Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Transmisi melalui serat optic berkembang dengan pesat karena parameter serat optic lebih
unggul terdapat pada bit rate, jarak, dan kualitas ketiga parameter tersebut sangat didukung
oleh karakteristik mekanis serat optic, pabrikasi, dan teknik pengkabelan/ instalasinya dalam
aplikasi sebagai media transmisi dimungkinkan adanya keretakan pada bahan serat yang
terjadi perlahan-lahan dengan waktu akibat adanya
Keratakan kecil\
Bengkokan makro maupun mikro
Cacat kecil/ celah kecil dipermukaan/ didalam bahan serat optic
1.2 Batasan masalah
Dalam analisa lokasi kerusakan serat optic ini menggunakan sumber cahaya laser He-Ne
dengan kode OSK D-4001, OSK 5580, nakamura scientific co.ltd, dan sensor atau
photodetektor(beam receiver) tipe OSK D-4001, OSK 5586 Japan. Swrat optic yang
dianalisa adalah jenis graded indeks multimode mempunyai diameter core 50mikrometer dan
cladding 125 mikrometer dan indeks bias inti 1.4683 panjang kabel 14.9meter (GI Sumitomo
Dengan asumsi distribusi indeks bias inti adalah homogeny di setiap titik, dan hanya
mendeteksi kerusakan dalam inti serat optic saja
Pada pengambilan data ujung akhir serat optic ditempelkan cermin agar supaya terjadi
pantulan sempurna pada jarak ini diasumsikan menunjukkan bahwa terjadi kerusakan
sehingga mengakibatkan pantulan cahaya(backscattering) cahaya backscaterring yang masih
lemah dirubah dalam level tegangan agar dapat diperoleh tegangan yang cukup besar maka
dilakukan penguatan setelah melalui photodetektor dengan rangkaian pre-amp selanjutnya
ditampilkan pada osiloskop.
1.3 Tujuan
Menentukan perbedaan waktu pantul(t) antara pantulan ujung awal serat optik dan ujung
akhir serat optik yang diasumsikan mengalami kerusakan
Menentukan jarak (L) atau lokasi kerusakan optik
Bab II
Dasar teori
1.1.
1.1.1.Sejarah
Penggunaan cahaya untuk komunikasi bukanlah suatu hal yang baru.
Komunikasi gerakan tangan sejak dulu telah digunakan dan mata sebagai
detektor dan otak sebagai prosesor. Orang indian menggunakan asap sebagai
alat komunikasi. Tahun 1880, Graham Bell menemukan sistem komunikasi
cahaya disebut photophone. Photophone menggunakan cahaya matahari yang
terpantul dari sebuah cermin tipis termodulasi voice. Di penerima cahaya
matahari termodulasi itu jatuh pada cell selenium photoconducting yang
langsung mengubahnya menjadi arus listrik.
Di samping itu, lampu dengan kode morse digunakan, yakni dengan
mengedipkedipkan lampu tersebut sesuai informasi yang dikirim. Tahun 1960,
LASER dan serat optik ditemukan. Akan tetapi redaman dari serat optik tersebut
masih terlalu besar untuk dijadikan saluran transmisi. Tahun 1970, terjadi
penemuan serat optik yang mempunyai redaman rendah dan dapat digunakan
sebagai saluran transmisi.
Berikut adalah sejarah ringkas serat optik :
1970-an, Claude Chappe membangun telegraph optik di Perancis, dengan
jarak 230 km berupa manusia yang memberi sinyal dari atas serangkaian
menara.
1870, John Tyndall, English Natural Philosopher, mendemonstrasikan prinsip
pembimbingan cahaya melalui pantulan internal.
1880, Alexander Graham Bell membuat sistem komunikasi photophone.
1950-an, Brian OBrien dan Narinder S. Kapany berhasil membuat serat yang
dapat mentransmisikan image dan digunakan sebagai fiberscope (alat
kedokteran untuk melihat bagian dalam tubuh manusia).
1957, Gordon Gould, menjelaskan LASER sebagai sebuah sumber cahaya
intens.
1960, Charles Townes mendemonstasikan Helium Neon LASER
1966, Charles Kao dan Charles Hockham, membuat teori bahwa serat optik
dengan redaman hingga 20 dB/km dapat dibuat dengan memurnikan bahan
pembuat serat optik.
LED
Tidak koheren
Lebih rendah
(0,4-4,0 mW)
Lebih stabil
Laser Diode
Koheren
Lebih tinggi (1,5-8,0
mW)
Kurang stabil
Tidak ada
Kurang terarah
Kecil
Ada
Sangat Terarah
Besar
Disipasi panas
Harga
Kemudahan penggunaan
NA
Kecepatan (Rise time)
Lifetime
Kompatibilitas dengan
SMF
Panjang gelombang
Kecil
Lebih murah
Lebih mudah
Lebih tinggi
Lebih lambat (210ns)
Lebih lama
Tidak
Besar
Lebih mahal
Lebih sulit
Lebih rendah
Lebih cepat (0,30,7ns)
Cukup lama
Ya
800-850,
1300nm
30-60 (=800850nm)
50-150
(=1300nm)
0,03-0,15 mW
0,06-0,3 GHz
-
800-850, 1300,
1500nm
1-2 (=800-850nm)
2-5 (=1300nm)
2-10 (=1500nm)
Lebar pita
Daya ke serat
Frekuensi modulasi
Kepekaan
0,4-3,0 mW
2-3 GHz
Elektrostatik
1.1.3.Receiver
Receiver terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Detektor penerima berfungsi untuk menangkap cahaya yang berupa
gelombang optik pembawa informasi, dapat berupa PIN diode atau APD
(Avalance
Photo
Diode)
pemilihannya
tergantung
keperluan
sistem
komunikasi.
Detektor penerima PIN bereaksi baik pada bit rate rendah tetapi
kurang sensitif bila bit rate dinaikkan.
Detektor penerima APD lebih sensitif pada bit rate tinggi. Untuk
transmisi jarak jauh diperlukan daya pancar yang lebih besar dan sensitifitas
yang tinggi, sistem serat optik akan menggunakan laser LD sebagai sumber
cahaya dan APD sebagai detektor penerima. Sedangkan untuk transmisi
jarak dekat cukup digunakan LED sebagai sumber optik dan detektor
penerima.
b. Rangkaian
informasi
elektrik
terhadap
berfungsi
data
untuk
informasi
mengkonversi
yang
dibawa
cahaya
dengan
pembawa
melakukan
Selubung dilapiskan pada inti. Selubung ini juga dibuat dari gelas, tetapi
indeks biasnya berbeda dengan indeks bias inti. Hubungan antara kedua
indeks
refraksi
tersebut
dibuat
kritis.
Hal
tersebut
memungkinkan
pemantulan total dari berkas cahaya yang merambat berada di bawah sudut
kritis sewaktu dilewatkan sepanjang serat optik.
Pembungkus (Coating)
Sekeliling inti dan selubung dibalut dengan .plastik coating. yang
berfungsi untuk melindungi serat optik dari tekanan luar, dan digunakan
sebagai jaket warna untuk menandai nomer core pada tube yang sama.
Dalam kenyataan ada tiga jenis coating yang digunakan, yaitu : primer,
sekunder dan pembungkus pelindung. Serat biasanya terletak bebas didalam
selubung sekunder yang berbentuk tabung.
1.1.6.Jenis Serat Optik
1.1.6.1. Serat optik multimode step-index
Serat optik step index (multimode) memiliki diameter inti 50-80
micron dan dibuat dari inti (core) yang relative besar, dengan diselimuti
clading. Inti dan selubungmempunyai indeks bias yang berbeda. Kabel
tersebut mudah dibuat, oleh karena itu kabel serat optik tipe ini pertama
kali yang ada di pasaran. Keuntungan lain dari kabel multimode step index
adalah intinya tebal, yang memungkinkan mudah dalam penyambungan
antara ujung dua kabel. Kerugian utama pada jenis kabel ini adalah serat
multimode step index digunakan untuk jarak yang pendek dengan
kecepatan yang relatif rendah. Kabel ini cocok untuk transmisi medium.
Redaman dari serat multimode step index adalah antara 5 sampai dengan
30 dB/km, dan bandwidth antara 10 sampai dengan 100 MHz.km.
Tipe kedua dari serat optik adalah serat optik graded index
(multimode). Kabel ini terdiri dari inti yang mempunyai index bias
berkurang sedikit demi sedikit secara bertahap mulai dari pusat inti sampai
batas antara inti dengan selubung. Inti tersebut terdiri dari lapisan-lapisan
gelas, masing-masing lapisan mempunyai index bias yang berbeda.
Umumnya diameter inti 50 m dan untuk selubung 125 m. Berkas cahaya
yang merambat melalui kabel ini dibelokan sampai propagasinya sejajar
dengan sumbu serat. Di tempat titik pantul tersebut propagasi diarahkan
ke arah sumbu serat. Propagasi gelombang cahaya melalui lapisan bagian
luar berjalan lebih jauh daripada berkas yang hanya melalui lapisan bagian
dalam. Tetapi indeks bias dari lapisan bagian luar adalah lebih kecil, berarti
bahwa kecepatan propagasi cahaya bagian luar lebih cepat dari pada
bagian dalam. Oleh karena itu, semua berkas cahaya (mode-mode)
menggambarkan pulsa sumber optik yang datang pada waktu yang
bersamaan. Dengan cara ini dispersi multipath dapat diusahakan seminim
mungkin.
Serat multimode Graded Index mempunyai redaman mulai dari 3
sampai dengan 10 dB/km dan bandwidth 1 GHz. Meskipun mempunyai
banyak keuntungan, serat multimode graded index sukar pembuatannya
dan oleh karena itu harganya menjadi lebih mahal dari pada serat
multimode step index.
Bab III
Eksperimen dan hasil pengukuran
Pada bab ini dibahas mengenai metode pengukuran, peralatan yang digunakan untuk
melakukan eksperimen, rangkaian eksperimen, langkah-langkah pengukuran dan hasil
pengukuran. Pemilihan peralatan berdasarkan fungsi dan spesifikasinya diharapkan dapat
mengoptimalkan hasil yang diharapkan. Tujuan utama dari eksperimen ini adalah untuk
menentukan perbedaan waktu pantul(t) antara pantulan ujung awal serat optic dan ujung akjir
serat optic yang diasumsikan mengalami kerusakan, sehingga selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan jarak(L) atau lokasi kerusakan serat optik.
3.1 Metode Pengukuran
Untuk memperoleh perbaedaan waktu (t) antara pantulan cahaya oleh ujung serat optic
dan pantulan cahaya ujung akhir serat optic maka dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1
Membuat sumber laser HeNe secara periodikdan sekecil mungkin untuk mengurangi
cahaya yang terhambur pada permukaan serat optic
2 Memecah gelombang cahaya laser menjadi dua bagian yaitu transmisi dan refleksi
dengn menggunakan beam spintter, cahaya yang ditransmisikan akan mengalami
backscatter oleh serat optic, yang berlawanan arah cahaya dating, selanjutnya
ditangkap oleh photodetektor.
3 Perbedaan waktu tempuh (t) antara cahaya yang ditransmisikan adan direfleksikan
akan digunakan untuk menghitung jarak kerusakan pada inti serat optic (L)
Dengan menganggap kecepatan cahaya dalam udara adalah C=3x10^8 m/det, dan
kecepatan cahaya dalam nmedium serat optic adalah c/n, sedangkan lintaannya adalah sL.
Dengan menganggap cahaya backscatter serat optic maka dapat ditentukan lokasi kerusakan
serat optic dengan memperoleh data-data perbedaan waktu pantul sesuai persamaan 2.8
3.2 Set up eksperimen
HeNe
BS
L
PD
Amp
PS
MDC
C
SO
Osk
: Power supply
: Motor DC
: Cermin
: Serat optik
: Osiloskop
: penghalang
Spectrum cahaya darri laser He-ne berada pada daerah tampak, yaitu warna merah
dengan panjang gelombang 632,8 nm
2. Pembagi berkas (beam splitter)
Pembagi berkas digunakan untuk membagi atau membelah berkas tunggal menjadi dua
berkas, yang satu (dalam arah tegak lurus berkas datang) diperoleh dari proses refleksi
dan yang lainnya(dalam arah berkas datang) dari proses transmisi
Beam splitter yang dipakai adalah pembagi berkas dengan perbandingan 60:40
3. Lensa cembung
Lensa cembung digunakan untuk memfokuskan sumber cahaya laser pada ujung serat
optic, berdiameter 50nm
4. Osilosop
Osiliskop digunakan untuk menampilkan pulsa periodic dalam level tegangan. Type
osiloskop yang digunakan adalah Hung Chan 5520 100Mhz
5. Serat optic
Serat optic yang digunakan adalah graded indeks produksi dari sumitomo yang berkode
sumitomo gi, panjang 14,9 meter
6. Cermin
Digunakan untuk menutupi ujung serat optic supaya terjadi pantulan cahaya yang
menjalar pada serat optik
7. Multimeter digital
Digunakan untuk mengukur daya output dari photodetektor, mengunakan multimeter
digital diharapkan bias lebih tepat pengukurannya
8. Photodetektor
Photodetektor adalah komponen yang dapat merubah variasi daya optic ke variasi
tegangan listrik yang sesuai untuk mendeteksi perubahan fasa cahaya yang keluar dari
beam splitter. Dalam pemilihan photodetektor yang harus pertimbangan adalah:
Kepekaan atau respon yang tinggi pada panjang gelombang yang digunakan
sumber cahaya
Waktu respon tepat
Noise dari detektor yang cukup rendah
Karakteristik performansi tidak mudah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
Dengan memperhatikan persyaratan di atas dan mempertimbangkan keterbatasan
photodetektor yang tersedia, maka photodetektor yang digunakan adalah photodetektor dengan
kode beam receiver OSK 5586
3.4 Pengukuran periode putaran penghalang (chopper)
Pengukuran periode putaran penghalang berkas laser bertujuan untuk mengetahui periode
putaran atau periode sinar laser yang dilewatkan pada celah penghalang, yang bertindak sebagai
pembuat sinyal periodic. Pengukuran periode putaran yaitu dengan cara seperti ditunjukan pada
gambar di bawah
Dengan melewatkan berkas laser He-Ne pada penghalang yang telah dihubungkan dengan motor
DC, dengan memberikan tegangan tertentu dari power supply, dimana pada setiap kenaikan
tegangan yang diberikan dilakukan penguuran periodenya pada osiloskop. Dari pengukuran
tersebut diperoleh data sebagai berikut:
T = Periode
F = Frekuensi
Periode putaran ini kemudian digunakan sebagai acuan untuk berkas laser yang akan dilewatkan
pada beam splitter selanjutnya akan dipantulkan oleh serat optic graded indeks multimode
3.5 Pengukuran selisih waktu (t) cahaya baskscattering oleh serat multimode
Pengukuran selisih waktu cahaya pantul oleh serat optic graded indeks multimode
ditunjukan seperti gambar berikut
Dimana ujung awal serat optic dikenai berkas laser dan ujung akhir ditutup dengan potongan
cermin, dimaksutkan agar cahaya yang menjalar di dalam inti serat optic tidak akan keluar dari
ujung akhir serat optic. Kabel serat optic graded indeks multimode yang digunakan pada
eksperimen ini sepanjang 14,9m. diasumsikan bahwa pada ujung akhir dari kabel ini mengalami
kerusakan sehingga cahaya yang menjalar terpantul kembali dengan dipasangkan potongan
cermin. Dari hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut :
Dari table tersebut diatas akan dilakkan analisis lokasi kerusakan serat optic graded indeks
multimode yang dibahas pada bab IV
Bab IV
Analisa data
4.1 Hasil pengamatan
Dengan menggunakan metode OTDR(optical time domain reflectometer), maka telah
dilakukan pengamatan terhadap perbedaan waktu pantul(t) cahaya backscatter antara ujung serat
optic dan bagian serat optic yang mengalami kerusakan sepanjang serat optic dari serat optic
graded indeks multimode
Pengamatan in dianalisis berdasarkan selisih atau beda waktu pantul dari backscatter
sepanjang serat optic yang dapat ditangkap oleh photodetektor yang selanjutnya ditampilkan
pada osiloskop
Bentuk sinyal yang diperoleh bias digambarkan sebagai berikut:
Sumber gangguan yang dominan pada eksperimen ini adala diakibakan oleh getaran yang
ditimbulkan oleh motor dc yang digunakan untuk menggerakkan penghalang chopper berkas
laser, hal ini mengakibatkan sinyal yang diperoleh kurang stabil sehingga diperlukan beberapa
pembacaan ulang.
4.2 Pengukuran beda waktu pantul (t) cahaya backscatter oleh serat optic graded indeks
multimode
Dalam pengukuran in diinginkan perbedaan waktu pantul (t) antara pantlan ujung serat
optic dan pantulan ujung akhir yang diasumsikan mengalami kerusakan dengan memasangkan
cermin supaya diperoleh cahaya pantul yang cukup besr. Panjang kabel serat optic (L) sepanjang
14,9m. Dengan pemberian pulsa periodic sumber laser yang berlainan maka dapat diperoleh
waktu pantul untuk masung-masing periode putaran.
Pengukuran yang menghasilkan beberapa pembacaan yang berbeda antara percobaan satu
dengan yang lainnya, perlu diambil rata-rata dari seluruh hasil pengukuran, maka data yang
terkumpul dari tiga kali percobaan dicari harga rata-ratanya untk mendekati harga yang
sebenarnya hasilnya seperti table dibawah
4.3 Pembahasan
Gelombang yang dipantulkan oleh permukaan serat optic dan bagian sepanjang serat
optic atau disebut backscatter yang arahnya berlawanan gelombang dating akan mengalami
refleksi oleh beamsplitter dengan tegak lurus gelombang dating, gelombang backscatrer ini
kemudian ditangkap photodetektor dirubah dalam level tegangan dan bentuk pulsanya
ditampilkan pada layar osiloskop
Ketelitian pembacaan instrument pengukuran menunjukan perbedaan dengan hasil
perhitungan secara teori hal ini karena respon rangkaian elektronik pada rangkaian penguat yang
tidak real time
Perbedaan waktu pantul(t) yang terjadi pada saat pengukuran dipengaruhi oleh getaran
motor selama berputar sehingga bentuk pulsa backscatter tidak stabil. Dengan mengetahui bedfa
waktu pantul (t) maka lokasi kerusdakan serat optic dapat ditentukan menurut persamaan berikut:
Dengan:
x i=
1
x
n i=0 i
1
= (xi x m)2
n i=1
1
2
I= .100
xm
Ketelitian dari hasil perhitungan didapatkan:
K=100%-I
Jadi hasil pengamatan yang dilakukan adalah:
xm
Hasil perhitungan dapat disajikan dalam bentuk table sebagai berikut:
Standar deviasi
Ralat nisbi
Ketelitian
Hasil pengukuran
: 0.362
: 2.609%
: 97,39%
: (13.890m 0.362)
Dari hasil diatas diperoleh jarak(L) lokasi kerusakan serat optic yang diukur adalah:
L=13.890 m dengan kesalahan 0.36246
Sedangkan menurut jarak (L) yan sebenarnya dari serat optic setelah diukur adalah sepanjang
14.9m
Jadi pengukuran ini mempunyai ketelitian (maksimum error) sebesar:
14.9m -(13.890m 0.362m) = 0.647m atau bias dinyatakan 4.34%
Adanya penyimpangan hasil pengukuran terhadap panjang yang sebenarnya dalam
eksperimen ini disebabkan ole hal-hal berikut:
Set up eksperimen yang kurang permanen masih adanya getaran yang ditimbulkan oeh
getaran motor dan sekelilingnya, hal ini mempengaruhi sinyal yang ditampilkan pada
osiloskop
Pembacaan sinyal yang muncul pada osiloskop yang bergerak
Penggunaan motor dc yang ditempelkan langsung pada penyangga mengakibatkan
timbulnya getaran terhadap sekitarnya
Penempatan ujung serat optic yang tidak stabil dalam artian tidak selalu tepat mengenai
selutruh permukaan, sehingga teganan output dari photodetektor berubah-ubah
Penggunaan lem perekat dan lilin mainan untuk menempatkan photodetektor dan serat
optic dalam waktu lama dimungkinkan merenggang atau sedikitmerunbah posisi
sehingga mempengaruhi pemantulan backscatter yang dihasilkan
Penggunaan rangkaian elektronik pada rangkaian amplifier yang mempunyai respon
kurang cepat, dalam hal ini ordenya adalah kecepatan cahaya
Bab V
Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini, maka dapat
diambil kesimpulansebagai berikut:
1. Sistem OTDR sebagai instrumen yang cukup bisa dihandalkan, hasil pengukuran
menunjukan lokasi kerusakan pada jarak (L), serat optik graded indeks multimode
dengan cepat dideteksi
2. Hasil perhitungan lokasi kerusakan pada jarak (L) untuk kabel serat optik graded indeks
multimode kode kabel GI SUMITOMO diperoleh kemungkinan kesalahan sebesar 4,34%
3. Dengan menggunakan metode OTDR pengukuran lokasi kerusakan serat optik yan
sudah terpasang indtalasiya daat dilakukan, karena hanya memerlukan satu ujung dari
serat optik