Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Partai politik merupakan pilar penting dalam sistem demokrasi.
Keberadaan partai politik merupakan hal yang mutlak selama sistem
demokrasi berlaku. Namun untuk mewujudkan pemerintahan yang
demokratis, juga hal yang sangat penting bagi partai untuk mewujudkan
demokrasi di internal partai sendiri, sebab hal yang aneh apabila partai
sebagai penopang demokrasi namun dalam pengelolaan internalnya tidak
demokratis. NDI menawarkan model sederhana tentang intra party
democracy, sebuah partai yang tumbuh dari nalar yang demokratis, diisi
dengan sumber daya yang demokratis, dan memiliki serangkaian tata
laksana program dan organisasi yang demokratis.1
Maka, kami tertarik untuk membahas demokrasi internal partai pada
makalah ini. Tulisan ini akan menjawab beberapa pertanyaan, yaitu apa
indikator internal partai yang demokratis? Lalu, akan kami kaitkan dengan
apakah bentuk partai khususnya kartelisasi mempengaruhi demokrasi
internal partai? Itu akan dijelaskan melalui analisis dari studi kasus yang
dilakukan oleh Karl Loxbo dalam tulisannya yang berjudul The Fate of IntraParty Democracy: Leadership Autonomy and Activist Influence in The Mass
Party and The Cartel Party.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu terdapat beberapa konsep
yang akan kami pakai untuk menjelaskanya, pertama, akan dijelaskan
mengenai konsep demokrasi dalam konteks internal partai, ini bertujuan
untuk mengetahui indikator demokrasi telah diterapkan atau belum. Kedua,
1 Dalam Suwandono, Miftah Adi Ikhsanto, dan Andi Ali said dalam Agung
Djojosoekarto dan Utama Sandjaja(eds.), Transformasi Demokratis Partai Politik di
Indonesia: Model, Strategi dan Praktik (Jakarta: Kemitraan, 2008) hlm.91
konsep kepemimpinan dan organisasi oleh Robert Michels. Konsep ini dipilih
karena kepemimpinan dan keorganisasian adalah faktor penentu suatu
partai demokratis atau justru oligarkis.2 Ketiga, tentang fungsi rekriutmen
partai. Konsep kepemimpinan, organisasi dan rekruitmen saling
berhubungan, itu dipakai karena dari ketiga konsep tersbut dapat diketahui
tidak hanya praktik demokrasi internal partai juga hubungannya dengan
bentuk dan pengelolaan partai. Keempat, konsep kartelisasi partai, ini terkait
studi kasus yang akan dibahas. Terakhir, konsep-konsep tersebut akan
dibenturkan dengan studi kasus yang telah disebutkan dimuka, ini sekaligus
akan membuktikan asumsi di dalam konsep-konsep tersebut apakah sesuai
dengan realita atau tidak?
Demokrasi dalam Konteks Internal Partai
Sebagai pembuka pembahasan mengenai demokrasi internal partai perlu
diketahui apa yang dimaksud demokrasi khususnya dalam konteks internal
partai. Menjawab pertanyaan ini dapat kita pinjam pendapat Rahat.3 Ia
mengusulkan untuk mempertimbangkan dua presepsi umum terkait
demokrasi. Pertama, presepsi positif tentang demokrasi; yakni demokrasi
sebagai sebuah sistem yang memungkinkan semua warga berpartisipasi
dalam memilih di antara calon dan kelompok yang bersaing, yang
mengklaim paling mewakili kepentingan dan nilai mereka. Dalam prespektif
ini, sistem yang lebih demokratis adalah yang secara optimal, bukan yang
ideal, menyeimbangkan partisipasi, kompetisi, representasi, dan
responsivitas; bukan sebuah sistem yang sepenuhnya memenuhi semua
tujuan tersebut pada saat yang sama.
Kedua, dengan pandangan negatif tentang demokrasi. Gagasan negatif
tentang demokrasi ini menganggap segala bentuk kekuasaan adalah
2 Lihat penjelasan Lipset mengenai pemikiran Robert Michels dalam Robert Michels,
Partai Politik: Kecenderungan Oligarkis dalam Birokrasi (Jakarta: Rajawali, 1984)
3 Rahat dalam Sigit Pamungkas, Partai Politik: Teori dan Praktik di Indonesia
(Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism (IDW), 2011) hlm.99
PEMIMPIN
Progresif
Seluruh
DEMOKRATI
S
anggota
Perubahan
Ideologi
Kepentingan
Tujuan
Pemimpin/Elit
Konservati
f
Elit Partai
OLIGARKIS
Stabilitas
ORGANISASI
Ringkas
Prosedur
Anggota
dan yang
Perhatian
lain
Birokrasi
Kelompok
Inti
3. Tujuan Pemimpin
Jika tujuan pemimpin adalah merealisir kemajuan dan perubahan
maka partai akan terdorong menuju demokratisasi. Sebaliknya jika
politik partai dapat menjelaskan banyak hal dari dinamika politik partai, 8
diantaranya dapat menunjukkan lokus kekuasaan, apakah oligarkis atau
menyebar. Kedua,menggambarkan perjuangan kekuasaan internal partai dan
distribusi kekuasaan. Ketiga, menunjukkan representasi politik internal
partai. Keempat, menggambarkan sirkulasi elit partai terjadi. Kelima, pasca
rekruitmen, dapat menggambarkan wajah partai dimata public atau identitas
partai.9
Dalam prosesnya, rekrutmen politik di dalam partai ditentukan oleh
agen pembuat keputusan. Norris dan Lovenduski (1995;2-8 dalam
Pamungkas, 2011;97) membagi agen pembuat keputusan dalam rekruitmen
politik berdasar, yaitu (1) dimensi bagaimana kekuasaan disebarkan, yaitu
tersentralisasi di pusat, reginal, atau lokal; dan (2) bagaimana formalisasi
keputusan dibuat, apakah secara formal atau informal. Informal berarti tidak
ada standar norma yang dibakukan dan terdapat sedikit aturan dan regulasi
konstitusional yang mengikat; dan formal berarti terdapat standarisasi
prosedur yang dibakukan dan dieksplisitkan dalam proses rekruitmen.
Proses rekruitmen :
Agen Pembuat Keputusan
Pusat
Regional
lokal
Proses Informal
Proses Formal
(Norris dan Lovenduski, 1995:4 dalam Pamungkas, 2011:97)
Partai Kartel
Partai kartel merupakan penggabungan partai di parlemen atau kekuatan
politik diparlemen dan apparatus negara serta kelompok-kelompok
kepentingan. Tujuan utamanya adalah mempertahankan kekuasaan
eksekutif.11Menurut Wolinezt, orientasi partai ini adalah pencari jabatan
(office seeking) sehingga debat internal tentang kebijakan partai terbatas
dan kalaupun ada kurang fokus dan terbatas pada pimpinan partai atau
komite kebijakan.12Pendapat konsep kartelisasi menunjukkan partai model ini
dalam pembuatan kebijakan sangat bergantung pada elit. Dengan kata lain
partai kartel cenderung oligarkis dan demokrasi internal partai tidak
berjalan.
Berbicara mengenai perkembangan partai tentu perlu membandingkan
antara model partai dalam kasus ini partai model kartel yang dianggap
mewakili model partai modern dengan partai pada perkembangan
sebelumnya, seperti partai massa. Beberapa sarjana terkemuka berpendapat
bahwa organisasi partai yang modern sudah meninggalkan cita-cita dan
praktek yang berhubungan dengan partai massa-misalnya partisipasi,
10 Ibid., hlm. 100
11 Ibid., 39
12 Ibid., 40
Perkemban
gan model
Propaganda pers
partai
Partai Massa
partai
Publikasi hanya
menyangkut kebijakan
resmi saja
Perdebatan ideologi
internal partai tidak
kesempatan untuk
dipublikasi
memperdebatkan keputusan
Partai Kartel
arah kebijakan.
Kongres dibanjiri anggota partai,
ada kebebasan
-
berpotensi mengontrol,
mengungkapkan pandangan.
Pemimpin berusaha kongres
tuntutan anggota.
tersebut.
Perdebatan ideologi
internal partai justru
banyak mewarnai tulisan
di media partai (62%
ditahun 1992 & 1997).
Daftar Pustaka
Loxbo, Karl. 2011. The Fate of Intra-Party Democracy: Leadership
Autonomy and Activist Influence in The Mass Party and The Cartel Party.
Jurnal Sage, Vol. 19(4), 15 Januari 2011
Djojosoekarto, Agung dan Sandjaja, Utama (eds.). 2008. Transformasi
Demokratis Partai Politik di Indonesia: Model, Strategi dan Praktik. Jakarta:
Kemitraan
Michels, Robert. 1984. Partai Politik: Kecenderungan Oligarkis dalam
Birokrasi. Jakarta: Rajawali
Pamungkas, Sigit. 2011. Partai Politik: Teori dan Praktik di Indonesia.
Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism (IDW)