You are on page 1of 9

LAPORAN TUTORIAL

BLOK KEDARURATAN MEDIK


SKENARIO 1
Kenapa Saya Tiba-Tiba Tidak Sadar?

KELOMPOK 18
LES YASSIN
M. BEIZAR YUDHISTIRA
RIZKI FEBRIAWAN
YUSUF ARIF SALAM
TRIA MULTI FATMAWATI
LELY AMEDHIA RATRI
TIA KANZA NURHAQIQI
R.Rr ERVINA KUSUMA W
LATIFA ZULFA S
RIANITA PALUPI
OKI SARASWATI UTOMO

G0012244
G0012134
G0012190
G0012240
G0012222
G0012114
G0012220
G0012168
G0012112
G0012180
G0012156

TUTOR:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 1.
Seorang pasien anak laki-laki berusia 68 tahun diantar oleh anak
perempuannya yang serumah dengannya ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Tipe D karena tidak sadar. Dari alloanamnesis didapatkan informasi 5 jam
sebelum masuk rumah sakit pasien diketahui tidak sadar. Bisa dibangunkan tetapi
kemudian tidur lagi dan diajak bicara tidak menyambung. Dari keterangan
anaknya, sejak 3 hari penderita panas, mual, muntah, sering kencing, nyeri
pinggang dan urin berwarna keruh. Penderita hanya makan dan minum sedikit
selama 3 hari terakhir. Ada riwayat Diabetes Mellitus dan hipertensi sejak 5 tahun
yang lalu dengan riwayat terapi Insulin rapid 6-6-4 dan Captopril 3 x 25 mg,
diketahui penderita jarang control dan tidak suntik insulin 2 hari sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didpaatkan : sakit berat, somnolen, GCS E3V4M5,
tekanan darah 80/40 mmHg, suhu 38 oC, laju pernafasan 32 kali/menit, nadi 128
kali/menit , lemah. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan rhonki di kedua
lapang paru. Reflex fisiologis dalam batas normal, reflex patologis (-).
Pemeriksaan laboratorium : Hb 13 g%, leukosir 25.000/mm 3, Trombosit
350.000/mm3, GDS 600 mg/dl, ureum 60 mg/dl, kreatinin 1,0 mg/dl, kalium 4,5
mmol/L. pemeriksaan urin rutin dan gas darah masih menunggu hasil. Setelah
dijelaskan dan mendapatkan persetujuan keluarga dengan menandatangani
informed consent, diberikan infuse Ringer Laktat 2 jalur, tetsan cepat dan bolus
insulin 0,1 unit/kgBB.

BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Seven Jump
Jump I: Klarifikasi Istilah
Dalam skenario ini beberapa istilah yang perlu diklasifikasi adalah sebagai
berikut:
a. RS Tipe D : Bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan
menjadi rumah sakit kelas C. Pelayanan terdiri dari kedokteran umum
dan kedokteran gigi. Menerima pelayanan rujukan dari puskesmas.
b. Insulin rapid 6-6-4 : Pemberian boluls insulin pada pagi hari saat
sarapan sebanyak 6 unit, siang hari saat makan siang sebanyak 6 unit,
dan malam hari saat makan malam sebanyak 4 unit.
c. Infus Ringer Laktat: Larutan steril dari kalsium klorida, Na Klorida &
Kalium klorida sebagai penambah cairan elektrolit tubuh.
d. Somnolen : (Obtundasi, Letargi) yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
Jump II: Menentukan/mendefinisikan permasalahan
Permasalahan pada skenario ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan paisen mengalami gangguan kesadaran 5 jam
sebelum masuk rumah sakit?
2. Mengapa pasien bisa dibangunkan tetapi tidur lagi?
3. Mengapa pasien mengeluh panas, mual muntah, sering kencing, nyeri
pinggang, urin keruh?
4. Bagaimana hubungan riwayat penyakit dahulu pasien dengan keadaan
kondisi kedaduratan pasien?
5. Apakah akibat pasien tidak teratur control dan tidak suntik insulin?
6. Apakah hubungan riwayat terapi pasien dengan kondisi kesadaran pasien
sekarang?
7. Apakah hubungan antara konsumsi makan dan minum pasien yang minim
dengan keadaan pasien?
8. Bagiamana hubungan antara pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium dengan kondisi pasien sekarang?
9. Apakah indikasi pemberian Ringer Laktat 2 jalur dan bolus insulin?
10. Apakah jenis informed consent yang sesuai dengan kasus diaatas?

11. Bagaimanakah

criteria

kasus

kegawatdaruratan,

prinsipnya,

serta

tatalaksananya?

Jump III: Menganalisis permasalahan dan membuat penyataan sementara


mengenai permasalahan
1. Kegawatdaruratan Medis
Kedaruratan medis merupakan ilmu yang dipraktekkan di Unit
kegawatdaruratan medis atau pertolongan pertama, dimana ilmu ini focus
pada diagnosis dan tatalaksan penyakit akut dan dilakukan tindakan
segera. Penanganan yang cepat dan tepat dapat mencegah terjaidnya
kecactaan dan keburukan prognosis. Kegawatan adalah kondisi dimana
penanganannya tidak harus segera karena keadaan gawat bisa terjadi
karena penyakit terdahulu yang pernah dialami sebelumnya.
2. Penyebab kesadaran menurun
Pada keadaan normal, ketika mengonsumsi karbohidrat, kadar
glikemik akan meningkat dan diambil oleh jaringan. Selain itu, akan
menstimulus sekresi insulin sehingga kadar insulin meningkat dan
menghambat pelepasan glukagon. Rasio yang tinggi antara insulin plasma
dan glukagon akan membantu beberapa proses, seperti: (1) penyimpanan
glukosa sebagai glikogen di hati dan otot, (2) lipogenesis di adiposit, (3)
mendorong potasium masuk ke dalam sel, dan (4) pengambilan asam
amino oleh otot.
Apabila sekresi insulin tidak ada, maka kadar glukagon akan
meningkat dan menyebabkan efek sebaliknya, yaitu pemecahan glikogen
di hati dan otot, glukoneogenesis oleh hati, dan membantu lipolysis dan
pembentukan badan keton oleh hati. Glukagon merupakan salah satu
hormon counterregulatory di samping hormon pertumbuhan, epinefrin,
dan kortisol. Hormon tersebut akan meningkat ketika stres dan terserang
penyakit secara akut, seperti infeksi, infark miokard, dan pankreatitis.
Efek tersebut akan meningkatkan kadar glukosa. Ketika glukosa
180 mg/dl, tubulus proksimal tidak dapat mereabsorbsi secara sempurna

sehingga glukosa akan mengalir melalui nefron dan saluran kemih dan
akhirnya keluar sebagai urin dengan membawa air dan elektrolit.
Hilangnya sejumlah air dari tubuh tanpa adanya pemberian cairan
tambahan secara oral dapat menyebabkan keadaan hipovolemi. Keadaan
hipovolemi ini akan menyebabkan hipoksia dan hipotensi. Keadaan
kekurangan oksigen tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesadaran
(Hemphill, 2014; Raghavan, 2014).
3. Interpretasi hasil pemeriksaan
a. Sakit berat, somnolen, GCS turun: merupakan penurunan
kesadaran karena kurangnya asupan oksigen ke otak dan
merupakan tanda - tanda syok.
b. Tekanan darah 80/40: turunnya tekanan darah dengan sistol <100
c.
d.
e.
f.
g.

mmHg merupakan tanda syok.


Suhu 380 C: demam tanda adanya inflamasi atau infeksi
RR 32 x / menit: takipnea, tanda terjadinya asidosis metabolic
Nadi 128 x / menit, lemah: merupakan tanda adanya syok.
Rhonki (-): tidak didapatkan obstruksi pada paru.
Reflex fisiologis normal dan reflex patologis (-): tidak

munujukkan adanya cedera otak atau UMN.


h. Hb, trombosit normal: tidak munujukkan adanya perdarahan
dalam.
i. Leukosit meningkat: indikasi adanya infeksi.
j. GDS tinggi: karena kadar insulin yang rendah sehingga tidak bias
dimetabolisme.
k. Ureum tinggi: sebagai hasil dari lipolisis
l. Kreatinin normal: tidak ditemukan gagal ginjal maupun kerusakan
jaringan lain.
m. Kalium dalam kadar normal.
4. Hubungan Riwayat Penyakit Dahulu Pasien dengan kondisi
kedarutan medic.
Pada scenario pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus
dimana

apabila

pengelolaan

terapi

yang

kurang

baik

terhadappenyakit tersebut dapat mengakibatkan berbagai kondisi


kegawatdaruratan medic diantaranya adalah:
a. KAD (Ketoasidosis Diabetik)

KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis


metabolik akibat pembentukan keton yang berlebihan. Sindroma ini
ditandai dengan triad yang terdiri dari hiperglikemia, ketosis dan
asidemia. Criteria diagnostic untuk KAD adalah pH arterial < 7.3,
kadar bikarbonat < 15 mEq/L, dan kadar glukosa darah > 250 mg/dL
disertai ketonemia dan ketonuria moderate.
b. SHH (Status Hiperosmolar Hiperglikemik)
SHH adalah keadaan yang ditandai dengan hiperosmolaritas
berat dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari
KAD murni. SHH didefinisikan sebagai hiperglikemia ekstrim,
osmolalitas serum yang tinggi dan dehidrasi berat tanpa ketosis dan
asidosis yang signifikan. Nilai normal osmolalitas serum adalah 290
5 mOsm/kg air. Pada umumnya keton serum negatif dengan
pemeriksaan metode nitropusid pada dilusi 1:2, bikabonat serum >
20 mEq/L, dan pH arterial > 7.3. Hiperglikemia pada SHH biasanya
lebih berat daripada KAD; kadar glukosa darah > 600 mg/dL
biasanya dipakai sebagai kriteria diagnostik. SHH lebih sering terjadi
pada usia tua atau pada mereka yang baru didiagnosis sebagai
diabetes dengan onset lambat. (Mansjoer, 2000)
Untuk diagnosis pasti dalam skenario, masih harus
menunggu hasil pemeriksaan gas darah dan urin rutin.

Jump IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan


sementara mengenai permasalahan pada langkah 3.
Pasien
Tidak
Sadar

Riwayat DM dan HT
selama 5 tahun

Krisis
hipoglikemik

Komplika
si

pengobatan
tidak
terkontrol

Krisis
Hiperglikemik
Keadaan
koma

Stroke
KAD
HONK

Jump V: Merumuskan tujuan pembelajaran


LO (Learning Objection) yang perlu diketahui dan dicari pada pertemuan kedua
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Faktor pencetus dari kondisi pasien (krisis hiperglikemi).


Komplikasi krisis hiperglikemik yang memicu kegawatan.
Perbedaan antara KAD dan HONK.
Hubungan antara infeksi dengan KAD dan HONK.
Pemeriksaan penunjang, komplikasi, prognosis KAD dan HONK.
Indikasi, Kontraindikasi, efek samping dari pemberian insulin,

captopril.
7. Indikasi pemberian infuse ringer laktat 2 jalur dan bolus insulin
0,1 unit/ kgBB.
8. Informed Consent pada pasien.
Jump VI : Mengumpulkan Informasi Baru (Belajar Mandiri).

Jump VII: Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi Baru


yang Diperoleh

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Pada kasus kegawatdaruratan diperlukan penanganan yang cepat dan tepat
karena pasien dapat terancam jiwanya. Sebagai dokter umum, sudah seharusnya
mengetahui dan dapat melaksanakan pertolongan pada pasien kegawatdaruratan
medik. Selain itu penilaian kondisi pasien yang tepat dan teratur juga merupakan
hal yang tak kalah penting. Setelah kondisi pasien stabil, dokter umum juga
diharuskan mengetahui bagaimana alur rujukan yang tepat.
Pada kasus dalam skenario pasien diperkirakan menderita kegawatdaruratan
medik yang berhubungan dengan proses metabolik tubuh. Sambil menunggu hasil
pemeriksaan lanjutan untuk memperoleh diagnosis lebih pasti, diperlukan
penilaian dan penanganan yang cepat dan tepat. Pada kasus diperlukan pemberian
cairan kristaloid dan insulin dengan cepat.

SARAN
Materi dalam skenario cukup baik. Keterangan pada kasus di skenario
sudah cukup lengkap dengan adanya hasil pemeriksaan fisik ataupun pemeriksaan
lain sehingga mahasiswa dapat belajar lebih terarah.

Kegiatan diskusi tutorial kelompok kami telah berjalan cukup lancar.


Mahasiswa telah berperan aktif dalam diskusi ini. Tutor juga mengarahkan diskusi
sehingga LO atau tujuan pembelajaran dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like