You are on page 1of 19

Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Transmisi melalui serat optic berkembang dengan pesat karena parameter serat optic lebih
unggul terdapat pada bit rate, jarak, dan kualitas ketiga parameter tersebut sangat didukung
oleh karakteristik mekanis serat optic, pabrikasi, dan teknik pengkabelan/ instalasinya dalam
aplikasi sebagai media transmisi dimungkinkan adanya keretakan pada bahan serat yang
terjadi perlahan-lahan dengan waktu akibat adanya
Keratakan kecil\
Bengkokan makro maupun mikro
Cacat kecil/ celah kecil dipermukaan/ didalam bahan serat optic
1.2 Batasan masalah
Dalam analisa lokasi kerusakan serat optic ini menggunakan sumber cahaya laser He-Ne
dengan kode OSK D-4001, OSK 5580, nakamura scientific co.ltd, dan sensor atau
photodetektor(beam receiver) tipe OSK D-4001, OSK 5586 Japan. Swrat optic yang
dianalisa adalah jenis graded indeks multimode mempunyai diameter core 50mikrometer dan
cladding 125 mikrometer dan indeks bias inti 1.4683 panjang kabel 14.9meter (GI Sumitomo
Dengan asumsi distribusi indeks bias inti adalah homogeny di setiap titik, dan hanya
mendeteksi kerusakan dalam inti serat optic saja
Pada pengambilan data ujung akhir serat optic ditempelkan cermin agar supaya terjadi
pantulan sempurna pada jarak ini diasumsikan menunjukkan bahwa terjadi kerusakan
sehingga mengakibatkan pantulan cahaya(backscattering) cahaya backscaterring yang masih
lemah dirubah dalam level tegangan agar dapat diperoleh tegangan yang cukup besar maka
dilakukan penguatan setelah melalui photodetektor dengan rangkaian pre-amp selanjutnya
ditampilkan pada osiloskop.
1.3 Tujuan

Menentukan perbedaan waktu pantul(t) antara pantulan ujung awal serat optik dan ujung
akhir serat optik yang diasumsikan mengalami kerusakan
Menentukan jarak (L) atau lokasi kerusakan optik

Bab II

Dasar teori
1.1.

Teori Dasar Serat Optik

1.1.1.Sejarah
Penggunaan cahaya untuk komunikasi bukanlah suatu hal yang baru.
Komunikasi gerakan tangan sejak dulu telah digunakan dan mata sebagai
detektor dan otak sebagai prosesor. Orang indian menggunakan asap sebagai
alat komunikasi. Tahun 1880, Graham Bell menemukan sistem komunikasi
cahaya disebut photophone. Photophone menggunakan cahaya matahari yang
terpantul dari sebuah cermin tipis termodulasi voice. Di penerima cahaya
matahari termodulasi itu jatuh pada cell selenium photoconducting yang
langsung mengubahnya menjadi arus listrik.
Di samping itu, lampu dengan kode morse digunakan, yakni dengan
mengedipkedipkan lampu tersebut sesuai informasi yang dikirim. Tahun 1960,
LASER dan serat optik ditemukan. Akan tetapi redaman dari serat optik tersebut
masih terlalu besar untuk dijadikan saluran transmisi. Tahun 1970, terjadi
penemuan serat optik yang mempunyai redaman rendah dan dapat digunakan
sebagai saluran transmisi.
Berikut adalah sejarah ringkas serat optik :
1970-an, Claude Chappe membangun telegraph optik di Perancis, dengan
jarak 230 km berupa manusia yang memberi sinyal dari atas serangkaian
menara.
1870, John Tyndall, English Natural Philosopher, mendemonstrasikan prinsip
pembimbingan cahaya melalui pantulan internal.
1880, Alexander Graham Bell membuat sistem komunikasi photophone.
1950-an, Brian OBrien dan Narinder S. Kapany berhasil membuat serat yang
dapat mentransmisikan image dan digunakan sebagai fiberscope (alat
kedokteran untuk melihat bagian dalam tubuh manusia).
1957, Gordon Gould, menjelaskan LASER sebagai sebuah sumber cahaya
intens.
1960, Charles Townes mendemonstasikan Helium Neon LASER
1966, Charles Kao dan Charles Hockham, membuat teori bahwa serat optik
dengan redaman hingga 20 dB/km dapat dibuat dengan memurnikan bahan
pembuat serat optik.

1970, Robert Maurer membuat serat optik pertama dengan redaman di


bawah 20 dB/km dan 1972, serat optik 4 dB/km dibuat dan sekarang,
redamannya mencapai 0,2 dB/km.
1.1.2.Transmitter Optik
Transmitter terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Rangkaian elektrik berfungsi untuk mengkonversi sinyal digital menjadi sinyal
analog, selanjutnya data tersebut ditumpangkan ke dalam sinyal gelombang
optik yang telah termodulasi.
b. Sumber gelombang optik berupa sinar Laser Diode (LD) dan LED (Light
Emmiting Diode) yang pemakaiannya disesuaikan dengan sistem komunikasi
yang diperlukan.
Laser Diode dapat digunakan untuk sistem komunikasi optik yang sangat
jauh seperti Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) dan Sistem Komunikasi
Serat Optik (SKSO), karena laser LD mempunyai karakteristik yang handal
yaitu dapat memancarkan daya dengan intensitas yang tinggi, stabil,
hampir monokromatis, terfokus, dan merambat dengan kecepatan sangat
tinggi, sehingga dapat menempuh jarak sangat jauh. Pembuatannya sangat
sukar karena memerlukan spesifikasi tertentu sehingga harganya mahal.
Jadi LD tidak ekonomis dan tidak efisien jika digunakan untuk sistem
komunikasi jarak dekat dan pada trafik kurang padat.
LED digunakan untuk sistem komunikasi jarak sedang dan dekat agar sistem
dapat ekonomis dan efektif karena LED lebih mudah pembuatannya,
sehingga harganya lebih murah.
Karakteristik transfer dari LD dan LED pada suatu harga tertentu dengan
input yang sama ternyata mempunyai daya output LD jauh lebih besar dari
LED.
Perbandingan LED dan Laser Diode dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini :
Karakteristik
Spektrum keluaran
Daya Optik keluaran
Kestabilan operasi
terhadap temperatur
Penguatan cahaya
Arah pancaran cahaya
Arus pacu

LED
Tidak koheren
Lebih rendah
(0,4-4,0 mW)
Lebih stabil

Laser Diode
Koheren
Lebih tinggi (1,5-8,0
mW)
Kurang stabil

Tidak ada
Kurang terarah
Kecil

Ada
Sangat Terarah
Besar

Disipasi panas
Harga
Kemudahan penggunaan
NA
Kecepatan (Rise time)
Lifetime
Kompatibilitas dengan
SMF
Panjang gelombang

Kecil
Lebih murah
Lebih mudah
Lebih tinggi
Lebih lambat (210ns)
Lebih lama
Tidak

Besar
Lebih mahal
Lebih sulit
Lebih rendah
Lebih cepat (0,30,7ns)
Cukup lama
Ya

800-850,
1300nm
30-60 (=800850nm)
50-150
(=1300nm)
0,03-0,15 mW
0,06-0,3 GHz
-

800-850, 1300,
1500nm
1-2 (=800-850nm)
2-5 (=1300nm)
2-10 (=1500nm)

Lebar pita

Daya ke serat
Frekuensi modulasi
Kepekaan

0,4-3,0 mW
2-3 GHz
Elektrostatik

1.1.3.Receiver
Receiver terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Detektor penerima berfungsi untuk menangkap cahaya yang berupa
gelombang optik pembawa informasi, dapat berupa PIN diode atau APD
(Avalance

Photo

Diode)

pemilihannya

tergantung

keperluan

sistem

komunikasi.

Untuk komunikasi jarak jauh digunakan detektor APD yang bekerja


pada panjang gelombang 1300 nm, 1500 nm serta 1550 nm dengan kualitas
yang baik. Artinya detektor APD mempunyai sensitifitas dan respon yang
tinggi terhadap sinar laser LD sebagai pembawa gelombang optik informasi.

Untuk komunikasi jarak pendek lebih efisien jika menggunakan


detector PIN diode, karena PIN baik digunakan untuk bit rate rendah dan
sensitifitas tinggi untuk LED.

Sumber cahaya LD terlihat memiliki daya lebih besar, stabil, konstan


pada bit rate berapapun, sedang sumber cahaya LED mempunyai daya
pancar yang lebih kecil dan pada bit rate 100 Mbps dayanya mulai menurun.

Detektor penerima PIN bereaksi baik pada bit rate rendah tetapi
kurang sensitif bila bit rate dinaikkan.

Detektor penerima APD lebih sensitif pada bit rate tinggi. Untuk

transmisi jarak jauh diperlukan daya pancar yang lebih besar dan sensitifitas
yang tinggi, sistem serat optik akan menggunakan laser LD sebagai sumber
cahaya dan APD sebagai detektor penerima. Sedangkan untuk transmisi
jarak dekat cukup digunakan LED sebagai sumber optik dan detektor
penerima.
b. Rangkaian
informasi

elektrik
terhadap

berfungsi
data

untuk

informasi

mengkonversi
yang

dibawa

cahaya
dengan

pembawa
melakukan

regenerasi timing, regenerasi pulse serta konversi sinyal elektrik ke dalam


interface yang berupa sinyal digital dan sebaliknya.
1.1.4.Konektor Optik
Penyambunagn serat optik menggunakan konektor bersifat tidak
permanen, artinya dapat dibongkar pasang. Konektor biasanya digunakan
untuk kontak dengan terminal perangkat aktif. Syarat-syarat konektor yang
baik adalah :
a. Kehilangan daya cukup rendah. Konektor yang dibentuk harus menjamin
dari kesalahan penyambungan dan dapat meminimumkan kesalahan
secara langsung.
b. Kemampuan pengulangan. Efisiensi kopling tidak berubah jika tidak ada
penyesuaian ulang.
c. Dapat diprediksi, artinya konektor memiliki efisiensi yang sama jika
beberapa konektor sejenis dikombinasi.
d. Umurnya panjang. Tidak ada penurunan efisiensi dalam waktu yang
lama.
e. Kuat. Bahan konektor kuat terhadap tekanan.
f.

Kompatibel dengan lingkungan. Penyambungan dapat dilakukan pada


variasi temperatur, tekanan tinggi, getaran, kelembaban dan kotoran.

g. Mudah mendapatkannya. Umum digunakan.


h. Mudah menggunakannya. Pemasangan dan penyesuaiannya mudah.
i.

Ekonomis. Konektor yang presisi adalah mahal. Konektor murah,


biasanya plastik tetapi kualitasnya rendah.

GAMBAR 2.1. BERBAGAI TIPE KONEKTOR


1.1.5.Struktur Serat Optik
Serat optik adalah suatu pemandu gelombang yang berisi dielektrik
dengan indeks bias tertentu yang digunakan untuk merambatkan energi
elektromagnetik pada frekuensi antara 300 600 Tera Hertz (frekuensi optik).
Serat optik terdiri dari core (inti) dan cladding (selubung inti). Fungsi inti
adalah sebagai penyalur gelombang cahaya, dan cladding berfungsi untuk
memperkecil rugi-rugi permukaan serta mengarahkan gelombang cahaya
tersebut.

Gambar 3.2. STRUKTUR SERAT OPTIK


Inti Serat Optik(Core)
Element pertama dari serat optik merupakan konduktor sebenarnya yang
disebut sebagai inti. Inti mempunyai diameter antara 5 m sampai dengan
9,5 m. Tetapi untuk saat ini yang digunakan oleh PT Telkom pada umumnya
adalah yang berdiameter 8,7 9,3 m . Salah satu contoh adalah kabel yang
digunakan adalah buatan Voksel. Diameter inti merupakan hal yang penting,
karena menentukan karakteristik serat. Inti serat optik dibuat dari material
kristal kelas tinggi yang bebas air.
Selubung (Clading)

Selubung dilapiskan pada inti. Selubung ini juga dibuat dari gelas, tetapi
indeks biasnya berbeda dengan indeks bias inti. Hubungan antara kedua
indeks

refraksi

tersebut

dibuat

kritis.

Hal

tersebut

memungkinkan

pemantulan total dari berkas cahaya yang merambat berada di bawah sudut
kritis sewaktu dilewatkan sepanjang serat optik.
Pembungkus (Coating)
Sekeliling inti dan selubung dibalut dengan .plastik coating. yang
berfungsi untuk melindungi serat optik dari tekanan luar, dan digunakan
sebagai jaket warna untuk menandai nomer core pada tube yang sama.
Dalam kenyataan ada tiga jenis coating yang digunakan, yaitu : primer,
sekunder dan pembungkus pelindung. Serat biasanya terletak bebas didalam
selubung sekunder yang berbentuk tabung.
1.1.6.Jenis Serat Optik
1.1.6.1. Serat optik multimode step-index
Serat optik step index (multimode) memiliki diameter inti 50-80
micron dan dibuat dari inti (core) yang relative besar, dengan diselimuti
clading. Inti dan selubungmempunyai indeks bias yang berbeda. Kabel
tersebut mudah dibuat, oleh karena itu kabel serat optik tipe ini pertama
kali yang ada di pasaran. Keuntungan lain dari kabel multimode step index
adalah intinya tebal, yang memungkinkan mudah dalam penyambungan
antara ujung dua kabel. Kerugian utama pada jenis kabel ini adalah serat
multimode step index digunakan untuk jarak yang pendek dengan
kecepatan yang relatif rendah. Kabel ini cocok untuk transmisi medium.
Redaman dari serat multimode step index adalah antara 5 sampai dengan
30 dB/km, dan bandwidth antara 10 sampai dengan 100 MHz.km.

Gambar 2.3. Karakteristik Serat Optik Multimode Step Index.


1.1.6.2.

Serat optik multimode graded-index

Tipe kedua dari serat optik adalah serat optik graded index
(multimode). Kabel ini terdiri dari inti yang mempunyai index bias
berkurang sedikit demi sedikit secara bertahap mulai dari pusat inti sampai
batas antara inti dengan selubung. Inti tersebut terdiri dari lapisan-lapisan
gelas, masing-masing lapisan mempunyai index bias yang berbeda.
Umumnya diameter inti 50 m dan untuk selubung 125 m. Berkas cahaya
yang merambat melalui kabel ini dibelokan sampai propagasinya sejajar
dengan sumbu serat. Di tempat titik pantul tersebut propagasi diarahkan
ke arah sumbu serat. Propagasi gelombang cahaya melalui lapisan bagian
luar berjalan lebih jauh daripada berkas yang hanya melalui lapisan bagian
dalam. Tetapi indeks bias dari lapisan bagian luar adalah lebih kecil, berarti
bahwa kecepatan propagasi cahaya bagian luar lebih cepat dari pada
bagian dalam. Oleh karena itu, semua berkas cahaya (mode-mode)
menggambarkan pulsa sumber optik yang datang pada waktu yang
bersamaan. Dengan cara ini dispersi multipath dapat diusahakan seminim
mungkin.
Serat multimode Graded Index mempunyai redaman mulai dari 3
sampai dengan 10 dB/km dan bandwidth 1 GHz. Meskipun mempunyai
banyak keuntungan, serat multimode graded index sukar pembuatannya
dan oleh karena itu harganya menjadi lebih mahal dari pada serat
multimode step index.

Gambar 2.4. Karakteristik Serat Optik Multimode Graded Index.


1.1.6.3.

Serat Optik Singlemode Step Index.


Segera setelah perkembangan kedua jenis tipe serat tersebut di atas,
kebutuhan akan bandwidth lebih lebar lagi. Dapat dilihat bahwa semakin
rendah jumlah mode, semakin tinggi bandwidthnya. Idealnya cahaya
berpropagasi melalui hanya satu mode saja, yang paralel dengan sumbu

serat. Inti mempunyai diameter diantara 8 sampai dengan 12 m dan


selubung telah distandarisasi pada 125 m. Redaman serat step index
monomode adalah 0,2 sampai dengan 0,5 dB/.km, dan dengan bandwidth
50 GHz.km.

Gambar 2.5. KARAKTERISTIK SERAT OPTIK SINGLEMODE STEP INDEX.

Bab III
Eksperimen dan hasil pengukuran
Pada bab ini dibahas mengenai metode pengukuran, peralatan yang digunakan untuk
melakukan eksperimen, rangkaian eksperimen, langkah-langkah pengukuran dan hasil
pengukuran. Pemilihan peralatan berdasarkan fungsi dan spesifikasinya diharapkan dapat
mengoptimalkan hasil yang diharapkan. Tujuan utama dari eksperimen ini adalah untuk
menentukan perbedaan waktu pantul(t) antara pantulan ujung awal serat optic dan ujung akjir
serat optic yang diasumsikan mengalami kerusakan, sehingga selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan jarak(L) atau lokasi kerusakan serat optik.
3.1 Metode Pengukuran

Untuk memperoleh perbaedaan waktu (t) antara pantulan cahaya oleh ujung serat optic
dan pantulan cahaya ujung akhir serat optic maka dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1

Membuat sumber laser HeNe secara periodikdan sekecil mungkin untuk mengurangi
cahaya yang terhambur pada permukaan serat optic
2 Memecah gelombang cahaya laser menjadi dua bagian yaitu transmisi dan refleksi
dengn menggunakan beam spintter, cahaya yang ditransmisikan akan mengalami
backscatter oleh serat optic, yang berlawanan arah cahaya dating, selanjutnya
ditangkap oleh photodetektor.
3 Perbedaan waktu tempuh (t) antara cahaya yang ditransmisikan adan direfleksikan
akan digunakan untuk menghitung jarak kerusakan pada inti serat optic (L)
Dengan menganggap kecepatan cahaya dalam udara adalah C=3x10^8 m/det, dan
kecepatan cahaya dalam nmedium serat optic adalah c/n, sedangkan lintaannya adalah sL.
Dengan menganggap cahaya backscatter serat optic maka dapat ditentukan lokasi kerusakan
serat optic dengan memperoleh data-data perbedaan waktu pantul sesuai persamaan 2.8
3.2 Set up eksperimen

HeNe
BS
L
PD
Amp

: laser helium neon


: Beam splitter
: lensa cembung
: Photodeektor
: Amplifier

PS
MDC
C
SO
Osk

: Power supply
: Motor DC
: Cermin
: Serat optik
: Osiloskop

: penghalang

3.3 Perangkat eksperimen


Berikut ini merupakan perangkat yang digunakan dalam eksperimen ini
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya yang digunakan adalah laser gas helium neon, dengan kode OSK D-4001,
OSK 5580 dengan pertimbangan sebagai berikut:
Cahaya laser He-Ne memiliki intensitas yang cukup memadai, dan tidak
menyebar

Spectrum cahaya darri laser He-ne berada pada daerah tampak, yaitu warna merah
dengan panjang gelombang 632,8 nm
2. Pembagi berkas (beam splitter)
Pembagi berkas digunakan untuk membagi atau membelah berkas tunggal menjadi dua
berkas, yang satu (dalam arah tegak lurus berkas datang) diperoleh dari proses refleksi
dan yang lainnya(dalam arah berkas datang) dari proses transmisi
Beam splitter yang dipakai adalah pembagi berkas dengan perbandingan 60:40
3. Lensa cembung
Lensa cembung digunakan untuk memfokuskan sumber cahaya laser pada ujung serat
optic, berdiameter 50nm
4. Osilosop
Osiliskop digunakan untuk menampilkan pulsa periodic dalam level tegangan. Type
osiloskop yang digunakan adalah Hung Chan 5520 100Mhz
5. Serat optic
Serat optic yang digunakan adalah graded indeks produksi dari sumitomo yang berkode
sumitomo gi, panjang 14,9 meter
6. Cermin
Digunakan untuk menutupi ujung serat optic supaya terjadi pantulan cahaya yang
menjalar pada serat optik
7. Multimeter digital
Digunakan untuk mengukur daya output dari photodetektor, mengunakan multimeter
digital diharapkan bias lebih tepat pengukurannya
8. Photodetektor
Photodetektor adalah komponen yang dapat merubah variasi daya optic ke variasi
tegangan listrik yang sesuai untuk mendeteksi perubahan fasa cahaya yang keluar dari
beam splitter. Dalam pemilihan photodetektor yang harus pertimbangan adalah:
Kepekaan atau respon yang tinggi pada panjang gelombang yang digunakan
sumber cahaya
Waktu respon tepat
Noise dari detektor yang cukup rendah
Karakteristik performansi tidak mudah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
Dengan memperhatikan persyaratan di atas dan mempertimbangkan keterbatasan
photodetektor yang tersedia, maka photodetektor yang digunakan adalah photodetektor dengan
kode beam receiver OSK 5586
3.4 Pengukuran periode putaran penghalang (chopper)
Pengukuran periode putaran penghalang berkas laser bertujuan untuk mengetahui periode
putaran atau periode sinar laser yang dilewatkan pada celah penghalang, yang bertindak sebagai
pembuat sinyal periodic. Pengukuran periode putaran yaitu dengan cara seperti ditunjukan pada
gambar di bawah

Dengan melewatkan berkas laser He-Ne pada penghalang yang telah dihubungkan dengan motor
DC, dengan memberikan tegangan tertentu dari power supply, dimana pada setiap kenaikan
tegangan yang diberikan dilakukan penguuran periodenya pada osiloskop. Dari pengukuran
tersebut diperoleh data sebagai berikut:

Untuk memperoleh frekuensi pada table diatas maka digunakan rumus:

T = Periode
F = Frekuensi
Periode putaran ini kemudian digunakan sebagai acuan untuk berkas laser yang akan dilewatkan
pada beam splitter selanjutnya akan dipantulkan oleh serat optic graded indeks multimode
3.5 Pengukuran selisih waktu (t) cahaya baskscattering oleh serat multimode
Pengukuran selisih waktu cahaya pantul oleh serat optic graded indeks multimode
ditunjukan seperti gambar berikut

Dimana ujung awal serat optic dikenai berkas laser dan ujung akhir ditutup dengan potongan
cermin, dimaksutkan agar cahaya yang menjalar di dalam inti serat optic tidak akan keluar dari
ujung akhir serat optic. Kabel serat optic graded indeks multimode yang digunakan pada
eksperimen ini sepanjang 14,9m. diasumsikan bahwa pada ujung akhir dari kabel ini mengalami
kerusakan sehingga cahaya yang menjalar terpantul kembali dengan dipasangkan potongan
cermin. Dari hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut :

Dari table tersebut diatas akan dilakkan analisis lokasi kerusakan serat optic graded indeks
multimode yang dibahas pada bab IV

Bab IV
Analisa data
4.1 Hasil pengamatan
Dengan menggunakan metode OTDR(optical time domain reflectometer), maka telah
dilakukan pengamatan terhadap perbedaan waktu pantul(t) cahaya backscatter antara ujung serat
optic dan bagian serat optic yang mengalami kerusakan sepanjang serat optic dari serat optic
graded indeks multimode
Pengamatan in dianalisis berdasarkan selisih atau beda waktu pantul dari backscatter
sepanjang serat optic yang dapat ditangkap oleh photodetektor yang selanjutnya ditampilkan
pada osiloskop
Bentuk sinyal yang diperoleh bias digambarkan sebagai berikut:

Sumber gangguan yang dominan pada eksperimen ini adala diakibakan oleh getaran yang
ditimbulkan oleh motor dc yang digunakan untuk menggerakkan penghalang chopper berkas
laser, hal ini mengakibatkan sinyal yang diperoleh kurang stabil sehingga diperlukan beberapa
pembacaan ulang.
4.2 Pengukuran beda waktu pantul (t) cahaya backscatter oleh serat optic graded indeks
multimode
Dalam pengukuran in diinginkan perbedaan waktu pantul (t) antara pantlan ujung serat
optic dan pantulan ujung akhir yang diasumsikan mengalami kerusakan dengan memasangkan
cermin supaya diperoleh cahaya pantul yang cukup besr. Panjang kabel serat optic (L) sepanjang
14,9m. Dengan pemberian pulsa periodic sumber laser yang berlainan maka dapat diperoleh
waktu pantul untuk masung-masing periode putaran.
Pengukuran yang menghasilkan beberapa pembacaan yang berbeda antara percobaan satu
dengan yang lainnya, perlu diambil rata-rata dari seluruh hasil pengukuran, maka data yang
terkumpul dari tiga kali percobaan dicari harga rata-ratanya untk mendekati harga yang
sebenarnya hasilnya seperti table dibawah

4.3 Pembahasan
Gelombang yang dipantulkan oleh permukaan serat optic dan bagian sepanjang serat
optic atau disebut backscatter yang arahnya berlawanan gelombang dating akan mengalami
refleksi oleh beamsplitter dengan tegak lurus gelombang dating, gelombang backscatrer ini
kemudian ditangkap photodetektor dirubah dalam level tegangan dan bentuk pulsanya
ditampilkan pada layar osiloskop
Ketelitian pembacaan instrument pengukuran menunjukan perbedaan dengan hasil
perhitungan secara teori hal ini karena respon rangkaian elektronik pada rangkaian penguat yang
tidak real time
Perbedaan waktu pantul(t) yang terjadi pada saat pengukuran dipengaruhi oleh getaran
motor selama berputar sehingga bentuk pulsa backscatter tidak stabil. Dengan mengetahui bedfa
waktu pantul (t) maka lokasi kerusdakan serat optic dapat ditentukan menurut persamaan berikut:

Dengan:

2L= panjang lintasan serat optik


C = kecepatan cahaya di udara (3x10^8 m/s)

T = beda waktu pantul


n = indeks bias inti serat optik
jika setiap hasil ditandai dengan xi dan ada sejumlah n data maka rata-rata (mean) adalah
n

x i=

1
x
n i=0 i

Deviasi atau penyimpangan dari masing masing data didevinisikan:


d i=x ix m
Sedangkan rata-rata deviasi seluruh data adalah nol, karena:
1
d i=x m ( n x m )=0
n
Untuk besaran nilai absolute deviasi tidak selalu nol.
Standart deviasi atau deviasi akar rata-rata kuadrat didefinisikan sebagai berikut:

1
= (xi x m)2
n i=1

1
2

Deviasi ini disebut kesalahan atau error


Ralat nisbi dihitung dari data:

I= .100
xm
Ketelitian dari hasil perhitungan didapatkan:
K=100%-I
Jadi hasil pengamatan yang dilakukan adalah:
xm
Hasil perhitungan dapat disajikan dalam bentuk table sebagai berikut:

Standar deviasi
Ralat nisbi
Ketelitian
Hasil pengukuran

: 0.362
: 2.609%
: 97,39%
: (13.890m 0.362)

Dari hasil diatas diperoleh jarak(L) lokasi kerusakan serat optic yang diukur adalah:
L=13.890 m dengan kesalahan 0.36246
Sedangkan menurut jarak (L) yan sebenarnya dari serat optic setelah diukur adalah sepanjang
14.9m
Jadi pengukuran ini mempunyai ketelitian (maksimum error) sebesar:
14.9m -(13.890m 0.362m) = 0.647m atau bias dinyatakan 4.34%
Adanya penyimpangan hasil pengukuran terhadap panjang yang sebenarnya dalam
eksperimen ini disebabkan ole hal-hal berikut:
Set up eksperimen yang kurang permanen masih adanya getaran yang ditimbulkan oeh
getaran motor dan sekelilingnya, hal ini mempengaruhi sinyal yang ditampilkan pada
osiloskop
Pembacaan sinyal yang muncul pada osiloskop yang bergerak
Penggunaan motor dc yang ditempelkan langsung pada penyangga mengakibatkan
timbulnya getaran terhadap sekitarnya
Penempatan ujung serat optic yang tidak stabil dalam artian tidak selalu tepat mengenai
selutruh permukaan, sehingga teganan output dari photodetektor berubah-ubah
Penggunaan lem perekat dan lilin mainan untuk menempatkan photodetektor dan serat
optic dalam waktu lama dimungkinkan merenggang atau sedikitmerunbah posisi
sehingga mempengaruhi pemantulan backscatter yang dihasilkan
Penggunaan rangkaian elektronik pada rangkaian amplifier yang mempunyai respon
kurang cepat, dalam hal ini ordenya adalah kecepatan cahaya
Bab V
Kesimpulan

Dari hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini, maka dapat
diambil kesimpulansebagai berikut:
1. Sistem OTDR sebagai instrumen yang cukup bisa dihandalkan, hasil pengukuran
menunjukan lokasi kerusakan pada jarak (L), serat optik graded indeks multimode
dengan cepat dideteksi
2. Hasil perhitungan lokasi kerusakan pada jarak (L) untuk kabel serat optik graded indeks
multimode kode kabel GI SUMITOMO diperoleh kemungkinan kesalahan sebesar 4,34%
3. Dengan menggunakan metode OTDR pengukuran lokasi kerusakan serat optik yan
sudah terpasang indtalasiya daat dilakukan, karena hanya memerlukan satu ujung dari
serat optik

You might also like