You are on page 1of 8

Call for Paper IOE 2015

OMG (OCEAN MARITIM BUILDING): PUSAT RISET LAUT DAN PENGAMANAN


BATAS WILAYAH TERLUAR TERDEPAN INDONESIA YANG BERSIFAT
EDUKATIF DAN REKREATIF
Inovasita Alifdini(1), Riki Tristanto(2),Ratu Almira Kismawardhani(3), Yochi Okta Andrawina(4)
1. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: inovasita@gmail.com
2. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: rikitristanto@gmail.com
3. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: almira_ark@yahoo.com
4. Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: yochiokta@gmail.com
Abstrak
Indonesia merupakan negara maritim dengan kekayaan laut yang sangat melimpah.
Kekayaan laut yang dimiliki Indonesia dapat dijadikan sebagai lahan riset dan pariwisata.
Kekayaan ini tersebar hingga daerah terluar terdepan Indonesia yang belum dijaga dengan
baik sehingga rawan terhadap persengketaan batas wilayah dengan negara tetangga.
Solusi yang kami usulkan adalah membangun OMG (Ocean Maritim Building) di
kawasan pesisir Pulau Marore Kepulauan Talaud Sulawesi Utara. OMG merupakan pusat
riset kelautan yang terintegrasi dengan pariwisata pendidikan laut dan pengamanan wilayah
perbatasan. OMG dikelola oleh masyarakat setempat, sehingga dapat memberdayakan potensi
masyarakat. Pemilihan lokasi di Pulau Marore, dikarenakan Kepulauan Talaud memiliki
keanekaragaman biodiversity yang tinggi dan daerah terluar terdepan. Langkah strategis untuk
merealisasikan pembangunan OMG adalah dengan berkoordinasi dengan pemerintah dan para
ahli mengenai koordinat lokasi, rancangan bangunan, serta sistem pengelolaan bangunan ini.
Hasil yang diharapkan dengan adanya OMG adalah meningkatkan pemahaman
masyarakat bahwa Indonesia merupakan bangsa maritim dengan potensi kelautan yang besar.
Selain itu, kegiatan riset yang ada diharapkan mampu meningkatkan berbagai inovasi di
bidang kelautan. OMG diharapkan dapat menjaga SDA dan batas wilayah negara Indonesia
pada daerah Terdepan Terluar. Pengelolaan OMG langsung oleh masyarakat diharapkan dapat
memberdayakan masyarakat setempat dari kondisi ketertinggalan.
Kata Kunci: Ocean Maritim Building, Pulau Marore, Riset Kelautan, Kepulauan Talaud
oleh negara tetangga. Selain itu, perhatian
pemerintah dan pihak-pihak terkait terhadap
pengembangan pengetahuan, teknologi, dan
riset laut masih lemah. Lahan penelitian di
laut Indonesia justru menjadi lahan riset bagi
kapal-kapal asing untuk kepentingan
negaranya.
Berbagai
kendala
ini,
menyebabkan banyak peneliti enggan untuk
memajukan penelitian di Indonesia.
Porter (1998) dalam Dahuri (2013),
menyatakan bahwa, kita harus mencari
berbagai terobosan (breakthrough) untuk
mendayagunakan
sumberdaya
kelautan
secara optimal dan lestari sebagai
keunggulan
kompetitif
(competitive
advantage) bangsa. Menurut Dahuri (2013),

I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara maritim
yang memiliki wilayah laut, sebesar 5,8
juta km2. Selain itu, Indonesia memiliki lebih
dari 17.504 pulau dan dikelilingi garis pantai
sepanjang 95.200 km yang terpanjang kedua
setelah Kanada dan berbatasan dengan
beberapa negara. Fakta fisik inilah yang
membuat Indonesia dikenal sebagai negara
maritim dan kepulauan terbesar di dunia
(Dahuri, 2013). Namun, kekayaan dan
keamanan teritorial laut terutama di daerah
perbatasan Indonesia belum dikelola dengan
baik sehingga rawan terhadap persengketaan
batas wilayah dan pencurian sumber daya
1

Call for Paper IOE 2015

usaha yang dilakukan untuk mewujudkan


cita-cita luhur tersebut dalam waktu dekat,
tahun 2025, kita harus membangun ekonomi
kelautan berbasis inovasi dan kreativitas
yang inklusif dan ramah lingkungan. Selain
itu, kita mesti melalukan perubahan
paradigma (paradigm shift) pembangunan
nasional, dari land-based development
menjadi ocean-based development.
Oleh karena itu, kami mengusulkan
pembangunan OMG (Ocean Maritim
Building) sebagai pusat penelitian berbasis
maritim yang multifungsi sebagai pusat riset,
pariwisata, dan pengamanan wilayah
perbatasan terluar terdepan Indonesia. OMG
dikelola langsung oleh masyarakat setempat.
OMG diharapkan dapat menjadi pusat riset
laut yang edukatif, rekreatif dan dikenal di
seluruh dunia, serta dapat meningkatkan
pengamanan di wilayah perbatasan terluar
terdepan untuk menghindari sengketa batas
wilayah dan pencurian sumber daya oleh
negara tetangga.
II. LANDASAN TEORI
Indonesia Sebagai Negara Maritim
Sesuai ketentuan UNCLOS 1982,
Indonesia merupakan Negara Kepulauan dan
Maritim (Kusumoprajo, 2009). Luas wilayah
kepulauan Indonesia mencapai 7,7 juta km2,
terdiri dari 25% teritorial daratan (1,9 juta
km2) dan 75% teritorial laut (5,8 juta km2).
Jika dikalkulasikan, potensi ekonomi sektor
kelautan Indonesia bila digarap dengan benar
bisa mencapai 800 miliar dolar AS atau
setara dengan Rp7.200 triliun per tahun, alias
enam kali lipat APBN 2011 atau setengah
Produk Domestik Bruto (PDB). Namun,
sampai saat ini masih nol besar (Dahwilani,
2012). Sebagai negara maritim, Indonesia
memiliki laut yang mengandung sumber daya
alam melimpah.
Kurang Berkembangnya Penelitian Laut
Oleh Bangsa Indonesia
Penelitian ilmiah akan kondisi laut
Nusantara baru mulai tumbuh sekitar abad
ke-18, ketika ekspedisi-ekspedisi ilmiah dari
Eropa mulai meluncur ke Nusantara. Setelah
Indonesia merdeka di tahun 1945,

perkembangan ilmu kelautan berjalan sangat


tersendat karena kurangnya tenaga ahli dan
fasilitas
(Ahira,
2014).
Kurangnya
pengetahuan, fasilitas dan sumber daya
manusia dengan skill yang memadai,
membuat Indonesia masih bergantung pada
negaranegara
maju
lainnya
dalam
melakukan penelitian laut (Nazir, 2010).
Pelaksana tugas Kabalitbang KKP Achmad
Poernomo, mengatakan bahwa jumlah
peneliti kelautan dan perikanan yang dimiliki
Indonesia jauh dari total yang diharapkan.
Hanya sekitar 700 peneliti yang ada pada
2013.
Padahal
idealnya,
Indonesia
membutuhkan 1.500 hingga 2.000 peneliti.
Dampak dari kurangnya peneliti tersebut,
ilmu kelautan dan perikanan Indonesia
menjadi tak berkembang. Lahan penelitian
yang khas Indonesia menjadi diminati dan
diambil alih oleh peneliti asing (Badriyah,
2012).
Menurut Suparno (2005), beberapa
kendala yang dihadapi dalam penelitian
produk alam laut di Indonesia antara lain: (a)
Kurangnya informasi mengenai jenis biota
yang ada di Indonesia serta tempat
tumbuhnya, (b) Peta penyebaran potensi
biota belum ada (c) Fasilitas penelitian dan
pakar peneliti tersebar di berbagai lembaga,
demikian pula sarana dan prasarana tersebar
tidak merata di berbagai lembaga penelitian
dan perguruan tinggi, (d) Kurangnya ahli
taksonomi dalam bidang tertentu misalnya
spons.
Permasalahan
Indonesia

di

Daerah

Perbatasan

Menurut Mawardi (2006), beberapa


permasalahan di perbatasan Indonesia
adalah:
1.

Belum disepakatinya garis-garis batas


dengan
negara
tetangga
secara
menyeluruh.

2.

Terbatasnya jumlah aparat, sarana, dan


prasarana.

3.

Terjadinya
kegiatan
pelanggaran hukum.

ilegal

dan

Call for Paper IOE 2015

4.

5.

Kondisi ekonomi masyarakat perbatasan


terluar
terdepan
Indonesia
yang
umumnya masih tertinggal khususnya di
Pulau Marore.

terhadap pelanggaran atau kejahatan di


daerah perbatasan.

Terbatasnya
perhatian
pemerintah
terhadap potensi pariwisata lokal yang
berada di Pulau Terluar Terdepan
Indonesia .

Konsep Gagasan yang Diusulkan


Konsep gagasan yang kami usulkan
adalah dengan membangun OMG (Ocean
Maritim Building) di Pulau Marore
Kepulauan Talaud Sulawesi Utara. Dipilih
lokasi ini karena wilayah tersebut memiliki
biodiversity makhluk bawah laut yang sangat
beragam. Selain itu, di wilayah tersebut baru
ditemukan gunung api bawah laut
(ditemukan oleh peneliti Indonesia-Amerika)
yang tidak berpotensi menghasilkan gempa
vulkanik dan tsunami. Selain itu, Pulau
Marore merupakan salah satu daerah terluar
terdepan NKRI di utara Pulau Sulawesi.
Selain kondisi masyarakatnya yang masih
tertinggal, wilayah ini juga rawan terhadap
adanya sengketa batas wilayah dan pencurian
sumber daya oleh negara tetangga. Maka,
lokasi ini direkomendasikan untuk dibangun
pusat riset terpadu dengan pengembangan
pariwisata
laut
sekaligus
menjadi
pengamanan di daerah perbatasan terhadap
ancaman sengketa batas wilayah dan
pencurian sumber daya oleh negara tetangga.
OMG dikelola oleh masyarakat setempat
yang telah dibekali dengan pelatihan
keterampilan.
Hal
ini
tentu
dapat
memberdayakan masyarakat pulau Marore
dan daerah sekitarnya yang selama ini
mengalami kondisi ketertinggalan. Sumber
dana yang digunakan untuk membangun
OMG menggunakan APBN, APBD, serta
dana dari organisasi dunia yang peduli pada
riset, pendidikan dan kelautan.
OMG terintegrasi menjadi 3 fungsi
utama yaitu bagian Laboratorium Penelitian
Kelautan Terpadu, Pariwisata, dan Sistem
Informasi Pengaduan Masyarakat Terpadu
wilayah perbatasan terluar terdepan. OMG
memiliki luas sebesar 5672 m2. OMG terdiri
dari 3 gedung utama, yaitu Gedung A, B, dan
C. Gedung A dan B terdiri dari 2 lantai.
Sedangkan gedung C hanya 1 lantai. Gedung
A memiliki tinggi 16 meter. Tinggi masingmasing lantai adalah 8 meter. Gedung B

III. PEMBAHASAN

Metode yang Telah Dilakukan dalam


Penanganan Wilayah Perbatasan
Menurut Poetranto (2011), metode yang
telah dilakukan dalam penanganan wilayah
perbatasan adalah:
a. Sosialisasi, yaitu memberikan informasi
tentang pentingnya pengamanan daerah
perbatasan terluar terdepan guna penegakan
kedaulatan negara.
b. Deregulasi, yaitu penataan atau perumusan
kembali produk peraturan dan perundangundangan
yang
berkaitan
dengan
pembangunan dan pengamanan daerah
perbatasan.
c. Pendekatan Kesejahteraan dan Keamanan
(Prosperity and Security Approach), yaitu
suatu paradigma baru pembangunan daerah
perbatasan yang harus dilakukan melalui
pendekatan kesejahteraan rakyat dan
keamanan secara bersama-sama.
d. Partisipasi, yaitu pengamanan daerah
perbatasan harus melibatkan seluruh lapisan
masyarakat, termasuk peran swasta.
e. Diplomasi, peran yang dilaksanakan oleh
para
penyelenggara
negara
dalam
memberikan informasi yang benar dan
mampu menyakinkan pihak asing dalam
forum regional maupun internasional,
khususnya
yang
berkaitan
dengan
permasalahan garis batas negara dan
kedaulatan NKRI.
f. Penegakan Hukum (Law Enforcement),
mengimplementasikan aturan-aturan hukum
positif
baik
undang-undang
maupun
peraturan daerah secara konsisten dan
konsekuen melalui pemberian sanksi hukum
yang tegas demi tegaknya supremasi hukum
3

Call for Paper IOE 2015

memiliki tinggi 12 meter. Tinggi masingmasing lantai adalah 6 meter. Gedung C


memiliki tinggi 6 meter, kecuali tinggi Ruang
Sosialisasi Karamba Jaring Apung (Ikan
Kerapu) dan Ruang Sosialisasi Rumput Laut
yang hanya memiliki tinggi 4 meter. OMG
juga
dilengkapi
dengan
kolam
pembudidayaan rumput laut, penangkaran
hiu, penangkaran ikan kerapu, dan
penangkaran penyu. Selain itu, OMG juga
memiliki daerah hijau cemara laut, dermaga,
serta daerah kincir angin dan sel surya.
Gedung A lantai ke-1, berfungsi
sebagai pariwisata dan pengamanan wilayah
perbatasan. Pada bagian pariwisata, terdapat
Museum Geologi dan Peninggalan Sejarah,
serta Ruang Pameran Produk Hasil Perikanan
dan Kelautan yang dikelola oleh masyarakat
sekitar. Sedangkan, pusat pengamanan
daerah perbatasan diwujudkan dengan
adanya Ruang Sistem Informasi Pengaduan
Masyarakat Terpadu yang dilengkapi dengan
jaringan internet untuk pemantauan kondisi
daerah perbatasan terluar terdepan. Selain itu,
masyarakat dapat memberikan pengaduan
kepada TNI mengenai masalah-masalah yang
muncul di daerah perbatasan, seperti adanya
pencurian sumber daya alam yang sering
terjadi di daerah ini. Lantai ke-2 gedung A,
terdiri dari Laboratorium dan Auditorium.
Bangunan ini memiliki 7 ruang laboratorium
utama yaitu, Lab Fisika Laut, Kimia Laut,
Biologi Laut, Geologi Laut, Meteorologi dan
Klimatologi Laut, Astronomi, dan Rekayasa
Kelautan.
Masing-masing
laboratorium
dilengkapi dengan alat-alat yang dapat
mendukung kemajuan penelitian kelautan di
Indonesia.
Gedung B pada OMG, berfungsi
sebagai Pusat Mitigasi Bencana dan Energi
Terbaharukan. Bangunan ini terdiri dari 2
lantai. Lantai pertama berfungsi sebagai
Ruang Pameran Pengenalan Inovasi Energi
Terbaharukan. Sedangkan, lantai ke-2
berfungsi sebagai ruang sosialisasi mitigasi
bencana dan observasi astronomi. Selain itu,
di lantai ke-2 terdapat teropong yang dapat
digunakan untuk melihat kondisi alam di
sekitar Pulau Marore. Selain itu, terdapat

teropong bintang yang berfungsi untuk


melihat benda-benda langit.
Gedung C pada OMG merupakan
bangunan terapung yang memiliki 3 fungsi
utama,
diantaranya:
Ruang
Terbuka
Pengenalan Rumput Laut, Ruang Terbuka
Sosialisasi Hiu, dan Ruang Terbuka
Sosialisasi Karamba Jaring Apung (Ikan
Kerapu). Penangkaran biota-biota tersebut
diharapkan dapat mempermudah proses
penelitian tentang flora dan fauna tersebut,
mengingat populasinya yang mulai langka
dan dibutuhkan penanganan khusus.
Dalam wilayah gedung C terdapat
Rumah Apung Maritim. Konsep rumah
apung maritim adalah pengunjung akan
dikenalkan tentang sejarah dan potensi
kelautan Indonesia sebagai negara maritim.
Rumah Apung Maritim diharapkan dapat
menambah pemahaman dan rasa cinta
pengunjung bahwa Indonesia adalah negara
maritim. Selain itu, gedung C juga dilengkapi
Rumah Makan Apung Maritim yang dikelola
oleh penduduk lokal. Rumah makan ini
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
penduduk Pulau Marore sehingga pulau ini
terhindar dari kondisi ketertinggalan.
Kebutuhan energi listrik bangunan
OMG menggunakan pembangkit listrik
tenaga angin dan surya sebagai wujud
pemanfaatan energi terbaharukan yang ramah
lingkungan. Melalui pembangunan kincir
angin dan sel surya di alam kompleks
bangunan OMG. Selain pemanfaatan energi
potensial pulau, limbah yang dihasilkan oleh
aktivitas di OMG, diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang, sehingga, tercipta sistem
pengolahan limbah terpadu yang aman bagi
lingkungan.

Berikut
ini
adalah
pembangunan OMG:

rencana

lokasi

Call for Paper IOE 2015

2 = Gedung B
3 = Penangkaran Penyu
4 = Lahan Cemara
5 = Tenaga Surya dan Angin
6 = Tempat Duduk
7 = Rumah Baterai
8 = Tangga
9 = Dermaga
10 = Budidaya Rumput Laut
11 = Penangkaran Hiu
12 = Jaring Apung (Ikan Kerapu)
13 = Ruang Sosialisasi Karamba Jaring
Apung
14 = Rumah Makan Apung Maritim
15 = Ruang Sosialisasi Hiu
16 = Rumah Apung Maritim
17 = Sosialisasi Rumput Laut

Gambar 1. Lokasi Pulau Marore Sulawesi


Utara

Gambar 2. Topografi Pulau dan Tipologi


Pantai Pulau Marore Kabupaten Talaud
(Perekam 7 Januari 2011)
Berikut adalah sketsa OMG:

Gambar 4. Sketsa ruangan Gedung A


Keterangan:
1 = Museum Geologi dan Peninggalan
Sejarah
2 = Tempat Duduk
3 = Ruang Pameran Hasil Kelautan dan
Perikanan
4 = Mushola
5 = Toilet
6 = Ruang Sistem Informasi dan Pengaduan
Masyarakat Perbatasan
7 = Kantor
8 = Akuarium
9 = Lab. Astronomi
10 = Lab. Kimia Laut
11 = Lab. Biologi Laut

Gambar 3. Sketsa Kompleks OMG


Keterangan:
1 = Gedung A
5

Call for Paper IOE 2015

12 = Lab. Rekayasa Kelautan


13 = Auditorium
14 = Lab. Geologi Laut
15 = Lab. Fisika Laut
16 = Lab. Meteorologi & Klimatologi Laut
17 = Toilet
18 = Mushola
19 = Taman
20 = Tangga

Gambar 6. Sketsa 3D OMG Tampak Dari


Daratan

Gambar 5. Sketsa ruangan Gedung B


Keterangan:
1 = Ruang Pameran Energi Terbaharukan
2 = Perpustakaan Maritim
3 = Toilet
4 = Mushola
5 = Ruang Mitigasi Bencana dan Observasi
Astronomi
6 = Tangga

Gambar 7. Sketsa 3D OMG Tampak Dari


Laut
Berikut adalah perkiraan
pembangunan OMG:

rincian

dana

Call for Paper IOE 2015

Tabel
1.
Perkiraan
pembangunan OMG

rincian

dana

Langkah-Langkah
Terwujudnya OMG

Strategis

untuk

1. Melakukan perencanaan design bangunan,


perhitungan dana yang dibutuhkan, survei
untuk penentuan lokasi, dan pengurusan
perizinan pendirian OMG.
2. Pembangunan OMG dengan melibatkan
Kementerian Pekerjaan Umum, Ahli Sipil,
Arsitektur, Oseanografi, dan ilmu-ilmu
lain terkait.
3. Perekrutan masyarakat Pulau Marore dan
sekitarnya yang telah dibekali dengan
keterampilan untuk mengelola OMG.
4. Perekrutan tenaga ahli (peneliti) dengan
koordinasi
Perguruan
Tinggi
dan
Lembaga-Lembaga yang bergerak di
bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
5. Pembuatan manajemen struktural di OMG
6. Pengoperasionalan OMG untuk kejayaan
Indonesia.

Pihak-Pihak
yang
Dipertimbangkan
Dapat Bekerjasama/Bersinergi dalam
Pembangunan OMG
1. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan
Pemerintah Kabupaten Talaud
2. Kementerian
Pekerjaan
Umum,
Perusahaan BUMN dan swasta di bidang
kontraktor seperti (PT. Waskita Karya,
PT. WIKA, PT. Adhi Karya, dll.)
3. Masyarakat Pulau Marore
4. Kementerian Kelautan dan Perikanan serta
Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia
5. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), serta Perguruan
Tinggi.
6. Kementerian Riset dan Teknologi
7. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
8. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif
9. Kementerian Pertahanan dan Keamanan
10. Para ahli Kelautan dan Perikanan, serta
ahli Sipil dan Arsitektur
11. Lembaga Internasional seperti PBB
melalui bagian pendidikan (UNESCO),
maupun lembaga konservasi seperti WWF

IV. KESIMPULAN
Gagasan yang kami beri judul OMG
(Ocean Maritime Building): Pusat Riset Laut
Dan Pengamanan Batas Wilayah Terluar
Terdepan Indonesia yang Edukatif dan
Rekreatif merupakan sebuah gagasan
dengan maksud utama yaitu sebagai pusat
penelitian
berbasis
kelautan,
lokasi
pariwisata
pendidikan,
dan
pusat
pengamanan
daerah
terluar
terdepan
Indonesia
melalui
sistem
informasi
pengaduan masyarakat terpadu yang dikelola
TNI.
Pembangunan OMG ini dapat
direalisasikan dengan cara memilih koordinat
lokasi yang tepat di Pulau Marore Kepulauan
Talaud Sulawesi Utara, serta merencanakan
bentuk desain bangunan maupun bahanbahan yang diperlukan. Untuk pendanaan
OMG menggunakan dana APBN, APBD
maupun dana dari organisasi Internasional
yang peduli pada pendidikan dan riset
kelautan. Perekrutan tenaga kerja dapat
dilakukan melalui perekrutan penduduk
sekitar yang berpotensi mengelola bidang
kepariwisataan dan telah dibekali dengan
keterampilan
sebagai
langkah
untuk
7

Call for Paper IOE 2015

mengurangi pengangguran. Sedangkan,


tenaga ahli (peneliti) dapat direkrut dari
lembaga penelitian maupun Perguruan
Tinggi yang ada di Indonesia serta dilakukan
pembentukan
managemen
struktural
pengurus OMG. Setelah itu, bangunan OMG
dapat dioperasionalkan sesuai fungsinya.
Prediksi masa depan dengan adanya
OMG adalah penelitian kelautan di Indonesia
semakin berkualitas, maju, berkembang dan
mampu
bersaing
dengan
peneliti
Internasional. Selain itu, OMG dapat
meningkatkan
pemahaman
masyarakat
bahwa Indonesia adalah bangsa maritim,
sehingga dapat mendorong masyarakat
Indonesia untuk dapat mengembangkan
potensi kelautan di Indonesia. Selain itu,
pengamanan wilayah perbatasan terluar,
terdepan, khususnya di daerah Talaud dapat
lebih ditingkatkan dan harga diri bangsa
Indonesia sebagai bangsa maritim semakin
disegani oleh masyarakat Internasional,
sehingga, bangsa Indonesia akan tampak
sebagai bangsa yang jaya di lautnya.
V. REFERENSI
Ahira, Anne. 2014. Ilmu Kelautan.
http://www.anneahira.com/ilmu-ilmukelautan.htm. 6 Februari 2014 (21:05).
Amer, Ramses. 2002. The Association Of
South-East Asian Nations And The
Management Of Territorial Disputes.
Articles. IBRU Boundary and Security
Bulletin, Winter 2001-2002.
Badriyah, L. 2013. Indonesia Butuh 2000
Peneliti Kelautan dan Perikanan.
http://www.metrotvnews.com/metronews
/read/2013/12/30/1/204326/IndonesiaButuh-2.000-Peneliti-Kelautan-danPerikanan. 6 Februari 2014 (20:35).
Dahuri, Rokhmin. 2013. Momentum
Mengembalikan
Kejayaan
Negara
Maritim.http://www.koransindo.com/nod
e/351114. 6 Februari 2014 (21:32).
Dahwilani, DM. 2012. Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Kelautan.
http://hallo
indonesia.blogspot.com/2012/09/ilmu-

pengetahuan-dan-teknologi
kelautan.html. 6 Februari 2014 (21:37).
Kusumoprajo, W S. 2009. Indonesia Negara
Maritim. Teraju. Jakarta.
Mawardi, E. 2006. Pengembangan Sumber
Daya Air di Pulau-Pulau Terluar
Perbatasan Pulau Marore Kabupaten
Kepulauan Sangihe Sulut. Pertemuan
Ilmiah Tahunan (PIT) HATHI ke-23,
Manado. 10-12 November 2006: 1-7.
Nazir F. 2010. Surabaya Oceanarium.
Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh
November (ITS). Surabaya.
Newman, Candace dan Ellsworth LeDrew.
2005. Towards Community- and
Scientific-Based Information Integration
in Marine Resource Management in
Indonesia: Bunaken National Park Case
Study. Environments Journal 33 (1): 524.
Poetranto, T. 2011. Mengatasi Permasalahan
di
Daerah
Perbatasan.
http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=
content/bagaimana-mengatasi
permasalahan-di-daerah perbatasan. 9
Februari 2015 (07:30).
Prescott, Victor and Clive Schofield. 2001.
Undelimited Maritime Boundaries of the
Asian Rim in the Pasific Ocean.
Maritime Briefing Vol. 3 Number 1;
International Boundaries Research Unit,
Department of Geography, University of
Durham, South Road, UK.
Ralahalu, Karel Albert dan M.Yamin Jinca.
2013. The Development Of Indonesia
Archipelago
Transportation.
International Refereed Journal of
Engineering and Science (IRJES) 2 (9):
.PP.12-18. ISSN 2319-1821.
Suparno. 2005. Kajian Bioaktif Spons Laut
(Forifera:
Demospongiae)
Suatu
Peluang
Alternatif
Pemanfaatan
Ekosistem Karang Indonesia Dalam
Bidang Farmasi. Institut Pertanian
Bogor (IPB). Bogor.

You might also like