You are on page 1of 9

BAB 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Tabel 1 : Descriptive Statistics
Dependent Variable: jumlah cacing
lokasi Mean

Std.
Deviation

1.00

1.8750

1.65010

24

2.00

.8333

1.04950

24

Total

1.3542

1.46577

48

Tabel 2 : Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: jumlah cacing
Type III Sum
of Squares
Df

Mean Square F

Sig.

Corrected
Model

13.021a

13.021

6.810

.012

Intercept

88.021

88.021

46.033

.000

lokasi

13.021

13.021

6.810

.012

Error

87.958

46

1.912

Total

189.000

48

Corrected Total 100.979

47

Source

a. R Squared = .129 (Adjusted R Squared = .110)


ESTIMATED MARGINAL MEANS LOKASI
Tabel 3 : Estimates
Dependent Variable: jumlah cacing
95% Confidence Interval
lokasi Mean

Std. Error Lower Bound Upper Bound

1.00

1.875

.282

1.307

2.443

2.00

.833

.282

.265

1.401

Tabel : 4 : Pairwise Comparisons


Dependent Variable: jumlah cacing
Mean
(I)
(J)
Difference (Ilokasi lokasi J)
Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for


Differencea
Lower Bound Upper Bound

1.00

2.00

1.042*

.399

.012

.238

1.845

2.00

1.00

-1.042*

.399

.012

-1.845

-.238

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent
to no adjustments).
Tabel 5 : Univariate Tests
Dependent Variable:jumlahcacing
Sum
Squares

of
df

Mean Square F

Sig.

Contrast 13.021

13.021

.012

Error

46

1.912

87.958

6.810

The F tests the effect of lokasi. This test is based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal
means.
4.2. Pembahasan
Praktikum

kali

ini

mengenai

monitoring

populasi

invertebrata. Populasi invertebrata yang dimonitoring adalah


populasi cacing yang berada di lokasi yang berbeda. Dalam
kegiatan praktikum ini menggunakan dua ketegori sampel tanah
yang berbeda, yaitu tanah pertanian dari ekosistem pertanian
(cultivated) dan tanah nocultivated misalnya tanah di lingkungan
kampus yang tidak digunakan untuk kegiatan pertanian. Kedua
tanah yang berbeda tersebut memiliki kondisi yang berbeda
sehingga diduga akan mempengaruhi populasi cacing tanah.
Adapun lokasi yang ditetapkan yaitu lokasi 1 di Fakultas Teknik
UNEJ dan lokasi 2 di gedung 3 FKIP. Lokasi 1 merupakan lahan

bekas digunakannya lahan pertanian (cultivated) sedangkan


lokasi 2 merupakan lahan yang tidak digunakan sebagai lahan
pertanian (noncultivated). Lokasi 1 sebagai treatment artinya
yang mendapat perlakuan dan lokasi 2 sebagai kontrol artinya
yang tidak mendapat perlakuan.
bertujuan

untuk

mengetahui

Pengamatan ini dilakukan

pengaruh

perbedaan

lokasi

terhadap densitas cacing tanah.


Dalam praktikum monitoring populasi invertebrata ini
menggunakan beberapa alat, diantaranya meteran baju untuk
mengukur luas lahan, tali rafia untuk membatasi lahan yang
telah diukur, canggul digunakan untuk menggali tanah, Soil
tester berfungsi untuk mengukur pH tanah dan kelembaban
tanah,

Hygrometer berfungsi untuk mengukur kelembaban

udara dan suhu, plastik berfungsi sebagai tempat cacing tanah,


pinset yang berfungsi untuk mengambil cacing, label yang
berfungsi untuk memberi tanda pada plastik (petak 1, petak 2
dan petak 3) dan penggaris untuk mengukur panjang cacing,
serta timbangan untuk mengukur berat cacing tanah yang
didapatkan.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam praktikum
monitoring populasi invertebrata yaitu pengambilan sampel
tanah pada lokasi 1, lalu membuat ploting tanah yang menjadi
sampel seluas 1 x 1 meter, kemudian membagi plot tersebut
menjadi 9 petak. Dari 9 petak tersebut diambil 3 petak dari
setiap baris. Setelah itu mengukur densitas vegetasi dan jenis
vegetasinya. Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah
vegetasi per satu satuan luas yang menjadi sampel (3 petak
yang diambil). Kemudian menggali masing-masing petak dan
menghitung jumlah cacing yang ada pada masing-masing petak.
Selama pengamatan juga dilakukan pengukuran kelembaban
tanah dan pH tanah menggunakan Soil tester. Dengan cara
menancapkan ujung alat runcing ke dalam tanah hingga sel-

selnya terbenam dalam tanah dan membiarkan beberapa saat.


Kemudian lihat skala besar atau atas untuk menentukan pH
tanah. Dan menekan tombol yang berada disamping alat untuk
menentukan kelembaban tanah setelah dibiarkan beberapa saat
dan melihat skala kecil/bawah sebagai petunjuk kelembaban
tanah.

Selain

kelembaban

itu

juga

udara

dilakukan

menggunakan

pengukuran
hygrometer.

suhu

dan

Higrometer

terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang


satu menunjukkan temperatur. Cara penggunaannya dengan
meletakkan

di

tempat

yang

akan

diukur

kelembabannya,

kemudian tunggu dan bacalah skalanya. skala kelembaban


biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau suhu dengan derajat
celcius.

Langkah-langkah

pertama

sampai

akhir

tersebut

dilakukan kembali pada lokasi 2 yaitu di gedung 3 FKIP. Setelah


cacing didapatkan, cacing tanah diukur panjangnya dengan
menggunakan penggaris dan diukur juga berat badannya dengan
menggunakan timbangan. Setelah itu dimasukkan kedalam tabel
dan dianalisis menggunakan spss.
Pada tabel hasil analisis, dilakukan analisis terhadap
pengaruh faktor lokasi dengan densitas cacing tanah. Dalam hal
ini analisis data dilakukan dengan menggunakan univariate. Jika
analisis data menggunakan uji one way annova, maka pada tabel
post hoc dengan analisis lanjutan tidak akan memunculkan
keterangan

LSD

(Least

Significant

Deference)

untuk

membandingkan minimal 3 groups compare. Pada analisis ini


hanya ada 2 lokasi yang berarti hanya ada 2 kelompok yang
dibandingkan, sehingga pada analisis ini digunakan univariate
analysis yang berfungsi untuk memunculkan nilai perbandingan
2 lokasi yang berbeda yang tidak dapat dimunculkan pada data
annova.
Pada

tabel

1,

yakni

descriptive

statistic,

tabel

ini

menggambarkan data seperti apa data ditunjukkan. Statistik

deskriptif digunakan untuk menentukan metode-metode yang


berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data
sehingga menaksir kualitas data berupa jenis variabel, ringkasan
statistik (mean, median, modus, standar deviasi, etc), distribusi,
dan representasi bergambar (grafik), tanpa rumus probabilistik
apapun. Pada tabel tersebut terbaca analisis berupa jumlah
lokasi yang dibedakan berdasarkan analisis univariate, yakni
lokasi 1 sebagai lokasi treatment yang merupakan uncultivated
area yaitu Fakultas Teknik. Kita ketahui bahwa lokasi FT ini
merupakan lokasi bekas area persawahan yang mana telah
mendapatkan perlakuan-perlakuan khusus pada lahannya berupa
pembajakan,

pemberian

pupuk,

pengairan

dll.

Sedangkan

perlakuan 2 merupakan perlakuan kontrol yakni perlakuan yang


tidak diberi perlakuan apa-apa yaitu fakultas FKIP. Sehingga nanti
bisa dibedakan bagaimana pengaruh densitas cacing antara
lokasi 1 dan lokasi 2. Pada kolom mean, teramati nilai mean :
lokasi 1 = 1,875, lokasi 2 = 0,8333. Berdasarkan nilai tersebut,
lokasi 1 > daripada lokasi 2. Hal ini berarti, nilai densitas cacing
tanah pada lokasi 1 lebih besar daripada lokasi 2. Pada kolom
Standar deviation, merupakan tabel yang menyatakan ukuran
penyebaran atau ukuran keragaman pengamatan dari nilai ratarata dari lokasi 1 dan lokasi 2. Nilai ini sebanding dengan nilai
mean yang menyatakan bahwa lokasi 1 bernilai lebih besar
dibandingkan lokasi 2. Pada kolom N, menyatakan tabel jumlah
kelompok dikalikan dengan jumlah pengulangan. Yakni ada 8
kelompok dikalikan 3 kali pengulangan.
Pada tabel 2, Tests of Between-Subjects atau dependent
variable : jumlah cacing, memiliki derajat kebebasan sebesar 1,
signifikasi sebesar 0,012, 0,00 dan 0,012 sehingga nilai ini
menyatakan nilai yang sangat signifikan yang berarti perbedaan
2

lokasi

tersebut

berpengaruh

densitas cacing tanah.

sangat

signifikan

terhadap

Pada tabel 3 yakni Estimates : dependent variable : jumlah


cacing tanah menyatakan Sama seperti tabel sebelumnya yakni
tabel

descriptive

statistics,

pada

tabel

ini

menunjukkan

perbandingan pada lokasi 1 dan lokasi 2 terdapat perbedaan


pengaruh yang menentukan densitas cacing tanah dari lokasi
kontrol.
Pada tabel 4, yakni pairwise Comparison, dependent
variable : jumlah cacing pada 2 lokasi yang berbeda, pada kolom
mean difference dinyatakan lokasi 1 (+) 1,042 lebih positif
dibandingkan lokasi 2 (-) 1,042, yang menyatakan nilai densitas
lokasi 1 lebih besar dibandingkan dengan lokasi 2. Sedangkan
nilai signifikasinya yakni 0,012 yang menyatakan perbedaan
lokasi berpengaruh sangat signifikan terhadap densitas cacing
tanah.
Pada tabel 5, yakni tabel analisa yang digunakan untuk
menganalisis
univariat

tiap

berfungsi

variabel
untuk

dari

hasil

meringkas

pengukuran.
kumpulan

Analisa

data

hasil

pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut


berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut
dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat
dilakukan untuk masing-masing variabel yang diteliti. Pada
analisis tersebut dinyatakan nilai F = 6,810; df (derajat
kebebasan) : 1; P = 0,012 yang menyatakan bahwa perbedaan
lokasi berpengaruh sangat signifikan terhadap densitas cacing
tanah.
Berdasarkan hasil analisis statistik, nilai densitas cacing
tanah pada lokasi 1 lebih besar daripada lokasi 2. Lokasi 1 adalah
bekas

tanah

pertanian

dimana

tanah

tersebut

banyak

mendapatkan pupuk yang mengandung bahan organik dan


memiliki tekstur tanah yang halus berupa lempung ringan
sehingga memiliki kecenderungan jumlah cacing yang lebih
banyak dibandingkan dengan tanah yang tanpa aerasi, tanpa

pupuk, dan tanah liat atau lempung berpasir seperti yang ada
pada lahan pertanian. Keberadaan cacing tanah dipengaruhi oleh
bahan organik yang ada di dalam tanah. Pada saat praktikum
juga menghitung jumlah dan jenis vegetasi yang tumbuh pada
setiap petak dipilih karena semakin banyak tumbuhan yang ada
di atas tanah maka humusnya akan semakin banyak sehingga
densitas cacing tanah yang ditemukan juga banyak. Hal tersebut
dapat diketahui bahwa untuk jumlah vegetasi pada lokasi 1 lebih
banyak daripada lokasi 2.
Pada saat itu juga melakukan pengukuran faktor abiotik
antara lain suhu, kelembaban udara, pH tanah dan kelembaban
tanah.

Untuk

pengukuran

faktor

abiotik

sebenarnya

juga

berpengaruh terhadap jumlah cacing tanah, karena tiap jenis


cacing membutuhkan suhu, kelembaban udara, pH tanah dan
kelembaban tanah yang berbeda sehingga satu jenis cacing akan
memiliki kepadatan populasi yang tinggi jika ia mendapatkan
ketersediaan faktor abiotik yang sesuai.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dapat di tarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Lokasi mempengaruhi densitas cacing, dimana pada
tanah pertanian (lokasi 1) ditemukan cacing lebih banyak
di bandingkan tanah non pertanian (lokasi 2) karena tanah
pertanian banyak mendapatkan pupuk yang mengandung
bahan organik dan memiliki tekstur tanah yang halus
berupa lempung ringan.
2. Jumlah dan jenis vegetasi yang tumbuh berpengaruh
karena semakin banyak tumbuhan yang ada di atas tanah
maka humusnya akan semakin banyak sehingga densitas
cacing tanah yang ditemukan juga banyak. Hal tersebut
terbukti bahwa jumlah vegetasi lebih banyak pada lokasi
1 daripada lokasi 2. Pengukuran faktor abiotik juga
berpengaruh terhadap jumlah cacing tanah, karena tiap
jenis cacing membutuhkan suhu, kelembaban udara, pH
tanah dan kelembaban tanah yang berbeda sehingga satu
jenis cacing akan memiliki kepadatan populasi yang tinggi
jika ia mendapatkan ketersediaan faktor abiotik yang
sesuai.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam melakukan praktikum, praktikan lebih berhati-hati dalam


mencangkul tanahnya, agar cacing yang didapatkan utuh. Selain itu, harus lebih
bersungguh-sungguh dalam menghitung jumlah vegetasi agar data yang
didapatkan memang akurat.

You might also like