Professional Documents
Culture Documents
1. Pendahuluan
Dalam hal penyediaan listrik,
perluasan jaringan sampai ke daerahdaerah terpencil pada umum tidak
ekonomis.
Begitu
juga
dengan
penggunaan pembangkit berbahan
bakar minyak dan batu bara untuk
daerah terpencil biasanya tidak
ekonomis, karena skala pembangkitan
yang terlalu kecil dan tingginya biaya
bahan bakar. Sampai saat ini
pembangkit listrik dengan tenaga air
merupakan pembangkit yang paling
ekonomis (Patty, 1995:134).
Energi listrik juga sangat penting
peranannya dalam kehidupan manusia.
Namun di beberapa tempat sering
terjadi pemadaman listrik secara
bergilir, khususnya di Kabupaten
Lombok Timur, hal ini dikarenakan
kurangnya pasokan listrik yang disuplai
PLN, untuk itu perlu adanya peranan
dari pemerintah bersama perusahaan
listrik negara dalam memenuhi
kebutuhan listrik. Oleh karena itu untuk
menambah pasokan listrik di pulau
lombok kebutuhan akan energi listrik
maka perlu dibangunnya PLTA pada
Bendungan Pandanduri Swangi dalam
rangka menambah pasokan listrik
dengan energi yang terbarukan di
kabupaten Lombok Timur.
PLTA dipilih sebagai salah satu
energi alternatif dikarenakan memiliki
beberapa keunggulan dibanding dengan
pembangkit listrik lainnya, seperti
ramah terhadap lingkungan, lebih awet,
serta biaya operasioanal lebih kecil.
Selain itu perawatan mekanik untuk
PLTA lebih mudah.
Dengan demikian sudah sepantasnya
pemerintah mulai mengembangkan
potensi PLTA lebih banyak lagi. Akan
tetapi dalam pembangunan suatu PLTA
harus memperhatikan beberapa aspek
diantaranya adalah aspek teknis, aspek
lingkungan, dan aspek ketersediaan
sumber energi.
Kelebihan
Terlindung dari pengaruh
suhu karena tertutup tanah
Terlindung dari
pembekuan.
Tidak membutuhkan
sambungan (Expansion
joints )
5
6
Kekurangan
Akses yang sulit untuk
inspeksi
Biaya mahal jika
diameter besar dan
kondisi tanah berbatu
Cenderung terjadi
pergeseran pipa pada
lembah yang curam
Membutuhkan lapisan
tertentu terhadap korosi
dan salinitas tanah
Sulit dalam
pemeliharaan dan
perbaikan
Kelebihan
Kekurangan
Sangat terpengaruh oleh
suhu eksternal
Kemungkinan terjadi
pembekuan saat musim
dingin
Terlindung terhadap
longsoran jika dilengkapi
dengan blok angker
Tekanan longitudinal
mungkin timbul karena
blok angker
Diperlukan sambungan
(Expansion joints)
biasanya
didesain
dengan
menggunakan sistem katup (valve),
Tipe katup yang sering diaplikasikan
adalah :
a. Gate valve
b. Butterfly valve
c. Needle valve
Rumah Pembangkit (Power House)
Rumah pembangkit, merupakan
bangunan tempat diletakkannya seluruh
perangkat konversi energi, mulai dari
turbin air lengkap dengan governornya,
sebagai pengatur tekanan air, sistem
transmisi mekanik (jika diperlukan),
generator, perangkat pendukung lain,
seperti: panel kontrol, panel distribusi
daya,
beban
komplemen,
dan
sebagainya. Bangunan inilah yang
melindungi turbin, generator dan
peralatan pembangkit lainnya.
D. Bangunan Pembuang
Bangunan pembuang digunakan
untuk mengalirkan debit setelah
melalui turbin meuju ke sungai,
bangunan pembuang sendiri bisa
direncanakan sesuai dengan kondisi
lapangan, umunya bangunan pembuang
direncanakan dengan tipe sal-uran
terbuka (saluran tailrace).
Tinggi Jatuh Efektif
Tinggi jatuh efektif adalah selisih
antara elevasi muka air pada bangunan
pengambilan atau waduk (EMAW)
den-gan tail water level (TWL)
dikurangi dengan total kehilangan
tinggi tekan (Ramos, 2000). Persamaan
tinggi jatuh efektif adalah:
Heff
= EMAW TWL hl
dimana:
Heff
: tinggi jatuh efektif (m)
EMAW: elevasi muka air waduk atau
hulu bangunan pengambilan
(m)
TWL : tail water level (m)
hl
: total kehilangan tingi tekan
(m)
120 f
n=
dengan:
Ns: Kecepatan spesifik turbin (mkW)
n : kecepatan putar/sinkron (rpm)
P : daya (kW)
H : tinggi jatuh effektif (m)
f : frekuensi generator (Hz)
p : jumlah kutub generator
nilai n bisa didapatkan dengan
melakukan nilai coba-coba dengan
persamaan:
Untuk turbin francis:
n =
atau n =
c =
Hs = Ha Hv H.
Sedangkan titik pusat turbin dapat
dihitung dengan persamaan:
Z = twl + Hs + b
dengan:
Ns: Kecepatan spesifik turbin (mkW)
c : koefisien thoma kritis
: koefisien thoma
Ha: tekanan absolut atmosfer (Pa/g)
Hv: tekanan uap jenuh air (Pw/g)
H : tinggi jatuh effektif (m)
Hs: tinggi hisap turbin (m)
Z : titik pusat tubrin
twl: elevasi tail water level
b : jarak pusat turbin dengan runner
(m)
2. dimensi turbin
Dimensi turbin reaksi meliputi:
Dimensi runner turbin, dimensi wicket
gate, dimensi spiral case dan dimensi
draft tube.
NPV NPV
3. Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas dilakukan pada 3
kondisi yaitu:
Cost naik 20%, benefit tetap
Cost tetap, benefit turun 20%
Cost naik 20%, benefit turun 20%
+247,500
1.20
+251,500
DINDING HALANG
PAS. BETON
+242,500
+243,500
SALURAN TAILRACE
0.8m
0.8m
DRAFT TUBE
200.0m
Hf
29.20
29.43
29.32
Dimensi
Persamaan
(m)
0.91
1.04
1.2
1.35
0.97
1.18
0.99
0.87
-4
0.23
0.82
0.49
Persamaan
Dimensi
(m)
1.81
1.07
0.98
0.53
0.99
4.6
1.25
2.21
No.
Item
Pekerjaan
11
Rasio
Rp/Kwh
Alternatif
2
Alternatif
3
4,830
10,845
3,476
Unit
Debit
Turbin
Desain
(Unit)
(m3/dt)
(Hari)
(kWh)
(MWh)
4.28
353
1094
9268
1.11
353
287
2434
2.43
353
625
5297
No.
Operasi-
Daya
onal
Energi
Tahunan
Item
Pekerjaan
Alternatif
2
Alternatif
3
No
Alternatif
Jual
Listrik
(Rp/kWh)
(Milyar
(MWh)
Rp)
1075
4384
4,713
1075
1874
2,014
1075
3728
4,007
0.91
1.38
11.39
4.33
6.83
1.71
4.14
1.03
Saluran
0.18
3.17
0.11
Lain Lain
2.35
4.25
1.36
Biaya
Contingencies
1.75
1.68
1.07
Biaya O & P
0.175
0.17
0.11
Capital Cost
19.25
18.48
11.78
12.00%
25.14
PPN 10%
1.93
1.85
1.18
12.00%
10
Total Cost
21.18
20.33
12.96
12.00%
Tahunan
1.87
Pendapatan
Biaya
Engineering
Peralatan
Hidromekanik
Pemasangan
Hidromekanik
Pembangkitan
Kondisi
Suku
Bunga
(%)
Total
Cost
(PV
Cost)
Total
Benefit
(PV
Benefit)
NPV
BCR
30.75
5.61
1.22
30.17
38.44
8.27
1.27
30.17
30.75
0.58
1.02
Alternatif 1
Kondisi
Suku
Bunga
(%)
Total
Cost
(PV
Cost)
Total
Benefit
(PV
Benefit)
NPV
BCR
Alternatif 2
1
12.00%
24.14
13.15
-10.99
0.54
12.00%
28.96
16.43
-12.53
0.57
12.00%
28.96
13.15
-15.82
0.45
Alternatif 3
1
12.00%
15.39
26.15
10.76
1.70
12.00%
18.46
32.69
14.22
1.77
12.00%
18.46
26.15
7.69
1.42
Alternatif
Q
(m3/dtk)
Head
(m)
Power
(kW)
Alternatif 1
4,28
29,20
1092
Alternatif 2
1,11
29,43
286
Alternatif 3
2,43
29,32
624
3.
Berdasarkan
analisa
dengan
menggunakan
metode
USBR
maupun
ESHA,
dengan
mengetahui tinggi jatuh efektif ,
debit, serta perhitungan didapatkan
jenis turbin Francis. Turbin ini
merupakan jenis turbin axial.
Dimana kecepatan spesifik turbin
Francis berada pada kisaran 0,05
0,33. Dari hasil tersebut dipilih
alternatif 1 dengan 10 kutub
generator
dengan kecepatan
spesifik terkoreksi adalah 0,30.
Berdasarkan analisa, setiap debit
yang melalui melalui Pipa Pesat
(Penstock)
pada
bendungan
Pandanduri
Swangi
dapat
dikembangkan
untuk
pembangkitan energi listrik dengan
memanfaatkan tinggi jatuhnya.
Dengan menggunakan data debit
pada
bendungan,
dapat
dibangkitkan energi sebesar:
a. Alternatif 1 : 4384 MWh
pertahun dengan rasio Rp/kWh =
4,830
b. Alternatif 2:1874 MWh pertahun
dengan rasio Rp/kWh = 10,845
c. Alternatif 3: 3727 MWh pertahun
dengan rasio Rp/kWh = 3,476
4. Berdasarkan analisa ekonomi
terhadap alternatif debit andalan
terpilih (alternatif 3) didapatkan
besar biaya total sebesar 14,51
milyar rupiah dengan nilai BCR
2,12, NPV 17,30 milyar rupiah,
IRR 26,87% dan paid back period
6,03 tahun. Dengan hasil analisa
tersebut dapat disimpulkan bahwa
perencanaan PLTA mini hidro
dengan alternatif 3 layak secara
ekonomi.
5. Saran
Agar studi Perencanaan PLTA
mini hydro bisa lebih baik maka perlu
dilakukan studi pendahuluan yang lebih
komprehensif
sehingga
akan
didapatkan data pendukung yang akan
membuat laporan dari studi kelayakan
lebih akurat. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam studi kelayakan
PLTA mini hydro adalah:
Melakukan pengukuran topografi
dan survei kondisi lokasi studi.
Melakukan
tinjauan
terhadap
perkembangan perekonomian yang
sedang terjadi.
Melakukan tinajauan terhadap
teknologi
yang
sedang
berkembang
dalam
bidang
pembangkitan energi.
Daftar Pustaka
1. Anonim. 2005. RETScreen
Engineering & Cases Textbook.
Kanada: RETScreen International.
2. Anonim,
1976.
Engineering
Monograph No. 20 Selecting
Reaction Turbines. Amerika:
United
States
Bureau
Of
Reclamation.
3. Arismunandar A. dan Kuwahara S.
2004. Buku Pegangan Teknik
Tenaga Listrik. Jakarta : PT
Pradnya Paramita.
4. Dandekar, MM dan K.N. Sharma.
1991.
Pembangkit
Listrik
Tenaga Air. Jakarta : Universitas
Indonesia.
5. Patty, O.F. 1995. Tenaga Air.
Erlangga : Surabaya.
6. Penche, Celso. 2004. Guidebook
on How to Develop a Small Hydro
Site. Belgia : ESHA (European
Small Hydropower Association).
7. Ramos, Helena. 2000. Guidelines
For Design Small Hydropower
Plants. Irlandia : WREAN
(Western
Regional
Energy
Agency & Network) and DED
(Department
of
Economic
Development).
8. Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi
Teknik Edisi 1. Surabaya : Usaha
Nasional.
9. Varshney,R.S. 1977. Hydro-Power
Structure. India : N.C Jain at the
Roorkee Press.