Professional Documents
Culture Documents
Pengujian Bahan
Pengujian bahan
DI SUSUN OLEH
Imaniah
M.ED.Dienulhasanal Haq
Muslim
Roli Gunadi
Septera
A. LATAR BELAKANG
Ilmu logam adalah ilmu mengenai bahan-bahan logam dimana ilmu ini
berkembang
bukan
berdasarkan
teori
saja
melainkan
atas
dasar
Hal ini
perencanaan,
dapat
juga
ditentukan
jenis
bahan
maupun
e) Mempratekkan teori teori yang diperoleh dalam mata kuliah ilmu logam
kedalam praktikum pengujian material
f)
Melengkapi syarat mata kuliah dan syarat mengikuti Praktek Kerja Nyata.
Tujuan Pengujian
Melalui pengujian ini diharapkan dapat mengetahui sifat sifat logam
seperti sifat mekanik, sifat fisik dan lain sebagainya. Sifat mekanik adalah
kemampuan suatu bahan untuk menerima beban atau gaya tanpa
menimbulkan kerusakan pada benda tersebut. Beberapa sifat mekanik
antara lain :
KEKUATAN ( STRENGHT )
Menyatakan
kemampuan
bahan
untuk
menerima
tegangan
tanpa
kemampuan
bahan
untuk
menerima
tegangan
tanpa
terjadinya
kerusakan
atau
banyaknya
energi
yang
Untuk
pendinginan.
mengetahui
kekerasan
baja
terhadap
kecepatan
dilakukan,
perlakuan
panas
yang
digunakan
adalah thermal
adalah
untuk
menghilangkan
tegangan
dalam.
Pada
peristiwa
ini
4. Normalizing
Adalah suatu proses heat treatments yang dilakukan untuk
mendapatkan struktur butiran yang halus dan seragam. Pada proses ini
dilakukan pemanasan diatas suhu kritis 721 oC ( 60 oC ), kemudian
setelah merata didinginkan diudara.
Pada percobaan kita menggunakan proses annealing yang
bertujuan :
Melunakkan regangan sisa
Menghaluskan ukuran butir
Memperbaiki sifat kelistrikan
Melunakkan dan memperbaiki keuletan
Secara khusus jenis annealing yang dipergunakan adalah full
annealing. Full annealing digunakan untuk membuat baja yang lebih
lunak,
menghaluskan
butir
dan
dalam
beberapa
hal
dapat
Pengujian
yang
paling
banyak
dipakai
adalah
penekanan-
a. Metode Brinel
b. Metode Vickers
c. Metode Rockwell
Metode yang dilakukan pada pengujian ini adalah Metode Brinell dan
Metode Vickers.
a) Uji Kekerasan Rockwell
Pengujian Rockwell merupakan suatu uji untuk mengetahui tingkat
kekerasan. Tingkat kekerasan yang di uji adalah tingkat kekerasan logam baik
logam ferrous maupun logam non ferrous dengan menggunakan alat Rockwell
Hardness Tester.
-
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
5.
6.
b)
c)
7.
8.
9.
A =
C =
D =
diameter indentor.
: 10
besar beban
: 1000
: 120
: ST 37
Media pendingin
: Air
Dimensi
: - panjang : 15 mm
Mesin penguji
- diameter : 10 mm
Bahan
725
ST 37
1000
10
3,4
106,869
750
ST 37
1000
10
2,8
159,235
798
ST 37
1000
10
2,8
159,235
800
ST 37
1000
10
2.6
176,928
Beban (F)
D
d
( Kg )
( mm ) ( mm )
Kekerasan
( HB )
o )
HB =
HB1 = =
106,869
HB2 = =
159,235
HB3 = =
159,235
HB4 = =
176,928
HB
HB
HB
HB
2)
3)
6)
7)
Mengeser
posisi
indentor
dengan
sensor
kembali,
: ST 37
Holding
: 6 menit
Media pendingin
: Air
kemudian
Dimensi
: - Panjang
- diameter
: 15 mm
: 10 mm
Mesin penguji
Suhu
(oC)
Bahan
Beban ( F ) Diagonal ( d )
( Kg )
( mm )
725
ST 37
30
0,5935
191,79
750
ST 37
30
0,5515
182,868
798
ST 37
30
0,538
192,456
800
ST 37
30
0,546
186,57
191,79
HV
HV2 = 1,854
182,868 HV
HV3= 1,854
192,456 HV
HV4 = 1,854
186,57
HV
Kekerasan
( HV )
Gbr.7 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah
linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa
(Pascal, N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar
interpretasi hasil uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi
plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik.
Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum
putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut
getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan
menyerap energi dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan
Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy
per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gbr.1, modulus kelentingan
ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan
tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of
toughness). Dalam Gbr.5, modulus ketangguhan sama dengan luas
daerah dibawah kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan
berbanding regangan setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah
dibahas di atas tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan
dan regangan sejati, yaitu tegangan dan regangan berdasarkan luas
penampang bahan secara real time. Detail definisi tegangan dan
regangan sejati ini dapat dilihat pada Gbr.8.
Menyiapkan
kertas
letakkan
kertas
tersebut
pada plotter.
b. Benda uji mulai mendapat beban tarik dengan menggunakan tenaga
hidrolik diawali 0 kg hingga benda putus pada beban maksimum yang
dapat ditahan benda tersebut.
c. Benda uji yang sudah putus lalu diukur berapa besar penampang dan
panjang benda uji setelah putus.
d. Gaya atau beban yang maksimum ditandai dengan putusnya benda uji
terdapat pada layar digital dan dicatat sebagai data.
e. Hasil diagram terdapat pada kertas milimeter block yang ada pada
meja plotter.
f.
Hal
terakhir
yaitu
menghitung
kekuatan
tarik,
kekuatan
luluh,
5. Pembacaan skala
2.
3.
panas,
pengujian ini
menggunakan ST-37
dengan
cara
dilaku
Transportasi
fasa
yang
terjadi
pada
saat
pemanasan
Setelah perlit habis maka mulai terjadi kenaikan temperatur, maka ferrit
hypoeutektoid akan mengalami transformasi allotropik ( ferrit BBC
menjadi ferrit FCC ), transformasi ini berlangsung pada temperatur
konstan. Transfomasi allotropik berlangsung bersamaan dengan naiknya
temperatur,
makin
tinggi
temperatur
makin
banyak
ferrit
yang
Pada
saat
perbandingan
austenit
akan
bertransformasi
dengan
sejumlah
tumbuhnya
besar
sementit
karbon
dari
yang
austenit
kaya
karbon
di
akan
mengalami
butir
dan
dalam
beberapa
hal
dapat
mamperbaiki
Pengujian non-destruktif
Reaksi:
2 komentar:
1.
Ahmad Santosso11 Oktober 2014 18.27
terimakasih
Berkatmu aq
tinggal
Mengkaji
ulang,
Laporan
inni,
by ; Ihsan _ Banyuwangi
Balas
2.
Agil Luthfi Wal'Afiah12 Desember 2014 21.28
lebih bagus lagi kalo ada contoh flowchartnya bro
Balas
Septer Tera
Lihat profil lengkapku
CARI BLOG INI
Cari
ARSIP BLOG
2014 (1)
2013 (3)
November (2)
Pengujian Bahan
kawan,,
hehehe
Oktober (1)
DIGITAL CLOCK
17443
FOLLOWING
Template Picture Window. Gambar template oleh fpm. Diberdayakan
oleh Blogger.
Mochamat
I'm Legend
View my complete profile
Adalah daerah linier dari kurva mengenai hubungan antara beban atau gaya dan
kemuluran (elongation). Dimana perbandingan / ratio stress dan strain adalah konstan (E =
Torsion Testing
Torsion test dapat dilaksanakan pada beberapa material untuk menentukan kemampuan
torsional material.
Mengapa dilakukan Torsion Test?
Banyak produk-produk dan komponen-komponen yang mengalami pembebanan secara
tosional selama operasi. Misalnya : poros baling-baling, kemudi dll. Dengan pengujian
tersebut manufacturers akan mampu membuktikan secara simulasi life service conditions,
check product quality, verify designs, dan kemampuan manufacturing techniques.
Tipe-tipe Torsion Tests
Torsion tests dapat dilaksanakan dengan hanya membebani gerakan rotasi atau keduanya
yaitu axial (tension atau compression) dan torsional forces.
Torsion : hanya membebani torsional pada test specimen.
Axial-Torsion: dengan membebani keduanya yaitu secara axial (tension atau compression)
dan torsional dari test specimen.
Failure Testing: dengan memuntir product, component, atau specimen hingga gagal
(failure). Kegagalan (Failure) dapat diklsifikasikan dengan salah satu yaitu physical break
atau kink/defect di specimen.
Proof Testing: dengan membebani torsional dan tahan beban torque untuk waktu tertentu.
Operational Testing: pengujian complete assemblies atau products seperti bottle caps,
switches, dial pens, atau steering columns untuk memverifikasi bahwa product tersebut
mampu menahan torsion loads yang direcanakan.
Fatigue Test
Yaitu dengan cara membebani benda uji secara cyclic untuk mengetahui kemampuan
material yang mengalami pembebanan yang sama pada kondisi aktual. Pembebanan dapat
dilakukan secara berulang dengan beban yang tetap atau simulasi seperti pembebanan inservice. Pembebanan dilakukan berulang-ulang hingga jutaan kali atau beberapa ratus kali
per detik.
Mengapa dilakukan Fatigue Test?
Dalam berbagai aplikasi dalam kehidupan sehari-hari,material dikenai gaya berupa getaran.
suatu bahan yang dikenai gaya secara berulang-ulang akan berbeda dengan material yang
dikenai gaya yang statis. karena material ini digunakan secara berulang-ulang,para
perancang dihadapkan untuk memprediksi suatu batas maksimal suatu material sampai
terjadi cracking.
Bend Testing
Bend testing mengukur ductility dari materials. Hal ini berhubungan dengan bentuk spesifik
atau tipe dari material.
Impact Testing
Impact testing adalah pengujian untuk mengetahui kemampuan material menahan high-rate
loading. Didalam pelaksanaan Impact test ini diukur energy absorbed pada fracturing a test
piece pada high velocity (pada umumnya satu object menghantam object lainnya)
Mengapa Impact Testing Penting?
Impact resistance merupakan pertimbangan yang penting dalam merancang bangn
(design) dan merupakan hal yang sulit untuk dihitung dan sebagai pengukuran yang kritikal
dalam usia pakai (service life) terutama untuk produk yang mengutamakan keselamatan dan
resiko tinggi.
Untuk menentukan :
impact energies dapat diharapkan untuk mengetahui lifetime,
Akan mengarahkan energy, dan kemudian,
Memilih material yang mampu menahan beban impact yang kemungkinan terjadi dalam
kurun waktu operasi
Ductile vs. Brittle
Brittle materials membutuhkan sedikit energy untuk memulai retak (crack), dengan sedikit
penjalaran (propagate) akan menjadi climax.
Semakin tinggi ductile materials gagal oleh hantaman (puncture) pada drop weight testing
dan membutuhkan high energy load untuk memulai an penjalaran retak (crack).
sumber:
http://juniorcariilmu.blogspot.com/2010/09/destructive-test.html
Diposkan oleh Mochamat di 1:19 AM
Label: https://blog.ub.ac.id/mochamat/
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Reaks
i:
No comments:
Post a Comment
Link ke posting ini
Create a Link
comment
Terjemahan
Followers
visitor
Mochamat
I'm Legend
View my complete profile
Adalah daerah linier dari kurva mengenai hubungan antara beban atau gaya dan
kemuluran (elongation). Dimana perbandingan / ratio stress dan strain adalah konstan (E =
stress () / strain () ) dan disebut Modulus of Elasticity atau Youngs Modulus.
Yield Strength
Adalah stress yang terjadi pada material yang mulai mengalami plastic deformation pada
waktu material dibebani.
Strain
Kemuluran yang terjadi pada waktu benda uji dibebani
Torsion Testing
Torsion test dapat dilaksanakan pada beberapa material untuk menentukan kemampuan
torsional material.
Mengapa dilakukan Torsion Test?
Banyak produk-produk dan komponen-komponen yang mengalami pembebanan secara
tosional selama operasi. Misalnya : poros baling-baling, kemudi dll. Dengan pengujian
tersebut manufacturers akan mampu membuktikan secara simulasi life service conditions,
check product quality, verify designs, dan kemampuan manufacturing techniques.
Tipe-tipe Torsion Tests
Torsion tests dapat dilaksanakan dengan hanya membebani gerakan rotasi atau keduanya
yaitu axial (tension atau compression) dan torsional forces.
Torsion : hanya membebani torsional pada test specimen.
Axial-Torsion: dengan membebani keduanya yaitu secara axial (tension atau compression)
dan torsional dari test specimen.
Failure Testing: dengan memuntir product, component, atau specimen hingga gagal
(failure). Kegagalan (Failure) dapat diklsifikasikan dengan salah satu yaitu physical break
atau kink/defect di specimen.
Proof Testing: dengan membebani torsional dan tahan beban torque untuk waktu tertentu.
Operational Testing: pengujian complete assemblies atau products seperti bottle caps,
switches, dial pens, atau steering columns untuk memverifikasi bahwa product tersebut
mampu menahan torsion loads yang direcanakan.
Fatigue Test
Yaitu dengan cara membebani benda uji secara cyclic untuk mengetahui kemampuan
material yang mengalami pembebanan yang sama pada kondisi aktual. Pembebanan dapat
dilakukan secara berulang dengan beban yang tetap atau simulasi seperti pembebanan inservice. Pembebanan dilakukan berulang-ulang hingga jutaan kali atau beberapa ratus kali
per detik.
Mengapa dilakukan Fatigue Test?
Dalam berbagai aplikasi dalam kehidupan sehari-hari,material dikenai gaya berupa getaran.
suatu bahan yang dikenai gaya secara berulang-ulang akan berbeda dengan material yang
dikenai gaya yang statis. karena material ini digunakan secara berulang-ulang,para
perancang dihadapkan untuk memprediksi suatu batas maksimal suatu material sampai
terjadi cracking.
Bend Testing
Bend testing mengukur ductility dari materials. Hal ini berhubungan dengan bentuk spesifik
atau tipe dari material.
Impact Testing
Impact testing adalah pengujian untuk mengetahui kemampuan material menahan high-rate
loading. Didalam pelaksanaan Impact test ini diukur energy absorbed pada fracturing a test
piece pada high velocity (pada umumnya satu object menghantam object lainnya)
Mengapa Impact Testing Penting?
Impact resistance merupakan pertimbangan yang penting dalam merancang bangn
(design) dan merupakan hal yang sulit untuk dihitung dan sebagai pengukuran yang kritikal
dalam usia pakai (service life) terutama untuk produk yang mengutamakan keselamatan dan
resiko tinggi.
Untuk menentukan :
impact energies dapat diharapkan untuk mengetahui lifetime,
Akan mengarahkan energy, dan kemudian,
Memilih material yang mampu menahan beban impact yang kemungkinan terjadi dalam
kurun waktu operasi
Ductile vs. Brittle
Brittle materials membutuhkan sedikit energy untuk memulai retak (crack), dengan sedikit
penjalaran (propagate) akan menjadi climax.
Semakin tinggi ductile materials gagal oleh hantaman (puncture) pada drop weight testing
dan membutuhkan high energy load untuk memulai an penjalaran retak (crack).
sumber:
http://juniorcariilmu.blogspot.com/2010/09/destructive-test.html
Diposkan oleh Mochamat di 1:19 AM
Label: https://blog.ub.ac.id/mochamat/
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Reaks
i:
No comments:
Post a Comment
Link ke posting ini
Create a Link
comment
Terjemahan
Followers
visitor
Catat setiap perubahan yang terjadi pada sampel pada saat pengujian.
Dari pengujian diatas, prinsip kerja yang dilakukan adalah specimen diberikan beban sedikit demi
sedikit secara teratur, hingga specimen mengalami deformasi atau patah. Pada praktiknya, hampir
sama dengan prinsip kerja pengujian tarik yang kebanyakan dilakukan, dimana semakin besar
tegangan(stress) yang diberikan, maka semakin besar pula regangan(strain) yang ditimbulkan.
Dengan kata lain, berbanding lurus antara keduanya.
terhadap waktu jika material tsb diberikan beban (tegangan) konstan pada temperatur
tinggi (> 0.4*Temperatur Lelehan (K) mekanisme Creep diawali dengan adanya sliding
(pergeseran) diantara butir-butir logam dan terjadi permanent deformasi (pengecilan
penampang) selanjutnya patah Untuk diagram rate pada creep biasanya bentuk kurva
mulur ideal. Kemiringan pada kurva (de/dt ) tersebut dinyatakan sebagai laju mulur
(creep rate). Mula-mula benda uji mengalami perpanjangan yang sangat cepat
(primary), e0, kemudian laju mulur akan turun terhadap waktu hingga mencapai
keadaan hampir seimbang (secondary), dimana laju mulurnya mengalami perubahan
yang kecil terhadap waktu. Pada tahap akhir (tertiary), laju mulur bertambah besar
secara cepat hingga terjadi patah.. Mekanisme yang terjadi pada tapan creep adalah
sbb: Komponen pertama kurva mulur adalah kurva transien, dimana laju mulurnya
turun terhadap waktu. Tahap ini disebut mulur primer dimana hambatan mulur bahan
bertambah besar akibat pemulihan (recovery) dari deformasi yang terjadi. Komponen
yang kedua adalah mulur viskos dengan laju mulur tetap. Tahap mulur yang kedua ini
disebut mulur sekunder, adalah proses dengan laju mulur hampir tetap. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya keseimbangan antara kecepatan proses pengerasan regang
dan proses pemulihan (recovery). Oleh karena itu mulur sekunder biasanya dinyatakan
sebagai mulur keadaan seimbang (steady state). Nilai rata-rata laju mulur selama
terjadi mulur sekunder dinamakan laju mulur minimum. Tahap mulur ketiga atau mulur
tersier terutama terjadi pada uji beban tetap pada temperatur dan tegangan-regangan
yang tinggi. Mulur tersier terjadi apabila terdapat pengurangan efektif pada luas
penampang lintang yang disebabkan oleh penyempitan setempat atau pembentukan
rongga internal. Mulur tahap ketiga sering dikaitkan dengan perubahan metalurgi
tertentu, seperti pengkasaran partikel endapan, rekristalisasi, atau perubahan difusi
dalam fasa yang ada.
Hasil uji creep pada Gambar 1 menunjukkan bahwa sampel B-4 pada kondisi 800 oC
dan applied strees 80,7 MPa mempunyai time to rupture yang sangat besar
dibandingkan dengan sampel yang lainnya, sedangkan time to rupture yang sangan
rendah diperoleh pada sampel B-1 pada kondisi 800 oC dan applied stress 134,5 MPa.
Gambar 1. Grafik gabungan hasil uji creep
Pada temperatur tinggi, fenomena creep menunjukkan kurva dengan tiga daerah creep
yaitu creep primer, sekunder, dan tertier. Diasumsikan parameter creep yang paling
berpengaruh adalah creep sekunder atau creep keadaan tunak. Laju creep sekunder ini
bergantung pada temperatur dan tegangan yang dinyatakan sebagai:
(1)
Dimana, A= konstanta, n = stress exponent, R = tetapan gas, (8,31 J/mol.K). T =