Professional Documents
Culture Documents
2. Mengapa pasien merasakan nyeri yang terkadang terasa menjalar dari bawah
gangguan gastrointestinal.
Awalya karena gaya hidup pasien yang tidak baik, yang menyebabkan peningkatan
asam lambung, yang dapat menyebabkan peradagan dan iritasi mukosa, erosi vena dan arteri
di usus, yang akan menimbulkan jaringan parut dan menimbulkan obstruksi antara usus dan
lambung, hingga terjadi distensi ( meregang ) lambung, hingga timbul perasaan penuh,
hingga terjadi mual muntah.
Muntah merupakan suaru cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri
dari isinya ketika hampir semua bagian atas traktus gastrointestinal teriritasi secara luas,
sangat mengembang, atau bahkan terlalu terangsang. Distensi atau iritasi yang berlebihan
dari duodenum menyebabkan suatu rangsangan khusus yang kuat untuk muntah.
Mual muntah dapat terjadi dalam tiga stadium yaitu, (1) mual, (2) retching (gerakan
dan suara sebelum muntah), (3) muntah.
Stadium pertama mual dapat dijelaskan sebagai perasaan yang sangat tidak
enak dibelakang tenggorokan dan epigastrium, sering menyebabkan muntah.
Terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan
mual, seperti peningkatan saliva, menurunnya tonus lambung, dan peristaltic.
Peninkatan tonus duodenum dan jejunum menyebabkan terjadinya refluks isi
deudenum ke lambung.
Stadium kedua retching adalah suatu usaha involunter untuk muntah,
seringkali menyetai mual dan terjadi sebelum muntah, terdiri atas gerakan
pernapasan spasmodic melawan glottis dan gerakan inspirasi dinding dada
dan diagfragma. Kontraksi otot abomen saat ekspirasi mengendalikan gerakan
inspirasi. Pylorus dan antrum distal berkontraksi saat fundus berelaksasi.
Stadium ketiga muntah merupakan reflek yang menyebabkan dorongan
ekpulsi isi lambung atau usus atau keduanya ke mulut. Muntah terjadi akibat
rangsangan pada pusat muntah, yang terletak didaerah postrema medulla
oblongata didasar ventrikel keempat.muntah dapat dirangsang melalui jalur
saraf aferen oleh rangsangan nervus vagus dan simpatis atau rangsangan
emetic yang menimbulkan muntah dengan aktivitas CTZ. Jalur eferen
menerima sinyal yang menyebabkan terjadinya gerakan ekspilsif otot
abdomen, gastrointerstinal, dan pernapasan yang terkoordinasi dengan
epifenomena emetik yang menyertai disebut muntah.
4. Mengapa pasien mengeluh nyeri di epigastrium.
Menurut lokasinya, Nyeri yang dirasakan pasien di scenario di bagian epigastrik
atau perut bagian tengah atas (lambung, duodenum, hati, dan pancreas) yang
disebabkan adanya tukak peptida, pancreatitis, kolesistis, esofagitis, dan aneorisma.
Nyeri yang dirasakan berupa nyeri kolik yang merupakan nyeri yang hilang timbul
akibat adanya spasme otot polos organ berongga dan adanya hambatan pasase dalam
organ.
2.1 HUBUNGAN
MENGKONSUMSI
ASPIRIN
DENGAN
KELUHAN
PASIEN
SEKARANG
Obat anti radang bukan steroid atau yang lazim dinamakan non streroidal anti
inflammatory drugs (NSAIDs) atau anti inflamasi non steroid (OAINS) adalah golongan obat
yang bekerja terutama di perifer yang berfungsi sebagai analgesik (pereda nyeri),
antipirektik (penurun panas) dan antiinflamasi (anti radang).
ASA sangat iritatif tetapi yang paling bertahan lama dan merupakan analgetik efektif,
dengan durasi kerja sekitar 4 jam. Namun lebih dari 50% pasien tidak dapat mentoleransi
efek sampingnya (mual, muntah dan nyeri epigastrium). Timbulnya mual, dispepsia,
anoreksia, rasa sakit di lambung, flatulen, diare terjadi pada 10-60% pasien, karena aspirin
dapat mengiritasi lambung dan menghambat pertahanan lambung (Johnson et al., 2007).
OAINS merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme yaitu, tropikal dan sistemik.
Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena OAINS bersifat asam dan lipofilik, sehingga
mempermudah trapping H+ masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan (Wallace et al.,
1997). Efek sistemik OAINS menghambat sintesa prostaglandin (Takeuchi et al., 1998).
Seperti diketahui prostaglandin merupakan substansi sitoprotektif yang sangat penting bagi
mukosa lambung atau sebagai gastroprotektif ( Hansen dan Elliot, 2005). Di dalam lambung
COX-1 menghasilkan prostaglandin (PGE2 dan PGI2) yang menstimulasi mukus dan sekresi
bikarbonat serta menyebabkan vasodilatasi, suatu aksi yang menjaga mukosa lambung.
OAINS nonselektif menghambat COX-1 dan mengurangi efek sitoprotektif prostaglandin
sehingga dapat menyebabkan efek samping yang serius pada gastrointestinal atas, termasuk
perdarahan dan ulserasi (Enaganti, 2006 ; Mok dan Kwan, 2002).