Professional Documents
Culture Documents
Date
Signature
REFERAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
JULI 2014
OLEH :
Vishnu Raj Savum
C 11108757
Juliarwon Putra
C 11109284
SUPERVISOR :
dr. Denny Mathius, M.Kes, Sp.F
LEMBAR PENGESAHAN
C 11108757
2. Juliarwon Putra
C 11109284
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Makassar,
Supervisor :
Juli 2014
I.
PENDAHULUAN
Lebam atau kontusio atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai
bruise merupakan sebuah area perdarahan didalam jaringan lunak karena
ruptur pembuluh darah yang disebabkan oleh trauma tumpul.
(1-3)
Kata
(5)
(3)
Kontusio tidak hanya bisa terjadi pada kulit, terapi juga pada organ dalam
tubuh seperti paru-paru, hati, otak, dan otot. (1)
Salah satu permasalahan mengenai terbentuknya luka memar adalah
adanya variasi antar individu. Luka memar biasanya menjalani serangkaian
perubahan warna dari merah, merah kebiruan, biru, biru kehijauan atau
cokelat menjadi kuning sebelum menghilang. Namun, tidak semua luka
memar menjalani perubahan warna tersebut. (3)
II.
PATOMEKANISME
Sel sebagai bagian dari suatu jaringan apabila mengalami jejas atau
cedera akan melakukan respon adaptasinya sendiri. Penyebab jejas sel antara
lain adalah : (6)
1) Hipoksia;
2) Trauma fisik;
3) Obat-obatan dan zat kimia;
4) Reaksi imunologis;
5) Defek genetik; dan
6) Ketidakseimbangan nutrisi.
Pada kasus luka memar, jejas sel terjadi karena trauma fisik benda
tumpul. Sel yang terkena jejas akan mengalami beberapa fase untuk
beradaptasi agar dapat kembali ke keadaan homeostasis. (6)
Kontusio dapat dibedakan dari area livor mortis. Pada kontusio,
darahnya telah masuk hingga kedalam jaringan lunak sehingga tidak dapat
dihapus atau dikeluarkan seperti pada area livor mortis.
(1)
Pemeriksaan
Memar
Bisa dimana saja
(+)
Warna tetap
Reaksi jaringan (+)
Lokasi
Pembengkakan
Bila di tekan
Mikroskopik
Lebam Mayat
Pada bagian terendah
(-)
Warna memudar / hilang
Reaksi jaringan (-)
(1, 4)
karena anak-anak memiliki kulit yang lebih tipis dan lembut serta memiliki
banyak lemak subkutan. Pada orang tua, terjadi hilangnya jaringan
penyokong subkutan, gangguan pembuluh darah dan memarnya lebih lama
sembuh.
(1, 3, 4)
kontusio : usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan korban, serta daerah
dan tipe jaringan yang terkena.
(1)
seberapa banyak energi yang diperlukan agar terjadi kontusio. (2, 3) Penelitian
untuk mengetahui seberapa banyak energi yang diperlukan untuk terjadinya
fraktur atau luka memar sulit dilakukan karena tidak adanya sampel
manusia. (3)
Gambar 1 Proses terbentuknya luka memar (9)
III.
dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu. Namun, laju
perubahan ini sangat bervariasi, bukan hanya antar individu, tetapi antar
memar pada individu yang sama. Perubahan warna ini juga bisa terjadi tidak
berurutan dan saling bertumpang-tindih.
(1-3)
biasanya merupakan indikator usia memar yang paling baik, dengan warna
tertua berada pada bagian ujung. (3)
Sumber
Camps
(1976)
0-24 jam
Merah,
ungu,
hitam
Biru gelap
Glaister
(1962)
Polson et al Merah,
(1985)
merah
gelap /
hitam
Smith dan
Merah
1-3 hari
4-7 hari
Hijau
Biru gelap
Hijau
Kuning
Hijau
kehitaman
Kekuningan Menghilang
Kuning
Kuning /
Kuning
Menghilang
Menghilang
5
Sumber
Fiddes
(1955)
Spitz dan
Fisher
(1974)
0-24 jam
Ungu /
hitam
Biru muda
/ merah
Adelson
(1974)
Merah /
biru, ungu
1-3 hari
4-7 hari
Menghilang
Menghilang Menghilang
Hasil metabolik dari heme terdiri dari serangkaian senyawa nonmetallic yang tersusun sebagai struktur rantai linear pyrrole. Senyawa
tersebut adalah bilin atau bilichrome. Salah satu dari bilin tersebut adalah
senyawa berwarna biru-kehijauan yang disebut sebagai biliverdin (C33 H34
O6 N4) dan bilirubin (C33 H36 O6 N4) yang merupakan sebuah senyawa
berwarna kuning kemerahan yang terbentuk dengan menambahkan 2 atom
hidrogen ke biliverdin. Senyawa-senyawa tersebut, serta pigmen biologis
lainnya seperti biochrome yang dibentuk sebagai produk katabolik porfirin,
yang bertanggung jawab terhadap perubahan warna pada luka memar. (5)
Perubahan warna
memar
Pigmentasi kulit
Struktur dan vaskularisasi
jaringan
Umur
Jenis kelamin
Lemak subkutan dan
berat badan korban
Laju resolusi
Suhu tubuh
IV.
Antemortem dibanding
postmortem
Cepatnya kematian
setelah trauma
Kondisi lingkungan
Pakaian
Laju metabolisme
Status kesehatan dan
penyakit (hipertensi,
gangguan koagulasi,
gangguan hati,
pengobatan)
PSEUDO-BRUISE
Ekstravasasi darah kedalam jaringan setelah kematian dapat
mengakibatkan terjadinya salah interpretasi. Kita harus menghindari
penggunaan istilah memar pada kejadian postmortem, karena pengertian
forensik dari kata memar itu adalah kejadian yang terjadi pada saat
6
untuk
menyatakan
perubahan
warna
postmortem
yang
(4)
Salah satu pernyataan yang paling sering kita dengar adalah bahwa
kontusio merupakan tanda bahwa trauma tersebut terjadi sebelum kematian,
karena tidak dapat terjadi kontusio setelah mati. Pernyataan ini tidak
sepenuhnya benar. Bukti menunjukkan bahwa kontusio postmortem dapat
terjadi jika diberikan pukulan yang keras pada tubuh beberapa jam setelah
kematian.
(1, 12)
yang
penampakannya
hampir
sama
dengan
kontusio
V.
DIAGNOSIS
Anamnesis : Pasien yang mengalami kontusio memiliki riwayat trauma
sebelumnya, biasanya berupa pukulan / tumbukan atau jatuh. Secara umum,
orang
tersebut
mengeluh
adanya
perubahan
warna
pada
kulit,
menentukan
apakah
lesi
antemortem, dan
(1) Bentuk : kontur, pola, dan derajat pembengkakan harus ditulis sejelas
mungkin.
(2) Ukuran : tergantung bentuk luka memar. Namun, paling tidak harus
diberikan 2 dimensi pengukuran panjang dan lebar.
(3) Warna : penting untuk mendeskripsikan warna luka memar dengan
istilah simpel
(4) Lokasi : sama seperti luka trauma lainnya, penting untuk
menggambarkan lokasi tepatnya pada tubuh. Harus disertai dengan
deskripsi lokasinya (seperti bagian bawah dada kiri depan) dan
jaraknya dari 2 titik (misalnya dari garis tengah tubuh dan dibawah
bahu).
(5) Foto : penting untuk mengilustrasikan deskripsi luka memar dengan
foto berkualitas bagus. Skala pengukuran harus disertakan dalam setiap
foto. Untuk menentukan usia luka memar berdasarkan warnanya,
biasanya disertakan skala warna.
(6) Pada keadaan tertentu, penggunaan teknik fotografi spesial dengan
menggunakan gelombang cahaya diluar dari spektrum cahaya yang
dapat dilihat seperti ultraviolet dan infrared dapat memperbaiki
penampakan dari luka memar tersebut.
VI. PROGNOSIS
Kebanyakan kontusio sembuh tanpa adanya kelainan. Waktu
penyembuhan dapat bervariasi tergantung keparahan trauma. Kontusio
superfisial hilang dalam waktu 1 sampai 2 minggu dengan terapi
konservatif. (13)
VII. KOMPLIKASI
Gangguan perdarahan seperti hemofilia dapat memperpanjang
perdarahan dan menyebabkan kontusio yang lebih parah. Gangguan
perdarahan tersebut juga dapat menyebabkan gangguan organ karena
perdarahan kedalam organ atau pembentukan clotting pada pembuluh darah
(13, 15)
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Dix J. Color Atlas of Forensic Pathology. USA: CRC Press LLC; 2000.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
14. Batalis NI. Histology and Microscopic Examination and Findings. Forensic
Autopsy of Blunt Force Trauma [Internet]. 2013. [cited 28 June 2014].
Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1680107-overview#aw2aab6b7.
15. McQuoid-Mason D, Pillemer B, Friedman C, Dada M. Chapter 9 - Basic
Traumatology. In: McQuoid-Mason D. A Medico-Legal Guide to Crime
Against Women and Children. Scotland, UK: Dundee University and
Independent Medico-Legal Unit; March 2002.
11