You are on page 1of 16

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA GLOBAL, REFORMASI, DAN


PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN
KAMPUS

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila

Oleh:
1.
2.
3.
4.

LAILI NUR AZIZAH LUTFI


SHELLA AFIDA SARI
RIKA DWI ASTUTI
WAHYU TRI AGUSTIN

(131810401004)
(131810401008)
(131810401023)
(131810401026)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
yang berjudul Pancasila Sebagai Paradigma, Global, Reformasi Dan Pengertian
Pancasila Sebagai Pradadigma Kampus . Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Pancasila, serta pengetahuan bagi kami dan para pembaca.
Penyusunan makalah ini menerima banyak bantuan berupa moral dan
spiritual. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada:
1

Bapak Gandung Wirawan, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pancasila yang

telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.


Orang tua yang telah memberi dorongan baik moral dan materi, sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah ini.


Rekan-rekan yang telah memberikan semangat, doa dan bantuan serta
mendukung pembuatan makalah ini.
Harapan penulis adalah agar makalah ini dapat memberi tuntunan dan

bacaan bagi pembaca.Penulis menyadari, isi maupun cara penyampaian makalah


ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki
makalah ini menjadi lebih baik.

Semoga makalah ini berguna dan dapat

menambah pengetahuan pembaca.


Demikian makalah ini penulis susun, apabila terdapat kata-kata yang
kurang berkenan penulis meminta maaf yang sebesarnya.
Jember, 28 April 2015
Penulis

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paradigma merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis


yang umum merupakan sumber nilai, sehingga merupakan suatu sumber hukumhukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat
menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan
demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa
yang harus dipelajari dan dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan
aturan-aturan yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.
Paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal
dalam kehidupan manusia (Khun, 1970).
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem
nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagai
sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus
kerangka arah atau tujuan bagi yang menyandangnya.

Hal ini sebagai

konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila


sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
Dasar Negara yaitu Pancasila tidak hanya dipakai pada jaman dulu setelah
merdeka saja tetapi sampai sekarang harus tetap dijalankan agar Negara Indonesia
menjadi Negara yang kokoh dan terus berkembang menjadi Negara yang
maju..Pancasila juga menjadi moral bangsa, pola pikir, dan pola sikap yang bisa
menjadi pola tindak warganegara untuk mencerminkan dan melaksanakan prinsip
dan nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila. Dengan berpedoman pada
nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Pancasila sebagai paradigma global?
b. Bagaimana Pancasila sebagai paradigma reformasi?
c. Bagaimana Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Pancasila sebagai paradigma global
b. Mengetahui Pancasila sebagai paradigma reformasi
c. Mengetahui pengertian Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pancasila sebagai Paradigma Global


Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang
sebagai titik talak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif
seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang
menanggapi realita itu. Arti paradigma ditinjau dari asal usul beberapa bahasa
diantaranya:
a. Menurut bahasa Inggris, paradigma berarti keadaan lingkungan

b. Menurut bahasa Yunani, paradigma yakni para yang berarti di samping, di


sebelah dan dikenal sedangkan diegma suatu model, teladan, arketif dan diam
c. Menurut kamus psikologi, paradigma diartikan sebagai berikut:
1) Satu model atau pola untuk mendemonstrasikan semua fungsi yang
memungkinkan dari apayang tersajikan.
2) Rencana riset berdasarkan konsep-konsep khusus, dan satu bentuk
eksperimental.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paradigma mempunyai arti.
Kerangka berpikir atau model dalam teori ilmu pengetahuan. Dengan demikian
dapat disimpulkan paradigma merupakan anggapan, jalan pikiran, atau sudut
pandang yaitu bagaimana cara seseorangdalam melihat dan menanggapi suatu hal.
2.2 Pancasila sebagai Paradigma Reformasi
a. Gerakan reformasi
Pada pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ke tujuh ini, bangsa
Indonesia menghadapi krisis ekonomi yang hebat, sehingga menyebabkan
stabilitas ekonomi makin ambruk dan menyebar luasnya tindakan Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme pada hampir semua instansi pemerintahan serta
penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang para petinggi negara yang membuat
rakyat semakin menderita.
Pancasila yang pada dasarnya sebagai sumber nilai, dasar moral etik bagi
negara dan aparat pelaksana negara digunakan sebagai alat legitimasi politik,
semua tindakan dan kebijakan mengatasnamakan Pancasila, kenyataannya
tindakan dan kebijakan tersebut sangat bertentangan dengan Pancasila.
Klimaks dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi
nasional, sehingga muncul gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa,
cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut
adanya Reformasi di segala bidang terutama bidang hukum, politik, ekonomi, dan
pembangunan.
Awal dari gerakan Reformasi bangsa Indonesia, yakni dengan mundurnya
Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian digantikan oleh
Prof. Dr. B.J Habibie. Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformasi
Pembangunan. Dalam pemerintahan Habibie, melakukan reformasi secara
menyeluruh terutama pengubahan pada 5 paket UU. Politik tahun 1985, kemudian
diikuti dengan reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum

sehingga perlu diwujudkan UU Anti Monopoli, UU Persaingan Sehat, UU


Kepailitan, UU Usaha Kecil, UU Bank Sentral, UU Perlindungan Konsumen, UU
Perlindungan Buruh, dan lain sebagainya. Dan dengan demikian, reformasi harus
juga diikuti reformasi hukum bersama aparat penegaknya serta reformasi pada
pemerintahan (Hamengkubuwono X, 1998).
b. Peranan Pancasila sebagai paradigma reformasi
Inti reformasi adalah memelihara segala yang sudah baik dari kinerja bangsa
dan negara dimasa lampau, mengoreksi segala kekurangannya,sambil merintis
pembaharuan untuk menjawab tantangan masa depan. Pelaksanaan kehidupan
berbangsa dan bernegara masa lalu memerlukan identifikasi, mana yang masih
perlu pertahankan dan mana yang harus diperbaiki.
Pancasila yang merupakan lima aksioma yang disarikan dari kehidupan
masyarakat Indonesia jelas akan mantap jika diwadahi dalam sistem politik yang
demokratis, yang dengan sendirinya menghormati kemajemukan masyarakat
Indonesia. Pemilihan umum, salah satu sarana demokrasi yang penting, baru
dipandang bebas apabila dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.
Peranan Pancasila dalam era reformasi harus nampak sebagai paradigma
ketatanegaraan, artinya Pancasila menjadi kerangka pikir atau pola pikir bangsa
Indonesia, khususnya sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai landasan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini berarti bahwa setiap gerak langkah
bangsa dan negara Indonesia haru selalu dilandasi oleh sila-sila yang terdapat
dalam Pancasila. Sebagai negara hukum setiap perbuatan, baik dari warga
masyarakat, maupun dari pejabat-pejabat dan jabatan-jabatan harus berdasarkan
hukum yang jelas. Jadi hukum yang dibentuk tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila.
c. Reformasi berdasarkan paradigma Pancasila
Setiap sila mempunyai nilai dalam paradigma reformasi, anatar lain:
1) Reformasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, gerakan reformasi
berdasarkan pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah pada kehidupan
yang baik sebgai manusia makhluk tuhan.

2) Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, gerakan


reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan sebagai upaya penataan
kehidupan yang penuh penghargaan atas harkat dan martabat manusia.
3) Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan. Artinya, gerakan reformasi harus
menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan.
4) Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh
penyelenggaraan

kehidupan

berbangsa

dan

bernegara

harus

dapat

menempatkan rakyat sebagai subjek dan pemegang kedaulatan.


5) Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas, yaitu demi
terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
d. Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum
Dalam era reformasi yang terjadi, seruan dan tuntutan rakyat terhadap
pembaharuan hukum sudah merupakan suatu keharusan karena proses reformasi
yang melakukan penataan kembali tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan
perubahan-perubahan

terhadap

peraturan

perundang-undangan.

Kerusakan

subsistem hukum yang terjadi pada masa orde baru yang sangat menentukan
dalam berbagai bidang misalnya politik, ekonomi, dan bidang lainnya maka
bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi, menata kembali kerusakan
subsistem yang mengalami kerusakan tersebut (Mahfud, 1999)
e. Pancasila sebagai paradigma reformasi politik
Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam Pancasila sebagai
fondasi bangunan negara yang dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam
kenyataannya tidak dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila. Nilai demokrasi tersebut secara normatif terjabarkan dalam pasal-pasal
UUD 1945 yaitu pasal 1 ayat (2) menyatakan:
Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan rakyat.
Pasal 2 ayat (2) menyatakan:
Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan
golongan-golongan, menurut aturan yang telah ditetapkan dengan undangundang.

Pasal 5 ayat (1) menyatakan:


Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 6 ayat (2) menyatakan:
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan rakyat
dengan suara terbanyak.
Prinsip-prinsip demokrasi yang terkandung dalam UUD 1945 bilamana kita
kembalikan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila maka kedaulatan
tertinggi negara adalah ditangan rakyat. Rakyat merupakan asal mula kekuatan
negara. Oleh karena itu paradigma ini harus menjadi dasar pijak dalam reformasi
politik.
Untuk melakukan reformasi atas sistem politik harus melalui pada reformasi
undang-undang yang mengatur sistem politik tersebut, dengan tetap mendasarkan
pada paradigma nilai-nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
Susunan keanggotaan MPR sebagaimana termuat dalam undang-undang
politik No.2/1985 tersebut jelas tidak demokratis dan tidak mencerminkan nilainilai Pancasila bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat sebagai tertuang dalam
semangat UUD 1945. Berdasarkan kenyataan susunan keanggotaan MPR, DPR
dam DPRD maka rakyat bertekad menyusun melakukan reformasi dengan
mengubah sistem politik tersebut melalui sidang istimewa MPR tahun 1998
Undang-undang no.4 Tahun 1999 yang mengatur tentang susunan dan Kedudukan
MPR, DPR dan DPRD.
Demi terwujudnya supra struktur yang benar-benar demokratis dan spiratif
maka sangat penting untuk dilakukan penataan kembali infra struktur politik,
terutama tentang partai politik. Dalam undang-undang ditentukan bahwa partai
politik dan golomgan karya hanya meliputi tiga macam yaitu, Partai Paersatuan
Penbangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia
(PDI). Pada masa orde baru keberadaan infra struktur tersebut masih
diseragamkan dengan asa tunggal Pancasila, sehingga secara politis kehidupan
yang demikian ini akan mematikan proses demokratisasi dalam kehidupan negara.
Adapun ketentuan yang mengatur tentang partai politik diatur dalam Undangundang No.2 Tahun 1999 tentang partai politik yang lebih demokratis dan
memberikan kebebasan serta keleluasaan untuk menyalurkan aspirasinya.

Berdasarkan ketentuan UU tersebut warga negara diberi kebebasan untuk


membentuk partai politik untuk menyalurkan aspirasi politiknya. Atas ketentuan
UU tersebut maka bermunculanlah partai politik di era reformasi ini yang
mencapai 114 partai politik.
Pelaksanaan pemilu juga dilakukan perubahan dan diatur dalam Undangundang No.3 Tahun 1999 tentang pemilihan umum. Ketentuan Undang-undang
No.3 Tahun 1999, Bab III Pasal 8, dijelaskan bahwa penyelenggara pemilihan
umum dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bebas dan mandiri,
yang terdiri atas unsur partai-partai politik pesertapemilihan umum dan unsur
pemerintah yang bertanggung jawab kepada Presiden.
Pancasila dan UUD 1945 beserta pembukaan UUD 1945 ditetapkan
kehidupan demokrasi dan kemakmuran dijadikan sebagai kerangka dasar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam praktek pelaksanaannya ternyata
berbeda dengan nilai Pancasila serta semangat dalam UUD 1945. Kondisi yang
demikian ini tidak menumbuhkan kehidupan politik yang demokratis karena
penguasa senantiasa memperkokoh kekuasaaannya dengan berlindung dibalik
ideologi Pancasila.
Oleh karena itu reformasi kehidupan politik agar benar-benar demokratis
dilakukan

dengan

jalan

revitalisasi

ideologi

Pancasila,

yaitu

dengan

mengembalikan pancasila pada kedudukan serta fungsi yang sebenarnya


sebagaimana dikehendaki oleh para pendiri negara yang tertuang dalam UUD
1945. Reformasi kehidupan pilitik juga dilakukan dengan meletakkan cita-cita
kehidupan kenegaraan dan kebangsaan dalam satu kesatuan waktu yaitu nilai
masa lalu, masa kini dan kehidupan masa yang akan datang.
f. Pancasila sebagai paradigma reformasi ekonomi
Kebijaksanaan yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan pada
pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama seluruh
bangsa, dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil
orang bahkan penguasa. Tidak terwujudnya pelembagaan proses politik yang
demokratis, mengakibatkan hubungan pribadi merupakan mekanisme utama
dalam hubungan sosial, politik, dan ekonomi dalam suatu negara. Kelemahan atas
sistem hubungan kelembagaan demokratis tersebut memberikan peluang bagi

tumbuh berkembangnya hubungan antara penguasa politik dengan pengusaha,


bahkan antara birokrat dengan pengusaha. Terlebih lagi karena lemahnya sistem
kontrol kelembagaan berkembang pula penguasa sekaligus sebagai pengusaha,
yang

didasarkan

atas

birokrasi

dan

wibawa

keluarga

pengusaha.

Kondisi yang demikian ini jelas tidak mendasarkan atas nilai-nilai pancasila yang
meletakkan kemakmuran pada paradigma demi kesejahteraan seluruh bangsa.
Bangsa sebagai unsur pokok serta subyek dalam Negara yang merupakan
penjelmaan sifat kodrat manusia individu makhluk sosial, adalah adalah sebagai
satu keluarga bangsa. Oleh karena itu perubahan dan pengembangan ekonomi
harus diletakkan pada peningkatan harkat martabat serta kesejahteraan seluruh
bangsa sebagai satu keluarga. Sistem ekonomi yang berbasis pada kesejahteraan
rakyat menurut Moh. Hatta, adalah merupakan pilar ekonomi Indonesia.
Sistem ekonomi Indonesia pada masa orde baru bersifat birokratik
otoritarian yang ditandai dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam
membuat keputusan-keputusan nasional hampir sepenuhnya berada ditangan
penguasa bekerja sama dengan kelompok militer dan kaum teknokrat. Adapun
kelompok pengusaha oligopostik didukung oleh pemerintah bekerja sama dengan
masyarakat bisnis internasional, dan terlebih lagi kuatnya pengaruh otoritas
kekuasaan keluarga pejabat Negara termasuk presiden (William Liddle, 1995: 74).
Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan yanga hanya mendasarkan
pada pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan barsama seluruh
bangsa, dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil
orang bahkan pengusaha. Pada era ekonomi global dewasa ini dalam
kenyataannya tidak mampu bertahan. krisis ekomoni yang terjadi di dunia dan
melanda Indonesia mengakibatkan ekonomi Indonesia terpuruk, sehingga
kepailitan yang diderita oleh para pengusaha harus ditanggung oleh rakyat.
Dalam kenyataannya sektor ekonomi yang justru mampu bertahan pada
masa krisis dewasa ini adalah ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berbasis
pada usaha rakyat. Oleh karena itu, rekapitalisasi pengusaha pada masa krisi
dewasa ini sama halnya dengan rakyat banyak membantu pengusaha yang sedang
terpuruk.
Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang berbasis

pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai pancasila yang mengutamakan


kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai berikut:
1) Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dilakukan dengan
social safety net yang dipopulerkan dengan program jaringan pengaman
sosial (JPS). Sementara untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah, maka pemerintah harus secara konsisten menghapuskan KKN,
serta mengadili bagi oknum pemerintah masa orde baru yang melakukan
pelanggaran. Hal ini akan memberikan kepercayaan dan usaha.
2) Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Upaya ini dilakukan dengan
menciptakan kondisi kepastian usaha, yaitu dengan diwujudkannya
perlindungan hukum serta undang-undang persaingan yang sehat. Untuk itu
pembenahan dan penyehatan dalam sektor perbankan menjadi prioritas
utama, karena perbankan merupakan jantung perekonomian.
3) Transformasi struktur, yaitu guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu
diciptakan sistem untuk mendorong percepatan perubahan struktural
(structural transformation). Transformasi struktural ini meliputi proses
perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah
ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi sistem ke ekonomi pasar, dari
ketergantungan kepada kemandirian, dari orientasi dalam negeri ke orientasi
ekspor dengan sendirinya interviensi birokrat pemerintahan yang ikut dalam
proses ekonomi melalui monopoli demi kepentingan pribadi harus segera
diakhiri. Dengan sistem ekonomi yang mendasarkan nilai pada upaya
terwujudnya kesejahteraan seluruh bangsa maka peningkatan kesejahteraan
akan dirasakan oleh sebagian besar rakyat, sehingga dapat mengurangi
kesenjangan ekonomi (Nopirin, 1998).
2.3 Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Kampus
a. Tridharma perguruan tinggi
Pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah merupakan
menara gading yang jauhdari kepentingan masyarakat melainkan, senantiasa
mengemban dan mengabdi kepasa masyarakat. Maka menurut PP.No.60 Th.1999,
bahwa perguruan tinggi memiliki tiga tugas pokok yang disebut Tridharma

Perguruan Tinggi, yang meliputi (1) pendidikan tinggi, (2) penelitian (3)
pengabdian kepada masyarakat.

1) Pendidikan tinggi
Dharma pertama ini memiliki tugas untuk melaksanakan pendidikan untuk
menyiapkan, membentuk, dan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Tugas pendidikan tinggi antara lain:
a) menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yng memiliki
kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, dan atau memperkaya ilmu pengetahuan, dan kesenian.
b) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatakan taraf
kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional (Suhadi,
1998).
2) Penelitian
Penelitian merupakan misi perguruan tinggi dan sebagai dharma kedua, yaitu
suatu kegiatan telaah yang taat kaidah, bersifat objektif dalam upaya untuk
menemukan kebenaran dan atau menyelesaikan masalah dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Dasar-dasar nilai yang terkandung
dalam Pancasila inilah yang mendasari jiwa moral peneliti, sehingga suatu
penelitian harus bersifat objektif dan ilmiah.
3) Pengabdian kepada masyarakat
Pengabdian kepada masyarakat merupakan

suatu

kegiatan

yang

memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi


kemajuan masyarakat. Realisasi dharma ketiga ini disesuaikan dengan ciri
khas, sifat dan karakterisitik bidang ilmu yang dikembangkan oleh perguruan
tinggi yang bersangkutan.
b. Budaya akademik
Budaya merupakan nilai yang dilahirkan oleh warga masyarakat yang
mendukungnya. Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh
masyarakat akademik yang bersangkutan. Masyarakat akademik di manapun
berada, hendaklah perkembangannya dijiwai oleh nilai budaya yang berkembang
di lingkungan akademik yang bersangkutan. Suatu nilai budaya yang mendorong

tumbuh dan berkembangnya sikap kerja sama, santun, mencintai kemajuan ilmu
dan teknologi, serta mendorong berkembangnya sikap mencintai seni.
Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki ciri
khas tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Warga dari suatu
perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan luas. Oleh karena itu
masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang
merupakan pokok dari aktivitas perguruan tinggi (Syarbani, 2004).
c. Kampus sebagai sumber pengembangan hukum
Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu
agenda yang sangat mendesak untuk mewujudkan adalah reformasi dalam bidang
hukum dan peraturan perundang- undangan. Negara indonesia adalah negara yang
berdasarkan hukum, oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara
untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus menegakkan
supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok untuk segera direalisasikan
adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum. Konsekuensinya dalam
mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus dilakukan
pengembangan hukum positif.
Sesuai dengan tatib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum
harus sesuai dengan tatib hukum Indonesia. Berdasarkan tatib hukum Indonesia
maka dalam pengembangan hukum positif Indonesia, maka falsafah negara
merupakan sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini
berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No. III/MPR/2000. namun
perlu disadari, bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional,
adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai
sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilainilai hukum Tuhan (sila I), nilai yamh terkandung pada harkat, martabat dan
kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak asasi) manusia (sila II), nilai
nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi yang bertumpu pada rakyat
sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan
kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V).

Selain itu, tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan


hukum aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan
sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum.
d. Kampus sebagai kekuatan moral pengembangan hak asasi manusia
Dalam penegakan hak asasi manusia, mahasiswa harus bersikap obyektif,
dan benar-benar berdasarkan kepentingan moral demi harkat dan martabat
manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuasaan
politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara
Indonesia. Perlu kita sadari bahwa dalam penegakan hak asasi tersebut,
pelanggaran hak asasi dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok orang termasuk
aparat negara, penguasa negara baik disengaja ataupun tidak disengaja (UU. No.
39

Tahun

1999).

Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak asasi seringkali kurang adi.
Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur, banyak kekuatan yang mendesak
untuk mengusut dan mernyeret bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional.
Namun, ratusan ribu rakyat kita. Seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit, Poso
dan lainnya tidak ada kelompok yang mau memperjuangkannya. Padahal hak
asasi mereka sudah diinjak-injak, jelaslah kejadian serta menderitanya mereka
sama. Akan tetapi tetap tidak ada yang mau menolong.
Pencetus terjadinya reformasi adalah mahasiswa. Oleh karena itu, harus
ditujukan pada dunia bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-cita
dan tujuan dasar dari reformasi. Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari juga
bahwa kita merupakan mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung tinggi hak
asasi manusi masih belum maksimal kinerjanya untuk hal yang disebutkan diatas.
Dengan demikian, mahasiswa sebagai generasi bangsa haruslah benar-benar
menanamkan nilai-nilai pancasila dalam setiap prilaku kita. Dimanapun, dan pada
siapapun.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi merupakan suatu
pedoman kehidupan yang sangat relevan untuk negara indonesia. Pancasila juga
sebagai pedoman dalam mereformasi kehidupan berbangsa, dimana suatu
perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik harus memiliki suatu acuan
yang baik dan kuat serta dengan kebudayaan di indonesia. Maka pancasila sangat
cocok untuk diterapkan di indonesia. Pancasila juga sangat berperan penting
dalam membangun moral terutama dilingkungan kampus, ini agar nantinya akan
menumbuh kembangkan generasi-generasi baru yang memiliki moral dan budi
pekerti luhur.

DAFTAR PUSTAKA
Hamengkubuwono X, Sri Sultan. 1998. Pancasila: Sumber Inspirasi, Visi, dan
Agenda Aksi Reforamasi. Yogyakarta: UGM
Mahfud, M. D. 1998. Pancasila sebagai Paradigma Pembaharuan Huku.
Yogyakarta: UGM.
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi. Yogyakarta: Paradigma.
Khun, Thomas. 1970. The Sttructure of Scientific Revolution.
Nopirin. 1998. Pancasila dalam Perspektif Reformasi. Yogyakarta: UGM.

Suhadi. 1998. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: dikatat kuliah.


Syarbani, Syahrial. 2004. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

You might also like