Professional Documents
Culture Documents
Fitri, A. B. 2008. Kontrol Ekspresi Gen Dead Ringer pada Embrio Drosophila
melanogaster. Jakarta: UNJ.
C. de Abreu Fonseca et al. 2006. Polymerase Chain Reaction in Comparison with
Serological Tests for Early Diagnosis of Human Leptospirosis. Tropical
Medicine and International Health Volume 11 No 11 PP 1699-1707
November 2006.
Ketaren, H. S. 2009. Karakteristik dan Kondisi Lingkungan Rumah Penderita
Penyakit Leptospirosis pada Beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi NAD
Tahun 2007. Medan: USU.
Kusmiyati; S.M, Noor dan Supar. 2005. Leptospirosis pada Hewan dan Manusia.
Wartazoa Vol. 15 No. 4.
Ningsih, R. 2009. Faktor Risiko Lingkungan terhadap Kejadian Leptospirosis di
Jawa Tengah. Semarang: UNDIP.
Poloengan, M dan I, Komala. 2011. Mewaspadai Leptospirosis di Indonesia sebagai
Penyakit Zoonosis. Bogor: IPB.
Rejeki, D. S.S. 2005. Faktor Risiko Lingkungan yang Berpengaruh terhadap
Kejadian Leptospirosis Berat. Semarang: UNDIP.
Setiawan, I. M. 2008. Klasifikasi dan Teknik Klasifikasi Bakteri Leptospira. Media
Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 2 Tahun 2008.
Sulistyaningsih, E. 2007. Polymerase Chain Reaction (PCR): Era Baru Diagnosis
dan Managemen Penyakit Infeksi. Biomedis, Vol. 1 No.2.
Gel Documentation
No
Hari/Tanggal
Kegiatan
Libur
Libur
No
Hari/Tanggal
Kegiatan
Libur
Libur
No
pemeriksaan
Hari/Tanggal
Kegiatan
Pendalaman
materi
tentang
pemeriksaan
leptospirosis dengan menggunakan PCR
Prinsip
kerja
PCR
dalam
mikroorganisme penyebab penyakit
pengenalan
dan
pemeriksaan
Libur
Libur
No
Hari/Tanggal
Kegiatan
dan
kutu
Libur
Libur
entomologi
dilakukan
dengan
identifikasi
nyamuk
2)
3)
4)
5)
6)
2)
Hasil:
1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel.
2. Memberi makan jentik nyamuk dengan dog foods, menghitung jumlah jentik
yang mati (jika ada), memindahkan pupa dari nampan ke kandang nyamuk,
memberi makan nyamuk dewasa dengan meletakkan hewan marmut kedalam
kandang nyamuk sebagai umpan agar nyamuk dapat mematangkan telurnya
untuk meneruskan keturunannya.
3. Pre-test entomologi dilakukan dengan mengerjakan 50 soal tentang nyamuk
4. Identifikasi spesies nyamuk Anopheles yang dilakukan, menunjukkan bahwa
spesies nyamuk Anopheles yang didapat meliputi:
a. Nyamuk Anopheles vagus, dengan ciri-ciri:
1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat
2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang
3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya pucat
4) Femur dan tibia tidak berbercak
5) Tarsi kaki depan dengan gelang lebar
6) Gelang pucat diujung palpi panjangnya sekurang-kurangnya 3 kali
panjang gelang gelap dibawahnya, proboscis mempunyai bagian yang
pucat diujungnya.
b. Nyamuk Anopheles maculatus, dengan ciri-ciri:
1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat
2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang
3) Femur dan tibia tidak berbintik pucat.
c. Nyamuk Anopheles kochi, dengan ciri-ciri:
1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat
2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang
3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap
4) Femur dan tibia berbercak bintik-bintik pucat
Pemeriksaan Pes:
a. Pemeriksaan Bakteriologi
1) Strain yang digunakan
a)
Yersinia pestis
b)
Klebsiela pneumoniae
c)
: 29 DK
:4
: Xenopsylla cheopis
: 60 gram
: 300 mm
: 165 mm
: 33 mm
: 22 mm
: jantan
: 20 mm
:12 mm
: Rattus tanezumi
FILUM
PLATYHELMINTHES
FILUM
NEMATHELMINTHES
CLASS TREMATODA
CLASS
NEMATODA
CLASS EUCESTODA
CLASS
COTYLODA
FILUM
ACANTHOCEPHALA
Morfologi Cestoda:
a. Semua cestoda bersifat parasit
b. Tubuh pipih dorso-ventral, memanjang seperti pita, bersegmen-segmen
c. Tidak memiliki: rongga tubuh, saluran pencernakan, sistem sirkulasi
d. Panjang beberapa mm sampai beberapa meter
e. Tubuh dibagi menjadi tiga bagian: Scolex, collum/leher dan tubuh/strobila
yang tediri dari banyak segmen. Scolex pada Eucestoda terdapat rostellum
dan Acetabulum sementara scolex pada Cotyloda terdiri dari Bothria.
Tubuh atau stobila
dibentuk mulai dari leher, tiap proglotid mengandung 1 atau 2 set organ
reproduksi ,sistem ekskresi: canalis ekskretorius dan berakhir pada
kantong ekskretorius pada segmen terakhir.
Siklus hidup:
Cacing
dewasa
Hospes
definitif
Telur
cacing
Hospes
interme
dier
(vertebr
ata/inve
rtebrata
)
METAC
ESATO
Secara umum memeliki siklus
hidup tidak langsung (membutuhkan
DA
hospes intermedier).
Hymenolepis nana memiliki siklus hidup langsung.
4. Pewarnaan cacing cestoda:
a. Menyiapkan tempat pewarnaan yang berisi banyak cekungan (gelas
arloji).
b. Melepaskan cacing dari himpitan obyek glass
Akuades
2) Alkohol 30%
3) Alkohol 50 %
4) Alkohol 70%
d. Memasukkan 15 tetes alkohol 70% dan 15 tetes semichons carmine dan
diaduk menggunakan ujung jarum.
e. Merendam cacing dalam larutan tersebut selama 1 jam.
f. Memindahkan cacing berturut-turut dalam larutan berikut: alkohol 70%,
80% dan 95% masing-masing 15 menit.
g. Memasukkan kedalam alkohol 95% ditambah 3 tetes HCl (waktu relatif)
h. Alkohol 100%
i. Xylol
j. Pewarnaan selesai dan cacing diawetkan dengan lem entalan.
5. Pencarian cacing cestoda pada organ dalam tikus dilakukan dengan
memotong sedikit demi sedikit organ tikus yang meliputi usus, hati, lambung
dan limfa dengan menggunakan pinset. Pencarian dilakukan dengan teliti
agar dapat menemukan cacing pada organ dalam tikus dan agar cacing yang
diperoleh tidak putus karena ukuran cacing yang cukup panjang.
6. Pembuatan larutan AFA dilakukan dengan cara mencampur 10 ml formalin,
50 ml alkohol 95%, 23 ml acetic acid glacial dan 40 ml akuadses kedalam
botol oksigen dan dihomogenkan dengan cara dikocok.
7. Pembuatan awetan cacing dilakukan dengan cara:
a. Memotong bagian cacing cestoda kurang lebih 1 cm (dipilih bagian kepala
dan proglotid)
b. Cacing dipress diantara dua obyek glass kemudian ditali dengan karet
agar tipis.
2. Rearing tikus
3. Pendalaman identifikasi parasit Plasmodium
4. Pembuatan awetan pinjal
Hasil:
1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel.
2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi
pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa
seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.
3. Pendalaman materi dilakukan dengan melakukan pemeriksaan sediaan darah
positif malaria. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, diperoleh hasil
adanya Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax pada sampel darah
yang diperiksa. Pada Plasmodium falciparum, diperoleh stadium tropozoit dan
stadium gametosit. Ciri-ciri stadium tropozoid pada Plasmodium falciparum
yaitu berberntuk cincin, inti berwarna merah dan sitoplasma berwarna biru.
Sementara itu, stadium gametosit pada Plasmodium falciparum memiliki ciriciri berbentuk bulan sabit, yang jantan agak kemerah-merahan dengan
kromatin kasar dan yang yang betina agak kebiru-biruan dengan kromatin
difus. Selain Plasmodium falciparum, juga ditemukan Plasmodium vivax
stadium tropozoit dengan ciri-ciri sitoplasma ameboid, inti berwarna merah
dan sitoplasma berwarna biru.
4. Pembuatan awetan pinjal dilakukan dengan cara:
a. Mengambil pinjal dengan pinset kemudian direndalm didalam gelas arloji
yang berisi aquades selama 4 jam.
b. Mengambil dan memindahkan kedalam larutan KOH 10% dan direndam
selama 24 jam.
c. Memindahkan pinjal dan merendamnya kedalam larutan NaOH 5 %
selama 4 jam.
d. Memindahkan kedalam aquades dan direndam selama 4 jam.
e. Kemudian dipres dan ditambah dengan alkohol 96% dan dibiarkan selama
4 jam.
f. Memindahkan dalam aquades dan direndam selama 4 jam
g. Mengambil pinjal dan ditaruh dalam object glass dan ditetesi dengan
entelan kemudian ditutup dengan cover glass.
h. Biarkan hingga kering dan siap untuk diidentifikasi.
dan
menimbang
berat
badan
mencit
untuk
mengetahui
pertumbuhannya.
2. Mengamati apakah masih ada nyamuk hasil rearing yang hidup atau tidak.
3. PCR merupakan salah satu cara untuk memperbanyak DNA suatu organisme
dengan menggunakan enzim polimerase yang diarahkan oleh potongan urutan
DNA yang spesifik bagi DNA mikroorganisme tersebut. Potongan DNA yang
urutannya spesifik bagi mikroorganisme dikenal dengan istilah probe karena
berperan sebagai penyidik atau primer yang mengawali dan menuntun
perbanyakan DNA tersebut. Pita ganda DNA didenaturasi (dipisahkan) dengan
pemanasan 920C selama 1 menit, kemudian ditambahkan oligonukleotid
sintesis sebagai primer untuk memulai polimerase pada region spesifik dari
masing-masing pita tunggal DNA yang telah dipisahkan. Untuk proses
annealing, yaitu menempelnya primer pada region spesifik pada DNA pita
tunggal, dibutuhkan pemanasan 600C selama 2 menit. Pada anelling ini
berlaku rumus A-T, T-A, C-G dan G-C. Selanjutnya proses elongasi terjadi
bila campuran dipanaskan selama 2 menit pada suhu 72 0 C. Elongasi terjadi
karena dalam campuran tadi selain enzim polymerase, sebelumnya juga
ditambah
macam
deoxynucleotide
phosphate
yaitu:
g. Biarka awetan yang sudah jadi sampai kering dan jangan menyentuhnya
agar posisinya tidak berubah.
Sementara itu, pembuatan awetan kutu busuk dilakukan dengan cara:
a. Merendam kutu busuk kedalam larutan aquades selama 4 jam
b. Kemudian dipindah kedalam larutan KOH 10% selama 4 jam
menggunakan pipet.
c. Kemudian dipingah lagi pada larutan NaOH 5% selama 48 jam
menggunakan pipet.
d. Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.
E. Jumat, 17 Februari 2012
Kegiatan:
1. Membersihkan kandang mencit
2. Rearing mencit
3. Konsultasi laporan magang di instalasi bakteriologi
Hasil:
1. Membersihkan kandang mencit dengan mencuci box yang digunakan untuk
kandang mencit, mencuci tempat makan mencit, mengganti serbuk gergaji
yang digunakan sebagai alas pada kandang mencit.
2. Memberi makan mencit dengan potongan-potongan wortel dan campuran
jagung, beras merah dan kacang sekaligus.
3. Konsultasi kepada petugas instalasi bakteriologi tentang proses yang terjadi
pada metode PCR, penentuan suhu PCR dan komponen-komponen PCR.
Proses yang terjadi pada PCR meliputi:
a. Denaturasi, pada proses ini DNA dipisahkan dari sampel yang dilakukan
dengan pemanasan 920C selama 1 menit. Kemudian ditambahkan
oligonukleotid sintesis sebagi primer untuk memulai polymerase pada
region spesifik dari masing-masing pita tunggal DNA yang telah
dipisahkan.
b. Annealing, yaitu menempelnya primer spesifik pada DNA pita tunggal
yang dibutuhkan pemanasan 600C selama 2 menit.
c. Elongasi, terjadi bila campuran tadi dipanaskan selama 2 menit pada suhu
720C.
Komponen-komponen yang dibutuhkan untuk PCR antara lain fragmen DNA
yang akan diamplifikasi (template DNA), sepasang primer oligonukleotida
sintetik, enzim DNA polymerase yang tahan panas (Taq polymerase), semua
macam nukleotida (dATP, dGTP, dCTP dan dTTP) serta buffer reaksi yang
mengandung MgCl2, enzim reverse transcriptase, yang dapat mengubah
RNA menjadi DNA komplementernya. Alat yang digunakan untuk proses
PCR adalah thermocycler, disini reaksi PCR akan berlangsung. Alat ini secara
cepat mengubah temperatur yang dibutuhkan untuk siklus berulang PCR.
AKTIVITAS MAGANG PADA MINGGU KE-4
A.
menggunakan pipet.
Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.
Memindahkan kutu rambut pada minyak cengkeh.
Memindahkan kutu rambut pada larutan xylol untuk mengeringkan.
Memindahkan kutu pada objek glass dengan posisi ditengah serta
mengatur posisi tubuh kutu seperti posisi kakinya.
h. Menetesi kutu rambut yang berada pada objek glass tersebut dengan
entelan dan ditutup dengan cover glass.
i. Biarka awetan yang sudah jadi sampai kering dan jangan menyentuhnya
agar posisinya tidak berubah.
5. Pembuatan awetan kutu busuk dilakukan dengan cara:
e. Merendam kutu busuk kedalam larutan aquades selama 4 jam
f. Kemudian dipindah kedalam larutan KOH 10% selama 4 jam
menggunakan pipet.
g. Kemudian dipindah lagi pada larutan NaOH 5% selama 48 jam
menggunakan pipet.
h. Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.
i. Memindahkan kutu rambut pada minyak cengkeh.
j. Memindahkan kutu rambut pada larutan xylol untuk mengeringkan dan
kemudian di press.
k. Memindahkan kutu pada objek glass dengan posisi ditengah serta
mengatur posisi tubuh kutu seperti posisi kakinya.
l. Menetesi kutu busuk yang berada pada objek glass tersebut dengan
entelan dan ditutup dengan cover glass.
m. Biarka awetan yang sudah jadi sampai kering dan jangan menyentuhnya
agar posisinya tidak berubah.
b. Sentrifugasi
Endapan yang dihasilkan dari tahap pertama dihomogenkan
dengan alat sentrifugasi selama 10 menit pada suhu 4-25 0C dengan
kecepatan 10.000 rpm. Setelah itu, pindahkan cairan kental (supernatant)
yang dihasilkan, pada tabung yang baru. Tahap ini bertujuan untuk
menghilangkan fragmen-fragmen jaringan yang tidak dapat dipecahkan,
sebagian cairan RNA dan kelebihan polisakarida dari cairan.
c. Pengendapan DNA
Mengendapkan DNA dari cairan dengan menambahkan 0.5 ml
ethanol 100% dalam 1 ml DNAzol yang digunakan untuk isolasi. Campur
sampel dengan cara membalikkan tabung beberapa kali dan didiamkan
pada suhu kamar selama 1-3 menit. Pastikan DNAzol dan ethanol
tercampur dengan baik untuk membentuk larutan sejenis. DNA dengan
cepat akan tampak sebagai endapan yang keruh. Kemudian pindahkan
DNA pada tabung yang bersih. Letakkan tabung secara tegak lurus selama
1 menit dan hilangkan sisa ciaran dari dasar tabung. Kemudian
disentrifugasi pada suhu 4-25 0C dengan kecepatan 5.000 rpm selama 5
menit.
d. Pencucian DNA
Cuci DNA dengan 0.8-1 ml ethanol 70%. Letakkan tabung secara
vertikal selama 0,5 -1 menit sampai DNA dapat mencapai dasar tabung.
Kemudian hilangkan ethanol dengan pipet atau dituang.
e.
Pelarutan DNA
Hilangkan sisa alkohol dari dasar tabung menggunakan pipet.
Selanjutnya, DNA dilarutkan dalam air. Tambahkan 8 mM NaOH atau air
untuk mendekati konsentrasi DNA sebesar 0,2-0.3 g/l. Pada keadaan
khusus untuk sampel jaringan, tambahkan 0,2-0,3 ml dari NaOH 8 mM
atau air kedalam isolasi DNA dari 10-20 mg sampel ginjal. Kemudian
disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 12.000 rpm.
Sementara itu, untuk penentuan primer yang digunakan untuk proses
1. Memberi makan mencit berupa campuran kacang hijau, beras merah dan
jagung.
2. Konsultasi bab I-VI dari laporan magang.
3. Melakukan pinning nyamuk dengan cara menusukkan jarum pinning pada
kertas point, kemudian diolesi dengan kutek dan melekatkan nyamuk pada
kertas tersebut untuk selanjutnya diletakkan pada kotak awetan yang telah
disediakan.
4. Pembuatan awetan jentik dilakukan dengan cara:
a. Merendang jentik pada air panas ( 800C), tunggu beberapa saat sampai
b.
c.
d.
e.
f.
2)
3)
4)
5)
6)
Hari
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
Jam Kerja
8
8
8
8
3,5
-