan menambah kerusakan kolagen
kornea. Bila menembus bola mata, akan merusak retina dan berakhir dengan kebutaan.
Bahan kaustik soda dapat menebus bilik mata depan dalam waktu 7 detik. (Mansjoer,
Arif, 2002).
Bahan kimia asam menyebabkan pengendapan atau pengumpalan protein
permukaan sel, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi tidak akan destruktif seperti alkali.
Asam membentuk suatu sawar prespitat pada jaringan yang terkena, sehingga membatasi
kerusakan lebih lanjut. Konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang
lebih dalam seperti trauma alkali.(Mansjoer, Arif, 2002).

KELOMPOK 3 B16 PAGI

10

Benturan benda tumpul pada mata


KELOMPOK 3 B16 PAGI

WOC

Pukulan Langsung, Trauma Tarikan, (Shearing Injury), dan lain-lain

Trauma Tumpul
Benturan benda tumpul pada mata

Rongga Orbita

Palpebra

Frakturor
bita

Mengenai
saraf

Hematom,
edema

Perdarahan

Kebutaan

Ptosis

Gangguanger
akan bola
mata.

Lagoftalmos/tidak
dapat menutup
secara sempurna

Konjungtiva

Kornea

robekan
pembuluh
darah

Iris atau
badan silier

Edema,
keruh,
erosi/abrasi,
laserasi

Edemadan
perdarahan
subkonjungtiv
a

Hifema

Penglihatan
kabur,
fotofobia

perdarahan

iridodialisis

Subluksasi
lensa mata
(perpindahan
tempat).

11

Retina

Nervus
optikus

Edema
makula

Terlepas
atau putus
(avulsio)

Ablasio retina,
fotopsia
Kebutaan
lapang pandang
terganggu dan
tekanan bola mata
menurun

G3 persepsi sensori: Visual

G3 rasa nyaman: nyeri

Korpus
vitreus

Lensa

Resiko Cedera

KELOMPOK 3 B16 PAGI

Trauma Tajam
Tusukan langsung, pecahan kaca, dan lain-lain

Orbita

Palpebra

Saluran lakrimal

Proptosis (akibat
perdarahan
intraorbital)

Ptosis yang
permanen

Gangguan sistem
eksresi air mata

Perubahan posisi
bola mata

Konjungtiva

Robekan
konjungtiva

Perdarahan
subkonjungtiva

Sklera

Kornea,
iris, badan
silier, lensa,
korpus
vitreus

Iris, badan
silier dan
koroid yang
berwarna
gelap

Robekan
konjungtiva

Edema,
Laserasi

Penetrasi kornea,
prolaps jaringan iris

Kebutaan

12

Koroid dan
kornea

KELOMPOK 3 B16 PAGI

Penurunan TIO

G3 rasa nyaman: nyeri

Ansietas

Resiko Infeksi

Resiko Cedera

G3 persepsi sensori: Visual

Trauma Kimia
Trauma bahan kimia

Trauma Basa/ Alkali

Trauma Asam

Proses penyabunan sel dan dehidrasi


sel

Pengendapan/ pengumpalan
protein permukaan sel

Hiperemi
G3 rasa nyaman:
Perdarahan
nyeri

Terjadi koagulasi
protein epitel kornea
Membentuk
Sembuh
Kekeruhan
sawar
presipitat

Kerusakan jaringan menembus sampai dalam

Bila konsentrasi
13
tinggi
Resiko cedera

G3 persepsi
sensori: visual

Ansietas
Terbentuk
Merusak
Kebutaan
koagulase
retina

G3 rasa nyaman:
nyeri TIO
Peningkatan
Perdarahan

KELOMPOK 3 B16 PAGI

2.6. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Fisik: dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman
penglihatan.
b. Slit lamp: untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.
c. Tes fluoresin: digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan jelas.
d. Tonometri: untuk mengetahui tekakan bola mata.
e. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek : untuk
mengetahui adanya benda asing intraokuler.
f. Tes Seidel: untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan
dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa, kemudian diuji pada
strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru,
sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada
pengeluaran cairan mata.
g. Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan: digunakan untuk mengetahui posisi benda
asing.
h. Electroretinography (ERG): untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi pada retina.
i. Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami
penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai
untuk retina.
j. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola
mata (normal 12-25 mmHg).
k. Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,
papiledema, retina hemoragi.
l. Pemeriksaan Radiologi: pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu
dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.

14

KELOMPOK 3 B16 PAGI

m. Kertas Lakmus: pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosa
trauma asam atau basa.

2.7. Penatalaksanaan
a. Trauma Mata Benda Tumpul
1. Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna
membantu keluarnya hifema dari mata.
2. Berikan kompres es.
3. Pemnatauan ketajam penglihatan.
4. Batasi pergerakan mata selama 3-5 hari untuk menurunkan kemungkinan
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

perdarahan ulang.
Batasi membaca dan melihat Televisi.
Pantau ketaatan pembatasan aktivitas, imobilisasi sempurna.
Berikan stimulasi sensori bentuk lain seperti musik, perbincangan.
Berikan diet lunak dan semua keperluan klien dibantu.
Tetes mata siklopegik seperti atropin untuk mengistirahatkan mata.
Mata dilindungi dengan kasa jika terdapat luka.
Laporkan peningkatan nyeri mata secara mendadak, ini mungkin indikasi

perdarahan ulang.
12. Persiapan parasentesis (pengeluaran hifema). Indikasi Parasentesis:
Hifema penuh (sampai pupil) dan berwarna hitam.
Hifema yang tidak bisa sembuh/berkurang dengan perawatan konvensional

selama 5 hari.
Hifema dengan peningkatan TIO (glaukoma sekunder) yang tidak dapat

diatasi/diturunkan dengan obat-obatan glaukoma.


Terlihat tanda-tanda imbibisi kornea.

b. Trauma Mata Benda Tajam


1. Penatalaksanaan sebelum tiba di Rumah Sakit
Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.
Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.
Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.
Sebaiknya pasien dipuasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.
2. Penatalaksanaan setelah tiba di Rumah Sakit
Pemberian antibiotik spektrum luas.
Pemberian obat sedasi, antimimetik dan analgetik sesuai indikasi.
Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.
Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata
intak).
15

KELOMPOK 3 B16 PAGI

Tindakan pembedahan/penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

c. Trauma mata bahan kimia


1. Trauma alkali
Irigasi secepatnya dengan air keran. Bila tersedia, sebaiknya dengan lrutan
garam fisiologis yang isotonis minimal selama 15 menit. Lebih lama lebih baik.

Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah forniks dengan swab kapas.


EDTA diberikan segera setelah trauma, 1 tetes tiap 5 menit selama 2 jam

selanjutnya beberapa kali ssehari.


Antibiotik lokal untuk mencegah infeksi.
Sikoplegik (sulfas atropin 1%) 3x1 tetes perhari.
Steroid secara lokal atau sistemik diberikanbila peradangan sangat hebat dengan

pemantauan ketat. Pemberian setelah 2 minggu dapat menghambat epitilisasi.


Analgesik dan anatetik topikal dapat diberikan.
Rawat.

(Mansjoer, arif, dkk, 2002).

2. Trauma Asam
Irigasi secepatnya dengan air keran atau larutan garam fisiologis minimal 15
menit. Lebih lama lebih bik. Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah forniks

dalam.
EDTA diberikan 1 minggu etelah trauma.

dengan menggunakan swab kapas.


Antibiotik topikal untuk mencegah infeksi.
Sikloplegik (sulfa atropin 1%) bila trjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih

(Mansjoer, arif, dkk, 2002).

16

KELOMPOK 3 B16 PAGI

3. Prognosis trauma kimia


Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka
panjang dan rasa tidak enak pada mata. Prognosisnya ditentukan oleh bahan alkali
penyebab trauma tersebut. Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada mata untuk
menganalisis kerusakan dan beratnya kerusakan.
Klasifikasi Huges
Ringan
Prognosis baik.

Terdapat erosi epitel

Berat
Prognosis buruk

Terdapat

Akibat kekeruhan

kekeruhan

kornea

sehingga sulit melihat

Pada kornea terdapat

terperinci
terdapat

iskemia dan nekrosis


ataupun

kornea upil tidak dapat


dilihat

iris dan pupil secara

yang

ringan.

kornea

kekeruhan

kornea.

Tidak

Sedang
Prognosis baik

Konjungtiva

dan

sklera pucat

Terdapat iskemia

dan

nekrosis

pada

kornea

enteng
dan

konjungtiva

konjungtiva.
Klasifikasi Thoft
Derajat 1
terjadi hiperemi

Derajat 2
terjadi

Derajat 3
terjadi hiperemi

Derajat 4

konjun

konjungtiva

hiperemi

disertai dengan

gtiva

disertai dengan

konjungtiva

nekrosis

perilimal

keratitis pungtata

disertai

konjungtiva dan

nekrosis

hilangnya epitel

lepasnya epitel

sebanyak

17

KELOMPOK 3 B16 PAGI

kornea

kornea

50%

Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa
terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4
membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun.

18

KELOMPOK 3 B16 PAGI

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1. Pengkajian
a. Data biografi (meliputi identitas pasien seperti : Nama, Jenis kelamin, pekerjaan,
agama)
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer pasien
seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah,
pandangan ganda, bercak dibelakang mata dan lain-lain.
c. Riwayat penyakit apa yang terakhir di derita oleh pasien
Masa anak

: Strabismus, ambliopia, cedera

Dewasa

: Glaukoma, katarak, cidera / trauma mata.

Penyakit keluarga : Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga


d. Riwayat penyakit sekarang
Yang perlu dikaji adalah trauma disebabkan karena truma tumpul,tajam,atau mekanik,
tindakan apa yang sudah dilakukan pada saat trauma terjadi.
e. Riwayatpsikososial
Pada umumnya klien mengalami berbagai derajat ansietas, gangguan konsep diri dan
ketakutan akan terjadinya kecacatan mata, gangguan penglihatan yang menetap atau
mungkin kebutaan. Klien juga dapat mengalami gangguan interaksi sosial.
f. Pemeriksaanfisik
1. B1(Breath)
Pada sistem ini tidak didapatkan kelainan (tidak ada gangguan pada sistem
pernapasan.
2. B2 (Blood)
Tidak ada gangguan perfusi, adanya peningkatan nadi/ tekanan darah dikarenakan
pasien takut dan cemas.
3. B3 (Brain)
Pasien merasa pusing atau nyeri karena adanya peningkatan TIO.
4. B4 (Bladder)
Kebutuhan eliminasi dalam batas normal.
5. B5 (Bowel)
Tidak ditemukan perubahan dalam sistem gastrointestinal.
6. B6 (Bone)
Ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan adanya kelainan.
19

KELOMPOK 3 B16 PAGI

g. Pemeriksaan khusus pada mata:


1. Pemeriksaan bagian luar mata
Posisi mata: dikaji simetris / tidak, apakah exaptalamus.
Alis mata bulu mata dan kelopak mata.
Respon tutup mata dan berkedip.
Visus (menurun atau tidak ada).
Gerakan bola mata (terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan
bolam mata).
2. Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah bebas edema.
3. Inspeksi sclera dan konjugtiva: melihat warna, perubahan tekstur dan konjungtiva
bulbi (adanya hiperemi atau adanya nekrosis).
4. Iris dan pupil diinspeksi normalnya saat diberikan cahaya iris kontraksi dan nervus
optikus terstimulasi.
5. Kornea (adanya erosi,keratitis sampai dengan nekrosis pada kornea).
h. Tes Diagnostik
Untuk menilai ketajaman serta fungsi penglihatan, pemeriksaan keadaan organ mata,
dan penggolongan keadaan trauma.

2.2. Diagnosa
Trauma Tumpul
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terpajannya reseptor nyeri
sekunder terhadap trauma tumpul.
2. Gangguan persepsi sensori: visual berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Trauma Tajam
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terpajannya reseptor nyeri
sekunder terhadap trauma tajam.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman
penglihatan.
3. Gangguan persepsi sensori: visual berhubungan dengan dengan kerusakan penglihatan
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Trauma Kimia
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terpajannya reseptor nyeri
sekunder terhadap trauma kimia.
2. Gangguan persepsi sensori: visual berhubungan dengan dengan kerusakan
penglihatan.

20

KELOMPOK 3 B16 PAGI

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman


penglihatan.

2.3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut behubungan dengan terpajannya reseptor nyeri
sekunder terhadap trauma tumpul
Tujuan: Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil:
Pasien mendemonstrasikan pengetahuan pengontrolan nyeri.
Pasien mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu.
Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri ringan (1-3).
Intervensi:
1. Kaji tingkat nyeri (P, Q, R, S, T)
R/ Mengidentifikasi intervensi yang tepat dari menganalisa tingkat nyeri pasien.
2. Pantau tanda-tanda vital
R/ Rasa nyeri dapat meningkatkan tekanan darah, nadi, dan lainnya.
3. Pertahankan tirah baring dengan posisi tegak atau posisi kepala 60
R/ Untuk menimbulkan gravitasi guna membantu keluarnya hifema pada mata.
4. Berikan tindakan nyaman seperti kompres pada daerah edema atau teknik relaksasi
lainnya
R/ Mengurangi rasa ketidaknyamanan, dengan memberikan kompres dingin dapat
menghambat perdarahan.
5. Bantu ajarkan teknik relaksasi
R/ Teknik relaksasi dapat mengurangi nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgetik
R/ Mengurangi nyeri.
b. Gangguan persepsi sensori: visual berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Tujuan: Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan
Kriteria hasil:
Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan.
Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat
Intervensi:
1. Perkenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya
R/ Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan serta menurunkan
cemas.
21

KELOMPOK 3 B16 PAGI

2. Bantu pasien untuk beradaptasi menggunakan indera lainnya yang tidak mengalami
trauma
R/ Memberiakan rangsangan sensori.
3. Kunjungi pasien dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan
ansietas
R/ Pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius dan pemenuhan
kebutuhan ADL dapat terlaksana.
4. Libatkan orang terdekat pasien dalam perawatan dan aktivitas sehari-hari
R/ Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya.

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman


penglihatan
Tujuan: Ansietas dapat teratasi
Kriteria hasil:
Pasien mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi
ansietas.
Pasien mendemonstrasikan pemahaman proses penyakit.
Intervensi:
1. Kaji tingkat ansietas pasien
R/ Guna mengetahui tingkat ansietas.
2. Diskusikan metode penanganan ansietas
R/ Pemilihan pemecahan masalah yang tepat dapat mengurangi kecemasan klien.
3. Dorong pasien mengungkapkan ansietas
R/ Pengungkapan pokok masalah membantu meringankan beban pikiran.
4. Pertahankan limgkungan yang tenang
R/ Lingkungan yang tenang dapat mengurangi stress.
5. Berikan dukungan emosional

22

KELOMPOK 3 B16 PAGI

R/ Dukungan dari orang tua dan teman sangatlah penting guna penyembuhan lebih
awal.
6. Tempatkan seluruh barang-barang yang dibutuhkan dalam jarak yang dapat
dijangkau
R/ Mempermudah jangkauan klien terhadap barang barang kebutuhannya.
7. Pastikan bahwa bantuan terhadap aktivitas sehari-hari akan ada
R/ Memberikan penjelasan tentang prosedur fungsi perawat dalam therapy
penyembuhan sehingga tidak menimbulkan anxietas berlebih terhadap klien.
8. Bantu atau ajarkan teknik relaksasi, nafas dalam, meditasi
R/ Merupakan teknik untuk mengurangi anxietas berkelanjutan.penyembuhan
sehingga tidak menimbulkan anxietas berlebih terhadap klien.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif


Tujuan: tidak ada tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil:
Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat akibat dalam kemungkinan cidera
Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema,
dan demam.
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi diri dari
cidera.
Intervensi:
1. Kaji tanda-tanda infeksi
R/ diatasi agar tidak menimbulkan infeksi sekunder.
2. Berikan therapi sesuai program dokter
R/ Tindakan kolaborasi untuk membantu penyembuhan infeksi.
3. Anjurkan penderita istirahat untuk mengurangi gerakan mata
R/ Gerakan mata berlebihan dapat mencegah infekssi lebih lanjut.
4. Berikan makanan yang seimbang untuk mempercepat penyembuhan
R/ Makanan 4 sehat 5 sempurna dapat membantu proses penyembuhan lebih cepat.
23

KELOMPOK 3 B16 PAGI

4.1. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi dan kondisi pasien.
4.2. Evaluasi
a. Rasa nyeri berkurang/ hilang
b. Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan
c. Ansietas dapat teratasi
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi

24

You might also like