Professional Documents
Culture Documents
HERBAL
Amir Syarif
Feb 2014
Obat Tradisional
Obat tradisional :
- Bahan atau ramuan bahan yg berupa
bahan tumbuhan,hewan,mineral, sediaan
sarian(galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yg secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan dan dapat
diterapkan sesuai dgn norma yg berlaku di
masyarakat.
( UURI no 36 thn 2009 Tentang Kesehatan )
D.Aksesibilitas
Sasaran :
Sarana pelayanan kesehatan dan
masyarakat dapat memperoleh obat
tradisional yg telah memenuhi persyaratan
keamanan dan mutu serta terbukti
khasiatnya sesuai kebutuhan dengan
harga yg terjangkau.
E. Penggunaan Yg Tepat
Sasaran :
Penggunaan obat tradisional dalam
jumlah, jenis,bentuk sediaan, dosis,
indikasi dan komposisi yg tepat disertai
informasi yg benar lengkap dan tidak
menyesatkan
F. Pengawasan
Sasaran :
Masyarakat terlindungi dari obat
tradisional yg tidak memenuhi
persyaratan.
Pelaku : Pemerintah,dunia usaha, dan
masyarakat
APA PERBEDAAN
PENGOBATAN KOMPLEMTER
ALTERNATIF
DENGAN
PENGOBATAN TRADISIONAL ?
NON TRADISIONAL
(BELUM TURUN TEMURUN)
WHO /EDM/TRM 2000.1 : Penggunaan tradisional bila obat terebut terdokumentasi telah digunakan
Lebih dari 3 generasi utk suatu kondisisi kesehatan tertentu
OBAT HERBAL
TRADISIONAL
NON TRADISIONAL
PENELITIAN
AMAN - EFEKTIF
TAHAP PENELITIAN
BAHAN UJI OBAT HERBAL
(TELAH TERSTANDAR)
Aktivitas Biologik
Aktivitas Terapi
UJI PRAKLINIK
-Toks Akut
-Toks Jangka Panjang
-Toks khusus
-Uji Khasiat
UJI KLINIK
- Fase I
- Fase II
- Fase III
- Fase IV
UJI KHASIAT
KEAMANAN
UJI PRAKLINIK
1. Invitro
Bila tidak memerlukan peranan dari
farmakokinetik dan farmakodinamik yg
semata mata hanya dapat diperoleh pada
mahluk hidup.
Contoh : Herbal yg diperkirakan memiliki efek
sebagai antimikroba( Uji potensi obat )
2. Invivo pada hewan coba
Bila memerlukan pengaruh dari farmakokinetik
dan farmakodinamik pada mahluk hidup.
Pemberian dapat melalui oral, parenteral,
dermal, inhalasi
UJI KHASIAT
Dibuat model agar hewan coba sakit , sesuai
dengan tujuan indikasi dari herbal yg akan diuji.
Digunakan kontrol negatif (plasebo) dan kontrol
positif (obat konvensional standar )
Cara pemberian disesuaikan dgn cara
pemberian yg akan digunakan pada manusia.
Gunakan beberapa beberapa kelompok dosis
bertingkat utk melihat hubungan dosis- efek .
Utk mendapatkan prediksi yg lebih kuat,
gunakan lebih dari satu spesies.
UJI TOKSISITAS
Uji toksisitas Akut :
Uji Toksisitas Jangka Panjang
Uji Toksisitas Khusus
- Teratogenisitas
- Mutagenisitas
- Karcinogenisitas
LD50
15 g / kg BB
5-15 g /kg BB
0,5- 5 g / kg BB
50 500 mg / kg BB
5- 50 mg / kg BB
< 5 mg / kg BB
Drajat Toksisitas
Praktis tidak toksik
Toksik Ringan
Toksik sedang
Sangat toksik
Ekstrem toksik
Super toksik
*oleh manusia
** pada tikus/mencit
Observasi meliputi :
1.Tanda umum, BB dan intake makan dan
minum.
BB diukur sebelum pemberian obat,
kemudian sekali seminggu dalam 3 bulan
pertama, selanjutnya sekurangnya setiap
4 minggu
Demikian juga intake makan dan minum,
seperti pengukuran BB
2. Pemeriksaan Hematologik
Utk Rodent dilakukan sebelum autopsi
Utk non rodent sekurangnya sekali
sebelum pemberian bahan uji, dan
sekurangnya sekali selama periode
pemberian.
20 g mencit
200 g tikus
400 g marmot
1,5 kg kelinci
2 kg kucing
4 kg monyet
12 kg anjing
70 kg manusia
20 g
mencit
200g
tikus
400 g
marmot
1,5 kg
kelinci
2 kg
kucing
4 kg
monyet
12 kg
anjing
70 kg
manusia
1
0,14
0,08
0,04
0,03
0,016
0,008
0,0026
7
1
0,57
0,25
0,23
0,11
0,06
0,018
12,25
1,74
1
0,44
0,41
0,19
0,10
0,031
27,8
3,9
2,25
1
0,.92
0,42
0,22
0,07
29,7
4,2
2,4
1,08
1
0,45
0,24
0,076
64,1
9,2
5,2
2,4
2,2
1
0,52
0,16
124,2
17,8
10,2
4,5
4,1
1,9
1
0,32
387,9
56
31,5
14,2
13
6,1
3,1
1
UJI KLINIK
Uji pada manusia dalam rangka pengembangan
obat.
Dilakukan minimal setelah diperoleh data uji
toksisitas Akut dan toksisitas Subkronik
Merupakan studi experimental,terdiri dari 4 fase
Terhadap Herbal : lebih ditujukan untuk
pengembangan herbal Indonesia, dalam rangka
pemanfaatan herbal di fasilitas kesehatan
formal.
Tingkat pembuktian
( levels of evidence*)
Tingkat I a
- Bukti yg diperoleh dari meta-ana
lisis suatu penelitian dgn kontrol dan
randomisasi
Tingkat I b
- Bukti yg diperoleh dari sekurang
nya satu penelitian dgn kontrol dan
randomisasi
Tingkat II a
- Bukti yg diperoleh dari sekurangnya
satu penelitian dgn kontrol yg diran
cang dgn baik tanpa randomisasi.
Tingkat II b
- Bukti yg diperoleh dari sekurangnya
satu penelitian yg dirancang dgn baik
dalam bentuk kuasi eksperimental.
Tingkat III
- Bukti yg diperoleh dari penelitian
deskripsi non experimental yg diran
cang dgn baik, seperti studi komparatif,
studi korelasi dan studi kasus-kontrol.
Tingkat IV
- Bukti yg diperoleh dari pernyataan
panitia ahli ( expert committee reports ),
dan / atau pendapat dari para ahli yg
berpengalaman di bidang klinik.
*Based on USA Agency for Health Care Policy and Research 1992
Fase 2
- terutama utk mengetahui efikasi thdp
penyakit target serta dosis nya.
- Jumlah sukarelawan sesuai dgn
penyakit target 100 200.
- disain single blind atau double blind
dengan kontrol plasebo atau obat
standar( kontrol positif)
Fase 3
- jumlah sukarelawan sesuai dgn target
penyakit biasanya ribuan.
- tujuannya utk konfirmasi terhadap hasil
keamanan dan efikasi yg telah dipero
leh pada fase 1 dan fase 2.
- disain umumnya double blind dan cross
over
Fase 4
- Adalah penelitian obat setelah pema
saran, meliputi keamanan dan efikasi
nya di masyarakat.
- Pada fase ini, toksisitas yg belum ter
ungkap pada fase 1 3, mungkin akan
terungkap pada fase 4, karena penggu
naan yg lebih lama dan kasus yg lebih
banyak dan lebih bervariasi
PATENT
Perusahaan penemu obat baru, diberikan
hak patent selama 20 tahun, artinya
selama 20 tahun hak memproduksi dan
memasarkan obat baru tersebut ada di
tangan perusahaan penemu.
Pemberian hak patent selama waktu
tersebut wajar, karena utk memenuhi
kelengkapan sesuai NDA sampai
mendapat persetujuan FDA kadang 2
diperlukan waktu kurang lebih 5 tahun.
REVERSAL FARMAKOLOGI
Proses Pengujian terhadap efek
farmakologi yang tahap tahap nya terbalik.
Dilakukan terhadap obat herbal yang telah
dipasarkan, tetapi belum ditunjang oleh
data data evidence based yg cukup.
Bila obat herbal tradisional sudah di
pasarkan dan dimanfaatkan selama 3
keturunan dapat langsung dilakukan uji
klinik fase 2 atau 3.
Undang2 - Peraturan
UUD 45
UUD Kesehatan no 36 thn 2009
UU Praktik Kedokteran no 29 thn 2004
Permenkes SK Menke
- SKN 2004 no 131/menkes/SK/II/2004
- KOTRANAS no 381/Menkes/SK/III/2007
- KAM no 1109/Menkes/Per/IX/2007
- Std Pel Medik Herbal no 121/Menkes/SK/II/2008
- Pengobatan Tradi no1076/Menkes/SK/VII/2003
- Saintifikasi Jamu no 003/Menkes/Per/I/2010
UU Perlindungan Konsumen no 8 thn 1999.